Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
praktikum, manfaat praktikum, dan sestematikan penulisan
I.1 Latar Belakang
Jelaskan hal yang membelatar belakangi praktikum dan penerapan dalam
kehidupan sehari hari
Fisika sebagai ilmu merupakan produk yang menghasilkan ketetapan,
postulat, konsep, hukum dan teori. Diperlukan sebuah eksperimen, penarikan
kesimpulan dan juga publikasi. Salah satu proses dalam fisika adalah eksperimen,
Dalam gerak rotasi,”massa” benda tegar dikenal dengan julukan momen
inersia atau MI. Momen Inersia dalam gerak rotasi sama halnya dengan massa
dalam gerak lurus. Jikalau massa dalam gerak lurus menyatakan ukuran
kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan linear(kecepatan linear =
kecepatan gerak benda pada lintasan lurus), maka momen inersia dalam gerak
rotasi menyatakan ukuran kemampuan benda Ketika melakukan gerak rotasi.
Disebut sudut karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari sudut). Makin
besar momen inersia suatu benda, semakin sulit membuat bend aitu berputar alias
berotasi. Sebalikanya, benda berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya
besar(Hidayat, 2014).
Momen inersia pada suatu benda tegar dapat ditentukan massa dan
dimensi fisiknya, baik dengan cara matematis maupun eksperimen. Metode
eksperimen dapat dilakukan sebagai pembuktian sebuah konsep mengenai momen
inersia, besaran-besaran yang terukur dan yang mempengaruhi nilai momen
inersia (Hara, 2012). Momen inersia dipengaruhi oleh jari-jari (jarak benda dari
sumbu). Benda yang berbentuk sama namun momen inersianya bisa saja berbeda
karena pengaruh jari-jari. Semakin besar jari-jari benda maka semakin besar
momen inersianya (Tipler, 1998)
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam praktikum
ini yaitu:
1. Bagaimana cara mengetahui pengaruh jari-jari momen inersia pada
benda?
2. Bagaimana cara mengetahui pengaruh dari massa terhadap momen
inersia suatu benda?

I.3 TujuanPraktikum
Adapun tujuan dari diadakannya praktikum ini yaitu:
1. Mampu mengetahui pengaruh jari-jari momen inersia pada benda.
2. Mampu mengetahui mengetahui pengaruh dari massa beban terhadap
momen inersia pada benda.

I.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dalam praktikum momen inersia adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui pengaruh jari-jari momen inersia pada
benda.
2. Praktikan dapat mengetahui pengaruh dari massa beban terhadap momen
inersia pada benda.

I.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan praktikum yang digunakan adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
dan manfaat praktikum serta sistematika penulisan yang digunakan
dalam penyusunan laporan prakikum ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas serta alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum momen inersia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dan langkah-langkah
pengerjaan secara sistematis serta metode yang dipilih dalam
melakukan praktikum.
BAB IV HASIL
Bab ini membahas mengenai data yang dikumpulkan selama
melakukan praktikum. Data-data tersebut diperoleh melalui
pengamatan terhadap mata acara momen inersia.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas mengenai data-data yang telah diperoleh
dalam praktikum. Setelah data-data tersebut diolah, maka akan
didapatkan suatu hasil analisis perhitungan yang diharapkan dapat
dijadikan dasar acuan dari usulan untuk penyelesaian masalah
dalam perusahaan tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran yang
diperoleh setelah melakukan pengolahan dan penganalisaan data.
Kesimpulan dan saran haruslah yang berhubungan dengan masalah
yang dihadapi dan penyelesaiannya setelah praktikum. Isi dari
kesimpulan akan menjawab tujuan dan manfaat dari praktikum
yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan tentang dasar teori dan alat serta bahan dalam
praktikum momen inersia.
II.1 Dasar Teori
Momen inersia adalah kelembaman suatu benda yang berotasi atau
dirotasikan terhadap sumbu tertentu. Momen inersia dapat didefinisikan juga
sebagai suatu besaran yang memperhatikan tentang usaha suatu sistem benda
untuk menentang gerak rotasinya yang disimbolkan dengan I dengan satuannya
yaitu kg.𝑚2 dalam SI. Dimana besaran ini dimiliki oleh semua sistem benda
khususnya padat apapun bentuknya. Oleh karena itu, momen inersia
didefinisikan suatu sistem benda untuk berputar atau diam sebagai reaksi terhadap
gaya rotasi dari luar (Seodojo, 1985).
Kata “momen” berarti bahwa I tergantung pada bagaimana massa benda
didistribusikan dalam ruang, ini tidak ada hubungannya dengan “momen” dari
waktu. Untuk sebuah benda yang sumbu rotasinya dan massa totalnya diketahui,
semakin besar jarak sumbu terhadap partikel yang menyusun suatu benda,
semakin besar moemn inersianya. Pada benda tegar jarak 𝑟 1 semua konstan dan I
tidak bergantung pada benda berotasi mengelilingi sumbu (Young dan Freedman,
2000).
Torsi sangat berpengaruh terhadap gerakan benda yang berotasi. Semakin
besar torsi, semakin besar pengaruhnya terhadap gerakan benda yang berotasi.
Dalam hal ini, semakin besar torsi, semakin besar perubahan kecepatan sudut
yang dialami benda. Perubahan kecepatan sudut sama dengan percepatan sudut.
Jadi kita mengatakan bahwa torsi ini dapat berbanding lurus dengan percepatan
sudut suatu benda. Perlu diketahui bahwa benda yang berotasi juga memiliki
massa. Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa
bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan
geraknya. Apabila benda sudah bergerak lurus dengan kecepatan tertentu, benda
sulit dihentikan jika massa benda itu besar. Sebuah truk gandeng yang sedang
bergerak lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan sebuah taxi. Sebaliknya jika
benda sedang diam (kecepatan = 0), benda tersebut juga sulit digerakan jika
massanya besar. Misalnya jika kita menendang bola tenis meja dan bola sepak
dengan gaya yang sama, maka tentu saja bola sepak akan bergerak lebih lambat.
Dalam gerak rotasi, massa benda tegar dikenal dengan julukan Momen
Inersia alias MI (Momen Inersia dalam Gerak Rotasi mirip dengan massa dalam
gerak lurus). Kalau massa dalam gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan
benda untuk mempertahankan kecepatan linear (kecepatan linear sama dengan
kecepatan gerak benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia dalam gerak
rotasi menyatakan ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan
sudut (kecepatan sudut sama dengan kecepatan gerak benda ketika melakukan
gerak rotasi (Disebut sudut karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari
sudut).
Makin besar momen inersia pada suatu benda, semakin sulit membuat benda
itu berputar alias berotasi. Sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan
jika momen inersianya besar. Integral merupakan fungsi dari geometri permukaan
dan sering ditemui dalam penerapan mekanika sehingga bermanfaat untuk
mengembangkan sifat-sifat secara rinci dan untuk menjadikannya siap pakai bila
ditemukan keperluan akan pekerjaan integral (Meriam dan Krage, 2007).
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari
sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi, diberikan oleh
rumus:
I = ∫ r 2𝑑𝑚
Dimana:
I = Momen inersia
r = jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi
m = massa

2. Momen Inersia Partikel


Sebelum kita membahas momen inersia pada suatu benda tegar, terlebih
dahulu kita pelajari momen inersia partikel. Jangan membayangkan partikel
sebagai sebuah benda yang berukuran sangat kecil. Sebenarnya tidak ada batas
ukuran yang akan ditetapkan untuk kata partikel. Jadi penggunaan istilah partikel
hanya untuk mempermudah adanya pembahasan mengenai gerakan, dimana posisi
suatu benda dapat digambarkan seperti posisi suatu titik. Konsep partikel itu
berbeda dengan konsep benda tegar. Dalam gerak lurus dan gerak parabola,
misalnya, kita menganggap benda sebagai partikel, karena ketika bergerak, setiap
bagian benda itu memiliki kecepatan (maksudnya kecepatan linear) yang sama.
Ketika sebuah mobil bergerak, misalnya, bagian depan dan bagian belakang mobil
mempunyai kecepatan yang sama. Jadi kita bias mengganggap mobil seperti
partikel alias titik.
Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian
benda berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih
pelan (kecepatan linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi
bergerak lebih cepat (kecepatan linear lebih besar). Jadi, kita tidak bias
menganggap benda sebagai partikel karena kecepatan linear setiap bagian benda
berbeda-beda ketika ia berotasi. Kecepatan sudut semua bagian benda itu sama.
Mengenai hal ini sudah dijelaskan dalam Kinematika Rotasi.
Jadi pada kesempatan ini, terlebih dahulu kita dapat meninjau Momen
Inersia sebuah partikel yang akan melakukan gerak rotasi. Hal ini dapat
dimaksudkan untuk membantu kita memahami konsep momen inersia. Setelah
membahas Momen Inersia Partikel, kita akan berkenalan dengan momen inersia
benda tegar. Benda tegar adalah benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang
beraneka ragam. Jadi untuk membantu kita memahami momen inersia benda-
benda yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda itu, terlebih dahulu
kita pahami momen inersia partikel. Bagaimanapun, untuk setiap bendanya itu
bisa dianggap terdiri dari partikelpartikel.
Misalnya, pada sebuah partikel bermassa m diberikan gaya F sehingga ia
melakukan gerak rotasi terhadap sumbu O. Partikel itu berjarak r dari sumbu
rotasi. Mula-mula partikel itu diam (kecepatan = 0). Setelah diberikan gaya F,
partikel itu bergerak dengan kecepatan linear tertentu. Mula-mula partikel diam,
lalu bergerak (mengalami perubahan kecepatan linear) setelah diberikan gaya.
Dalam hal ini juga pada benda mengalami percepatan tangensial. Percepatan
tagensial = percepatan linear partikel ketika berotasi. Kita bisa menyatakan
hubungan antara gaya (F), massa (m) dan percepatan tangensial (at), dengan
persamaan Hukum II Newton:
M L2
I=
12
Karena partikel itu melakukan gerak rotasi, maka ia pasti mempunyai
percepatan sudut. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan
sudut dinyatakan dengan persamaan:
α tan =r α
Sekarang kita masukan a tangensial ke dalam persamaan di atas:
F = m. α tan → α tan = r α
F = m.r.a
Kita kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan r:
F = (mr a)
F = mr2
Mr2 adalah momen inersia partikel bermassa m, yang berotasi sejauh r dari
sumbu rotasi. Persamaan ini juga menyatakan hubungan antara torsi, momen
inersia dan percepatan sudut partikel yang melakukan gerak rotasi. Istilah
kerennya, ini adalah persamaan Hukum II Newton untuk partikel yang berotasi.
Jadi Momen Inersia partikel merupakan hasil kali antara massa partikel itu (m)
dengan kuadrat jarak tegak lurus dari sumbu rotasi ke partikel (r2). Secara
matematis, momen inersia partikel dirumuskan sebagai berikut:
I = m.r2
Dimana:
I = Momen Inersia
m = massa partikel
r = jarak partikel dari sumbu rotasi

3. Momen Inersia Benda


Benda tegar adalah sistem benda yang terdiri atas system benda titik yang
jumlahnya tak-hingga dan jika ada gaya yang bekerja, jarak antara titik-titik
anggota sistem selalu tetap. Secara umum, Momen Inersia setiap benda tegar bisa
dinyatakan sebagai berikut:
I = ∑ 𝑚𝑟2
I = 𝑚𝑟22 + 𝑚𝑟22 + 𝑚𝑟22 + ⋯ + 𝑚𝑟n2
Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak partikel yang tersebar
diseluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu punya massa dan tentu saja
memiliki jarak r dari sumbu rotasi. Jadi momen inersia dari setiap benda
merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang menyusun benda itu.
Bagaimanapun untuk menentukan momen inersia suatu benda tegar, kita perlu
meninjau benda tegar itu ketika ia berotasi. Walaupun bentuk dan ukuran dua
benda sama, tetapi jika kedua benda itu berotasi pada sumbu alias poros yang
berbeda, maka momen inersia-nya juga berbeda.

4. Momen Inersia Benda-Benda Yang Bentuknya Beraturan


Selain bergantung pada sumbu rotasi, Momen Inersia (I) setiap partikel
juga bergantung pada massa (m) partikel itu dan kuadrat jarak (r ) partikel dari
2

sumbu rotasi. Total massa semua partikel yang menyusun benda sama dengan
massa benda itu. Persoalannya, jarak setiap partikel yang menyusun benda tegar
berbeda-beda jika diukur dari sumbu rotasi. Ada partikel yang berada di bagian
tepi benda, ada partikel yang berada dekat sumbu rotasi, ada partikel yang
sembunyi di pojok bawah, ada yang terjepit di tengah. Amati gambar II.1 berikut.

Gambar II. 1 Letak Partikel Benda Tegar


Ini adalah contoh sebuah benda tegar. Benda-benda tegar bisa dianggap
tersusun dari partikel-partikel. Pada gambar, partikel diwakili oleh titik berwarna
hitam. Jarak setiap partikel ke sumbu rotasi berbeda-beda.
Ini cuma ilustrasi saja. Lingkaran tipis dengan jari-jari R dan bermassa M
(sumbu rotasi terletak pada pusat).
Gambar II. 2 Lingkaran Tipis dengan Jari-Jari R dan Bermassa M
Lingkaran tipis ini juga mirip seperti cincin, tapi cincin lebih tebal. Jadi
semua partikel yang menyusun lingkaran tipis berada pada jarak r dari sumbu
rotasi. Momen inersia lingkaran tipis ini sama dengan jumlah total momen inersia
semua partikel yang tersebar di seluruh bagian lingkaran tipis.
Momen Inersia lingkaran tipis yang berotasi seperti tampak pada gambar
diatas, bisa diturunkan sebagai berikut:
I = Σ𝑚𝑟2
1 2 2 2
I = 𝑚𝑟 + 𝑚𝑟 +𝑚𝑟 +⋯+𝑚𝑟
2 2 2 n
Perhatikan gambar di atas. Setiap partikel pada lingkaran tipis berada pada
jarak r dari sumbu rotasi. Dengan demikian : 𝑟2= 𝑟2= 𝑟3=𝑟n
I = m𝑟2
Di bawah ini contoh momen inersia dari beberapa benda tegar.
a. Cincin Tipis Berjari-Jari R
Bermassa M dan lebar L (sumbu rotasi terletak di tengah-tengah salah satu
diameter).
1
I= 𝑚𝑟2
2

Gambar II. 3 Cincin Tipis Berjari-jari R (Sumbu Rotasi Terletak di Tengah-


Tengah Salah Satu Diameter)
b. Cincin Tipis Berjari-Jari R
Bermassa M dan lebar L (sumbu rotasi terletak pada salah satu garis).
3
I = 𝑚𝑟2
2

Gambar II. 4 Cincin Tipis Berjari-jari R (Sumbu Rotasi Terletak Pada Salah Satu
Garis)
c. Silinder Berongga
Dengan jari-jari dalam R2 dan jari-jari luar R1d.
1 1 2
I= m( +𝑟 )
2 2 2

Gambar II. 5 Silinder Berongga


d. Silinder Padat
Dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada sumbu silinder)
1
I = 𝑚𝑟2
2

Gambar II. 6 Silinder Padat (Sumbu Rotasi Terletak Pada Sumbu Silinder)
e. Slinder Padat
Dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada diameter pusat).
1 2 1
I= 𝑚𝑟 + 𝑚𝐿
4 12
Gambar II. 7 Silinder Padat (Sumbu Rotasi Terletak Pada Diameter Pusat)
f. Bola Pejal
Dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter).
2 2
I= 𝑚𝑟
5

Gambar II. 8 Bola Pejal (Sumbu Rotasi Terletak Pada Salah Satu Diameter)
g. Kulit Bola
Dengan jari-jari R (sumbu rotasi terletak pada salah satu diameter).
2
I = 𝑚𝑟2
3

Gambar II. 9 Kulit Bola (Sumbu Rotasi Terletak Pada Salah Satu Diameter)
h. Batang Pejal
Yang panjangnya L (sumbu rotasi terletak pada pusat).
1
I= 𝑚𝐿2
12
Gambar II. 10 Batang Pejal (Sumbu Rotasi Terletak Pada Pusat)
i. Batang Pejal
Yang panjangnya L (sumbu rotasi terletak pada salah satu ujung).
1
I= 𝑚𝐿2
3

Gambar II. 11 Batang Pejal (Sumbu Rotasi Terletak Pada Salah Satu Ujung)
j. Balok Pejal
Yang panjangnya P dan lebarnya L (sumbu rotasi terletak pada pusat;
tegak lurus permukaan).
1
I= 𝑚 (𝑃2+𝐿2)
12

Gambar II. 12 Balok Pejal (Sumbu Rotasi Terletak Pada Pusat; Tegak Lurus
Permukaan)

II.2 Alat dan Bahan Praktikum


II.2.1 Alat praktikum

1. Tutup Paralon
Jelaskan definisi Tutup paralon ini digunakan sebagai penutup
atau wadah menaruh dinamo dvd player.

Gambar II. 13 Tutup paralon

2. Dinamo DVD Player


Dinamo dvd player, dalam praktikum ini digunakan sebagai
alat untuk memutar jeruji besi dan beban.
Gambar II. 14 Dinamo DVD Player

3. Jeruji Sepeda
Jeruji sepeda digunakan sebagai tempat meletakkan karet/beban.

Gambar II. 15 Jeruji Sepeda


4. Kabel Disk
Kabel disk digunakan untuk mengikat balok ke jeruji sepeda agar
balok tidak lepas.

Gambar II. 16 Kabel Disk

5. Sekrup
Sekrup digunakan untuk memperkuat tutup paralon pada balok
agar tidak lepas atau bergeser.
.
Gambar II. 17 Sekrup
6. Baterai Holder
Baterai digunakan sebagai sumber energi yang akan
menggerakkan semua alat.

Gambar II. 18 Baterai

II.2.2Bahan Praktikum

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Balok kayu
Balok Kayu digunakan sebagai alas untuk meletakkan
beberapa alat lainnnya .

Gambar II. 19 Balok Kayu

2. Karet/beban
Karet/beban digunakan sebagai bahan praktikum momen
inersia yang digantungkan pada jeruji sepeda.

Gambar II. 20 Karet/Beban


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Pada bab ini dijelaskan tentang flowchart dan penjelasan flowchart yang
mencakup latar belakang, tujuan praktikum, menyiapkan alat dan bahan,
pengolahan data, pembahasan, kesimpulan dan saran.
III.1 Flowchart Praktikum
Berikut adalah flowchart praktikum dapat dilihat pada gambar III.1

Mulai

Latar Belakang

Tujuan

Menyiapkan Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
Pipa Paralon Balok Kayu
Dinamo DVD Player Karet/Beban
Jeruji Sepeda Perekat
Kabel Disk
Sekrup 336666666666666666
Baterai Holder 666666666666666666
666666666666666666
666666666666666666
666666666666666666
666666666666

Melakukan Pengukuran

Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
III.2 Penjelasan Flowchart
III.2.1 Latar Belakang
Momen Inersia adalah besaran yang menujukkan ukuran kelembaman
pada suatu benda yang melakukan gerak rotasi. Besarnya momen inersia suatu
benda merupakan hasil kali antara massa bendaa (m) dan kuadrat jara (r 2 ) ke
sumbu putarannya
Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda.
Massa bisa diartikansebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan
kecepatan geraknya. Apabila bendasudah bergerak lurus dengan kecepatan
tertentu, benda sulit dihentikan jika massa benda itu besar.
III.2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dilaksanakan praktikum momen inersia adalah untuk mengetahui
pengaruh jari-jari momen inersia pada benda dan mengetahui pengaruh dari massa
beban terhadap momen inersia pada benda
III.2.3 Menyiapkan Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tutup paralon,
dinamo DVD player, jeruji sepeda, kabel disk, sekrup, baterai holder. Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah balok kayu dan beban.
III.2.4 Pengolahan Data
Data yang akan diolah merupakan hasil perhitungan dari data yang diambil
pada percobaan yang telah dilakukan pada saat prakitkum. Pengolahan data yang
dilakukan yaitu menghitung nilai tegangan dan arus.
III.2.5 Pembahasan
Menganalisis hasil perhitungan yang telah dilakukan. Pembahasan yang
dianalisis adalah hasil perhitungan nilai tegangan dan arus.
III.2.6 Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan serta saran yang
dipergunakan sebagai bahan evaluasi dan dapat memaksimalkan kegiatan
praktikum selanjutnya.
III.2.7 Praktikum Selesai
Setelah praktikum telah selesai dilaksanakan, praktikan dan asisten lab
membahas mengenai penyusunan laporan praktikum Momen Inersia.
BAB IV HASIL

IV.1 Hasil Pengamatan


Berikut ini hasil pengamatan selama praktikum momen inersia
yang terdapat dalam tabel IV.1 dan IV.2.

Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Data dengan Jarak 3 cm.


Waktu Berhenti (s)
Jarak(m)
No Satu Beban Tiap Lengan Dua Beban Tiap Lengan
1 0,03 11 12

2 0,03 14 11
3 0,03 13 12
4 0,03 13 11
5 0,03 12 12

Tabel IV. 2 Hasil Pengambilan Data dengan Jarak 5 cm.


Waktu Berhenti (s)
Jarak (m)
No Satu Beban Tiap Lengan Dua Beban Tiap Lengan
1 0,05 21 25
2 0,05 21 28
3 0,05 25 26
4 0,05 24 24
5 0,05 24 27
IV.2 Pengolahan Data
Dari hasil pengamatan didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Dengan jarak 0,03 m satu beban setiap lengan
I = m× r 2
= 0,025×0,03
= 0,0000225 kg m2
2. Dengan jarak 0,05 m satu beban setiap lengan
I = m× r 2
= 0,025× 0,05
= 0,0000625 kg m2
3. Dengan jarak 0,03 m dua beban setiap lengan
I = m× r 2
= 0,050×0,03
= 0,00000135 kg m2
4. Dengan jarak 0,05 m dua beban setiap lengan
I = m× r 2
= 0,050×0,05
= 0,000125 kg m2
BAB V
PEMBAHASAN

Dari data percobaan yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu menggunakan
satu beban setiap lengan dan dua beban setiap lengan pada jarak 0,03 m dan 0,05
m. Percobaan pertama yaitu mengguanakan satu beban setiap lengan
menghasilkan momen inersia 0,0075 kg m2 sedangkan dua beban setiap lengan
menghasilkan 0,0015 kg m2. Percobaan kedua yaitu dua beban setiap lengan
dengan jarak 0,05 m, menggunakan satu beban setiap lengan menghasilkan
0,00125 kg m2 sedangkan dua beban setiap lengan menghasilkan 0,0025 kg m2.
Dari hasil tabel IV.1 jarak 0,03 m dan 0,05 m dengan menggunakan satu
beban disetiap lengan dapat diketahui bahwa jarak 0,03 m putarannya akan lebih
cepat terhenti dibandingkan dengan jarak 0,05. Hal ini dikarenakan semakin jauh
jarak jari-jari yang digunakan dalam percobaan ini, maka perputarannya akan
semakin lama berhenti. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jarak yang 0,05 m
memiliki tingkat kelembaman yang lebih besar dibandingkan dengan jari-jari
yang lebih pendek 0,03 m dan membutuhkan waktu yang lama untuk berhenti.
Dari hasil tabel IV.2, jarak atau jari-jari 0,03 m dan 0,05 m dengan
menggunakan dua beban pada setiap lengan dapat diketahui bahwa dengan jari –
jari 0,03 m perputarannya lebih cepat terhenti dibandingkan dengan jarak jari-jari
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin bertambahnya massa atau beban
yang diberikan maka putaran pada dinamo akan semakin lama berhenti. Oleh
karena itu, jarak 0,05 m memiliki tingkat kelembaman yang lebih besar
dibandingkan dengan jarak 0,03 m yang membutuhkan waktu lebih lama untuk
berhenti
Dapat disimpulkan bahwa jarak dan massa beban memengaruhi Besar
momen inersia pada suatu benda. hal ini di pengaruhi oleh jari-jari dan massa
pada setiap lengan. Semakin jauh jari-jari dan semakin besar beban yang
diberikan maka semakin lama pula perputarannya
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan atau rangkuman dari praktikum
yang telah dilaksanakan.
VI.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Semakin jauh jari-jari yang digunakan maka akan semakin lama pula
putaran yang akan dihasilkan sehingga memiliki momen inersia yang
besar
2. Semakin besar massa beban yang digunakan maka akan semakin lama
perputarannya. Sebaliknya, semakin kecil massa yang diberikan maka
semakin cepat berhenti perputarannya.

VI.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan pada praktikum
selanjutnya praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sungguh-sungguh
dan lebih teliti lagi dalam menghitung dan mengamati serta menganalaisis
sehingga dapat tercapainya praktikum sesuai dengan yang diharapkan.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai