Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pertemuan ke-7

Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran IPS

Nama : Heppy Utami Agustiningsih


NIM : K7119110
Kelas : 6A
Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)

A. Definisi
Pembelajaran Berbasis Masalah berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Duch (1995) menjelaskan bahwa Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan. Dalam jurnal Fauzia (2018), Fathurrohman
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang
diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah proses pembelajaran yang berawal pada pembelajaran berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru.

B. Tujuan
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau permasalahan yang dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya. Trianto (2010) menyatakan bahwa tujuan
PBL yaitu membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang
mandiri.
Selain itu, tujuan yang ingin dicapai oleh model PBL adalah kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Secara rinci problem based learning bertujuan untuk membangun dan mengembangkan
pembelajaran yang memenuhi tiga ranah pembelajaran (taxonomy of learning domains).
1. Pertama yaitu bidang kognitif (knowledges) yaitu terintegrasinya ilmu dasar dan ilmu
terapan. Adanya pemecahan masalah terhadap problem real secara langsung mendorong
siswa dalam menerapkan ilmu dasar yang ada.
2. Kedua, yaitu bidang psikomotorik (skills) berupa melatih siswa dalam pemecahan masalah
secara saintifik (scientific reasoning), berpikir kritis, pembelajaran diri secara langsung dan
pembelajaran seumur hidup (life-long learning).
3. Ketiga yaitu bidang afektif (attitudes) yaitu berupa pengembangan karakter diri,
pengembangan hubungan antar manusia dan pengembangan diri berkaitan secara
psikologis.

C. Kekurangan dan Kelebihan


Beberapa keuntungan dari pembelajaran Problem Based Learning menurut Johnson &
Johnson (1984) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Problem Based Learning menekankan peserta didik terlibat dalam tugas-tugas pemecahan
masalah dan perlunya pembelajaran khusus bagaimana menemukan dan memecahkan
masalah.
2. Meningkatkan kecapakan kolaboratif.
Pembelajaran Problem Based Learning mendukung peserta didik dalam kerja tim.
3. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Problem Based Learning memberikan kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, alokasi waktu dan sumber-sumber lain untuk penyelesaian
tugas.
Warsono dan Hariyanto (2013) juga mengungkapkan terkait kelebihan dan kelemahan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), antara lain:
1. Kelebihan:
a. Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk
menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi
juga dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman
sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.
c. Makin mengakrabkan pendidik dengan peserta didik.
d. Membiasakan peserta didik dalam menerapkan metode eksperimen.
2. Kelemahan:
a. Tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan peserta didik kepada pemecahan
masalah.
b. Seringkali memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang.
c. Aktivitas peserta didik yang dilaksanakan di luar kelas sulit dipantau oleh pendidik.

Dalam bukunya (Sofyan, 2013,60) juga menyatakan kelemahan penerapan PBL adalah model
PBL bisa dikatakan merupakan hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia sehingga perlu
adanya oemahaman lebih mengenai model ini, utamanaya bagi pendidik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model PBL antara lain
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
2. Mengasah kemapuan siswa berkolaborasi dan bersosialisasi
3. Meningkatkan kemampuas peserta didik untuk menggali sumber
4. Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ekprerimen.

D. Langkah-langkah
Menurut Nur dkk (2016) menjelaskan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1: Melakukan orientasi masalah kepada peserta didik.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan dan alat) apa yang
dibutuhkan bagi penyelesaian masalah, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Tahap 3: Membimbing kelompok investigasi.
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai,melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pendidik membantu peserta didikdalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
dengan tugas yang diberikan, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
penyelidikannya, serta proses-proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Rusman (Haryanti, 2017) menyebutkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran


Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa kepada masalah, dimana guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tujuan,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan menyampaikan motivasi.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas yang berhubungan dnegan masalah.
3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, guru membantu siswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai.
5. Menganalisis dan mengavaluasi proses pemecahan masalah, guru membantu siswa
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan atau proses sudah dilalui.

Berdasakan kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat lima
langkah dalam penerapan model PBL, yaitu:
1. Mengorganisasikan peserta didik terhadap masalah,
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Daftar Pustaka

Fauzia, H.A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Jurnal Primary, vol. 7 (1); hal. 40-47.
Haryati, Y.D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, vol. 3 (2); hal. 57-63.
Kemendikbud. (2017). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.
Nur, S., Pujiastuti, I.P., & Rahman, S.R. (2016). Efektivitas Model Problem Based Learning
(PBL) terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Sulawesi
Barat. Jurnal Saintifik, vol. 2 (2); hal. 133-141.
Sofyan, H., Wagiran, Komariah, K., & Triwiyono, E. (2017). Problem Based Learning dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai