A. LATAR BELAKANG
Penyebab kematian 3,5 juta anak balita adalah kurang gizi atau gizi buruk
gizi kurang pada balita dapat menyebabkan dampak negatif, diantaranya
mengakibatkan gagal tumbuh kembang, menyebabkan hilangnya masa hidup
sehat balita, serta dampak yang lebih serius adalah timbulnya kecacatan, tingginya
angka kesakitan dan percepatan kematian anak tidak mendapatkan cukup asupan
makan yang mengandung gizi seimbang merupakan penyebab langsung masalah
gizi kurang pada balita. Kejadian infeksi turut mengganggu proses metabolisme,
fungsi imunitas dan keseimbangan hormone. Status ekonomi rendah dan
pendidikan orang tua terutama ibu diketahui menjadi penyebab dasar (3–5).
Usia 1-5 tahun tahap perkembangan yang pesat, apabila jika tidak
didukung gizi yang seimbang anak jatuh pada kondisi gizi kurang. Balita
merupakan salah satu kelompok masyarakat rentan gizi kejadian gizi kurang dapat
dihindari apabila orang terdekat dengan anak memiliki pengetahuan yang cukup
tentang gizi. Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu pada sebuah
keluarga sering kali kebutuhan gizi balita tidak terpenuhi karena harus puas
dengan makanan seadanya
Tingkat pendidikan seorang ibu berkaitan erat dengan wawasan
pengetahuan seorang ibu mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik
untuk keluarga. Ibu dengan tingkat Pendidikan rendah biasanya akan lebih
cenderung memilih makanan yang lebih baik, kualitas dan jumlahnya di
bandingkan dengan ibu yang berpendidikan bawah atau dasar. Pendidikan
seseorang memiliki peranan penting menentukan sikap untuk menerima
informasi. Semakin tinggi tingkat Pendidikan
Menurut WHO 2016, gizi kurang masih menjadi masalah kesehatan utama
di dunia, yaitu sekitar 45% kematian pada anak dibawah 5 tahun mengalami gizi
kurang. sebanyak 2-3 juta orang pada tahun 2014 mengalami gizi kurang di setiap
Negara, gizi kurang bukan merupakan penyebab kematian secara langsung namun
gizi kurang dihubungkan dengan penyebeb dari 54% kematian pada anak di
Negara berkembang. Di dunia prevalensi gizi kurang sampai 104 juta anak dan
menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di seluruh
dunia, di Indonesia prevalensi gizi kurang pada balita pada tahun 2013 sebanyak
13,9%. Pada tahun 2016 data survelains gizi Indonesia mengatakan rata-rata
persentase gizi kurang 11,1%, kemudian pada tahun 2017 kasus gizi kurang di
Indonesia sebesar 18,9%, Prevalensi gizi kurang di Sulawesi Barat sebanyak
18,4% pada tahun 2018.
kekurangan gizi pada anak dapat menimbulkan beberapa efek negative
seperti lambatnya pertumbuhan badan, rawan terhadap penyakit, menurunnya
tingkat kecerdasan, dan terganggunya mental anak.
Di Indonesia jumlah balita pendek jauh lebih banyak daripada balita gizi
kurang atau balita kurus, yaitu 9,3 juta atau sekitar 37% dari balita Prevalensi
balita berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yaitu
5,52% balita sangat kurus dan 7,19% balita kurus. Sedangkan indikator tinggi
badan menurut umur (TB/U) didapat 21,69% balita sangat pendek dan 21,50%
balita pendek, sedangkan berdasarkan indikator berat badan menurut umur
(BB/U),
Di kota kupang sampai saat ini masalah gizi pada balita masih merupakan
tantangan yang harus diatasi dengan serius, diantaranya masalah gizi kurang. Data
Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang
pada tahun 2018 sebesar 0,6% dimana ada kenaikan angka status gizi kurang pada
tahun 2019 sebesar 25,8%, kemudian menjadi 0% pada tahun 2020. Hasil tersebut
menunjukkan masih banyak anak di bawah umur lima tahun (Balita) menderita
masalah gizi. Dari 1.982 balita, terdapat 620 anak gizi kurang dengan berat badan
yang tidak memenuhi berat badan normal menurut umur. Masalah gizi lain yang
dihadapi adalah balita pendek yaitu tinggi badan anak tidak memenuhi tinggi
badan normal menurut umur.
UNICEF (1990), terdapat dua faktor penyebab utama kurang gizi pada
balita yaitu:
1. Penyebab langsung, faktor penyebab utama kurang gizi pada balita
disebabkan kurangnya asupan makanan bergizi dalam tubuh balita baik
secara kualitas dan kuantitas. Selain itu, adanya infeksi penyakit yang
menyertai seringkali juga merupakan penyebab yang sangat berpengaruh
terhadap keadaan kesehatan dan gizi balita.
2. Penyebab tidak langsung, faktor yang bukan penyebab utama terjadinya
kurang gizi pada balita namun dapat berpengaruh seperti pola asuh,
ketersediaan pangan dalam keluarga serta pelayanan kesehatan individu
dan sanitasi lingkungan.
Kekurangan gizi yang serius dapat menyebabkan kematian anak kasus gizi buruk
banyak terjadi pada kelompok balita sehingga dikatakan sebagai kelompok rentan
karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang pesat di mana
memerlukan zat gizi yang optimal. Sampai saat ini masalah kesehatan dan gizi
masih diprioritaskan untuk kelompok balita karena rentan terhadap masalah
kesehatan dan gizi, pada masa tersebut merupakan periode penting dalam proses
tumbuh kembang. Pada masa ini proses tumbuh kembang berlangsung sangat
cepat disebut dengan masa keemasan (golden age), di mana pada masa ini otak
berkembang sangat cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Balita
yang sedang mengalami proses pertumbuhan dengan pesat, memerlukan asupan
zat makanan relatif lebih.
Dampak masalah gizi pada usia dini tidak saja berakibat terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan anak seperti meningkatnya kematian balita,
kecerdasan yang rendah, keterbelakangan mental, ketidakmampuan
berprestasi, produktivitas yang rendah di mana mengakibatkan yang
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik orang tua dan balita kurang gizi/BGM
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua pada balita gizi kurang 1-5
tahun di wilayah kerja Puskesmas Oesapa Kota Kupang tahun 2022
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui karakteristik orang tua balita dan kebiasaan makan.
2) Untuk mengetahui karakteristik balita yang berhubungan dengan status
gizi kurang yaitu pola makan balita, riwayat pemberian ASI, riwayat
penyakit, pola asuh balita.
3) Untuk mengetahui gambaran pola asuh orang tua pada balita usia 1-5
tahun dengan gizi kurang diwilayah kerja puskesmas oesapa kota kupang
D. Manfaat Penelitian
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap gambaran pola asuh orang tua
pada balita gizi kurang 1-5 tahun.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Menambah keleluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam
gambaran pola asuh orang tua pada balita gizi kurang.
3. Penulis : Selanjutnya diharapkan dapat meneliti pola makan pada balita
usia 1-5 tahun dengan gizi kurang
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan
khususnya studi kasus tentang gambaran pola asuh orang tua pada balita gizi
kurang.