Anggota Kelompok 3 :
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kebidanan ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...................................................................
B. PERUMUSAN MASALAH .........................................................
C. TUJUAN PENULISAN ...............................................................
D. MANFAAT PENULISAN ...........................................................
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
A. PENCEGAHAN INFEKSI ...........................................................
B. TEKNIK CUCI TANGAN ...........................................................
C. PELINDUNG DIRI ....................................................................
D. ASEPTIK DAN ANTISEPTIK .....................................................
E. DEKONTAMINASI ALAT ..........................................................
F. DTT/STERILISASI .....................................................................
G. PENANGANAN SAMPAH .........................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
A. KESIMPULAN ..........................................................................
B. SARAN ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya mikrobakteri patogen ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan sakit. Setiap ibu bersalin yang mendapat pelayanan medis
akan dihadapkan pada resiko infeksi penyakit berbahaya. Penyakit - penyakit berbahaya
seperti Hepatitis dan HIV/AIDS dapat ditularkan melalui tindakan medis diantaranya
tindakan pada saat melakukan pertolongan persalinan. Akibat terbesar dari penyakit
infeksi yaitu dapat menyebabkan kematian. Penyakit infeksi masih menyokong 10%
kematian ibu di Indonesia, baik pada masa ibu hamil, bersalin dan nifas. Dimana infeksi
patogen dapat berasal dari penolong, ibu dan tempat persalinan.
Dari sisi penolong persalinan penyakit infeksi terjadi karena tindakan manipulasi
yang tidak steril, frekuensi pemeriksaan dalam yang sering, sarung tangan dan alat
persalinan yang tidak steril serta teknik aseptik yang kurang memadai. Dari faktor ibu yang
berkontribusi terhadap penyakit infeksi dapat berupa personal hygiens intra partum dan
post partum yang rendah, persalinan lama atau macet, ketuban pecah dini, persalinan
dengan sesar, ibu menderita anemia dan mal nutrisi. Dari faktor tempat dapat disebabkan
ruangan yang tidak bersih dan steril. Resiko infeksi dapat dicegah dan dikurangi dengan
upaya pencegahan infeksi pada saat memberikan pelayanan medis terutama pada saat
melakukan pertolongan persalinan.
Tindakan pencegahan infeksi pada saat pertolongan persalinan sangat penting dan
menjadi prosedur yang harus dipatuhi oleh bidan. Pencegahan infeksi adalah upaya untuk
menghindari dan meminimalkan kontaminasi patogen pada ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan dan petugas lain yang terlibat dalam asuhan persalinan. Prosedur
yang dimaksud untuk mengurangi atau memutus rantai penularan penyakit infeksi adalah
dengan tindakan pencegahan infeksi, antara lain melalui tindakan cuci tangan, penerapan
teknik aseptik, pemrosesan alat-alat yang digunakan dan pengolahan limbah. Disamping itu
juga untuk mencegah penularan penyakit infeksi dengan penggunaan APD bagi petugas
kesehatan.
Kejadian infeksi pada persalinan berhubungan erat dengan tindakan yang dilakukan
oleh bidan dalam pencegahan infeksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 orang dari
110 responden terindikasi HBsAg Positif, dan 56,2% diantaranya mempunyai riwayat
tertusuk jarum bekas. Penelitian lain menyebutkan 49,6% perilaku pencegahan infeksi oleh
bidan tidak sesuai standar dan 45% sarana prasarana tidak lengkap). AKI yang disebabkan
karena infeksi dibeberapa wilayah Indonesia menunjukkan adanya variasi yaitu di Provinsi
Lampung sebesar 4,2%(13), Sumatra Barat sebesar 7,06%(14) sementara di Jawa Tengah
2,7%. Sedangkan rata – rata AKI akibat infeksi di Indonesia dan dunia masing - masing 10%
dan 15% .
Prevalensi kematian ibu di Kabupaten Tegal akibat penyakit infeksi pada tahun 2016
mencapai 6,06%. Data lain menyebutkan hasil skrining pemeriksaan Deteksi Dini Hepatitis
B (DDHB) pada ibu hamil di pertengahan tahun 2016 sampai September 2017 tercatat 328
ibu hamil Hepatitis B positif, dengan 5 diantaranya adalah bidan yang mempunyai riwayat
pernah menolong persalinan pada ibu hamil dengan Hepatitis B positif.
Menurut Permenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 Bidan dalam memberikan asuhan
persalinan normal harus memiliki pengetahun dan ketrampilan yang telah ditetapkan
dalam standar pelayanan kebidanan yaitu secara konsisten dan sistematik menggunakan
praktek pencegahan infeksi seperti mencuci tangan, menggunakan sarung tangan,
menerapkan teknik aseptik, menjaga sanitasi lingkungan, memperhatikan proses ulang
peralatan bekas pakai. Standar pertolongan persalinan sudah di atur dalam 58 langkah
Asuhan Persaalinan Normal (APN) yang bertujuan memberikan asuhan persalinan yang
bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi selama dan pasca persalinan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah
adalah bagaimana upaya pencegahan infeksi oleh Bidan pada Asuhan Persalinan Normal di
Puskesmas Mampu Persalinan di Kabupaten Tegal?. Berdasarkan pertanyaan umum
tersebut diatas disusun pertanyaan khusus sebagai berikut :
1. Bagaimana kelengkapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan
Bidan pada pertolongan persalinan normal?
2. Bagaimana tindakan aseptik terhadap alat, tempat dan bidan?
3. Bagaimana perwadahan sampah dan limbah pada saat pertolongan persalinan
normal?
4. Bagaimana perbedaan penggunaan APD berdasarkan kelompok usia, pekerjaan,
status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
5. Bagaimana perbedaan tindakan aseptik berdasarkan kelompok usia, pekerjaan,
status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
6. Bagaimana perbedaan perwadahan sampah dan limbah berdasarkan kelompok
usia, pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui upaya pencegahan infeksi oleh Bidan pada asuhan persalinan.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kelengkapan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang
digunakan oleh Bidan pada pertolongan persalinan normal.
b. Mendeskripsikan tindakan aseptik terhadap alat, tempat dan bidan.
c. Mendeskripsikan perwadahan sampah dan limbah yang digunakan pada
pertolongan persalinan normal.
d. Membuktikan perbedaan penggunaan APD berdasarkan kelompok usia,
pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
e. Membuktikan perbedaan tindakan aseptik berdasarkan kelompok usia,
pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
f. Membuktikan perbedaan perwadahan sampah dan limbah berdasarkan
kelompok usia, pekerjaan, status dalam tim, pelatihan dan masa kerja.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Teoritis
a. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
atau masukan bagi bidan atau tenaga kesehatan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya upaya pencegahan
infeksi dalam melakukan pertolongan persalinan.
b. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pencegahan infeksi
pada pelaksanaan asuhan persalinan normal.
2. Metodologis
Sebagai referensi bagi perpustakaan di instansi pendidikan dan bahan masukan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya penatalaksanaan Pencegahan
Infeksi pada asuhan persalinan normal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Infeksi
1. Definisi
Mikroorganisme adalah agen penyebab infeksi termasuk di dalamnya bakteri, virus,
jamur dan parasit. Untuk tujuan pencegahan infeksi bakteri dapat dibagi dalam tiga
kategori yaitu vegetative (Staphylococcus), Microbacteri (Tuberculosis) dan endospora
(ganggren dan tetanus). Dari semua agen infeksi yang umum, endospora yang paling sulit
dimusnahkan karen protektif yang kuat (lapisan pelindungnya).
Asepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.
Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,
jaringan dan benda-benda mati hingga tingkat aman.
Asepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa petugas
kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan medis, sarng tangan,
meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh. Cara memastikannya
adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap benda-benda tersebut setelah
terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
Mencuci dan membilas adalah tindakan yang dilakukan menghilangkan hampir
semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangan
semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau cara
kimiawi.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri pada benda-benda mati atau
instrumen.
2. Tujuan
a. Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh mikroorganisme
penyebab luka infeksi berat, abses, abdominal, dan abses skrotum, penyakit
radang panggul, tetanus.
b. Mencegah peyebaran penyakit-penyakit berat yang mengancam jiwa seperti
hepatitis B dan HIV-AIDS. Mikroorganisme dapat hidup dimana saja dalam
lingkungan kita. Pada manusia normal mikroorganisme dapat dijumpai
dipermukaan kulit, saluran nafas bagian atas, usus, dan traktus genitalia yang
disebut flora normal. Disamping itu, mikroorganisme juga hidup pada binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, udara dan air.
3. Cara Penularan Mikroorganisme
Semua manusia rentan terhadap infeksi bakteri dan sebagian besar virus.
Jumlah oragnisme (inokulum) yang dapat menyebabkan infeksi pada pejamu yang
rentan berbeda setiap lokasi. Jika organisme bersentuhan dengan kulit, resiko
infeksi rendah. Sedangkan setiap hari kita ersentuhan dengan bahan-bahan yang
mengandung beberapa organisme. Jika organisme bersentuhan dengan selaput
lendir atau kulit yang terkelupas, resiko infeksi meningkat. Resiko infeksi bertambah
besar ketika organisme bersentuhan dengan bagian dalam tubuh yang steril.
Walaupun hanya sedikit organisme yang masuk dapat menyebabkan penyakit.
Proses penyebabran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia
maupun hewan, dapat melalui berbagai cara diantaranya :
a. Kontak tubuh
Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran langsung maupun
tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit,
sedangkan secara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi.
b. Makanan dan minuman
Terjadinya penyebaran dapat melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi, seperti tifus abdominalis, penyakit infeksi cacing, dan lain-
lain.
c. Serangga
Proses penyebaran kuman melalui serangga alah penyebaran penyakit
malaria olehn plasmodium pada nyamuk anopheles dan beberapa penyakit
saluran pencernaa yang dapat ditularkan melalui lalat.
d. Udara
Proses penyebaran kuman melalui udara dapat dijumpai pada penyebaran
penyakit sistem pernapasan.
4. Infeksi Nosokomia
Adalah infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesahatan, baik melalui pasien,
petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lain.
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
a. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi ke pasien lainnya,
petugas kesehatan, pengunjung atau benda dan alat kesehatan lainnya.
b. Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat
menularankan berbagai kuman ke tempat lain.
c. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang di dapat dari luar ke dalam lingkungan
rumah sakit atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar rumah sakit.
d. Sumber lain
Sumber lain yang dimaksud di sini adalah lingkungan rumah sakit yang meliput
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah sakit
yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan sebaliknya.
5. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat
menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah
bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap
terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan
infeksi secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses
dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan
konsisten.
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan
ke orang dapat dilakukan dengan meletakan penghalang diantara mikroorganisme dan
individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik,
mekanik ataupun kimia meliputi :
a. Pencucian tangan
b. Penggunaan sarung tangan (kedua tangan) baik pada saat melakukan tindakan,
maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/kain tenunan
bekas pakai)
c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit
d. Pemprosesan lat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas serta desinfeksi tingkat
tinggi atau sterilisasi)
e. Pembuangan sampah
6. Tindakan Pencegahan Infeksi
a. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan untuk mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang kemungkinan besar akan
mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya mengurangi atau menghilangkan jumlah
mikroorganisme baik pada permukaaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesahatan dapat dengan aman digunakan.
b. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan lainnya.
c. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesahatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian
dilakukan.
d. Pencucuian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau setiap
benda asing seperti debu dan kotoran.
e. Desinfeksi, yaitu tindakan pada benda mati dengan menghilangkan sebagian besar
(tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
dilakukan dengan merebus atau dengan menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa bakteri endospora.
f. Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus,
jamur, dan parasit) termasuk bakteri endospora.
g. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan :
1) Meminimalkan infeksi yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, virus, jamur).
2) Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (hepatitis
danHIV/AIDS).
B. Teknik Cuci Tangan
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme sementara.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
menggunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila menggunakan
sabun biasa. Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa/kontak langsung dengan
pasien, sebelum memakai sarung tangan bedah steril/DTT, setelah kedua tangan
terkontaminasi (memegang instrumenyang kotor dan alat lainya, menyentuh seapu lendir,
darah, kontak yang lama dan intensif dengan pasien) setelah melepas sarung tangan.
b. Jenis
1) Sabun yang mempunyai daya anti septik
2) Lysol
3) Kreolin
4) Savlon
5) Sublimat
6) PK (permanganas kalikus)
7) Bethadin
2. Cara membuat larutan sabun
a. Persiapan
1) Sabun padat, sabun crem atau sabun cair
2) Gelas ukuran
3) Timbangan
4) Pisau atau sendok makan
5) Alat pengocok
6) Air panas atau hangat dalam tempatnya
7) Ember dan baskom
b. Pelaksanaan
1) Membuat larutan dari sabun padat atau krem : sabun padat sekurang-kurangnya 4
gram dimasukkan kedalam ember berisi satu liter air panas atau hangat. Lalu di
aduk sampai larut.
2) Membuat larutan dari sabun cair
3) CC sabuncair dicampurkan kedalam ember berisi satu liter air hangat kemudian
diaduk sampai rata.
c. Penggunaannya
Untuk mencuci tangan dan mencuci peralatan, seperti alat tenun, logam, karpet atau
plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika.
DTT dapat dicapai dengan merebus atau merendam alat-alat pada cairan di infeksi
seperti glutaraldehid atau folmaldehid 8%. Karena merebus hanya membutuhkan
peralatan yang tidak mahal dan biasanya sudah ada, maka metode ini sebaliknya dipilih
pada klinik-klinik kecil atau di daerah terpencil. Walaupun sebagai metode yang dipilih
namun DTT hanya efektif jika digunakan
setelah perelatan atau sarung tangan di dekontaminasi dengan membersihkan dan
mencucinya sebelum di desinfeksi. Seluruh proses harus di monitor secara teratur.
a. DTT dengan Merebus
Untuk melakukan DTT dengan merebus maka peralatan harus sedikitnya 20 menit
direbus (mendidih). Perhitungan waktu dimulai saat air mendidih, seluruh peralatan harus
terendam dan tidak boleh ada penambahan apapun kedalam tempat rebusan.
Alat-alat yang telah di DTT dibiarkan kering oleh udara dengan menempatkannya di
area/ruang yang bersih. Pakailah instru- ment atau alat-alat tersebut sesegera mungkin
atau tempatkan di wadah tertutup dan kering yang telah diproses DTT terlebih dahulu.
Simpanlah hingga 1 minggu.
b. DTT dengan bahan kimia
Sejumlah disinfektan kimia yang telah digunakan diseluruh dunia : etil atau
isopropyl alcohol, klorin, formaldehid (formalin), glutaralehid, hidroksi peroksida, yodium
dan iodofor. Walaupun alcohol, yodium dan iodofor murah dan mudah di dapat, namun
larutan ini tidak termasuk DTT. Alcohol tidak membunuh beberapa virus dan spesies
pseudomonas dan salah satu kelompok bakteri gram negative diketahui dapat
berkembang biak dalam yodium. Larutan ini hanya digunakan sebagai disinfektan, jika DTT
tidak tersedia.
G. Penanganan Sampah
1. Definisi
Adalah sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya rumah dan bersifat padat.
2. Tujuan :
a. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan
b. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
c. Mencegah penularan infeksi terhadap para petugas kesehatan
d. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
e. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif) dengan aman
3. Jenis sampah menurut sifat biologis dan kimianya
a. Sampah yang dapat membusuk : sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian.
b. Sampah yang tidak membusuk : kertas, plastic, karet, gelas, logam.
c. Sampah yang berupa debu/abu
d. Sampah yang berbahaya kesahatan sampah dari industri yang mengandung zat kimia
maupun fisis.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sampah
a. Jumlah penduduk
b. Keadaan social ekonomi dan kemajuan teknologi
5. Pengaruh sampah terhadap kesehatan
a. Efek langsung : efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah,
misalnya : sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh yang karsinogenik,
tragonik. Sampah mengandung kuman pathogen (berasal dari sampah rumah tangga
dan industri).
b. Efek tidak langsung : dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan,
pembakaran, pembuangan sampah, penyakit bawaan fektor yang berkembang biak
didalam sampah (lalat, tikus).
6. Penyakit bawaan sampah
Penyakit menular, penyakit tidak menular atau akibat kebakaran dan keracunanan.
7. Manfaat pengelolaan sampah
a. Untuk mencegah terjadinya penyakit
b. Konservasi sumber daya alam
c. Mencegah gangguan estetika
d. Memberi instensif atau daur ulang
8. Macam-macam pengelolaan sampah
a. Pengomplosan
b. Pembakaran untuk sampah kering (refuse)
9. Cara membuang sampah yang baik
a. Pada lubang galian sampah (tanah digali)
b. Dibakar
c. Di kotak sampah
d. Di drum/tong sampah
e. Dikerangjang sampah
f. Di bak sampah
10. Tujuan membuang sampah klinik dengan tepat
a. Mencegah penyebaran infeksi ke petugas klinik yang menanganinya pada masyarakat
setempat
b. Melindungi petugas yang menangani sampah dari kecelakaan yang tidak disengaja
c. Memberikan lingkungan yang estetika
6) Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan caramenguburnya. Jarum dan
benda-benda tajam lainnya tidak dapat dihancurkan dengan membakarnya dan
kemudianhari dapat memnyebabkan luka dan meng-akibatkan infeksi yang serius.
Pembakaran atau memba-karnya dalam suatu wadah, dapat mengurangi
kemungkinan sampah tersebut dikorek korek dalam tempat sampah.
7) Cuci tangan setelah mengelolah wadah sampah tajam tersebut kemudian
dekontaminasi dan cuci tangan.
b. Sampah cair yang terkontaminasi (darah, feses, urine, dan cairan tubuh lainnya)
1) Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut
2) Hati-hati pada waktu menuangkan sampah tersebut pada bak yang mengalir atau
kedalam toilet bilas. Sampah cair dapat juga dibuang kedalam kakus. Hindari
percikannya.
3) Cuci toilet dan bak secara hati-hati dan siram dengan air untuk membersihkan sisa-
sisa sampah. Hindari percikannya.
4) Dekontaminasi wadah specimen dengan larutan klorin 0,5% atau disinfeksi local
lainnya yang adekuat dengan merendam selama 10 menit sebelum dicuci.
5) Cuci tangan sesudah menangani sampah cair dan lakukan dekontaminasi kemudian
cuci sarun tangan.
c. Membuat dan menggunakan tempat penimbunan untuk pembuangan sampah
1) Kuburkan di lokasi khusus
2) Gali lubang dengan lebar 1 meter dan dalamnya 2 meter.
3) Dasar lubang sebaiknya 6 kaki dibawah permukaan air
4) Tutup dengan 15-30 cm tanah setiap hari (maksimal timbunan tanah 30 cm)
5) Pagari tempat untk mencegah binatang dan anak-anak mendekati tempat tersebut.
Catatan :
Gudukan sampah yang terbuka harus dihindari, karena :
a. Resiko terpapar dan bahaya kebakaran
b. Menimbulkan bau yang tidak sedap
c. Mengundang serangga
d. Pemandangan yang tidak diinginkan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infeksi adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan bibit penyakit (kuman)
sehingga menimbulkan gejala demam atau panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh
menolak antigen (kuman) agar dapat melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut.
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori,yaitu bakteri, virus, fungi, dan parasit.
Pencegahan infeksi adalah proses-proses fisik, mekanik, atau kimia yang membantu
mencegah penularan infeksi dari klien satu ke klien lainnya, petugas klinik ke klien atau
sebaliknya.
Cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air mengalir. Tujuannya adalah
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme sementara.
Sterilisasi adalah Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan apatogen
beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara merebus, stoom,
panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia.
Teknik isolasi adalah memisahkan pasien dan peralatan yang diperlukan pada suatu
tempat tersendiri atau khusus.
B. SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA