Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN HASIL OBSERVASI HUKUM ADAT

KASEPUHAN CIPTAGELAR
(Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia)
laporan ini diajukan sebagai syarat Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Hukum Adat

Dosen pengampu:
Ende Hasbi Nassaruddin, S.H, M.H.

Kelompok 6:

Resty Annisa Putriani (1203050140)


Revinka Bella Oktaviani Cahyana (1203050142)

Reza Musyafa (1203050143)


Rizka Aulia Firdayani (1203050153)

Senna Rizky Jayadi (1203050157)


Yoga Mandala Saputra (1203050180)
Yosep Saepul Akbar (1203050181)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2022
SEJARAH KASEPUHAN CIPTAGELAR

Kasepuhan Ciptagelar adalah masyarakat hukum adat yang berada di kawasan pedalaman
Gunung Halimun-Salak. Istilah kasepuhan berasal dari bahasa Sunda, yang secara umum artinya
adalah mereka yang dituakan. Secara spesifik wilayah perkampungan masyarakat Kasepuhan
Ciptagelar tersebar di tiga kabupaten yang berada di sekitar wilayah perbatasan Provinsi Banten
dan Jawa Barat. Berdasarkan catatan yang ada, Kasepuhan Adat Ciptagelar mulai berdiri pada
1368 dan telah beberapa kali mengalami perubahan kepemimpinan yang dilakukan secara turun
temurun. Sampai saat ini Kasepuhan Ciptagelar juga telah mengalami beberapa kali perpindahan
desa pusat pemerintahan yang disebut sebagai Kampung Gede, karena masih menjalankan tradisi
berpindah yang berdasar pada wangsit yang diterima dari para leluhur (karuhun).

Secara administratif saat ini Kasepuhan Ciptagelar berada di wilayah dusun Sukamulya,
Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data tahun 2008,
Kasepuhan Ciptagelar dihuni oleh sekitar 293 orang yang terdiri dari 84 kepala keluarga dengan
151 orang laki-laki dan 142 orang perempuan. Desa ini merupakan bagian dari Kesatuan Adat
Banten Kidul yang tersebar di lebih dari 500 desa. Selain Kasepuhan Ciptagelar, di wilayah ini
juga terdapat Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan
Citorek, Kasepuhan Sirnaresmi, Kasepuhan Ciptamulya, Kasepuhan Cibedug, dsb. Secara umum
beberapa kasepuhan ini terikat dalam kumpulan narasi sejarah yang sama.

Keberadaan desa adat Kasepuhan Ciptagelar sudah dikenal luas oleh sebagian besar
masyarakat Jawa Barat, khususnya kalangan masyarakat di wilayah Jawa Barat bagian Selatan.
Warga Kasepuhan Ciptagelar dikenal sebagai masyarakat yang memegang teguh adat dan tradisi
yang bersandar pada budaya pertanian, khususnya padi. Beberapa rangkaian kegiatan pertanian
yang mengakar diantaranya adalah ngaseuk, mipit, nganyaran, serentaun, dsb. Kegiatan kesenian
dan kebudayaan, termasuk diantaranya Angklung Buhun, Wayang Golek, dan Jipeng merupakan
bagian dari keseluruhan adat istiadat, budaya, serta tradisi yang terus berkembang sampai saat
ini.

Desa Adat Kasepuhan Ciptagelar ini menerapkan „seimbang‟ dalam kehidupan sehari-hari.
Ada atas, ada bawah. Ada depan, ada belakang. Ada putih, ada hitam. Pun menjadi arti seimbang
dalam segi apapun, seperti agama, negara, adat, sanksi alam, dan lain-lain.
Hukum di Desa Adat Ciptagelar tidak tertulis dan hukum kami tidak pernah diputuskan oleh
person atau orang, termasuk abah sendiri sebagai pimpinan tidak pernah memutuskan hukuman
apalagi baris kolot yang di bawahnya, jadi ketika ada kesalahan hukum itu berlaku tetapi tidak
diberlakukan oleh person atau seseorang. Yang membedakan hukum kami dengan hukum yang
lain, hukum kami menyebutnya dengan kabendon, di dalam nya ada 6 item yaitu badi, pamali,
santat, walatan, bendon, kaliwara. Setiap orang memiliki hukum dalam dirinya, jadi kalau kami
keluar dari track keadatan itu akan terkena sanksi secara adat, yang menghukum siapa? yang
menghukum yaitu yang telah menciptakan kita atau para leluhur kita, karena kita sebagai
generasi penerus harus meneruskan tata klasat para leluhur kita. Misalkan dilahirkan sebagai
generasi penerus apa nih, seperti generasi barisan pertanian, kebbersihan, lingkungan, semuanya
sudah diatur dengan jelas. Ada kemit : security, urusan daun, kayu, kebersihan. Cara mengetahui
nya dengan menyadari kita sebagai generasi apa.

Adapun kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh warga dari Desa Adat Kasepuhan
Ciptagelar ini, berikut adalah kegiatan-kegiatannya :

1. Jadwal Ngembang Taunan

Jadwal Ngembang Taunan adalah kegiatan persiapan menyambut Serentaun. Ngembang atawa
Nyekar , datang ke makam leluhur kasepuhan dipimpin langsung oleh Abah dan Emak di ikuti oleh para
Baris Kolot dan warga Kasepuhan. Kegiatan Ngembang tradisi kasepuhan akan di hibur oleh
tabuhan Angklung Dogdog Lojor, Topeng, Jipeng serta kegiatan hiburan sebagai ungkapan
kebahagiaan bertemu dengan para leluhur.

2. Serah Ponggokan

Serah Ponggokan yaitu sebuah acara besar tahunan ke empat yang berlangsung setiap tahunnya
menjadi ciri tradisi dan adat kasepuhan Ciptagelar atau waktunya Serah Ponggok kepada orang tua.
Secara lingusitik, kata Serah Ponggok sebagai pasangan dari kata „Pungguk‟ yaitu batas Punggung
dengan kepala , Ponggok (Batin) , Pungguk (lahir) ini artinya serah Ponggok adalah serah batiniyah
kepada orang tua (sepuh) yang berarti menyerahkan Jiwa dari tahun ke tahun.

Untuk memperjelas maksud acara ini dalam bahasa Sunda ada istilah Masrahkeun beuheung
Teukteukeun tikoro Gorokeun , yang berarti datang ke orang tua dengan segala ke ikhlasan lahir dan batin,
karena segala hidup dan kehidupan kita datangnya dari mereka.
Maka dalam hal ini, kemudian prosesi Serah Ponggokan ditandai dengan membawa ciri jiwa yang
hidup dan di kembalikan kepada orangtua sehingga bentuknya adalah serah.

1. Jiwa Manusa

2. Jiwa Hewan

3. Jiwa Kendaraan

4. Ngalaukan

5. Ngabantuan Dapur Kasepuhan

6. Ngabantuan Bangunan Kasepuhan

7. Laporan Hasil Panen jeung Jumlah Leuit

Atau lebih seperti penyerahan data sensus manusia yang laki-laki dan yang perempuan, data hewan
dan data kendaraan, tetapi juga acara ini lebih dalam persiapan menghadapi puncak acara tahunan yang di
sebut dengan SERENTAUN yang juga membutuhkan sejumlah biaya, maka sekaligus kita membantu
kasepuhan dengan memberikan sejumlah biaya lauk pauk untuk kita sendiri dan keluarga.

3. Tandur atau Rice Plantation

Tandur adalah proses tanam padi pesawahan dengan cara menanam padi bergerak mundur,
sehingga menjadi Tan-dur, Tanam mundur. Kegiatan menanam padi ini tradisi leluhur yang
masih dijalankan oleh warga kasepuhan sebagai titipan ke-adatan yang hanya dilaksanakan
seklai pada setiap tahunnya , ini mengingat tradisi bertani padi kami warga kasepuhan ciptagelar
hanya melaksanakan proses bertani padi sekali dalam setiap tahunnya. Tanam mundur ini dilakukan
karena proses tanam tidak menggunakan garitan atau garis yang dibuat untuk penempatan bibit padi,
tetapi cukup dengan mengukur berdasarkan perasaan dan pengamatan melihat ke kanan atau kiri dari
padi padi yang ditanam sebelumnya. Sementara bibit padi adalah jenis „pare kolot‟ yang menjadi
titipan leluhur untuk tetap di tanam higga saat ini. dari proses tebar ( penyemaian) hingga waktu
penananaman dibutuhkan waktu sekitar 70-73 hari penyemaian. Kalau dilihat dan dibandingkan
dengan tata pertanian modern, bertani padi tradisi sepertinya tidak efektif dan lebih ribet dari
segi pengerjaan, tetapi inilah adat istiadat yang selalu menyimpan simbol dan pemaknaan dibalik
semua itu.

4. Ngangler – Sawah Rurukan Lebak Hariang


5. Prah-prahan atau Pajeg Sapar

Prah-prahan adalah istilah dari bentuk kegiatan Pajeg Sapar yang dilaksanakan pada setiap
tanggal 4 bulan sapar dikasepuhan Ciptagelar. Menurut Baris Kolot, Prah artinya tidak dibeda-
beda kan atau semuanya pajeg sapar ini dilaksanakan untuk keselamatan lahir batinnya warga
kasepuhan, Prosesi Pajeg Sapar merupakan sebuah kegiatan ritual majeg Lembur, Majeg Imah,
Majeg Cai. Ciri dan tanda yang ikut dalam kegiatan Pajeg Sapar ini adalah dengan peasangan
sawen atas dipintu, menandakan bahwa telah dilakukannya prosesi Pamajegan. Kegiatan Prosesi
dilaksanakan pada sore hari menjelang Sande Kala atau sebelum waktu maghrib tiba, kegiatan utama di
alun-alun Kasepuhan, dan setelahnya baru diikuti disetiap rumah dengan peasangan di atas pintu itu
tadi. Pelaksana Kegiatan ini dipimpin oleh Rorokan Padukunan Kasepuhan, sejak
mengumpulkan material bahan Sawen, hingga persiapan bahan utama dari kasepuhan untuk di
distribusikan di 568 perkampungan lainnya, hingga selamatan besar nya di Kasepuhan yang
dipimpin langsung oleh Abah.

6. Ngaseuk

Prosesi Ngaseuk atau prosesi penanaman padi di tahun ini akan dimulai dengan prosesi
menanam di Huma Rurukan (tempat penanaman padi kasepuhan) , Ngaseuk juga adalah prosesi
menanam padi dilahan kering dengan memanfaatkan kemiringan lahan yang ada.
Acara Ngaseuk untuk penanaman padi tahu 2018 masa panen 2019 ini berlokasi di gunung
Cikarancang yang berada di belakang perkampungan Ciptagelar, akan dilaksanakan pada hari
Jumat 12 Otober 2018. prosesi penanaman padi yang selalu diiringi musik Angklung Buhun
Dogdog Lojordan seni Jipeng sebagai bagian dari tata tradisi kasepuhan , mengiringi orang orang
yang menanam padi yang dipimpin langsung oleh Kasepuhan yaitu Abah dan Emak, pelaksanaan
Ngaseuk sendiri dilaksanakan di pagi hari sebelum matahari meninggi.

Kegiatan pada prosesi Ngaseuk Kasepuhan Ciptagelar 2018, seperti halnya kegiatan ngaseuk
sebelumnya, dimulai sejak hari sebelumnya yang keramaiannya di hibur oleh barisan
Tatabeuhan seperti Angklung, Topeng, Wayang Golek dan Jipeng juga Degung, yang
dilanjutkan dengan prosesi selamatan sukuran para baris kolot sepuh lembur di pusat kasepuhan.

7. Opat Belasan
Acara Mapag Purnama di kasepuhan untuk bulan ini, di meriahkan oleh pertunjukan seni
Kasepuhan Ciptagelar seperti;

 Angling Dogdog Lojor

 Topeng Kolot

 Wayang Golek Rurukan

 Jipeng

 Degung Gonjringan

Menu Opatbelasan adalah Papais.

8. Ngaruwat Imah Ki Putri

Ruwatan Imah ini adalah sebuah prosesi selamatan telah selesainya proses pembuatan
bangunan, seperti halnya kata ruwat – rawat, bahwa pentingnya process ini dilaksanakan bagi
kami warga adat adalah imah ( Rumah -ind) adalah umah yang mewadahi kita sebagai sosok
manusia yang akan tinggal dan hidup didalamnya supaya di rawat dan di ruwat.

Prosesi yang akan berlangsung dimaksud adalah Ruwatan Imah Ki putri, bangunan baru
pengganti Imah Tihang Kalapa (yang dibangun pada tahun 2000 – hingga akhir tahun 2017)
sebelumnya di bangun di Era kepemimpinan abah Anom AE Sucipta, imah ini merupakan
tempat penting di kasepuhan sebagai ruang bertemunya abah sebagai pimpinan kasepuhan
dengan para incu putu dan pekerja kasepuhan.

Penyebutan istilah yang berbeda untuk bangunan ini adalah Tiang bangunan, kalaulah yang
sebelumnya menggunakan bahan pohon kelapa sehingga imah ini disebut sebagai imah tihang
kalapa, sedang bangunan yang baru di Era kepemimpinan kasepuhan saat ini A.U Sugriana
Rakasiwi ini menggunakan tihang berbahan pohon Ki Putri, hingga penyebutan imah pun
berganti menjadi imah Kiputri. kegiatan selamatan akan berlangsung pada gari rabu 24 Januari
2018 di imah gede kasepuhan dengan berbagai prosesi sukur dan tata tradisi leluhur yang
dijalani.

Acara di meriahkan olhe seni pertunjukan kasepuhan seperti;

 Angklung Dogdog Lojor


 Topeng Kolot
 Wayang Golek
 Jipeng
 Degung
 Dan tradisi ngaruwat di kasepuhan ada pertunjukan khusus yaitu menggelar pantun
buhun.
9. Jadwal Kegiatan Nganyaran

Masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar kembali melaksanakan kegiatan Nganyaran.


Aktivitas ini merupakan bagian dari rangkaian prosesi pesta panen untuk musim tanam yang
rutin dilaksanakan setiap tahun. Seperti biasanya, kegiatan Nganyaran tahun ini diawali dengan
kegiatan Nutu Nganyaran. Nutu atau menumbuk padi untuk prosesi Nganyaran biasanya
dilakukan secara kolosal oleh para ibu di wilayah kasepuhan yang menjadi perwakilan setiap
kampung. Kegiatan ini menggunaka sekitar 13 lisung atau wadah menumbuk padi yang ada di
Kampung Ciptagelar. Kegiatan ini biasanya dihadiri oleh sekitar 800 ibu-ibu yang berasal dari
kampung di sekitar wilayah kasepuhan.

Salah satu puncak prosesi Nganyaran ditandai dengan kegiatan Ngabukti, yaitu mencicipi
nasi dari hasil panen tahun. Adapun keseluruhan rangkaian prosesi Nganyaran terdiri dari
beberapa aktivitas yang diantaranya adalah Ngisikan (mencuci beras), Nyangu (memasak nasi
yang dipimpin langsung oleh Emak Alit (istri Abah Ugi) yang diikuti oleh para istri rorokan
utama kasepuhan). Keseluruhan proses Nyangu dari awal hingga selesai memasak baik nasi dan
juga lauk pauk biasanya memakan waktu sekitar 2 jam. Kemudian acara dilanjutkan dengan
prosesi Ngabukti yang dihadiri oleh keluarga inti kasepuhan. Biasanya prosesi ini juga dilakukan
oleh setiap rumah warga yang dihadiri oleh keluarga masing-masing.
Setelah kegiatan Ngabukti dilaksanakan, prosesi dilanjutkan dengan Selamatan atau syukuran
prosesi Nganyaran yang biasanya dihadiri oleh para baris kolot dan sepuh lembur se-kasepuhan
di Imah Gede dan Tihang Kalapa. Kegiatan selamatan ini biasanya dihadiri oleh sekiar 1000
warga kasepuhan. Kegiatan ini biasanya diteruskan dengan pertemuan para sepuh lembur dengan
pihak kasepuhan untuk membicarakan persiapan kegiatan Serah Ponggokan. Prosesi Nganyaran
biasanya juga dilakukan di setiap rumah warga Kasepuhan Ciptagelar. Setelah prosesi selesai,
warga biasanya saling berkirim makanan ke tetangga terdekat, serta saling mengundang untuk
ikut dalam kegiatan selamatan dan mencicipi masakan dan nasi yang terbuat dari beras hasil
panen tahun ini.

A. PERTANYAAN TUGAS OBSERVASI

1. Hukum Adat Perkawinan


a. Jelaskan tentang praktek perkawinan pada masyarakat adat (proses pelamaran, akad
dan resepsi).

Jawaban :

Akad pasti, bahkan yang sekarang kemudian jadi proses pernikahan yang kita
lihat, itu asalnya dari tatanan keadatan. Untuk lamaran yang kami tidak ada, lamaran
itukan mendealkan, mengikat, kalau semua sudah tahu berarti kan sudah terikat, sudah
mengenal. Mungkin lamaran itu perlu dilakukan karna untuk menandai. Biasanya
menjelang pernikahan itu ada satu akad nikah dan kemudian memberikan cincin
pernikahan di dalam pernikahan itu ya, nah ittu biasanya langsung sekaligus lamaran di
situ dipernikahan itu.

Jadi ada 2 sistem tatanan pranata pernikahan, sistem tatanan adat dan sistem tata
negara. Kalau negara umumnya catatan sipil kan. Kalau pernikahan adat di kami di sini
pengantin akan dibawa ke kasepuhan, di imah gede di tempatnya abah, lalu akan di
nikahkan disana oleh sepuh oleh kasepuhan, nanti akan ditanya seperti biasa apakah
benar mau menikah, apakah ada keterpaksaan dan lain sebagainya, orang tuanya kadang
tidak ikutan tapi ada wakil yang menyaksikan biasanya kalau datang dari kampung,
kepala kampung biasanya yang datang dan ditambah pengantar, kalau di sini pengantin
harus ditemani pengantar, dan pengantar yang akan datang harus yang belum menikah,
karna untuk proses regenerasi, dia belum menikah nanti diliat oleh yang belum menikah
juga.

Untuk proses pencarian jodoh sendiri, disini bahasanya disebut nganjang, satu
orang gadis akan di datangi oleh puluhan laki-laki, saling bersaing, setelah itu sang gadis
akan ditanya oleh orang tuanya "kamu suka yang mana?", setelah itu orangtua perempuan
akan datang kepada orang tua laki-laki, dan ditanya kembali.

Prosesi pernikahan ada 2 sistem, yang sehari dan dua hari. Yang sehari (3 hari) akad,
proses selametan lalalalala, yang dua hari (1 minggu). Jika belum pernah menikah akan
di rayakan harus dipestakan di arak, jika pernikahan terjadi untuk yang kedua kali hanya
dilakukan selametan dan syukuran di ijab oleh tatanan adat selesai. Pokonya sang lajang
harus merasakan. Proses tatanan adat banyak syaratnya, proses tatanan negara lewat
cacatan sipil.

b. Jelaskan akibat dari unsur atau syarat perkawinan menurut hukum adat bila tidak
terpenuhi.

Jawaban :

Ketika suka sama suka selesai. Kalau disini mahar jarang terdengar, bahkan istilah
dibayar dengan mas kawin, syahadat, bismillah, tidak ada. Kegagalan pernikahan terjadi
karena kebutuhan tidak terpenuhi. Dapat diselesaikan. Ada prosesi setelah nincak kuku, si
anak laki laki akan menyerahkan uang tidak ada ketentuan yang penting ketentuannya
depannya 1 (1000, 10.000, 100.000). Ada prosesi gulat lumpur, ngabesan (ditenteng, di
gotong) dongdang namanya.

c. Jelaskan akibat dari perkawinan yang di atur dalam hukum adat.

Jawaban :

Menyadari kapan waktu saatnya menikah. Setelah dinikahkan anak akan


dikeluarkan dari keluarga (KK) untuk membuat keluarga baru, dan akan disediakan
rumah (diobrolkan tanah, tempat, lumbung padi, bekal hidup).
Seseorang dapat melalukan proses pertanian setelah menikah, wajib hukumnya
untuk bertani. Karna bertani merupakan kehidupan. Ada suami dan istri maka kemudian
akan lahirlah kehidupan. Kalau yang ini menikah kemudian akan lahir kehidupan baru
anak namanya maka karena kehidupan dalam pertanian itu dilahirkan harus oleh orang
yang berpasangan.

(Kalau misalnya kepala keluarga ingin melakukan profesi lain bagaimana?) Kalau
bertani tidak bisa disebut pekerjaan, bertani merupakan kehidupan. Mau dia tukang
bangunan arsitek ahli ini itu bertani wajib hukumnya siapapun itu.

Secara tatanan tidak boleh menggunakan peralatan modern untuk bertani.

Cerita "Tumbuh dan pertumbuhan, lahir dan kelahiran".

2. Hukum Adat Ketatanegaraan


a. Jelaskan struktur kekuasaan dalam masyarakat adat.

Jawaban :

Ada struktur tata negara (dari presiden sampe RT) ada struktur tatanan adat
(kasepuhan, abah dibantu para rorokan kasepuhan (kabinet/menteri) rorokan
pamakayaan/pertanian, rorokan jero/bidang dalem, amil/penghulu agung,
bengkong/tukang sunat, paninggaran/berburu, pamoro, rorokan tamaha abat, rorokan
pangabasan/bangunan, kepala kampung (568), rorokan dibagi lagi bagiannya, urusan
perbengkelan, tranportasi, kelistrikan, dan lain-lain).

b. Jelaskan tugas dan fungsi struktur kekuasaan dalam masyarakat adat.

Jawaban :

Abah, melanjutkan tugas keabahan dari abah yang sebelumnya, jika abah punya
anak akan di turunkan begitu pula seterusnya, sama seperti rorokan dan sebagainya akan
diteruskan oleh anaknya.
Semua pergantian tatanan di keadatan, diganti ketika telah meninggal atau sudah
tidak mampu lagi.

c. Jelaskan hubungan struktur kekuasaan masyarakat adat dan pemerintah.

Jawaban :

Konsep kami harus sejalan seiring, cara salaman kanan kiri. Harus mampu
mengawinkan kedua sisi. Kanan dan kiri laki-laki dan perempuan, lahir batin, modern
tradisi, barat timur. Mana yang harus didahulukan mana yang harus dibelakang, nanti
gantian supaya berjalan lurus. Kehidupan bernegara harus memiliki tatanan kenegaraan.
Hukum adat memiliki hukum, kabendon tadi. Ketika menjadi warga negara, abah pun
menjadi rakyat atau dibawahnya RT dalam sistem pemerintahan negara, karna abah
menjadi warga biasa, tetapi dalam struktur ke adatan kepala desa para camat itu
dibawahnya abah.

3. Hukum Adat kekerabatan


a. Jelaskan mekanisme hubungan kekerabatan yang terdapat di masyarakat.

Jawaban :

Sistem kekerabatan dengan ciri sistem ketradisian yaitu gotong royong, saling
membantu saling menolong harus saling, karna kita tidak bisa hidup sendiri. Seperti
contohnya hari Jum'at kami mengalokasikan waktu kami untuk kasepuhan untuk
bergotong royong, dan hari Minggu adalah hari libur bertani tidak boleh. Karna kami
konsepnya keluarga besar dikasepuhan.

b. Bagaimana hubungan dengan masyarakat di luar sistem adat mereka?

Jawaban :

Kami mengganggap seluruh umat manusia di bumi ini adalah saudara, jadi artinya
satu keluarga, dengan keluarga pasti akan terjadi perselisihan, tapi bagaimana sebisa
mungkin untuk tidak diperselisihkan, ketika saling menghancurkan kan tidak perlu.
Masalah itu ada yang besar dan kecil, tergantung bagaimana kita melihat sebuah masalah,
jika seseorang mengganggap masalah itu menjadi besar pasti orangnya kecil, karna
masalah kecil aja bisa jadi besar, tetapi kalau masalah besar bagaimana agar menjadi
kecil kitanya yang harus jauh lebih besar dari masalah ituu, ngapain masalah kecil di
permasalahkan, lebih baik masalah kecil disempurnakan, jadi jangan bikin masalah,
jangan menganggap semua jadi masalah, karna ini adalah kehidupan, selesai kan.

4. Hukum Adat Perekonomian


a. Jelaskan macam-macam delik hukum ekonomi yang ada di masyarakat.

Jawaban :

Tindak pidana itu karna kesalahan, sanksi itu karna kesepakatan, jika keluar dari
tatanan kesepakatan atau hukum itu tadi maka akan ada sanksi itu sendiri, contohnya jika
orang menebang pohon, maka untuk menyelesaikannya dia harus mengganti pohonnya
dengan cara pohonnya harus berdiri lagi, atau memberi harga pada pohon itu sesuai
dengan kesepakatan yang disepakati, dan jika tidak dilakukan akan dibelakukan hukum
sosial (dikucilkan, dipukul). Semuanya berdasarkan kesepakatan, dengan bahasanya
harus jelas.

b. Jelaskan mekanisme penyelesaian yang dilakukan terhedap sengketa ekonomi adat.

Jawaban :

Balik lagi, apakah itu masalah atau bukan?. Misalnya ada si A mempunyai lahan
kemudian ada si B yang lahannya melewati batas lahan milik si A lalu mengakui bahwa
lahan tersebut milik si B, hal tersebut kan masalah, biasanya ya akan dilegowokan,
dilapang dadakan. Tapi nanti hal-hal seperti itu bisa dinilai oleh masyarakat lain bahwa
hidup si B tidak berkah, karena menggambil hak orang lain. Balik lagi bagaimana kita
menganggap masalah tersebut.

c. Bagaimana pengaruh pemerintahan setempat terhadap sengketa yang ada di


masyarakat?

Jawaban :
Selalu dilakukan musyawarah mufakat, ketika ada masalah kita tidak langsung
membawa ke kasepuhan, tetapi diselesaikan di antara kita dulu. Misalkan ada masalah
kekeluargaan, maka akan kami pertemukan antara pihak satu dan pihak lain kemudian di
selesaikan. Lalu tugas pemerintahan itu sendiri adalah bagaimana agar masalah tersebut
tidak menjadi besar tidak menjadi rame dan harus diredakan, maka tugasnya adalah
bagaimana caranya meredakan masalah tersebut dengan menyelesaikan terlebih dahulu
dengan dibicarakan di sinkronkan terlebih dahulu barangkali ada kesalahpahaman,
kecuali jika tidak bisa selesaikan tindak pidana nya akan diserahkan ke kepolisian dan
sebagainya.

Mengenai sistem ekonomi, kami masih menggunakan sistem ekonomi seperti


dulu, misalnya ketika seseorang ingin usaha, mempunyai modal uang 100 ribu, sistem
dikami akan membagi menjadi 3, 30 untuk modal, 30 untuk cadangan, 30 lagi untuk
simpanan dan sisa yang 10 disebutnya dialokasikan untuk dikeluarkan (dizakatkan) untuk
melancarkan jalan usaha tersebut. Ketika ada macet di 30 pertama masoh ada cadangan di
30 kedua, kemudian macet lagi tidak akan ada istilah bangkrut karna masih ada simpanan
tersebut.

5. Hukum adat waris


a. Jelaskan sistem kewarisan adat yang berlaku dimasyarakat.

Jawaban :

Kalau pada umumnya kan laki-laki harus lebih besar menerimanya dari pada
perempuan, kalau di kita tidak, karna kebijakan ada pada orang tua, ketika orang tua
sudah tua biasanya sudah mengalokasikan, dan jika tidak menerima hasil tersebut bisa
dibicarakan kembali balik lagi kepada kesepakatan.

b. Jelaskan bagaimana mekanisme pembagian waris yang berlaku dimasyarakat.

Jawaban :
Balik lagi kepada orang tua, dan bagaimana jika kedua orang tua sudah meninggal.
Maka akan di urus oleh sabah, sabah itu adalah orang yang berhak membagikan, dan
tidak bisa diprotes. Cara menentukan sabah.

c. Jelaskan bagaimana penyelesaian sengketa yang disebabkan waris adat.

Jawaban :

Biasanya dibicarakan, di musyawarahkan sesuai kesepakatan. Tetapi kalau hal


tersebut sudah menjadi keputusan orang tua, maka sudah selesai. Yang menjadi sengketa
itu ketika orang tua sudah tidak ada lalu anaknya berebut. Ketika terjadi perselisihan
tersebut, si sabah akan menyelesaikan agar tidak menjadi masalah, kemudian bisa juga si
sabah menyerahkan hal tersebut kepada kasepuhan. Pernah terjadi juga, ada masalah
seperti itu dan kasepuhan memutuskan untuk mengambil semuanya. Ketika urusannya
mengenai lahan, kita kan hanya numpang di kasepuhan, tidak lahir membawa lahan
membawa sertifikat tanah. Karna lahan milik kita semua.

Tambahan :

 Kami tidak merasakan dampak pandemi, masalah pangan aman, ekonomi? kami bukan
tempat pariwisata jadi aman.
 Dalam UU Perdata, 19 tahun untuk menikah, kalau disini jika sudah 14 tahun nikahkan
lalu ketika sudah 19 tahun baru didaftarkan di cacatan sipil, karna cacatan sipil tidak
terlalu dibutuhkan disini.
 Poligami balik lagi apakah sanggup atau tidak.
TRIP REPORT KELOMPOK 6

1. Pada 23 Desember 2021 pukul 10.00 WIB, kami berangkat dari Bandung menuju Sukabumi
menggunakan kendaraan motor, saling berboncengan. Tak lupa berdo‟a dahulu.

2. Kami sedang berada di daerah Padalarang.

3. Kami sudah sampai di Sukabumi daerah perbatasan kota dan kabupaten, Sukaraja.
4. Ini kami saat mengambil foto didepan Universitas Muhammadiyah Sukabumi bersama teman-
teman untuk dijadikan kenangan di daerah Cikole.

5. Saat sampai, kami diberi tumpangan untuk menginap oleh teman kami (Yosep) yang berasal
dari Sukabumi di daerah Cisaat. Setelah beristirahat, kami pergi untuk bermain futsal melawan
Jurusan Hukum dengan salah satu Universitas di Sukabumi, sebagai hiburan, kenang-kenangan,
dan menambah teman juga pengalaman.

6. Setelah bermain futsal kami menyempatkan makan malam di pinggir jalan Sukabumi dengan
suasana malam yang syahdu di daerah Ciaul.
7. Keesokan hari nya, pada pukul 08.00 WIB. Kami berangkat untuk mencari villa yang
mendekati ke lokasi tempat observasi.

8. Saat sedang mencari-cari, kami menyempatkan berhenti untuk sarapan pagi di daerah
perbatasan Cikembang-Cikembar.
9. Lanjut perjalanan akhirnya kami menemukan villa yang bernama Rumah Panggung. Di daerah
Palabuan Ratu.

10. Setelah sampai, kami beristirahat dahulu 15 menit untuk membereskan barang dan membawa
barang yang diperlukan untuk observasi. Lalu kami lanjut berangkat menuju lokasi observasi.

11. Di tengah perjalanan kami kehujanan, alhasil berhenti dahulu untuk memakai jas hujan dan
meyempatkan foto bersama untuk dijadikan kenang-kenangan.
12. Lama nya perjalanan, kami sampai di gerbang yang awalnya kami kira itu adalah gerbang
Desa Adat Ciptagelar. Ternyata bukan..

13. Kami melewati jalan yang salah, yang jarang orang luar Desa Adat lewati menggunakan
motor. Dijalan sempat ada warga yang menyuruh kami untuk pulang lagi saja. Atau melewati
jalan yang lain. Konon katanya, orang luar Desa Adat Ciptagelar tidak ada yang berhasil melalui
jalan tersebut, apalagi menggunakan motor. “Kalau kalian sampai ke tempat dengan
menggunakan motor ini, saya sembah kalian” begitu katanya. Karena disitu kami semua
menggunakan motor matic. Tetapi kami tidak pantang menyerah, apalagi belum melihat faktanya
seperti apa. Akhirnya kami meneruskan perjalanan.

14. Saat ditengah perjalanan kami sangat takjub saat melihat gunung yang ditutupi kabut, seperti
negeri diatas awan kalau kata salah satu teman kami (Yosep), akhirnya kami mengambil foto
bersama. Setelah itu kami lanjutkan perjalanan yang luarbiasa sekali, ditengah perjalanan kami
bertanya kepada warga untuk meyakinkan bahwa jalan yang kami lewati itu benar. Lalu warga
menyarankan jika ingin ke Desa Adat Ciptagelar, kami harus mengunjungi dahulu rumah adik
dari Almarhumah istri Abah (Adik Emak Alit) yang berlokasi di Kampung Adat Burangrang.
Menuju lokasi Kampung Adat Burangrang bukan hal yang mudah, beberapa kali yang dibonceng
harus turun dari motor karena motor mengalami kendala saat perjalanan. Seperti licin, tidak bisa
nanjak, tidak bisa turun karena tergelincir, jatuh, dan lain-lain. Diperjalanan kami mendapat
kalimat dari warga yang mengatakan “Sing salamet nya” yang artinya semoga selamat ya.

15 Setelah kami melewati perjalanan yang luarbiasa dengan bebatuan yang sangat besar.
Akhirnya kami sampai di rumah Kepala Kampung Adat Burangrang yaitu adik ipar dari Abah.
Kami dijamu dengan sangat baik, diberi makan, minum, dan lain-lain. Karena jalan yang sedikit
kemungkinannya bisa kami lewati untuk sampai ke Desa Adat Ciptagelar, akhirnya adik ipar
Abah menelepon Bapak Yoyo untuk membawakan anak dari Desa Adat Ciptagelar untuk
menjemput kami semua. Ditelepon Bapak berbicara kepada salah satu teman kami (Revinka)
“Sudah, kalau sudah sampai menginap saja”. Tapi disitu kami sempat membalas dengan “Tidak
pak, kami akan langsung pulang”. Kami menunggu dan akhirnya mereka sampai pada pukul
16.00 WIB, yang datang itu 3 orang. Yaitu, Rendy, Wandi, dan Adam. Mereka masih SMP,
masih sangat muda tetapi keberaniannya patut diacungi jempol. Tak lama setelah mereka datang,
hujan pun datang, kami menunggu hujan berhenti hingga pukul 18.00 WIB yang ternyata hujan
tak kunjung berhenti. Kata mereka “Sepertinya kalian akan sampai ke lokasi itu bisa menempuh
4 jam. Lebih baik kita berangkat sekarang”. Akhirnya kami berangkat di bawah guyuran air
hujan, tak lupa menggunakan jas hujan. Sebelum berangkat kami menunggu pergantian jam
karena harus menghormati (termasuk adat istiadat). Lalu kami berangkat dipimpin oleh Rendy
yang diikuti oleh Diky membonceng Rizka, Yoga membonceng Yosep, Gildan membonceng
Fitra. Dibelakang nya ada Senna membonceng Resty, dan Moch. Arieq membonceng Revinka
Bella. Di belakang didampingi oleh Wandi dan Adam.
16. Ini jalan yang kami lewati, gelap, banyak bebatuan, licin, samping kanan hutan larang,
samping kiri jurang. Mereka bilang, jika kami ingin sampai, kami harus meminta izin terlebih
dahulu kepada leluhur. Belum seperempat perjalanan, kami mengalami kendala. Salah satu
motor teman kami tiba-tiba mati (motor Senna), ternyata standarnya tergesek batu. Lain dari itu,
kami pun mengalami hal aneh. Dua teman perempuan kami (Revinka dan Resty) melihat
segerombolan orang bagian depan itu melaju kedepan (lurus), dan anehnya dua orang teman laki-
laki kami (Senna dan Moch. Arieq) melihat segerombolan orang melaju belok ke kiri. Kata
mereka, jalan ke kiri itu jalan yang salah jika kami lewati. Sambil menunggu motor menyala,
dalam hati kami masing-masing bertanya “Ada apa ini?”. Lalu Wandi menyusul Rendy. Dan
Adam meminta tolong kepada leluhur. Beberapa kali kami ditolak oleh bengkel terdekat untuk
memperbaiki motor, tapi Alhamdulillah akhirnya tukang bengkel mau memperbaiki. Akhirnya
kami jalan kembali menyusul gerombolan depan. Ada hikmah dibalik motor yang mati itu.
Sebelum berangkat lebih jauh, kami diminta berhenti dahulu disebuah jembatan. Dimana mereka
meminta izin kepada leluhur dengan menyalakan rokok yang aroma nya harum menyan. Kami
semua disuruh menghirup aroma tersebut. Setelah meminta izin, kami melanjutkan perjalanan.
17. Memang terasa setelah meminta izin perjalanan kami lumayan lancar meski memang agak
sulit karena jalan bebatuan yang luarbiasa. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kami
sampai di Kampung Adat Ciptarasa, dimana Kepala Kampung Adat tersebut adalah adik dari
Abah (Kepala Adat Kasepuhan Ciptagelar). Akhirnya kami melakukan foto bersama. “Mampir
dulu atuh” Kata Kepala Kampung Adat Ciptarasa. “Terimakasih bah, tapi kami akan
melanjutkan perjalanan saja. Do‟akan kami”. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan.

18. Ini saung kesekian yang kami lewati. Disini kami menunggu teman lain yang kesulitan
menaikan motor.
19. Setelah berpuluh-puluh kilo meter, banyaknya saung, hutan larang, hutan garap, jurang yang
kita lewati. Akhirnya kami sampai di Kasepuhan Ciptagelar. Dengan senang hati, rasa terharu
bercampur aduk menjadi satu. Kami bangga dan kami senang.

20. Kami sampai pada pukul 22.00 WIB. Kami langsung disambut dengan sangat baik di Imah
Gede Kasepuhan Ciptagelar. Setelah sampai kami mengobrol dahulu, berbincang-bincang
tentang perjalanan yang kami lalui.
21. Lalu kami disuruh makan, wajib katanya kalau makan di Imah Gede. Kami berbaris
mengambil makanan. Aroma yang sangat harum dan rasa yang sangat lezat membuat kami cepat
menghabiskan makanannya.

22. Setelah makan, kami dipanggil untuk kerumah Bapak Yoyo, “CIGATV” (Ciptagelar TV) ini
adalah channel yang dibuat oleh mereka sendiri. Sampai dirumah Bapak, kami disambut sangat
baik, diberi cemilan, minuman, dan lain-lain. Tak lupa dengan tujuan awal kami, kami
melangsungkan observasi atau wawancara dirumah Bapak. Hingga pukul 02.00 dini hari WIB
kami mengobrol dan menanyakan hal yang ingin kami tanyakan.
23. Setelah melangsungkan tanya jawab, kami dipersilahkan untuk beristirahat. Kami disediakan
kamar dan kasur di Imah Gede. Bisa terhitung jari pengunjung yang bisa tidur di Imah Gede
Kasepuhan Ciptagelar dan kami sangat beruntung. Istirahatlah kami dengan badan yang
sangaaaat pegal.

24. Jam menunjukan waktu shubuh, satu persatu dari kami bangun dan saling membangunkan
untuk melaksanakan sholat shubuh. Lalu setelah itu, pagi nya kami bersiap-siap untuk berjalan-
jalan di Desa Adat tersebut.

25. Ini adalah Leuit Jimat yang biasa dipakai saat Upacara Ngadiukeun, upacara ini dikunjungi
oleh beribu warga.
26. Dan ini dokumentasi lainnya.

27. Tak lupa kami mengambil foto satu persatu di Lumbung Padi yang bisa menampung padi dan
bisa menjadi persediaan beberapa ratus tahun kedepan. Makanya warga disini tidak akan takut
kelaparan karena persediaan padi yang luarbiasa.

28. Ditengah jalan-jalan kami, kami melihat ada anak kecil dari Desa Adat tersebut sedang
bermain bola. Dengan senang hati, kami meminta agar bisa ikut untuk bermain bola. Dan kami
disambut dengan sangat baik.
29. Setelah bermain bola, kami kembali ke Imah Gede. Saat sampai, kami bertemu dengan Ibu
dari Abah. Kami diajak berjalan-jalan masuk kedalam dapur gede. Banyak ibu-ibu disana.
Banyak orang sedang nyangu (memasak nasi).

30. Lalu kami diajak ke tempat pribadi Abah. Kata adik perempuan Abah (Teh Uti) ini adalah
tempat ngoprek Abah. Tempat Abah memperbarui barang lama. Sangat senang bisa melihat
lokasi pribadi Abah. Karena kata Teh Uti, biasanya orang dilarang masuk.
31. Setelah berjalan-jalan didalam Imah Gede, kami dipersilahkan untuk makan. Wajib kalau
makan di Imah Gede. Lalu kami mengambil beberapa foto. Sebelum kami izin pulang kepada
Bapak.

32. Pamitlah kami dengan mendatangi rumah Bapak Yoyo. Kami tidak bertemu dengan Abah
karena tidak lama dari hari itu Abah akan melangsungkan pernikahan. Jadi belum boleh ada yang
menemui beliau. Sebelum pulang, seperti biasa Bapak selalu bertanya “Sudah makan?”. Karena
makan di Imah Gede adalah hal yang wajib. Dan sebelum kami pulang, kami melakukan foto
bersama. Berat sekali meninggalkan tempat seindah ini. Teringat saat kami menolak untuk
menginap, faktanya kami malah menjadi sangat betah.
33. Sebelum pulang satu persatu dari kami menyempatkan foto di Imah Gede Kasepuhan
Ciptagelar.
34. Tak lupa untuk menempelkan beberapa stiker di kaca Imah Gede untuk menjadi tanda bahwa
kami pernah kesana dan catatan sejarah bahwa kami pernah menginjakkan kaki disana. Kami
menempelkan stiker Lembaga Kajian dan Debat Mahasiswa (LKDM) dan Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI).

35. Setelah itu, akhirnya kami melanjutkan perjalanan pulang melewati jalan lain dari jalan yang
kami lewati sebelumnya. Kami pulang saat hujan turun, jadi kami menggunakan jas hujan.

36. Jalan yang sangat licin dan luarbiasa, saat itu kami sudah tidak kaget lagi. Kami melewati
nya dengan kehati-hati an.
37. Ditengah perjalanan salah satu motor teman kami (Moch. Arieq) mengalami kendala. Kami
berhenti sejenak untuk saling bantu. Dan tak lupa mengabadikan momen kami. Tak lupa dengan
momen saat motor Gildan yang membonceng Resty terjatuh.
38. Diperjalanan yang luarbiasa salah satu teman kami (Senna) turun untuk menjadi mandor
jalan. Memberikan arahan harus kemana kami melewati jalan agar tidak licin.

39. Kami sampai di gapura Kesatuan Adat Banten Kidul.

40. Setelah melewati perjalanan yang menakjubkan, akhirnya kami sampai di lokasi villa pada
pukul 16.00 WIB. Kami langsung mandi, beristirahat sejenak, dan melakukan kegiatan lain.
41. Di malam hari nya kami bernyanyi-nyanyi, bersunda-gurau, ngaliwet bersama dipinggir
pantai, bermain pasir dan melakukan ucing-ucingan (permainan) di pinggir pantai untuk
bersenang-senang setelah melakukan observasi.

42. Tak lama dari situ kami beristirahat karena sudah sangat lelah. Pagi nya kami ke pantai untuk
bermain sejenak dan mengambil foto bersama untuk dijadikan kenang-kenangan.
43. Tanggal 25 Desember 2021. Akhirnya kami pulang menuju Bandung.

44. Diperjalanan kami menyempatkan untuk makan siang di salah satu rumah makan.
45. Ditengah perjalanan, kami menyempatkan untuk makan bakso di Cianjur pada pukul 19.20
WIB.

46. Lama nya kami melakukan perjalanan akhirnya kami sampai di Bandung pada pukul 22.30
WIB.

47. Banyak momen yang tak akan pernah kami lupakan dari kegiatan observasi ini. Kami sangat
berterimakasih dengan adanya tugas dari mata kuliah Hukum Adat yang diberikan oleh Bapak
Ende Hasbi memberikan banyak pengalaman serta hikmah yang kami dapatkan. Lebih mengerti
arti sebuah pertemanan. Banyak hal yang kami garis bawahi dalam perjalanan observasi ini. Hal
ini, tak akan kami lupakan. Mohon maaf bila ada salah dalam penyampaian kata dan
penyampaian laporan. Sekian dan terimakasih.
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG FAKULTAS SYARI’AH
DAN HUKUM
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Bandung 40614 Telp. (022) 7802278 Fax. (022)
7802278

Nomor : B-021/Un.05/III.3/PP.00.9/01/2022 Bandung, 10 Januari


2022Lamp. : -
Perihal : Izin Observasi

Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Pimpinan
Kasepuhan Ciptagelar
Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung, dengan ini memberikan pengantar kepada mahasiswa:
Nama NIM Jurusan/Semester
Revinka Bella Oktaviani
1203050142 Ilmu Hukum / III (Tiga)
Cahyana
Resty Annisa Putriani 1203050140 Ilmu Hukum / III (Tiga)
Rizka AuliaFirdayani 1203050153 Ilmu Hukum / III (Tiga)
Senna Rizky Jayadi 1203050157 Ilmu Hukum / III (Tiga)
Yoga Mandala Saputra 1203050180 Ilmu Hukum / III (Tiga)

untuk melakukan observasi di Instansi yang Bapak/Ibu pimpin. Adapun waktu


pelaksanaannya mulai 23 Desember 2021. Sehubungan dengan hal tersebut, kami
mohon dengan hormat kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin dan bantuannya
kepada yang bersangkutan.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wakil Dekan I,

Dr. H. Syahrul Anwar, M.Ag.


a.n. Dekan,
NIP. 19720502 200003 1 004

Catatan:
Nomor Tlp. Konfirmasi: 08996936123

Tembusan Yth.:
Dekan Fakultas Syariáh dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung (sebagai laporan)
KEMENTERIAN AGAMA R.I.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG FAKULTAS SYARI’AH
DAN HUKUM
Jl. A.H. Nasution No. 105 Cibiru Bandung 40614 Telp. (022) 7802278 Fax. (022)
7802278

Nomor : B-021/Un.05/III.3/PP.00.9/01/2022 Bandung, 10 Januari


2022Lamp. : -
Perihal : Izin Observasi

Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Pimpinan
Kasepuhan Ciptagelar
Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dekan Fakultas Syari‟ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Gunung Djati Bandung, dengan ini memberikan pengantar kepada mahasiswa:
Nama NIM Jurusan/Semester
Ilmu Hukum /
Yosep Saepul Akbar 1203050181
III (Tiga)
Fitra Iclas Noor Insan 1203050051
Ilmu Hukum /
III (Tiga) Ilmu
Gildan Muslim Mutaqien 1203050055
Hukum /

Mochammad Arieq Mulyadi 1203050084 III (Tiga)


Ilmu Hukum /
Diky Priatna 1203050027
III (Tiga) Ilmu
Hukum /
untuk melakukan observasi di Instansi yang Bapak/Ibu pimpin. Adapun waktu
pelaksanaannya mulai 23 Desember 2021. Sehubungan dengan III hal
(Tiga)
tersebut, kami
mohon dengan hormat kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan izin dan bantuannya
kepada yang bersangkutan.
Demikian, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

a.n. Dekan,
Wakil Dekan I,

Dr. H. Syahrul Anwar, M.Ag.


NIP. 19720502 200003 1 004

Catatan:
Nomor Tlp. Konfirmasi: 08996936123

Tembusan Yth.:
Dekan Fakultas Syariáh dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung (sebagai laporan)

Anda mungkin juga menyukai