Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Di Negara Indonesia Pajak sebenarnya sudah dikenal dan dipraktikkan sejak zaman
dahulu oleh nenek moyang kita pada masa kerajaan. Setiap rakyat diwajibkan menyerahkan
upeti yang sudah ditentukan besarnya kepada raja. Upeti dimaksud dapat berupa hasil bumi
ataupun harta benda Iainnya. Pemungutan upeti ini atau pajak terus berlanjut hingga zaman
penjajahan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pajak ditetapkan dan dipungut oleh
negara, bukanlah seperti upeti atau hal lain yang membebani warganya. Namun pajak
merupakan kontribusi pembangunan dari warga. Hal ini sebagai bentuk dari komitmen
rakyat Indonesia dan konsekuensi dari mendirikan suatu negara yang merdeka dan
berdaulat. Membayar pajak juga merupakan bentuk dari partisipasi warga dalam mengisi
kemerdekaan. Sistem pemungutan pajak ada beberapa macam. Pada awal kemerdekaan,
sistem pemungutan pajak Indonesia berdasarkan Official Assesment System yaitu pihak
yang penentuan jumlah pajak terutang dari Wajib Pajak ditetapkan oleh aparat pajak. Sejak
reformasi perpajakan di Indonesia pada tahun 1984, sistem pemungutan pajak yang baru
diperkenalkan di Indonesia yaitu Self Assessment System. Sistem pemungutan ini
memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk mendaftarkan diri, menghitung,
memperhitungkan utang pajaknya sendiri, membayar pajak terutang ke bank tempat
pembayaran pajak dan kantor pos serta melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke Kantor
Pelayanan Pajak. Pada sistem ini aparat pajak bertugas untuk mengawasi, melakukan
pelayanan dan penyuluhan kepada Wajib Pajak.

Menurut Soemitro (2015:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontaprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan mejadi salah satu
kewajiban yang dipaksakan bagi setiap warga Negara Indonesia berdasarkan Undang -
Undang yang berlaku, untuk mewujudkan pelaksanaan tersebut pemerintah membuat
kebijakan – kebijakan yang mencakup Undang – Undang serta peraturan – peraturan dan
ketentuan lainya yang sifatnya mengikat guna menjamin kepastian hukum.

Pajak sendiri sumber pendapatan utama bagi Negara. Tanpa pajak, sebagian besar
kegiatan Negara tidak dapat dilaksanakan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk,
maka akan semakin besar pula penerimaan Negara dari sektor pajak. Pajak menjadi
pemegang andil terbesar dalam pembangunan di seluruh aspek kehidupan di Negara
Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri jika pajak menjadi tulang punggung APBN dalam
pos penerimaan rutin, artinya pemerintah dalam melakukan kegiatan pembelanjaan lebih
banyak mengandalkan pendapatan yang bersumber dari pajak, tanpa adanya pajak
pembangunan di Indonesia tidak bisa berjalan dengan lancar. Oleh sebab itu peran
pemerintah dan kesadaran masyarakat untuk patuh dan taat dalam membayar pajak
sangatlah penting dalam mengoptimalkan penerimaan pajak

Salah satu jenis pajak yang dikenal di Indonesia saat ini adalah Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21. Berdasarkan Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 ayat (1) PPh
pasal 21 adalah  pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri atau
karyawan Anda, dan harus dibayar setiap bulannya Pemotongan PPh 21 dilakukan oleh:

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan dari pekerjaan yang dilakukan sebagai pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain yang berkaitan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dalam rangka masa pensiun anggota yang ikut serta program dana pension.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan

e. Penyelenggaran kegiatan yang melakukan pembayaran untuk pelaksanaan kegiatannya.

Sistem pemungutan yang digunakan pada pajak ini adalah With Holding System.
Dimana pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) diberi
wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Pihak ketiga
tersebut yaitu penyelenggara kegiatan atau pemberi kerja. Penyelenggara kegiatan adalah
wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu
yang melakukan pembayaran imbalan dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada
orang pribadi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut. Sedangkan pemberi kerja
adalah orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat ataupun cabang, perwakilan atau
unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai
pegawai tetap atau pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau
kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang
dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang
ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan
negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. Pegawai tetap adalah
pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara
teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara
teratur terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai
yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai
yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.

Untuk menyempurnakan peraturan terkait perpajakan, Meningkatkan pelayanan


kepada wajib pajak, Mendorong keadilan, Kepastian dan penegakan hukum,
Mengantisipasi kemajuan di bidang perpajakan, Mempromosikan transparansi dalam
administrasi perpajakan, Serta meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak, Pemerintah
melakukan perubahan Peraturan perundang – undangan perpajakan yang mengatur tentang
Pajak Penghasilan sebanyak 4 kali yang Pertama, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan merupakan undang-undang paling awal yang dibuat tentang
pajak penghasilan. Kedua, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Ketiga, Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7
tahun 1991. Keempat, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-Undang
Pajak Penghasilan ini dapat disebut sebagai Undang-Undang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Pajak Penghasilan tahun 1984. Dan yang terakhir, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Jadi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
merupakan Undang-Undang Pajak Penghasilan terbaru dan berlaku hingga saat ini.
Salah satu pajak penghasilan (PPh) yang menarik untuk penulis teliti adalah
penghitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan yang diterima oleh
pegawai tetap di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember, berikut dasar hukum yang
menjadi landasan hukumnya. Penulis tertarik meneliti masalah ini karena apabila dilihat
dari latar belakang pengenaan atau pemungutan pajak penghasilan atas pegawai tetap sering
kali mengalami perubahan, yaitu sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
jo UU Nomor 7 Tahun 1991 jo UU Nomor 10 Tahun 1994 jo UU Nomor 7 Tahun 2000 jo
UU Nomor 36 Tahun 2008. Dengan adanya perubahan tersebut, sering sekali tidak
memperhatikan para Wajib Pajak dalam memperhitungkan pajak terutangnya. Banyak
terjadi kesalahan dalam memperhitungkan dan melaporkan besarnya pajak terutang yang
harus dibayar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyadari pentingnya Pajak Penghasilan


Pasal 21 dan membahasnya sebagai tugas akhir dengan judul “Prosedur Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember.”

Anda mungkin juga menyukai