Anda di halaman 1dari 11

DIMENSI SPASIAL KARAKTERISTIK SEBARAN DAN DEVIASI POLA

PEGUNUNGAN LAHAN TERHADAP EKOSISTEM PESISIR DI KOTA AMBON

Oleh Making, J.K*


Lasaiba M.A**

*Dosen Program Studi Pendidikan Geografi


**Dosen Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menyebar di teluk ambon bagian dalm
menganalisis citra multi resolusi untuk 49,5 ha, pantai Tawiri teluk Ambon
mendeteksi secara spasial karakteristik bagian luar 10,8 ha dan teluk Rutong ,
pesisir, mengkaji dimensi spasial pantai selatan sebesar 5 ha, demikian
(spatial pattern and spatial struktur) pula ada tanaman mangrove di daerah
hasil ekstrasi citra penginderaan jauh, karang mati di Hukurila. Jumlah
menganalisis zonasi wilayah pesisir spacies mangrove di teluk Ambon
dan menganalisis peruntukan lahan sebanyak 16 species. Tanaman yang
pada wilayah pesisir berdasarkan umum dan sering dominan adalah
rencana tata ruang wilayah (RTRW). sonneratia, avicennia dan rhizophora
Hasil penelitian menunjukan deteksi serta membentuk komunitas mangrove
karakteristik pesisir dilokasi penelitian campuran. Sedangkan untuk padang
berbasis citra multi resolusi, (citra lamun tersebar di teluk Baguala yang
Ikonos, landsat dan DEM SRTM) ditumbuhi lamun jenis thalassia
dikombinasikan dengan survey hemprichi dan syringodium isoetifolium
terrestrial dapat mendeteksi zonasi dan penyebarannya di antaranya di
ekosistem pesisir secara detail dengan pantai desa Passo, kecamatan teluk
sebaran, jenis dan luasan secara Ambon Baguala. Peruntukan
beragam baik ekosistem terumbu pegunungan lahan pada wilayah pesisir
karang, mangrove, padang lamun, dalam rencana tata ruang kota Ambon
dengan sebaran kearah daratan berdasarkan zonasi wilayah,
maupun laut. Dimensi spasial menunjukan penyimpangan berbagai
mencakup luasan dan distribusi pemamfaatan lahan yang ndampaknya
ekosistem pesisir, menunjukan habitat dapat mempengaruhi kerusakan
terumbu karang diperairan kota Ambon ekosistem pesisir. Berdasarkan hasil
seluas 2,5 km2. Tipe terumbu karang overlay terhadap pola penggunaan
tepi pada umumnya terdapat diperairan loahan, penyimpangan kawasan pesisir
di kota Ambon. Habitat hewan karang tersebar yaitu pada penggunaan lahan
selain terumbu karang mati, adalah pemukiman seluas 26,5 ha, selain
sebagai habitat lainnya yang bukan berbagi penyimpangan kan terjadinya
terumbu karang, seperti batuan besar pengurangan luasan ekosistem
(blok and bolderrs), menempati teras- mangrove dan terjadinya sedimentasi
teras dasar laut dan cliffs. Untuk yang tinggi sehingga merusakan
kawasan mangorove dikota seluas 65 pelestarian ekosistem padang lamun di
wilayah perairan kota Ambon.

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 24


Kata-Kata Kunci: Dimensi Spasial, setara dengan Londan sampai Bagdad,
Ekosistem Pesisir. bentang ujung utara (kepulauan. Satal)
dan selatan (pulau Rote) setara dengan
PENDAHULUAN jarak Jerman sampai dengan AL-jazair,
Wilayah pesisir adalah wilayah memunyai potensi yang sangat besar
interaksi antara laut dan daratan yang dan mengandung kurang lebih 7000
merupakan 15% daratan bumi. species ikan.
Beroperasinya produksi dan instalasi Begitu besar peranan
ekonomi di sepanjang pesisir pantai, lingkungan pesisir dan laut di seluruh
telah memberikan kontribusi yang dunia, dewasa ini tengah menghadapi
signifikan terhadap produk domestik ancaman mulai dari kegiatan
bruto (PDB) global, dan hampir 500 juta pembangunan, eksploitasi sumber
orang (hampir 30 juta penduduk daya yang berlebihan, meningkatnya
miskin) yang bergantung terhadap kejadian bencana dan akhir-akhir ini
sumberdaya pesisir untuk kebutuhan telah terjadi perubahan iklim. Siklus
pangan dan sumber daya lainnya antara perubahan iklim, degradasi
(Wilkinson, 2004). Selain itu, ekosistem dan bencana yang
diperkirakan bahwa hingga 80 persen dipercepat ini, telah menyebabkan
dari hasil tangkapan ikan secara gangguan ekonomi dan ekologi yang
langsung atau tidak langsung sangat parah termasuk hilangnya nyawa, harta
diperngaruhi oleh keberadaan bakau benda dan keanekaragaman hayati.
(Sullivan, 2005). Bengen (2002) Pada tingkat global, ancaman yang
mengemukakan wilayah pesisir dihadapi oleh ekosistem pesisir dan
menyediakan sumber daya alam yang laut berasal dari bergai faktor. Laporan
produktif baik sebagai sumber pangan, global human development UNDP 2011
tambang mineral dan energi, media (UNDP, 2011) mencatat bahwa saat ini,
komunikasi maupun kawasan rekreasi hasil tangkapan ikan mencapai 145 juta
atau pariwisata. ton per tahun dan jauh melebihi hasil
Wilayah pengembangan tangkapan maksimun yang
ekosistem pesisir dan laut yang sangat berkelanjutan yaitu 80-100 juta ton per
luas di dunia salah satunya di Asia, tahun.
yaitu Bangladesh, India, Maladewa, Kerusakan ekosistem sumber
Pakistan dan Srilangka. Wilayah pesisir daya pesisir di Indonesia pada
Asia ini juga merupakan salah satu umumnya terjadi karena kesadaran
wilayah yang paling padat publik yang masih rendah. Pemerintah
penduduknya di dunia dan merupakan pusat maupun daerah belum banyak
rumah bagi sekitar 400 juta orang yang menyadari wewenang dan tanggung
dipengaruhi oleh ekosistem pesisir dan jawab sebagai pengelola sumber daya
laut sebagai mata pencaharian. pesisir. Selain itu, isu-isu pesisir belum
Ekosistem pesisir dan laut Indonesia menjadi prioritas pemerintah maupun
yang luas dan dikenal sebagai negara masyarakat umum dibanding
kepulauan memiliki 18.306 pulau yang pengelolaan sektor daratan seperti
dipersatukan oleh laut dengan panjang pertanian dan kehutanan.
garis pantai 81.000 km terpanjang Berbagai kerusakan pesisir yang
kedua di dunia setelah Kanada. ditimbulkan tersebut sebagai akibat dari
Bentang wilayah Indonesia dari ujung aktivitas manusia yang mengesploitasi
barat (Sabang) sampai timur (Merauke) sumberdaya pesisir secara berlebihan

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 25


tanpa memerhatikan keberlanjutan. penyimpangan penggunaan lahan dan
Oleh karena itu, menajemen yang lahan terbangun yang telah tertuang
efektif terhadap lingkungan pesisir dan dalam RTRW. Kecenderungan ini
laut demikian penting dalam upaya menyebabkan pola penggunaan lahan
mencapai pembangunan berkelanjutan kota Ambon yang mengelompok secara
dan khususnya Millennium linier sepanjang jalan utama.
development goals (MDGs). Terlepas
dari hal tersebut, aktivitas manusia KAJIAN TEORI
dalam mengesploitasi sumberdaya Pengolahan citra multi resolusi
sangat ditentukan oleh karakter yang dalam mendeteksi pola penggunaan
melandasi berbagai usaha dalam lahan pada ekosisitim pesisir secara
menunjang kebutuhan hidup. digital landsat TM pada penelitian ini,
Permasalahan penggunaan dilakukan dengan menggunakan
lahan di kota Ambon yang merupakan perangkat lunak Er Mapper 7.1. Citra
salah satu kota pesisir di Indonesia digital asli dalam penelitian ini,
menjadi suatu problem yang memunyai tingkat ketelitian
berkepanjangan antara pemerintah prapemrosesan pada level 1B
dalam mengesploitasi peruntukan (preprosesing dasar, yaitu koreksi
penggunaan lahan dengan penduduk radiometri dan geometri standar atas
dalam pemenuhan kebutuhan lahan kesalahan sistematik sistem sensor
yang terbatas (sebagian besar citra), sehingga dibutuhkan proses
wilayahnya merupakan daerah perbaikan kualitas citra supaya siap
perbukitan sekitar 81.11%), sehingga untuk digunakan lebih lanjut.
pada akhirnya sebagai aktivitas Koreksi geometrik ini dilakukan
penggunaan lahan tersebar pada dengan menggunakan modul Geo-
wilayah-wilayah yang tidak sesuai Cooding Wizard pada Ermapper 7.1,
dengan karakteristik lahan seperti pada dengan Coordinate System berupa
lereng-lereng daerah perbukitan, sistem koordinat UTM yang langsung
sempadan pantai maupun pada dikonversikan dengan sistem koordinat
sempadan sungai yang tersebar di geografis dengan sistem lintang dan
wilayah pesisir dan membentuk bujurnya. Proses registrasi koordinat
permukiman-permukiman liar dan pada citra dengan software ini
kumuh. dirasakan lebih banyak membantu
Kondisi tersebut telah karena citra komposit yang digunakan
mengakibatkan muncul berbagai sebagai latar belakang dalam proses ini
masalah fisik kekotaan yang dapat diubah-ubah secara interaktif
menyebabkan kerusakan lingkungan. sesuai keinginan pengguna. Digunakan
Pada tahun 2000 di kota Ambon, citra komposit berwarna sebagai latar
tercatat 11.863 hektar lahan kritis belakang, memberikan keuntungan
termasuk kerusakan ekosistem pesisir pada obyek-obyek yang dipilih sebagai
(Dinas Kehutanan, Pertanian dan titik-titik kontrol pada citra dapat terlihat
Peternakan kota Ambon, 2008). dengan lebih jelas. Citra komposit yang
Kerusakan lahan ini disebabkan oleh sering digunakan dalam proses ini
pembukaan lahan tanpa pengelolaan adalah komposit 432.452.321 dan 572.
yang tepat. Selain itu, pengembangan Komposit saluran 432 dan 452 akan
kota Ambon memberikan memberikan tampilan yang jelas pada
kecenderungan terjadi pola-pola pembedaan antara kenampakan tubuh

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 26


air dan bukan air, seperti garis sungai, mendelineasi atau mendigitasi secara
sehingga lekuk-lekuk sungai dapat on screen dengan menggunakan
dijadikan sebagai salah satu titik software ArcView 3.3. selain itu, juga
kontrol. Demikian juga garis-garis jalan, digunakan citra DEM SRTM (Shutell
di mana titik-titik persimpangan jalan Radar Mission Topography)
dapat dijadikan sebagai titik kontrol, ASTGTM2_S03E126 hingga
akan terlihat jelas dengan citra ASTGTM2_S03E131. DEM ini dapat
komposit 452 atau 572. diperoleh mengaplikasikan data ini
Mozaik citra adalah proses yang diturunkan dari citra TERRA/
menggabungkan beberapa citra yang ASTER (Level 1) dapat diperoleh
palingbertampalan, selain itu juga informasi kontur permukaan bumi, di
dalam proses pengolahan citra, mana informasi ini dapat diterapkan
biasanya tidak keseluruhan scene dari untuk berbagai macam bidang,
citra kita gunakan, sedangkan untuk misalnya pertambangan, pembangkit
mendapatkan daerah yang kita listrik, perencanaan dam atau
inginkan kita dapat memotong/croping bendungan, penanggulangan banjir
citra tersebut. Pemotongan citra dapat dan lain-lain.
kita lakukan berdasarkan koordinat, Selain itu sumber data DEM
jumlah pixel atau hasil zooming daerah. dapat diperoleh dengan FU stereo,
Citra komposit warna merupakan data pengukuran lapangan (dengan
paduan dari tiga saluran data digital menggunakan GPS, theodolith, EDM,
yang tersusun dari kombinasi RGB Total Station, Echosounder), peta
colour (Red Green Blue colour). topografi, dan linear array image.
Penyusunan citra komposit
dimaksudkan untuk memperoeh
gambaran visual yang lebih baik dari METODE PENELITIAN
hasil pengolahan citra yang sesuai Dilihat dari tujuan penelitian,
dengan tujuan penelitian. Warna maka penelitian ini termasuk dalam
adalah salah satu unsur interpretasi penelitian interorelatif dan survei yang
data penginderaan jauh yang paling menggunakan analisis data primer dan
sering digunakan. Untuk itu dengan data sekunder baik yang bersumber
menggunakan penyusunan citra dari citra satelit, pengamatan lapangan
komposit ini akan dapat dihasilkan citra maupun data-data resmi dari dinas-
baru dengan tampilan berwarna yaang dinas terkait. Berkaitan dengan metode
lebih ekspresif. yang digunakan dan terkait dengan
Dalam menginterpretasi objek penelitian ini maka metode yang
penggunaan lahan di daerah penelitian, digunakan adalah metode survei yang
maka digunakan citra penginderaan menekankan pada observasi dan
jauh Ikonos. Citra Ikonos Daerah pengukuran variabel yang digunakan
penelitian yang digunakan dalam untuk analisis perubahan pengunaan
penelitian ini, yaitu citra tahun 2011 lahan.
yang berupa Pan-Sharpened berwarna Bahan yang digunakan antara
dengan resolusi 1 meter dan sudah lain citra landsat dan citra SRTM, citra
terkoreksi baik radiometrik maupun ikonos, peta tematik (peta rencana tata
geometrik oleh LAPAN. Interpretasi ruang wilayah) skala 1:50.000 yang
citra Ikonos dalam penelitian ini diperoleh dari Universitas Pattimura
dilakukan secara visual dengan Ambon; peta rupa bumi digital kota

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 27


Ambon skla 1:50.000 tahun 2012 yang karena faktor alam maupun faktor
diperoleh dari Bakosurtanal. manusia. Perubahan bentuk dan letak
Selain itu bahan diperoleh juga garis pantai terjadi pada daerah-daerah
dari data-data dokumenter dari terkonsentrasi gelombang dengan
Bappeda, BPN, BPS Dinas dan litologi pantai tersusun atas formasi
kelurahan/ desa kota Ambon. batuan tidak kompak. Teluk Ambon
Selanjutnya alat-alat yang Luar, memiliki panjang garis pantai
dipergunakan adalah perangkat keras ±44.41 km, mulai dari tanjung
dan perangkat lunak, yaitu 1 unit Nusaniwe sampai ambang Galala dan
komputer pentium.IV dilengkapi dari tanjung Batu Badiri sampai tanjung
program arc viuw v. 3.2 dan ER Martafons. Morfologi garis pantai selalu
Mapper v. 6.4 program global Mapper berubah-ubah akibat proses abrasi dan
13 selain itu juga, GPS (global akresi baik faktor alam maupun faktor
positioning system) untuk menentukan manusia.
kordinat muka bumi di lapangan dan Pesisir selatan Kota Ambon
kamera digital. memiliki panjang garis pantai mulai dari
Analisis spasial secara digital tanjung Hutumuri sampai dengan
pada tahap ini merupakan aktivitas tanjung Nusaniwe. Tipe pantai Jazirah
terpenting untuk mengetahui ini adalah tebing terjal (sea cliff). Dari
karakteristik wilayah yang memlotting tanjung Nusaniwe sampai tanjung Seri,
hasil pengamatan ke dalam peta format garis pantai sepanjang 10.72 km.
digital dengan mengacu pada Morfologi garis pantai selalu mengalami
Georeferensi-georeferensi, editing data perubahan bentuk akibat abrasi dan
grafis dan atribut, analisis spasial penimbunan sedimen yang disebabkan
secara digital menggunakan fasilitas- faktor alam seperti gelombang, arus
fasilitas geoprocessing sesuai dengan sepanjang pantai dan volume angkutan
tema-tema yang terkait, analisis data sedimen serta arus pasut.
atribut yang dihasilkan dan kontruksi Berdasarkan hasil analisis citra
peta-peta tematik sesuai dengan hasil Ikonos secara spasial, maka luasan
analisis yang telah dilakukan. penggunaan lahan yang tersebar di
wilayah zonasi pesisir di Kota Ambon
PEMBAHASAN dapat terlihat pada tabel berikut.
Karakteristik dan sebaran
wilayah pesisir kota Ambon terdiri dari Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan
di Kota Ambon
Teluk Ambon Dalam (TAD) dan Teluk
Ambon Luar (TAL). TAD memiliki Jenis Penggunaan Luas Penggunaan Lahan
No.
Lahan
bentuk Teluk membulat dengan Ha %
ambang sempit berkedalaman12.8 Tegalan 51,853 2,50
meter. Ambang ini memisahkan Teluk Mangrove 46,665 0,155
TAD dengan TAL yang menyebabkan Semak Belukar 79,809 1,931
mekanisme pertukaran massa air Lahan Kosong 45,93 0,819
antara kedua teluk menjadi terhalang. Permukiman dan Lahan 985,118 10,608
Garis pantai memiliki panjang± Terbangun

14.003km mulai dari Tanjung Martafons


Sumber: Hasil Pengolahan Data SIG, 2012
sampai Galala. Morfologi garis pantai Hasil Ekstraksi Citra Ikonos.
ini selalu mengalami perubahan bentuk
dan letak akibat abrasi dan akresi

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 28


Berdasarkan tabel di atas, Tabel 3. Karakteristik Bentuk Lahan Daerah
menunjukan bahwa pola penggunaan Pesisir di Kota Ambon
lahan yang tersebar pada zona wilayah N Sim Bentuklahan Luas %
pesisir di Kota Ambon berupa tegalan o bol
M Asal Marin
(ha)
17,92 0,26
seluas 51.853 hektar,mangrove seluas M1 Gisik 12,68 0.11
46.665 hektar, semak belukar seluas M2 Tebing terjal laut - -

79.665 hektar, lahan kosong seluas M3 Rataan pasang surut 1,92 0,03
M4 Rataan terumbu 8,32 0,12
45.93 hektar dan permukiman seluas F Asal Fluvial 1.033,6 14,82
985.118 hektar. Dengan demikian hasil Fi Dataran alluvial 814,08 11,67
penelitian ini juga menunjukan bahwa F2 Dasar sungai 85,12 1,22

dengan karakteristik wilayah Kota F3 Danau 1,28 0,02


F4 Rawa 23,04 0,33
Ambon dengan lahan datar yang F5 Dataran banjir 57,60 0,83
sempit yang tersebar memanjang di F6 Delta 19,20 0,28
seluruh wilayah pesisir, sebagian besar F7 Gosong sungai 33,28 0,48
digunakan untuk aktivitas permukiman
dan lahan terbangun lainnya. Selain itu, Sumber: Hasil Pengolahan SIG pada Citra Landsat
sebaran wilayah dataran pada wilayah
pesisir sebagaimana pada tabel Deskripsi bentuk lahan yang
berikut. tersebar di wilayah kota Ambon untuk
bentuk lahan marin (M) dihasilkan oleh
Tabel 2. Karakteristik Fisiografi Daerah aktivitas laut, baik pada tebing curam,
Pesisir Kota Ambon pantai berpasir, pantai berkarang,
maupun pantai berlumpur. Aktivitas
Uraian Luas
Ha %
marin ini sering dipengaruhi oleh
Dataran 6314.07 16,75 aktivitas fluvial sehingga sering disebut
Perbukitan 23448.44 62,19 pula sebagai proses fluvio-marin. Hasil
Pegunungan 6964.07 18,47
Dataran Tinggi 973.4973.42 2,59
proses marin dan fluvio-marin adalah
Total 32.192.67 100,00 bentukan di lingkungan delta,
Sumber: Hasil Pengolahan Data SIG
betinggisik, sedimen marin dan
pada Citra Aster GDEM lingkungan cliff.
Bentuk lahan marin di kota
Berdasarkan tabel di atas, Ambon, terbesar sebagian besar pada
menunjukan bahwa Kota Ambon daerah pesisir di Jazirah Leitimur
didominasi oleh wilayah perbukitan yaitu maupun di Jazirah Leihitu. Bentuk
sekitar 62.19% dan wilayah pegunungan
sekitar 18,47%, daerah dataran 16.75%,
lahan proses asal fluvial (F) diakibatkan
dan daerah dataran tinggi sekitar 2,59%. oleh proses aliran air permukaan yang
Karakteristik fisiografi dan keadaan meliputi gosong sungai, sungai
topografi suatu wilayah banyak ditentukan meander, sungai teranyam, point bar
oleh keadaan lereng yang membentuk dan pothole, dataran banjir, serta
keadaan suatu lahan di mana faktor dataran alluvial. Bentuk lahan asal
tersebut merupakan penentu kegiatan proses fluvial di kota Ambon, tersebar
pembangunan. Selanjutnya bentuk lahan di dataran rendah di sepanjang pesisir
daerah pesisir kota Ambon, sebagaimana Teluk Dalam dan Teluk Luar.
dilihat pada tabel berikut.
Ekosistem Pesisir
Terumbu karang merupakan
endapan-endapan massif yang penting

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 29


dari kalsium karbonat yang terutama terutama untuk dijual sebagai bahan
dihasilkan oleh karang Seleractinia bangunan rumah.
dengan sedikit tambahan dari alga Mangrove dijumpai di wilayah
berkapur dan organisme-organisme pesisir yang merupakan daerah
lain yang mengeluarkan kalsium pertemuan antara darat dan laut. Hutan
karbonat. Ekosistem terumbu karang ini mangrove merupakan suatu ekosistem
banyak ditemukan di berbagai pantai di yang kompleks dan khas, serta
kota Ambon, salah satunya terdapat di memiliki daya dukung yang besar
pantai Rutong adalah salah satu contoh terhadap lingkungan perairan yang ada
pantai tempat ekosistem terumbu di sekitar. Spesies yang menyusun
karang, di mana merupakan pantai ekosistem mangrove di kota Ambon
berbatu. Batu tersebut berfungsi terdiri atas sonneratia Alba, Avicenia
sebagai penahan arus dan gelombang, Marina, Rhisophora Stylosa, R.
meredam abrasi serta sebagai habitat Mucronata, Bruguiera Gymnorrhiza,
biota laut tipe Psammophil (menyukai Lumnitzera Littorea, Ceriops Tagal,
pantai berpasir) dan Lithophil Aegiceras Corniculatum, Nypa
(menyukai pantai berbatu). Fruticans dan Acanthus Ilicifolius.
Pantai berbatu juga ditemui Jenis Nypa Fruticans dan
diantara pantai Hutumuri. Perairan Acanthus Ilicofolius banyak dijumpai
sekitar dijumpai banyak ubur-ubur yang pada perairan ini terutama pada daerah
menandai bahwa daerah tersebut yang dekat dengan pemukiman
kualitas airnya baik dan belum banyak penduduk. Hutan mangrove di kota
tercemar. Perairan sekitar sangat Ambon terdapat di cekungan sekitar
cocok untuk pengembangan usaha muara sungai yang dipengharui oleh air
budidaya laut ( dengan kultivan: ikan laut dan banyak dijumpai pada perairan
kerapu, ikan kakap, dan rumput laut). Desa Latta, Halong, Desa Poka
Luas habitat terumbu karang di (Tanjung Tirang), Desa Hunut,
perairan kota Ambon hanya sebesar Waiheru, Nania, Negeri Lama, Desa
2,5 km2. Tipe terumbu karang tepi Rutong, dan Lehari. Disamping
pada umumnya terdapat di perairan di vegetasi utama Nypa dan bakau
kota Ambon. Habitat hewan karang ditemukan pula jenis vegetasi lainnya
selain terumbu karang mati, adalah seperti nyamplung, pakuan dan
berbagai habitat lainnya yang bukan vegetasi payau lainnya. Pada Iconos,
terumbu karang, seperti batuan dasar hutan mangrove dapat terlihat dengan
(blok dan bolders), menempati teras- jelas dengan warnanya yang hijau tua,
teras dasar laut dan cliffs. Kondisi dan berada di sekitar pantai.
fisiografi, substrat dan dinamika arus Di Teluk Ambon, hutan
pada perairan pantai, memunyai kaitan mangrove merupakan ekosistem yang
dengan penyebaran hewan-hewan penting untuk mendukung
karang dan non-karang, yang cukup pembangunan dan perlindungan kota
bervariasi di perairan kota Ambon. Saat Ambon. Selain sebagai pelindung laut
ini terumbu karang di perairan kota sekaligus pelindung daratan, hutan
Ambon, akan menghadapi tekanan mangrove di kawasan ini memiliki
yang semakin besar, karena fungsi sebagai kawasan konservasi
pengambilan batu karang laut oleh kehidupan liar dan pencegah
masyarakat berbagai kebutuhan, sedimentasi. Namun, luasan hutan
mangrove di teluk Ambon terus

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 30


berkurang. Jika dibandingkan dengan sedimentasi berupa lumpur merupakan
tahun 1999 luas hutan mangrove faktor utama penghambat pertumbuhan
tersebut berkurang hingga 4 ha dengan tanaman lamun di perairan teluk
laju deforestasi dari tahun 1999 sampai Ambon.
2006 sekitar 0.67 ha per tahun. Banyak sedimentasi yang turun
Hutan mangrove di kota Ambon dari darat ke laut dan mengendap dari
paling luas terdapat di wilayah Passo pinggir pantai hingga mencapai
dan sekitar. Ketebalan hutan mangrove kedalaman 40 sampai 60 cm
di wilayah ini mencapai 200m dari garis mengakibatkan tanaman lamun tidak
pantai. Hutan mangrove di wilayah dapat berkembang dengan baik. Selain
tersebut didukung oleh topografi yang itu pada beberapa lokasi pesisir pantai
landai berupa rataan lumpur yang teluk Ambon, yaitu pantai desa Passo,
cocok untuk pertumbuhan hutan kecamatan Teluk Ambon Baguala,
mangrove. Vegetasi hutan mangrove menunjukan pertumbuhan tanaman
juga ditemukan di wilayah Lateri, lamun sangat lambat bahkan banyak
Negeri Lama, Nania, Waiheru, Tawiri, yang mati karena ditutupi sedimentasi.
Poka, Halong, dan Galala. Luas Hal ini dikarenakan sedimentasi yang
kawasan mangrove di kota Ambon turun ke laut berupa endapan lumpur
adalah 65 ha menyebar di teluk Ambon juga terjadi karena pembukaan lahan
bagian dalam 49.5 ha, pantai Tawiri untuk pemukiman yang tidak beraturan
teluk Ambon bagian luar 10.8 ha dan dan mengabaikan konservasi yang juga
teluk Ruton, pantai selatan 5 ha, dilakukan di desa Lateri yang pada
demikian pula ada tanaman mangrove beberapa tahun sebelumnya
di daerah karang mati di Hukurila. merupakan daerah paling subur
Jumlah spesies mangrove di teluk pertumbuhan padang lamunnya, tetapi
Ambon sebanyak 16 spesies. Tanaman pada saat ini banyak yang mati karena
yang umum dan sering dominan adalah tertutup sedimentasi lumpur.
Sonneratia, Avicennia dan Rhizophora Pasir pantai daerah penelitian
serta membentuk komunitas mangrove sebagian besar tersebar mengelilingi
campuran. Teluk Ambon Dalam dan Teluk Luar.
Lamun (seagras) merupakan Kenangkapan pada citra Iconos
satu-satunya tumbuhan berbunga nampak cerah dan agak keputihan
(Angiospermae) yang memiliki rhizome, dengan tekstur yang halus
daun dan akar sejati dan membentuk sebagaimana gambar 5.10. Jenis
padang yang luas di dasar laut dangkal penggunaan lahan ini, hampir sebagian
dan jernih yang berupa vegetasi tersebar di wilayah kota Ambon,
monospesifik maupun multispesifik dengan karakteristiknya sebagai Kota
dengan sirkulasi hari yang baik untuk pesisir. Karakteristik pesisir sebagian
menghantarkan zat-zat hara dan besar agihannya tersebar pada lokasi
oksigen terlarut, serta mengangkut Passo dan Waiheru (Teluk Ambon
hasil metabolisme lamun keluar daerah Dalam) serta lokasi wisata Amahusu
padang lamun. Perairan yang hingga Seri (Teluk Ambon Luar).
ditumbuhi padang lamun di kota Ambon Perairan pesisir Hukurilah sampai
ialah Teluk Baguala yang ditumbuhi Hutumuri juga merupakan wilayah
lamun jenis Thalassia hempriche dan dengan karakteristik pasir pantai yang
syringodium isoetifolium. Hasil dominan yang ditumbuhi bakau serta
penelitian yang dilakukan menunjukkan adanya terumbu karang.

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 31


Deviasi Pengunaan Lahan Pada Timbulnya masalah yang
Wilayah Pesisir dalam Rencana Tata berkaitan dengan penataan ruang
Ruang Kota Ambon seperti adanya penyimpangan
Rencana pola pemanfaatan pemanfaatan ruang di luar kawasan
ruang atau rencana peruntukan lahan yang telah direncanakan dalam
secara garis besar tediri atas kawasan rencana tata ruang kawasan, dijelaskan
lindung dan kawasan budidaya. bahwa pada kawasan lindung yaitu
Rencana peruntukan lahan di Kota oleh kegiatan perkebunan penduduk
Ambon mengacu pada Keppres No 32 seluas 52.812 hektar, sementar pada
Tahun 1990, yang merupakan kawasan budidaya terbesar terjadi
perwujudan dari pengembangan pada kawasan pemukiman seluas
struktur tata ruang kota yang 1346.692 hektar. Kawasan hutan
berdasarkan prinsip pembangunan lindung di kota ambon, terdapat di
berkelanjutan yang meliputi kawasan daerah pegunungan di sekitar wilayah
yang memberikan perlindungan kecamatan Teluk Ambon Baguala dan
kawasan bawahannya, kawasan pegunungan di kecamatan Sirimau,
perlindungan setempat dan kawasan dan penyimpangan kawasan hutan
suaka alam, sedangkan kawasan lindung terbesar ini terjadi pada daerah
budidaya merupakan kawasan di luar Gunung Nona di Jaizirah Leitimur pusat
kawasan lindung yang di kelompokan kota Ambon, yang disebabkan berbagai
menurut kawasan hutan produksi, aktivitas penduduk dalam merubah
kawasan pemukiman, kawasan lahan baik untuk usaha pertanian
komersial, kawasan perkantoran, dan maupun non pertanian.
pada kawasan penyangga di Sementara penyimpangan yang
kembangkan lahan pertanian atau terjadi pada kawasan permukiman,
perkebunan dan lainnya. disebabkan arahan pengembangan
Berdasarkan hasil overlay peta kawasan ini dalam TRTW kawasan,
rencana tata ruang wilayah (RTRW) di pada daerah di selaput inti kota yang
kota Ambon tahun 2008-2028 dengan meliputi desa Lata, Halong, hingga ke
peta penggunaan lahan pesisir, Desa Passo. Hal tersebut menjadi
menunjukan bahwa pada kawasan arahan untuk pengembangan
lindung, luas kawasan hutan yang permukiman dan lahan terbangun ke
dilindungi seluas 3241.150 hektar, depan, seiring dengan semakin
sempadan pantai seluas 40.088 hektar, meningkatnya aktivitas kegiatan
sempandan sungai seluas 180.545 pembangunan untuk berbagai failitas-
hektar, dan suaka alam seluas 51.441 fasilitas kota maupun untuk kegiatan
hektar, sementara pada kawasan pembangunan permukiman penduduk
budidaya luas kawasan hutan konversi sehingga dapat mengeliminir terjadi
atau hutan produksi seluas 2609.674 penggunaan lahan yang tidak
hektar, perkebunan seluas 8144.889 mengenal batas kawasan budidaya
hektar, kebun campuran seluas maupun lindung.
14275.770 hektar pemukiman seluas Berbagai penyebab
4983.637 hektar, pelabuhan seluas penyimpangan yang terjadi pada
177.596 hektar, pemerintahan seluas kawasan-kawasan yang telah
40.576, perdagangan seluas 101.285 ditetapkan, salah satu yaitu disebabkan
hektar dan pertahanan dan keaamanan oleh pertambahan kegiatan penduduk
seluas 66.631 hektar. di kota yang dipicu oleh peningkatan

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 32


jumlah penduduk maupun tuntutan dan perkebunan) dalam meningkatkan
kehidupan masyarakat yang telah aktifitas penduduk terhadap
mengakibatkan peningkatan volume keberkelanjutan pangan.
dan frekuensi kegiatan penduduk. Kajian terhadap Rencana tata
Konsekuensi keruangan sangat jelas ruang wilayah (RTRW) terutama
yaitu peningkatan tuntutan akan ruang terhadap kawasan lindung budidaya
untuk mengakomodasikan sarana atau harus dikaji secara holistic atau
struktur fisik yang diperlukan untuk menyeluruh dengan memerhatikan
melaksanakan kegiatan dengan eksisting pengunaan lahan sebagai
penataan ruang. Rencana kondisi riil yang terjadi di lapangan
pemanfaatan lahan merupakan acuan hingga tahun 2012.
dalam pengarahan perkembangan
pembangunan kota dan pengendalian SIMPULAN
pemanfaatan lahan kota. Berdasarkan penjelasan-
Perkembangan kota yang pesat akan penjelasa di atas maka beberapa
diikuti laju urbanisasi yang tinggi, simpulan yang dapat disampaikan di
merupakan permasalahan yang bawah ini.
memerlukan penanganan yang cermat. Pendeteksian karakteristik
Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai pesisir di lokasi penelitian berbasis
dengan rencana merupakan gejala Citra Multi Resolusi (Citra Ikonos,
umum yang terjadi di kota-kota yang landsat dan DEM SRTM) dan
pesat pertumbuhannya (Zulkaidi,1999). dikombinasikan dengan survey
Penataan kawasan-kawasan ini terrestrial dapat mendeteksi zonasi
dalam rencana tata ruang wilayah ekosistem pesisir secara detail dengan
(RTRW) kawasan kota Ambon, jika sebaran, jenis dan luasan secara
dianalisis menunjukan bahwa ada beragam baik ekosistem terumbu
upaya untuk menjaga kawasan yang karang, mangrove, padang lamun,
harus dilindungi yang befungsi sebagai dengan sebaran kearah daratan
penyangga kawasan lainnya, dan maupun laut.
memerlihatkan ada keberpihakan Habitat terumbu karang di Kota
terhadap kesejahteraan masyarakat Ambon seluas 2.5 km2 yang di
melalui penataan kawasan pertanian dominasi oleh tipe terumbu karang tepi.
yang disatukan dengan kawasan Kawasan mangrove seluas 65.3 ha
perkebunan. menyebar di teluk Ambon bagian dalam
Data spacial tentang RTRW seluas 49.5 ha, di pantai Tawiri teluk
kawasan ini juga menunjukan adanya Ambon seluas 10.8 ha dan di teluk
upaya yang mengarah pada Rutong pada bagian pantai Selatan
peningkatan ketahanan pangan karena seluas 5 ha. Terdapat 16 species
penetapan kawasan untuk kebun mangrove di Teluk Ambon, yang
campuran mencapai 12179.788 hektar didominasi oleh Sonneratia,
dan juga kawasan perkebunan Avicennia,dan Rhizophora. Untuk
mencapai seluas 8134.399 hektar. Hal padang lamun tersebar di teluk
ini menunjukkan bahwa berbagai Baguala yang didominasi oleh jenis
kebijakan peruntukan ruang di kota Thalassia Hemprichi dan
Ambon tetap meberikan peluang dalam Syringodiumisoetifolium.
pengembangan sektor pertanian rakyat Berdasarkan hasil overlay
maupun individual (kebun campuran terhadap pola penggunaan lahan maka

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 33


terdapat penyimpangan penggunaan Chiappone, M., and Sullivan K.M. 2005.
lahan pada kawasan pesisir dimana Distribution Abundance and
untuk pemukiman seluas 26.5 Ha, dan Spesies Composition of Juvenil
untuk berbagai peruntukan lain seluas Scleractinian Corals in The
4.23 ha. Florida Reef Tract. Florida A.S:
Berbagai penyimpangan Bull Mar Sci-Florida.
tersebut mengakibatkan terjadinya United Nations Development
pengurangan luasan ekosistem Programme (UNDP). 2012.
mangrove dan terjadi sedimentasi yang Human Development Report
tinggi sehingga merusak pelestarian 2012. New York: Oxford
ekosistem padang lamun di sekitar University Press.
wilayah perairan di kota Ambon. Wilkinson, C. 2004. Status of Coral
Timbul masalah yang berkaitan Reef of the World–Volume 1.
dengan penataan ruang seperti adanya Asutralia: GCRMN Australian
penyimpangan pemanfaatan ruang di Institute of Marine Science.
luar kawasan yang telah direncanakan Zulkaidi, Denny. 1999. Pemahaman
dalam Recana Tata Ruang Kawasan Perubahan Pemanfaatan
supaya diusahakansedapat-dapatnya Lahan Kota Sebagai Dasar
di perkecil bahkan lebih baik lagi Bagi Kebijakan
dihilangkan agar tidak berdampak pada Penanganannya. Jurnal PWK.
pemeliharaan kelestarian lingkungan Vol. 10, No. 2/ Juni 1999.
hidup pada secara umum, pada
lingkungan daerah pesisir.
Perlu adanya sosialisasi dari
pihak berwajib kepada tingkaat
pimpinan atas sampai kepada
masyarakat bawah agar semua
mengetahui Rencana Tata Ruang
Kawasan sehingga tidak terjadi
pemanfaatan ruang di luar kawasan.
Perlu adanya pengawasan yang
ketat dari pemerintah khusus bagian
tata kota dalam mengawal rencana tata
ruang kawasan untuk menghindari
penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi karena dapat merusak
ekosistem secara umum dan khusus
pada ekosistem pesisir atau ekosistem
pantai.

DAFTAR RUJUKAN
Bengen, D. G. 2002. Sinopsis
Ekosistem Sumberdaya Alam
Pesisir dan Laut. Jakarta: Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan IPB. Bogor.

Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-9, Cetakan ke-20 34

Anda mungkin juga menyukai