NIM : 042416704
Mata Kuliah : PWKL4309/Perencanaan Wilayah
Jurusan : Perencanaan Wilayah dan Kota
Tugas 3:
b. Beberapa manfaat dari adanya analisis daya dukung lingkungan antara lain adalah :
penduduk tersebut.
pertama di atas.
aktivitas lain, terutama apabila daya dukung lahan sudah mulai berkurang
merupakan salah satu alat analisis perencanaan pembangunan yang penting dalam
Interpretasikan hasilnya :
A xr
CCR=
HxhxF
Keterangan :
diatas, dimana semua hasilnya adalah setiap kecamatan >1. Berarti dilihat
lahan.
2. a. MSA atau multi sektor analisis menurut Roberts dan Stimson (1998) adalah teknik
analisa kualitatif yang menilai (assess) faktor-faktor pada daya saing yang
Stimson, Stough, and Roberts (2005) mengemukakan Multi Sector Analysis (MSA)
adalah metode analisis yang digunakan untuk menilai daya saing dan resiko pada
suatu industri atau wilayah di masa mendatang. Jadi, MSA merupakan teknik
analisis kualitatif yang menilai faktor-faktor daya saing dan resiko yang akan terjadi
pada suatu wilayah di masa yang akan datang atau masa depan.
Multi sektor analisis atau MSA memiliki beberapa manfaat yaitu, untuk mengetahui
faktor dan industri apa saja yang berkontribusi untuk keunggulan kompetitif,
mengetahui kekuatan dan kelemahan dari sektor, serta untuk mengidentifikasi suatu
b. - Lembaga adat seperti sambat-sinambat dan bentuk solidaritas gotong royong lain
terciptanya rasa kolektivitas. Budaya tradisional dan kegiatan gotong royong yang
pada rakyat. Hal itu dilakukan dengan upaya menciptakan kondisi struktur mata
rantai perdagangan yang mampu menjamin hak warga masyarakat desa setempat.
bermanfaat untuk mengeliminasi terjadinya polarisasi dan beban hidup warga desa
miskin yang makin berat, misalnya dengan menghidupkan kembali lumbung desa.
Solusi Pemecahannya :
Pada saat sekarang, pola pengelolaan perkotaan kecil di wilayah Joglosemar masih
sangat bergantung kepada pemerintah kabupaten. Bahkan pada aspek perencanaan
tata ruang perkotaan, peranan pemerintah pusat juga dominan karena menjadi penentu
proses dan produk perencanaannya. Peran masyarakat lokal dan pemerintah
kecamatan di mana kawasan perkotaan kecil itu berada masih sangat kecil, kecuali
pada beberapa hal yang berkaitan dengan urusan administrasi yang didelegasikan
kepada pemerintah kecamatan. Dengan pendekatan yang demikian itu, pengelolaan
perkotaan cenderung seragam antara satu kota dengan kota lainnya. Keseragaman ini
dimulai dari proses perencanaan tata ruang, di mana prosedur yang dipakai di dalam
praktek perencanaan telah dibakukan, tidak saja dari sisi substansi rencananya tetapi
juga cara analisis dan prosedur penetapan rencana menjadi dokumen peraturan yang
mengikat. Pendekatan perencanaan statutori dengan model perencanaan
komprehensif atau sinoptik ini berpotensi untuk menghilangkan elemen kelokalan yang
menjadi penciri kota kecil. Di samping itu, perencanaan komprehensif bisa tidak sesuai
dengan kebutuhan pengembangan kota kecil. Berbeda dengan kota besar atau
metropolitan, pengembangan kota kecil tidak memerlukan gagasan perencanaan yang
bersifat grand design karena fungsi pokoknya sebagai pusat permukiman hanya
membutuhkan arahan tertentu untuk menfungsikan kota sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan dasar bagi warganya. Selain kebutuhan dasar tersebut, elemen penting dari
perencanaan yang dibutuhkan kota kecil adalah fasilitas dan prasarana pendukung
yang memperkuat fungsinya sebagai kota perantara, khususnya bagi pengembangan
kawasan perdesaan di sekitarnya.
Sumber :
- Penulis : 1.Jawoto Sih Setyono; 2. Hadi Sabari Yunus;
3. Sri Rum Giyarsih
- Tahun Terbit : 2017
- Sumber Tulisan : Jurnal Tataloka PENGELOLAAN KOTA-KOTA KECIL DI
JAWA TENGAH: STUDI KASUS PADA EMPAT KOTA KECIL DI WILAYAH
JOGLOSEMAR
https://www.researchgate.net/publication/318611478_PENGELOLAAN_KOTA-
KOTA_KECIL_DI_JAWA_TENGAH_STUDI_KASUS_PADA_EMPAT_KOTA_KE
CIL_DI_WILAYAH_JOGLOSEMAR