Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN”


Disusun untuk memenuhi tugas :

Mata Kuliah : Keterampilan Dasar Praktek Kebidanan

Dosen Pengampu : Lusy Pratiwi, S.Tr.Keb., M.K.M

Anggota Kelompok 3 :

1. Adriana Deta Karere 15. Siti Mulyaningsih


2. Dea Nur Rosyadah 16. Siti Nurfadilah
3. Eva Karlina 17. Siti Rohimah
4. Fira Bawamenewi 18. Sukma Ayu Refiani
5. Ilma Azizah 19. Susi Mulyaningsih
6. Kherin Alma Ghifari 20. Susy Aswaty
7. Lely Octavia 21. Umi Rahmawati Dewi
8. Meylinda 22. Viktoria Nahum
9. Niken Dwi Aprinda 23. Viona Halizah
10. Putrilia Imanda 24. Winda Putri Nabila
11. Putri Amelia 25. Yesha Lewiski Lumban
12. Riska 26. Yohana Bakan
13. Salsabila Fitriani 27. Zulfa Lailatul Ikhfa
14. Sania Nur

POLITEKNIK TIARA BUNDA


PRODI KEBIDANAN
DEPOK
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pencegahan infeksi
dalam praktek kebidanan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, 20 September 2021

   
                                                                  Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...................................................................
B. PERUMUSAN MASALAH .........................................................
C. TUJUAN PENULISAN ...............................................................
D. MANFAAT PENULISAN ...........................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
A. PENCEGAHAN INFEKSI ...........................................................
B. TEKNIK CUCI TANGAN ...........................................................
C. PELINDUNG DIRI ....................................................................
D. ASEPTIK DAN ANTISEPTIK .....................................................
E. DEKONTAMINASI ALAT ..........................................................
F. DTT/STERILISASI .....................................................................
G. PENANGANAN SAMPAH .........................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. KESIMPULAN ..........................................................................
B. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya mikrobakteri patogen ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan sakit. Setiap ibu bersalin yang mendapat pelayanan medis
akan dihadapkan pada resiko infeksi penyakit berbahaya. Penyakit - penyakit berbahaya
seperti Hepatitis dan HIV/AIDS dapat ditularkan melalui tindakan medis diantaranya
tindakan pada saat melakukan pertolongan persalinan. Akibat terbesar dari penyakit
infeksi yaitu dapat menyebabkan kematian. Penyakit infeksi masih menyokong 10%
kematian ibu di Indonesia, baik pada masa ibu hamil, bersalin dan nifas. Dimana infeksi
patogen dapat berasal dari penolong, ibu dan tempat persalinan.
Dari sisi penolong persalinan penyakit infeksi terjadi karena tindakan manipulasi
yang tidak steril, frekuensi pemeriksaan dalam yang sering, sarung tangan dan alat
persalinan yang tidak steril serta teknik aseptik yang kurang memadai. Dari faktor ibu yang
berkontribusi terhadap penyakit infeksi dapat berupa personal hygiens intra partum dan
post partum yang rendah, persalinan lama atau macet, ketuban pecah dini, persalinan
dengan sesar, ibu menderita anemia dan mal nutrisi. Dari faktor tempat dapat disebabkan
ruangan yang tidak bersih dan steril. Resiko infeksi dapat dicegah dan dikurangi dengan
upaya pencegahan infeksi pada saat memberikan pelayanan medis terutama pada saat
melakukan pertolongan persalinan.
Tindakan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan sangat penting dan
menjadi prosedur yang harus dipatuhi oleh bidan. Pencegahan infeksi adalah upaya untuk
menghindari dan meminimalkan kontaminasi patogen pada ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan dan petugas lain yang terlibat dalam asuhan persalinan. Prosedur
yang dimaksud untuk mengurangi atau memutus rantai penularan penyakit infeksi adalah
dengan tindakan pencegahan infeksi, antara lain melalui tindakan cuci tangan, penerapan
teknik aseptik, pemrosesan alat-alat yang digunakan dan pengolahan limbah. Disamping itu
juga untuk mencegah penularan penyakit infeksi dengan penggunaan APD bagi petugas
kesehatan.
Kejadian infeksi pada persalinan berhubungan erat dengan tindakan yang dilakukan
oleh bidan dalam pencegahan infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 orang dari
110 responden terindikasi HBsAg Positif, dan 56,2% diantaranya mempunyai riwayat
tertusuk jarum bekas. Penelitian lain menyebutkan 49,6% perilaku pencegahan infeksi oleh
bidan tidak sesuai standar dan 45% sarana prasarana tidak lengkap). AKI yang disebabkan
karena infeksi dibeberapa wilayah Indonesia menunjukkan adanya variasi yaitu di Provinsi
Lampung sebesar 4,2%(13), Sumatra Barat sebesar 7,06%(14) sementara di Jawa Tengah
2,7%. Sedangkan rata – rata AKI akibat infeksi di Indonesia dan dunia masing - masing 10%
dan 15% .
Prevalensi kematian ibu di Kabupaten Tegal akibat penyakit infeksi pada tahun 2016
mencapai 6,06%. Data lain menyebutkan hasil skrining pemeriksaan Deteksi Dini Hepatitis
B (DDHB) pada ibu hamil di pertengahan tahun 2016 sampai September 2017 tercatat 328
ibu hamil Hepatitis B positif, dengan 5 diantaranya adalah bidan yang mempunyai riwayat
pernah menolong persalinan pada ibu hamil dengan Hepatitis B positif.
Menurut Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Bidan dalam memberikan asuhan
persalinan normal harus memiliki pengetahun dan ketrampilan yang telah ditetapkan
dalam standar pelayanan kebidanan yaitu secara konsisten dan sistematik menggunakan
praktek pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan,
menerapkan teknik aseptik, menjaga sanitasi lingkungan, memperhatikan proses ulang
peralatan bekas pakai. Standar pertolongan persalinan sudah di atur dalam 58 langkah
Asuhan Persaalinan Normal (APN) yang bertujuan memberikan asuhan persalinan yang
bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi selama dan pasca persalinan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah bagaimana upaya pencegahan infeksi oleh Bidan pada Asuhan Persalinan Normal di
Puskesmas Mampu Persalinan di Kabupaten Tegal?. Berdasarkan pertanyaan umum
tersebut diatas disusun pertanyaan khusus sebagai berikut :
1. Bagaimana kelengkapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
Bidan pada pertolongan persalinan normal?
2. Bagaimana tindakan aseptik terhadap alat, tempat dan bidan?
3. Bagaimana perwadahan sampah dan limbah pada saat pertolongan persalinan
normal?
4. Bagaimana perbedaan penggunaan APD berdasarkan kelompok usia, pekerjaan,
status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
5. Bagaimana perbedaan tindakan aseptik berdasarkan kelompok usia, pekerjaan,
status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
6. Bagaimana perbedaan perwadahan sampah dan limbah berdasarkan kelompok
usia, pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pencegahan infeksi oleh Bidan pada asuhan persalinan.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kelengkapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan oleh Bidan pada pertolongan persalinan normal.
b. Mendeskripsikan tindakan aseptik terhadap alat, tempat dan bidan.
c. Mendeskripsikan perwadahan sampah dan limbah yang digunakan pada
pertolongan persalinan normal.
d. Membuktikan perbedaan penggunaan APD berdasarkan kelompok usia,
pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
e. Membuktikan perbedaan tindakan aseptik berdasarkan kelompok usia,
pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
f. Membuktikan perbedaan perwadahan sampah dan limbah berdasarkan
kelompok usia, pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.

D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Teoritis
a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
atau masukan bagi bidan atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya upaya pencegahan
infeksi dalam melakukan pertolongan persalinan.
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan infeksi
pada pelaksanaan asuhan persalinan normal.
2. Metodologis
Sebagai referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan dan bahan masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penatalaksanaan Pencegahan
Infeksi pada asuhan persalinan normal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Infeksi
1. Definisi
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi termasuk di dalamnya bakteri, virus,
jamur dan parasit. Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu vegetative (Staphylococcus), Microbacteri (Tuberculosis) dan endospora
(ganggren dan tetanus). Dari semua agen infeksi yang umum, endospora yang paling sulit
dimusnahkan karen protektif yang kuat (lapisan pelindungnya).
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.
Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,
jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman.
Asepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarng tangan,
meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya
adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah
terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
Mencuci dan membilas adalah tindakan yang dilakukan menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangan
semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau cara
kimiawi.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau
instrumen.
2. Tujuan
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme
penyebab luka infeksi berat, abses, abdominal, dan abses skrotum, penyakit
radang panggul, tetanus.
b. Mencegah peyebaran penyakit-penyakit berat yang mengancam jiwa seperti
hepatitis B dan HIV-AIDS. Mikroorganisme dapat hidup dimana saja dalam
lingkungan kita. Pada manusia normal mikroorganisme dapat dijumpai
dipermukaan kulit, saluran nafas bagian atas, usus, dan traktus genitalia yang
disebut flora normal. Disamping itu, mikroorganisme juga hidup pada binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, udara dan air.
3. Cara Penularan Mikroorganisme
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar virus.
Jumlah oragnisme (inokulum) yang dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang
rentan berbeda setiap lokasi. Jika organisme bersentuhan dengan kulit, resiko
infeksi rendah. Sedangkan setiap hari kita ersentuhan dengan bahan-bahan yang
mengandung beberapa organisme. Jika organisme bersentuhan dengan selaput
lendir atau kulit yang terkelupas, resiko infeksi meningkat. Resiko infeksi bertambah
besar ketika organisme bersentuhan dengan bagian dalam tubuh yang steril.
Walaupun hanya sedikit organisme yang masuk dapat menyebabkan penyakit.
Proses penyebabran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia
maupun hewan, dapat melalui berbagai cara diantaranya :
a. Kontak tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran langsung maupun
tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
b. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing, dan lain-
lain.
c. Serangga
Proses penyebaran kuman melalui serangga alah penyebaran penyakit
malaria olehn plasmodium pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit
saluran pencernaa yang dapat ditularkan melalui lalat.
d. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan.
4. Infeksi Nosokomia
Adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesahatan, baik melalui pasien,
petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
a. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke pasien lainnya,
petugas kesehatan, pengunjung atau benda dan alat kesehatan lainnya.
b. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat
menularankan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke dalam lingkungan
rumah sakit atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
d. Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud di sini adalah lingkungan rumah sakit yang meliput
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit
yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
5. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah
bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan
infeksi secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses
dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan
konsisten.

Pedoman pencegahan infeksi

Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan
ke orang dapat dilakukan dengan meletakan penghalang diantara mikroorganisme dan
individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik,
mekanik ataupun kimia meliputi :
a. Pencucian tangan
b. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan) baik pada saat melakukan tindakan,
maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/kain tenunan
bekas pakai)
c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit
d. Pemprosesan lat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas serta desinfeksi tingkat
tinggi atau sterilisasi)
e. Pembuangan sampah
6. Tindakan Pencegahan Infeksi
a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme baik pada permukaaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesahatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan lainnya.
c. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesahatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan.
d. Pencucuian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau setiap
benda asing seperti debu dan kotoran.
e. Desinfeksi, yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar
(tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
dilakukan dengan merebus atau dengan menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa bakteri endospora.
f. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, dan parasit) termasuk bakteri endospora.
g. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1) Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
2) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis
danHIV/AIDS).
B. Teknik Cuci Tangan

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.

Sabun dan deterjen merupakan produk-produk pembersih(berbentuk batangan, cair,


selebaran atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu
membuang kotoran, debu dan mikrooganisme sementara dari kedua belah tangan. Sabun
biasa membutuhkan friksi (penggosokan) untuk membuang mikroorganisme secara mekanik
sedangkan sabun antiseptik juga membunuh atau menghambat pertumbuhan sebagian besar
mikroorganisme.

Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
menggunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila menggunakan
sabun biasa. Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa/kontak langsung dengan
pasien, sebelum memakai sarung tangan bedah steril/DTT, setelah kedua tangan
terkontaminasi (memegang instrumenyang kotor dan alat lainya, menyentuh seapu lendir,
darah, kontak yang lama dan intensif dengan pasien) setelah melepas sarung tangan.

Teknik cuci tangan ada dua cara yaitu :

1. Cuci Tangan Biasa


a. Petunjuk
1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dengan susun secara ergonomis
2) Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
3) Bekerja secara hati-hati dan teliti
b. Keselamatan Kerja
1) Patuhi prosedur pekerjaan
2) Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan
3) Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja atau menilai
4) Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
c. Peralatan dan Perlengkapan
1) Sabun biasa atau antiseptic
2) Handuk bersih
3) Wastafel atau air mengalir
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lepas cincin, jam tangan dan gelang
3) Singsingkan lengan baju sampai ke siku
4) Basahi tangan dengan menggunakan air mengalir, gunakan sabun secara merata
pada kedua tangan.
5) Gosok kedua tangan dan jari
6) Gosok punggung tangan secara bergantian
7) Gosok sela jari dengan jari-jari tangan yang berlawanan, lakukan secara
bergantian.
8) Gosok punggung jari secara bergantian
9) Gosok ibu jari secara bergantian
10) Gosok ujung jari pada telapak tangan secra bergantian
11) Bilas kedua tangan dengan air bersih yang mengalir
12) Tutup kran dengan tisu atau handuk bersih
13) Keringkan tangan dengan handuk bersih.
2. Cuci Tangan Bedah
Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, dbu dan organisme sementara
secara makanikal dan mengurani flora tetap selama pembedahan.
Tujuanya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah
tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan penggunaan
penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang mengandung klorheksidin
menunjukkan pengurangan yang lebih besar pada jumlah microbial pada
tangan,meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya.
a. Petunjuk
1) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dengan susun secara ergonomis
2) kuti petunjuk yang ada pada job sheet
3) Bekerja secara hati-hati dan telit
b. Keselamatan
1) Bertindak lembut dan hati-hati pada saat melakukan tindakan
2) Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakan
penggunaannya.
3) Letakan peralatan pada tempat yang terjangkau dan sistematis oleh petugas
4) Jangan memakai sikat yang keras karena dapat merusak kulit
5) Jangan menyentuh objek atau permukaan terkontaminasi sebelum
menggunakan sarung tangan
c. Peralatan dan Perlengkapan
1) Sabun biasa atau antiseptik
2) Bahan antiseptik
3) Sikat lembut DTT
4) Spon
5) Handuk steril atau lap bersih dan kering
6) Wastafel atau air mengalir
d. Prosedur Pelaksanaan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lepas cincin, jam tangan dan gelang
3) Singsingkan lengan baju sampai ke siku
4) Basahi tangan dengan menggunakan air mengalir sampai ke siku, gunakan
sabun kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada sebelah tangan
5) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut kearah luar kemudian
bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular dengan spon. Mengulangi hal
yang sama pada lengan lain. Lakukan selama minimal 2 menit
6) Membilas tangan dengan lengan secara terpisah dengan air mengalir, setelah
bersih, tahan kedua tangan mengarah keatas sebatas siku. Jangan biarkan air
bilasan mengalir kearah bersih.
7) Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah
dengan antiseptik minimal selama 2 menit.
8) Membilas setiap tangan dengan lengan secara terpisah dengan air mengalir
setelah bersih tahan kedua tangan mengarah keatas sebatas siku. Jangan
biarkan air bilasan mengalir kearah tangan.
9) Menegakakan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
permukaan atau benda apapun.
10) Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangi anginkan. Seka
tangan dimulai dari ujung jari hingga siku untuk tangan yang berbeda gunakan
sisi handuk yang berbeda.
11) Pakai sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua tangan
C. Pelindung Diri
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya.
1. Sarung tangan
Penggunaan sarung tangan merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan
penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi. Alat ini merupakan pembatas
fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak
dengan satu pasien ke pasien lain untuk mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan
dipakai bila terjadi kontak dengan pemeriksa dengan darah atau duh tubuh lainya,
selaput lendir atau kulit yang terluka atau akan membersihkan sampah terkontaminasi
atau memegang permukan yang terkontaminasi. Pakailah sarung tangan yang sesuai
ukuran, mengganti secara berkala pada tindakan yang perlu waktu lama, kuku cukup
pendek untuk mengurangi resiko robek, jangan memakai krim berbasis minyak karena
akan merusak sarung tangan.
a. Petunjuk
1) Baca dan pelajari lembar kerja
2) Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dan susun secra ergonomis
3) Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
4) Bekerja secara hati-hati dan teliti
b. Keselamatan kerja
1) Pakailah sarung tangan dengan ukuran yang sesuai
2) Gantilah sarung tangan secara berkala pada tindakan yang memerlukan waktu
lama
3) Potonglah kuku cukup pendek untuk mengurangi resiko robek.
4) Tariklah sarung tangan hingga meliputi baju (jika pakai baju operasi)
c. Peralatan dan perlengkapan
1) Sarung tangan steril
2) Wastafel atau air mengalir untuk cuci tangan
3) Handuk bersih dan sabun
d. Prosedur pelaksanaan
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lakukan cuci tangan (sesuai dengan prosedur)
3) Buka kemasan sarung tanagan bagian luar dengan hati-hati
4) Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat
diatas ketinggian permukaan pergelangan tangan
5) Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus
6) Identifikasi sarung tangan kanan atau kiri, setiap sarung tangan mempunyai
manset ±5 cm
7) Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan
8) Pegang tepi manset dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan yang tidak
dominan. Pastikan bahwa manset tidak menggulung pada tangan, pastikan juga
jari-jari ada pada posisi yang tepat.
9) Masukkanlah jari-jari dibawah manset sarung tangan kedua dengan tangan yang
telah memakai sarung tangan.
10) Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
11) Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari satu tangan yang dominan menyentuh bagian
tangan yang non dominan yang terbuka pertahankan ibu jari tangan non dominan
abduksi kebelakang.
12) Jika sarung tangan kedua telah terpasang, lakukan penyesuaian sarung tangan
dengan jari-jari seperti biasa
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang, dan
semua rambut muka. Masker ini dipakai untuk menahan cairan yang keluar sewaktu
petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, bersin, dan juga untuk mencegah
cipratan darah atau cairan tubuh terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut
petugas kesahatan. Masker terbuat dari berbagai bahan yaitu kain katun ringan, kasa,
kertas sampai bahan sintesis, yang beberapa diantaranya tahan cairan. Masker yang
terbuat dari bahan katun atau kertas nyaman tetapi sebagian filter tidak tahan cairan dan
tidak efektif. Masker yang terbuat dari bahan sintetik dapat memberikan sedikit
perlindungan dari tetesan partikel besar (>5 μm) yang diesbarkan lewat batuk atau bersin
dari petugas pelayanan kesehatan yang berada dekat kurang dari 1 meter dengan pasien.
3. Pelindung Mata
Melindungi tenaga kesehatan kalau terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang
terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung plastik
yang jernih, kacamata pengaman.
4. Kap
Dipaki untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut tidak masuk
dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Kap memberi-kan sedikit perlindungan pada pasien, tujuan utamanya adalah melindungi
pemakainya dari semprotan dan cipritan darah dan cairan darah.
5. Gaun
a. Gaun penutup dipakai untuk menutupi baju rumah. Pemakaian utama dari gaun
penutup adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.
b. Gaun bedah pertama kali digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme
yang terdapat di abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu
pembedahan.
6. Clemek (Apron)
Apron yang dibuat dari karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di bagian
depan dari butuh petugas kesehatan. Apron harus dipakai kalau sedang membersihkan
atau melakukan tindakan dimana darah dan duh tubuh di antisipasi akan tumpah
(umpamanya, sewaktu seksio atau persalinan pervagina).
7. Alas Kaki
Alas kaki dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat atau
dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki. Untuk alasan ini sandal, atau
sepatu terbuat dari bahan empuk (kain) tidak dapat diterima. Sepatu bot dari karet atau
kulit lebih melindungi tapi harus selalu bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau
tumpahan cairan tubuh lainnya.
D. Aseptik dan Antiseptik
Aseptik mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme pada jaringan bahan dan alat
steril. Antiseptik mencegah terjadinya infeksi dengan menghambat atau menghancurkan
tubuhnya organism pathogen dalam luka.
1. Mempersiapkan larutan desinfeksi
a. Tujuan
Menyediakan larutan desinfeksi yang dapat digunakan secara tepat guna dan aman
serta dalam keadaan siap pakai.

b. Jenis
1) Sabun yang mempunyai daya anti septik
2) Lysol
3) Kreolin
4) Savlon
5) Sublimat
6) PK (permanganas kalikus)
7) Bethadin
2. Cara membuat larutan sabun
a. Persiapan
1) Sabun padat, sabun crem atau sabun cair
2) Gelas ukuran
3) Timbangan
4) Pisau atau sendok makan
5) Alat pengocok
6) Air panas atau hangat dalam tempatnya
7) Ember dan baskom
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan dari sabun padat atau krem : sabun padat sekurang-kurangnya 4
gram dimasukkan kedalam ember berisi satu liter air panas atau hangat. Lalu di
aduk sampai larut.
2) Membuat larutan dari sabun cair
3) CC sabuncair dicampurkan kedalam ember berisi satu liter air hangat kemudian
diaduk sampai rata.
c. Penggunaannya
Untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan, seperti alat tenun, logam, karpet atau
plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika.

3. Cara membuat larutan Lysol dan Creolin


a. Persiapan
1) Larutan Lysol
2) Gelas ukuran
3) Ember berisi air
4) Creolin
5) Ember berisi air yang dibutuhkan
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan Lysol atau creolin 0,5% : 5 cc Lysol atau Creolin dicampurkan
kedalam satu liter air.
2) Membuat larutan Lysol atau creolin 2% atau 3% : 20 cc sampai 30 cc Lysol atau
creolin dicampurkan ke dalam satu liter air.
c. Penggunaan
1) Lysol 0,5% : untuk mencuci tangan
2) Lysol 1% : untuk desinfeksi peralatan perawatan atau kedokteran
3) Lysol 2-3% : untuk merendam peralatan yang digunakan pasien berpenyakit
menular, selama 24 jam.
4) Creolin 0,5% : untuk mendeteksi lantai-lantai
5) Creolin 2 % : untuk mendeteksi lantai kamar mandi atau WC
4. Cara membuat larutan Savlon
a. Persiapan
1) Savlon
2) Gelas ukuran
3) Ember ataw baskom berisi air secukupnya
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan savlon 0,5 % : 5 cc savlon dicampurkan kedalam 1 liter air
2) Membuat larutan savlon 1% : 10 cc savlon dicampurkan kedalam satu liter air.
c. Penggunaan
1) Savlon 0,5% : untuk mencuci tangan
2) Savlon 1% : untuk merendam peralatan perawatan atau kedokteran.
E. Dekontaminasi Alat
Proses yang membuat objek mati lebih lama ditangani petugas kesehatan sebelum
dibersihkan. Dekontaminasi merupakan langkah pertama yang penting dalam menangani
peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Untuk
perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor.
Segera setelah digunakan, rendam seluruh bagian benda-benda yang terkontaminasi dalam
larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Ini akan cepat mematikan virus hepatitis B dan HIV.
Daya kerja larutan klorin akan cepat menurun sehingga harus diganti minimal setiap 24 jam
atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.
F. DTT/Sterilisasi
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah proses yang meng- hilangkan semua mikroorganisme
kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau
penggunaan disinfektan kimia.
Jika memungkinkan, alat-alat dan perlengkapan lainnya yang kontak dengan darah dan
jaringan bawah kulit, seperti jarum pakai ulang, alat suntik, skapel harus disterilisasi setelah
dekontaminasi, dibersihkan, dicuci dan dikeringkan.
Proses sterilisasi dapat membunuh seluruh mikroorganisme termasuk endospora bakteri.
Endospora bakteri sangat sulit dibunuh karena mempunyai lapisan luar. Bakteri yang
membentuk endospora adalah spesies clostridium yang dapat menyebabkan tetanus dan
ganggren.
1. Sterilisasi
Sterilisasi harus dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah dan alat lain yang kontak
langsung dengan aliran darah jaringan normal steril.hal ini dapat dicapai dengan uap
bertegangan tinggi (otoklaf), pemanasan kering (oven), sterilisasi kimiawi.
a. Sterilisasi panas
Metode terpilih untuk sterilisasi merupakan penguapan dengan tegangan tinggi
(autoklaf) atau pemanasan kering (oven).
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode yang terpilih untuk mensterilkan alat-
alat atau perlengkapan lain yang digunakan dalam pelayanan kesehatan. Jika tidak
terdapat listrik, maka alat-alat dapat disterilkan dengan autoklaf dengan kompor
minyak tanah sebagai pemanasnya metode sterilisasi yang efektif, tetapi juga sulit
untuk dilakukan secara benar (gruendemann dan mangnum 2001).
Sterilisasi panas kering sangat baik untuk daerah yang beriklim lembab, tapi
membutuhkan aliran listrik yang konstan, sehingga tidak praktis untuk daerah
pedesaan. Selain itu sterilisasi panas kering hanya dapat di gunakan pada objek gelas
atau logam, obyek lainnya akan mencair atau terbakar (jarum dan instrument yang
bertepi tajam sebaiknya diproses dengan cara sterilisasi panas kering pada
temperature tidak lebih dari 162,80C atau bagian yang tajam tersebut akan rusak).
Kondisi standar untuk sterilisasi panas :
1) Streilisasi Uap : 1210C (2500F) tekanan harus berada pada 106 Kpa (15 lbs/in2)
selama 20 menit untuk bahan/alat tidak terbungkus, 30 menit untuk alat
terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada 1230C (2700F) tekanan harus
berada pada 0 lbs/in2, 15 menit untuk alat terbungkus.
2) Sterilisasi panas kering : 1700C (3400C) selama 1 jam (waktu siklus total atau
tempat instrument dalam oven, panaskan hingga 1700C, catat waktu untuk 1 jam
kemudian dinginkan kira- kira 2-2,5 jam) atau 1600C (3600C) selama 2 jam (waktu
siklus total adalah 3-3,5 jam)
b. Sterilisasi kimia Sebagai salah satu alternative dari sterilisasi panas kering dan
penguapan adalah sterilisasi kimia (sering disebut juga sebagai sterilisasi dingin) yaitu
dengan merendam 8-10 jam di dalam larutan glutaraldehid atau paling sedikit
merendam selama 24 jam dalam larutan formaldehid. Formaldehid dan glutaraldehid
membutuhkan penanganan khasus kerena meninggalkan endapan pada alat-alat yang
disterilkan sehingga setelah penggunaannya harus cuci kembali dengan cairan steril.
2. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sterilisasi adalah cara yang teraman dan efektif dalam memproses peralatan yang
akan digunakan dan berhubungan langsung dengan aliran darah, jaringan bahwa kulit atau
jaringan-jaringan lainnya yang pada keadaan normal steril. Jika peralatan sterilisasi tidak
ada atau tidak memadai maka DTT lah satu-satunya
alternative yang dapat dipilih.
DTT menghancurkan seluruh mikroorganisme termasuk virus- virus penyebab
hepatitis B dan HIV-AIDS, namun tidak dapat membunuh endospora bakteri. Sebagai
contoh pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan baik sterilisasi maupun DTT dapat
digunakan untuk memproses peralatan dan sarung tangan yang digunakan untuk
pemeriksaan dalam, pemasangan dan pencabutan AKDR karena sampai saat ini belum
pernah dilaporkan adanya
masalah yang ditimbulkan oleh endospora pada pemasangan AKDR.

DTT dapat dicapai dengan merebus atau merendam alat-alat pada cairan di infeksi
seperti glutaraldehid atau folmaldehid 8%. Karena merebus hanya membutuhkan
peralatan yang tidak mahal dan biasanya sudah ada, maka metode ini sebaliknya dipilih
pada klinik-klinik kecil atau di daerah terpencil. Walaupun sebagai metode yang dipilih
namun DTT hanya efektif jika digunakan
setelah perelatan atau sarung tangan di dekontaminasi dengan membersihkan dan
mencucinya sebelum di desinfeksi. Seluruh proses harus di monitor secara teratur.
a. DTT dengan Merebus
Untuk melakukan DTT dengan merebus maka peralatan harus sedikitnya 20 menit
direbus (mendidih). Perhitungan waktu dimulai saat air mendidih, seluruh peralatan harus
terendam dan tidak boleh ada penambahan apapun kedalam tempat rebusan.
Alat-alat yang telah di DTT dibiarkan kering oleh udara dengan menempatkannya di
area/ruang yang bersih. Pakailah instru- ment atau alat-alat tersebut sesegera mungkin
atau tempatkan di wadah tertutup dan kering yang telah diproses DTT terlebih dahulu.
Simpanlah hingga 1 minggu.
b. DTT dengan bahan kimia
Sejumlah disinfektan kimia yang telah digunakan diseluruh dunia : etil atau
isopropyl alcohol, klorin, formaldehid (formalin), glutaralehid, hidroksi peroksida, yodium
dan iodofor. Walaupun alcohol, yodium dan iodofor murah dan mudah di dapat, namun
larutan ini tidak termasuk DTT. Alcohol tidak membunuh beberapa virus dan spesies
pseudomonas dan salah satu kelompok bakteri gram negative diketahui dapat
berkembang biak dalam yodium. Larutan ini hanya digunakan sebagai disinfektan, jika DTT
tidak tersedia.

G. Penanganan Sampah
1. Definisi
Adalah sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya rumah dan bersifat padat.
2. Tujuan :
a. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
b. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
c. Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan
d. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
e. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman
3. Jenis sampah menurut sifat biologis dan kimianya
a. Sampah yang dapat membusuk : sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian.
b. Sampah yang tidak membusuk : kertas, plastic, karet, gelas, logam.
c. Sampah yang berupa debu/abu
d. Sampah yang berbahaya kesahatan sampah dari industri yang mengandung zat kimia
maupun fisis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan social ekonomi dan kemajuan teknologi
5. Pengaruh sampah terhadap kesehatan
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah,
misalnya : sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik,
tragonik. Sampah mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga
dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan,
pembakaran, pembuangan sampah, penyakit bawaan fektor yang berkembang biak
didalam sampah (lalat, tikus).
6. Penyakit bawaan sampah
Penyakit menular, penyakit tidak menular atau akibat kebakaran dan keracunanan.
7. Manfaat pengelolaan sampah
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit
b. Konservasi sumber daya alam
c. Mencegah gangguan estetika
d. Memberi instensif atau daur ulang
8. Macam-macam pengelolaan sampah
a. Pengomplosan
b. Pembakaran untuk sampah kering (refuse)
9. Cara membuang sampah yang baik
a. Pada lubang galian sampah (tanah digali)
b. Dibakar
c. Di kotak sampah
d. Di drum/tong sampah
e. Dikerangjang sampah
f. Di bak sampah
10. Tujuan membuang sampah klinik dengan tepat
a. Mencegah penyebaran infeksi ke petugas klinik yang menanganinya pada masyarakat
setempat
b. Melindungi petugas yang menangani sampah dari kecelakaan yang tidak disengaja
c. Memberikan lingkungan yang estetika

11. Cara penanganan sampah


a. Sampah Tajam (Jarum, silet, dan mata pisau)
1) Gunakan sarung tebal
2) Buang seluruh benda-benda yang tajam pada tempat sampah yang tahan pecah.
Tempat sampah yang tahan tusukan dapat dengan mudah dibuat menggunakan
karton tebal, ember tertutup atau botol plastik yang tebal. Botol gelas bekas cairan
infuse juga dapat digunakan untuk sampah-sampah yang tajam, tetapi ada resiko
pecah.
3) Catatan : letakan tempat sampah tersebut dekat daerah yang memerlukan
sehingga sampah-sampah tajam tersebut tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum
dibuang.
4) Catatan : cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik, jangan menekuk
atau mematahkan jarum sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup, tetapi
jika dibutuhkan dapat diusahakan dengan metode satu tangan :
a) Letakan tutup pada permukaan yang datar dan keras kemudian pindahkan
tangan
b) Kemudian dengan satu tangan, pengang alat suntik dan gunakan jarumnya
untuk meyodok tutup tersebut.
c) Jika tutup sudah menutupi jarum suntik, gunakan tangan yang lain untuk
merapatkan tutup tersebut.
5) Jika wadah untuk benda-benda tajam sudah ¾ penuh tutup, sumbat atau ikat
dengan kuat.

6) Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan caramenguburnya. Jarum dan
benda-benda tajam lainnya tidak dapat dihancurkan dengan membakarnya dan
kemudianhari dapat memnyebabkan luka dan meng-akibatkan infeksi yang serius.
Pembakaran atau memba-karnya dalam suatu wadah, dapat mengurangi
kemungkinan sampah tersebut dikorek korek dalam tempat sampah.
7) Cuci tangan setelah mengelolah wadah sampah tajam tersebut kemudian
dekontaminasi dan cuci tangan.
b. Sampah cair yang terkontaminasi (darah, feses, urine, dan cairan tubuh lainnya)
1) Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut
2) Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau
kedalam toilet bilas. Sampah cair dapat juga dibuang kedalam kakus. Hindari
percikannya.
3) Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan sisa-
sisa sampah. Hindari percikannya.
4) Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorin 0,5% atau disinfeksi local
lainnya yang adekuat dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci.
5) Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi kemudian
cuci sarun tangan.
c. Membuat dan menggunakan tempat penimbunan untuk pembuangan sampah
1) Kuburkan di lokasi khusus
2) Gali lubang dengan lebar 1 meter dan dalamnya 2 meter.
3) Dasar lubang sebaiknya 6 kaki dibawah permukaan air
4) Tutup dengan 15-30 cm tanah setiap hari (maksimal timbunan tanah 30 cm)
5) Pagari tempat untk mencegah binatang dan anak-anak mendekati tempat tersebut.
Catatan :
Gudukan sampah yang terbuka harus dihindari, karena :
a. Resiko terpapar dan bahaya kebakaran
b. Menimbulkan bau yang tidak sedap
c. Mengundang serangga
d. Pemandangan yang tidak diinginkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman)
sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh
menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori,yaitu bakteri, virus, fungi, dan parasit.
Pencegahan infeksi adalah proses-proses fisik, mekanik, atau kimia yang membantu
mencegah penularan infeksi dari klien satu ke klien lainnya, petugas klinik ke klien atau
sebaliknya.
Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air mengalir. Tujuannya adalah
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme sementara.
Sterilisasi adalah Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen
beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom,
panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Teknik isolasi adalah memisahkan pasien dan peralatan yang diperlukan pada suatu
tempat tersendiri atau khusus.
B. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat A, Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba


Medika.
Kusmiyati Yuni, 2007. Penuntun belajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Fitramaya. Yogyakarta.
Kusmiyati, Yuni. 2010. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan. Yogyakarta:fitramaya
Saifuddin, AB. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai