Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Definisi
Pembelajaran Berbasis Masalah berasal dari bahasa Inggris Problem Based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah,
tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Duch (1995) menjelaskan bahwa Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah, dan memperoleh pengetahuan. Dalam jurnal Fauzia (2018), Fathurrohman
menjelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang
diawali dengan masalah untuk mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis
Masalah adalah proses pembelajaran yang berawal pada pembelajaran berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata, lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior
knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman
baru.
B. Tujuan
Model pembelajaran ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari, atau permasalahan yang dikaitkan dengan
pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya. Trianto (2010) menyatakan bahwa tujuan
PBL yaitu membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan
mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang
mandiri.
Selain itu, tujuan yang ingin dicapai oleh model PBL adalah kemampuan siswa untuk
berpikir kreatif, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Secara rinci problem based learning bertujuan untuk membangun dan mengembangkan
pembelajaran yang memenuhi tiga ranah pembelajaran (taxonomy of learning domains).
1. Pertama yaitu bidang kognitif (knowledges) yaitu terintegrasinya ilmu dasar dan ilmu
terapan. Adanya pemecahan masalah terhadap problem real secara langsung mendorong
siswa dalam menerapkan ilmu dasar yang ada.
2. Kedua, yaitu bidang psikomotorik (skills) berupa melatih siswa dalam pemecahan masalah
secara saintifik (scientific reasoning), berpikir kritis, pembelajaran diri secara langsung dan
pembelajaran seumur hidup (life-long learning).
3. Ketiga yaitu bidang afektif (attitudes) yaitu berupa pengembangan karakter diri,
pengembangan hubungan antar manusia dan pengembangan diri berkaitan secara
psikologis.
Dalam bukunya (Sofyan, 2013,60) juga menyatakan kelemahan penerapan PBL adalah model
PBL bisa dikatakan merupakan hal yang baru dalam pendidikan di Indonesia sehingga perlu
adanya oemahaman lebih mengenai model ini, utamanaya bagi pendidik.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model PBL antara lain
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah,
2. Mengasah kemapuan siswa berkolaborasi dan bersosialisasi
3. Meningkatkan kemampuas peserta didik untuk menggali sumber
4. Membiasakan peserta didik untuk melakukan kegiatan ekprerimen.
D. Langkah-langkah
Menurut Nur dkk (2016) menjelaskan bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1: Melakukan orientasi masalah kepada peserta didik.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik (bahan dan alat) apa yang
dibutuhkan bagi penyelesaian masalah, serta memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih.
2. Tahap 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Tahap 3: Membimbing kelompok investigasi.
Pendidik mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai,melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4. Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Pendidik membantu peserta didikdalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
dengan tugas yang diberikan, seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka
untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil
penyelidikannya, serta proses-proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berdasakan kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat lima
langkah dalam penerapan model PBL, yaitu:
1. Mengorganisasikan peserta didik terhadap masalah,
2. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar,
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Daftar Pustaka
Fauzia, H.A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Jurnal Primary, vol. 7 (1); hal. 40-47.
Haryati, Y.D. (2017). Model Problem Based Learning Membangun Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendas, vol. 3 (2); hal. 57-63.
Kemendikbud. (2017). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.
Nur, S., Pujiastuti, I.P., & Rahman, S.R. (2016). Efektivitas Model Problem Based Learning
(PBL) terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Universitas Sulawesi
Barat. Jurnal Saintifik, vol. 2 (2); hal. 133-141.
Sofyan, H., Wagiran, Komariah, K., & Triwiyono, E. (2017). Problem Based Learning dalam
Kurikulum 2013. Yogyakarta: UNY Press.