Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pembimbing :
Ns.Happy Dwi Aprilia,S.Kep.,M.Kep
Disusun oleh :
Selly Yuliana Indriani
2011010040
A. Definisi
Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil
memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat
turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi .
Hiperemesis Gravidarum (Vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea
dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan.
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan.Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan
muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat,
sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari .
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah dengan intensitas sedang sering
terjadi sampai gestasi sekitar 16 minggu.
B. Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi.
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan – perubahan yang cukup besar yang
mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang dapat
menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian – bagian villus ke dalam
peredaran darah ibu, perubahan endokin misalnya hypofungsi cortex glandula
suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.
Namun beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, wanita primigravida dan over distensi rahim pada hamil ganda
dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi
terhadap hormon estrogen dan khorionik gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda
dan mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan
menyebabkan terjadi hiperemesis gravidarum itu.
b) Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum belum jelas.
Besar kemungkin bahwa wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan,
keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya, diduga dapat menjadi faktor
kejadian hiperemesis gravidarum.
E. Pathofisiologi
Perasaan mual adalah akibat meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan
ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormone estrogen ini tidak jelas,
mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat berkuangnya pengosongan
lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian
mual dan muntah dapat berlangsung berbulan – bulan. Mual dan muntah terus –
menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan
klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah
ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik. Belum jelas mengapa
gejala – gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor
psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas
wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala
tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hyperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna,
terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik
dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler ke plasma
berkurang. Natrium dan khlorida darah menurun, demikian pula khlorida air
kemih. selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah
ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang
pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik. Hipokalemia akibat muntah dan
ekskresi berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan meruska hepar.
Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss)
sehingga terjadi pedarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan
dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfuse atau
tindakan operatif.
F.
G. Penatalaksanaan
Dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan pada ibu-ibu dengan
maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut. Juga tentang diet ibu hamil, makan
dalam porsi kecil /sedikit namun sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi,
akan terasa oyong, mual dan muntah. Defekasi hendaknya diusahakan teratur
1. Terapi Obat
Terapi obat diberikan apabila cara di atas tidak mengurangi keluhan dan gejala.
Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.Dapat
menggunakan sedativa (luminal, stesolid), vitamin (BI dan B6), anti muntah
(mediamer B6, drammamin, acopreg, avomin, torecan) antasida dan anti
mulas.Pada keadaan lebih berat diberikan anti emetic seperti disiklomin
hidrokloride atau khlorpromasin.Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih
berat perlu dikelola di Rumah Sakit (Sarwono P, 2007).
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara
baik.Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang tanpa pengobatan (Sarwono, 2007).
3. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan dengan
menghilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, mengurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah atau konflik yang kiranya menjadi latar belakang penyakit
ini(Sarwono, 2007 : 134).
4. Cairan Parenteral
Cairan parenteral yang diberikan cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan
glucose 5% dalam cairan garam fisiologissebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Dibuat
daftar control caran yang masuk dan dikeluarkan. Dengan penanganan ini umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan bertambah baik.
5. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II dan III Harus Dirawat Inap di
Rumah Sakit
o Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit saja telah
banyak mengurangi mual muntahnya
o Jangan terlalu banyak tamu. Kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang
boleh masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa pengobatan khusus telah mengurangi
mual dan mu.
o Terapi psikologis
o Berikan pengertian bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar, normal dan
fisiologis. Jadi tidak perlu takut dan khawatir. Penambahan cairan
o Berikan infus Dextrose / glukosa 5% sebanyak 2-3 liter/24 jam.
o Berikan obat-obatan seperti te1ah dikemukakan di atas.
o Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki
keadaan umum penderita dapat dipertimbangkan suatu abortus buatan.
H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya
kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan
umum.Tetapi harus difikirkan kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit lain yang
juga dapat menyebabkan muntah seperti ileus, appendicitis akuta, pielonefritis, ulkus
ventrikulus, dan tumor serabi.
a) Pemeriksaan diagnostic:
b) Labolatorium
Darah ; hb, haemotokrit, golongan darah, kadar estriol
Urin : kemungkinan ditemui protein, aceton dan kadar estriol yang berkurang,
reduksi.
Pada pemeriksaan hiperemesis gravidarum grade I yang dilakukan :
elektrolit darah dan urinalisis.
Pada hiperemesis gravidarum urin terdapat aseton
c) USG
Untuk mengetahui keadaan janin hidup, intrauterine, tunggal, cairan amnion
berkurang, derajat kematangan plasenta.
d) Pemeriksaan cardiotokografi (CTG)
Untuk mengetahui DJJ yang abnormal
e) Pemeriksaan Amnioskopi
Untuk mengetahui air ketuban berkurang, bercampur mekonium dan mengandung sel-
sel
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 :Nausea berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan
mengeluh mual dan muntah
Diagnosa 2 :Defisit Nutrisi berhubungan dengan keidakmampuan
mencerna makanan ditamdai dengan berat badan menurun dan
nafsu makan menurun.
C.Perencanaan
Terapeutik:
1.Kendalikan faktor
lingkungan
2.Berikan makanan
dalam jumlah sedikit
tapi sering
3.Bersihkan mulut dan
hidung
Edukasi
1.Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
2.Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak.
3.Ajarkan teknik
nonfamakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi:
1.Kolaborasi pemberian
antiemetik jika perlu.
Manajemen Muntah
Obsevasi:
1.Identifikasi
karakteristik muntah
2.Periksa volume
muntah
3.monitor
keseimbangan cairan
dan elekrolit
Terapeutik:
1.Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
2.Berikan dukungan
fisik saat muntah (misal
membantu
membungkuk atau
menundukan kepala)
Edukasi :
1.Annjurkan membawa
kantong plastik untuk
menampung muntah
2.Anjurkan untuk
memperbanyak istirahat
Kolaborasi:
1.Kolaborasi pemberian
antiemetik jika perlu.
Defisit nutrisi Status nutrisi meningkat Manajemen nutrisi
berhubungan dengan : Observasi:
ketidakmampuan 1.Porsi makanan yang 1.identifikasi status
mencerna makanan diberikan meningkat nutrisi
(skala 5) 2.Identifikasi makanan
2.Berat badan membaik yang disukai.
3.Nafsu makanan 3.Identifikasi kebutuhan
membaik. kalori dan jenis nutrien.
4.IMT membaik
Terapeutik:
1.Lakukan oral hygine
sebelum makan.
2.Sajjikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai.
3.Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
kalori dan tinggi protein
Edukasi:
1.Anjurkan posisi
duduk jika mampu.
Kolaborasi :
1.Kolaborasi
pemasangan akses vena
sentral jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. 2008. Buku Ajar PatologiObstetri. Jakarta: EGC. Hlm 41-53
Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika. Hlm. 39-40
Farkas, G. and Farkas Jr., G.: The psychogenic etiology of hyperemesis gravidarum. Proc
IIIrd intern. Congr.
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi. Cetakan ke-II. Jakarta : EGC.