Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi Alergi pada Makanan

Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali dengan mekanisme imunologis, yaitu
akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu, yang berikatan dengan sel mast.
Reaksi terjadi karena paparan pada bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak
ditemukan dalam lingkungan. Paparan berulang oleh alergen spesifik akan mengakibatkan reaksi
silang terhadap sel mast yang mempunyai ikatan dengan afinitas kuat pada IgE. Pelepasan mediator
terlarut seperti histamin menjadi indikasi bahwa telah terjadi pengaktifan sel Mast. Selanjutnya
histamin akan menuju ke target organ dan menimbulkan gejala klinis sesuai dengan target organ
tersebut yang mana faktor yang mempengaruhi adalah faktor genetik dan lingkungan ( wistiani &
hastono)

Wistiani & Hastono. 2011. Hubungan Pajanan Alergen Terhadap Kejadian Alergi pada Anak. Sari
Pediatri, 13(3), 185-190

Pada reaksi gastrointestinal yang dimediasi IgE, pada endoskopi ditemukan vasodilatasi lokal,
edema, sekresi mukus, dan petekie. Peningkatan PGE2 dan prostaglandin F2(PGF2) pada feses dan
serum ditemukan pada pasien alergi makanan yang mengalami diare (Nowak-Wegrzyn, et al, 2018)

Pada reaksi gastrointestinal yang dimediasi IgE, pada endoskopi ditemukan vasodilatasi lokal,
Edema, sekresi mukus, dan petekie. Peningkatan PGE2 dan prostaglandin F2(PGF2) pada feses dan
Serum ditemukan pada pasien alergi makanan yang Mengalami diare (Kam & Reveinal, 2018)

Kam & Reveinal. (2018). Imunopatogenesis dan Implikasi Klinis Alergi Makanan pada Dewasa. Jurnal
Kesehatan Andalas.7(2), 144-151

Nowak-Wegrzyn, et al. (2014). Reactions to foods. In: Adkinson F, Bochner B, Burks W, Busse W,
Holgate S, Lemanske R, et al. Middleton's Allergy Principles and Practice. Eight Edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders; p. 1310-1336.

1. Gejala-gejala alergi pada makanan


– Gejala dapat muncul pada kulit, pernapasan, cardiovascular, dan pencernaan.
– Gejala yang paling sering timbul pada kulit dan sistem pernapasan.
– Reaksi alergi yang paling berbahaya adalah terjadinya anafilaksis sistemialergi.dapat
menimbulkan rasa nyeri, mual muntah, sianosis, tekanan darah turun, angioedema, nyeri
dada, urticaria, diare, shock, dan kematian.
– Seseorang yang memiliki reaksi anafilaksis harus membawa obat epinephrine setiap saat.
– Food-dependent exercise-induced anaphylaxis (FEIAn) dapat muncul saat 2 Jam setelah
melakukan aktifitas berat dan makan 1 jenis atau lebih yg dapat menimbulkan alergi.

2. Faktor risiko alergi makanan:


– Keturunan
Berperan pada timbulnya atopic disease
– Paparan terhadap makanan (antigen)
Paparan secara inhalasi, kontak dgn kulit, atau ingesti
– Permeabilitas gastrointestinal
Menyebabkan penetrasi antigen yg kemudian berinteraksi dengan limfosit.
– Gastrointestinal disease, malnutrisi, premature, dan imunodefisiensi berhubungan dg
permeabilitas gastrointestinal.
– Faktor lingkungan (misal paparan mikrobia)
Paparan dini terhadap mikrobia, rokok, stress, exercise, dan dingin dapat meningkatkan
gejala alergi pada makanan

3. Diagnosis memerlukan identifikasi makanan yg diduga menyebabkan alergi, bukti bahwa


makanan tsb adalah penyebabnya, dan verifikas keterlibatan imunologi.
1. Riwayat Klinis

- Deskripsi gejala

- Waktu yg diperlukan sampai timbulnya gejala

- Deskripsi dari reaksi ygditimbulkan

- List makanan yg dicurigai memberikan efek alergi

- Estimasi jumlah makanan yang dapat menimbulkan efekalergi

2. Penilaian fisik

- Pengukuran BB, TB, BMI

- Evaluasi simpanan lemak dan otot

3. Tes biokimiawi

- Tes feses/tes darah/tes keringat

4. Tes imunologi
5. Skin test
Paling efektif dan memberikan hasil yang cepat (15-30 menit)
6. Food elimination
Dicoba untuk mengeliminasi makanan yg menyebabkan alergi dan
Dilihat apakah kondisinya membaik
 Diagnosis alergi makanan diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan “Double Blind Placebo Controlled
Food Challenge”.
 Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan provokasi terbuka “Open Challenge".
Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan makanan yang dikemukakan sendiri oleh
penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka
dipakai regimem diet tertentu.

4. Pencegahan:
 Hindari Asap rokok
 Antioksidan
 Probiotik Trimester.
 Terakhir kehamilan
 ASI eksklusif
 Formula HA
 Tunda makanan padat

Pencegahan

1. Menghindari makanan yang dapat menyebabkan alergi perlu diganti dengan


makanan jenis lain yang dapat mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak didapat dari
makanan yang menyebabkan alergi
2. Food imunoterapi vaccine
3. Probiotik dapat mencegah alergi
4. ASI dapat mencegah resiko terjadinya alergi
5. Alergi akan berkurang dengan bertambahnya Usia, sehingga anak dapat
diperkenalkan kembali dengan makanan yang menimbulkan alergi saat anak sudah
bertambah usianya.

Anda mungkin juga menyukai