Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keyword : Discounted Cash Flow, Relative Valuation, Capital Asset Pricing Model
ABSTRACT
Investing in stocks requires analysis to measure the value of stocks, namely fundamental analysis and
technical analysis. In addition, investors also need to stock valuation analysis before starting to invest
to estimate how much intrinsic value or fair price for a stock based on fundamental data. This study
aims to determine what the intrinsic value of each share three companies included in the consumer
goods industry sector, and is also intended to find out whether the shares in these companies is
undervalued or overvalued conditions.
This research uses the object companies included in the consumer goods industry sector, selected three
companies most active shares traded on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period from
January to June 2009. The three companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) with symbol
INDF, GGRM and UNVR. Analysis of data using the income approach is to apply discounted cash
flow method (Discounted Cash Flow), the market data approach (Relative Valuation), and the method
CAPM (Capital Asset Pricing Model).
The research shows that the estimated intrinsic value for stock INDF, GGRM and UNVR with
Discounted Cash Flow approach amounted to USD 258.45, -, USD $ 1980.17, - and USD $ 8157.79, -.
While the approach of the Relative Valuation of USD $ 2032.61, -, USD 27423.61, - and USD 446.96.
If the Capital Asset Pricing Model method of Rp 214.60, -, USD $ 2280.63, - and USD 2873.06. Stocks
INDF and GGRM are in overvalued if the approach is computed by Discounted Cash Flow and Capital
Asset Pricing Model. However, if calculated using the approach of INDF and Relative Valuation of
shares in a state GGRM undervalued. As for the stock UNVR if calculated with the approach of
Discounted Cash Flow, Relative Valuation, and Capital Asset Pricing Model is in overvalued.
Bibliography (2003-2008)
ANALISIS VALUASI SAHAM PADA PT INDOFOOD SUKSES
MAKMUR TBK, PT GUDANG GARAM TBK,
DAN PT UNILEVER TBK
Kata Kunci : Discounted Cash Flow, Relative Valuation, Capital Asset Pricing Model
1. Pendahuluan
Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berkembang seiring bertambahnya usia, dan
keadaan ini menunjukkan bahwa efek / saham semakin banyak peminatnya. ini dilihat
dari kapitalisasinya yang terus bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Investasi
pada saham merupakan investasi pada sektor finansial yang tergolong paling high
risk - high return investment. Artinya, peluang untuk memperoleh keuntungan sangat
besar bahkan dapat mencapai ratusan persen perbulan namun diimbangi dengan
kemungkinan kerugian yang besar apabila tidak dikelola dengan baik. Pada dasarnya,
semua jenis investasi memiliki kemungkinan merugi. Besarnya potensi kerugian akan
sebanding dengan besarnya potensi keuntungan yang dapat diperoleh. Dan sebaliknya
semakin besarnya potensi keuntungan yang dapat diperoleh disini, maka semakin
besar juga potensi kerugian yang dapat timbul. Oleh karena itu, sangat penting bagi
investor untuk memprediksi arah pergerakan harga saham (Palimo,2009: 2).
Pergerakan saham pada dasarnya dipengaruhi oleh teori ekonomi yang paling
dasar, yaitu hukum permintaan dan hukum penawaran. Harga saham akan naik jika
semakin banyak pihak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan harga saham
akan turun jika yang terjadi sebaliknya. Jadi sebenarnya harga saham ditentukan oleh
investor yang bertransaksi di pasar modal dan harga tersebut sekaligus mewakili
pendapat kebanyakan investor. Untuk mengatasi perubahan harga saham tersebut
diperlukan analisis harga saham (Renal,2009:1). Terdapat dua pendekatan yang
sering digunakan untuk menganalisis harga saham, yaitu fundamental analisis (FA)
dan teknikal analisis (TA). FA menilai saham berdasarkan kondisi fundamental
perusahaan itu sendiri, karenanya, FA lebih sesuai untuk investasi jangka panjang.
Sedangkan TA menilai harga saham berdasarkan refleksi harga dimasa lalu dengan
membaca sentimen, tren, dan proyeksi yang mungkin terjadi dimasa depan (Halim,
2005: 4). Menurut Hartono (2003) berpendapat bahwa TA mengarahkan arah
pergerakan harga, membuat batas-batas pergerakan dalam kondisi tertentu, serta
menunjukan target arah beserta resikonya. TA lazimnya dilakukan dengan software
aplikasi dan banyak mengeksploitasi grafik (chart). Karena sifat dan karakternya, TA
lebih cocok untuk trading (spekulasi) dalam jangka pendek ataupun perlindungan.
Terkadang harga saham banyak ditentukan oleh faktor spekulasi dan estimasi
prospek perusahaan yang berlebihan. Jika ini terjadi maka harga suatu saham biasa
akan naik sangat tinggi, jauh meninggalkan nilai bukunya, ataupun sebaliknya.
Akibatnya, kapitalisasi pasar saham perusahaan itu akan menggelembung secara
berlebihan dan jauh melewati prospek perusahaan yang sebenarnya dan berbagai
pihak akan kesulitan memprediksi harga saham perusahaan tersebut.
Dalam hal ini diutarakan juga oleh Porman (2008), bahwa pasar modal bukan
lagi dianggap sebagai investasi, melainkan lahan spekulasi bisnis yang bisa sangat
menguntungkan dan juga bisa sangat merugikan investor. Beberapa analis saham
menghawatirkan kenaikan index yang demikian cepat dengan mengatakan bahwa
buliish yang terjadi sekarang ini hanya buble (gelembung) semata yang sewaktu-
waktu dapat meletus jika sudah mencapai ketinggian tertentu. Fluktuasi nilai saham perusahaan
ditentukan oleh perubahan dari laba perusahaan yang tercermin dalam
kinerja perusahaan. Menurut Halim (2005:20) hal tersebut menyebabkan nilai intriksi
perusahaan menjadi ukuran yang sangat penting bagi investor untuk mengambil
keputusan dalam membeli saham suatu perusahaan. Untuk itulah perlu melakukan
valuasi saham sebelum mengambil keputusan investasi. Valuasi saham adalah
mengestimasi nilai saham yang sebenarnya (intrinsik value) berdasarkan data
fundamentalnya (Asnawi dan Chandra,2007). Sependapat dengan Asnawi dan
Chandra dalam tulisannya Parahita (2008) berpendapat bahwa melakukan penilaian
(valuasi) saham adalah proses penentuan berapa harga yang wajar untuk suatu saham.
Hasil dari valuasi saham nantinya akan menjadi informasi yang sangat berharga bagi
investor yang tidak menyukai resiko (risk averter) sebelum mengambil keputusan
investasi.
Penelitian mengenai valuasi saham sebelumnya dilakukan oleh Ivan
Tauresanto (2007), yang melakukan estimasi terhadap nilai intrinsik saham Bank BNI
pada saat penawaran saham yang kedua kalinya dengan mengaplikasikan metode
pendekatan arus kas terdiskonto (dicount cash flow) dan perbandingan data pasar
(relativ valuation). Dengan menggunakan kedua metode tersebut harga saham Bank
BNI kemungkinan mengalami Undervalued. Penelitian serupa juga pernah dilakukan
oleh Retno Harjanti (2008) terhadap saham PT Medco Energi Tbk. Dengan
menggunakan pendekatan dicount cash flow approach, abnormal opproach dan
relativ valuation. Diperoleh hasil bahwa saham PT Medco Energi Tbk berada dalam
kondisi Undervalued. Dengan kondisi tersebut investor dimungkinkan untuk membeli
saham tersebut. Walaupun harga saham berubah setiap waktu, namun dengan
mengetahui nilai wajarnya, kita akan lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar.
Selain itu sebelum membeli saham, investor disarankan untuk memilih saham-saham
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud melakukan estimasi kembali
terhadap nilai intrinsik saham perusahaan pada sektor industri yang berbeda dengan
menggunakan pendekatan pendapatan yang mengaplikasikan metode arus kas
terdiskonto (discounted cash flow), pendekatan perbandingan data pasar (relative
valuation), dan metode CAPM (capital asset pricing model). Penulis memilih sektor
industri barang konsumsi sebagai objek penelitian karena sektor industri barang
konsumsi memiliki elastisitas yang lemah terhadap perubahan financial global
dibandingkan industri lainnya, hal ini dapat dilihat pada krisis keuangan yang sempat
melanda Indonesia namun industri ini tidak terlalu terkena imbasnya. Alasan lain
adalah untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang telah meneliti saham
perusahaan pada sektor industri yang berbeda, sehingga secara keseluruhan dapat
lebih menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Pasar modal bukan lagi dianggap sebagai investasi, melainkan lahan spekulasi
bisnis yang bisa sangat menguntungkan dan juga bisa sangat merugikan investor
(Porman,2008). Oleh karena itu investor dituntut lebih proaktif dalam mengendalikan
investasinya, yaitu lebih aktif dalam menghitung, dengan cara membedah laporan
keuangan kuartal ataupun tahunan perusahaan. Dengan menghitung rasio keuangan perusahaan, kita
akan dapat menilai harga wajar sahamnya (stock valuation). Hal ini
dimaksudkan agar kita mengetahui apakah harga pasar saham saat ini terlalu murah
(undervalued) atau terlalu mahal (overvalued). Selain itu untuk menghindari harga
mahal jika dapat membeli dengan harga yang wajar.
Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan valuasi adalah
memperkirakan tingkat imbal-hasil (expected rate of return) yang ingin dicapai
(Porman,2008). Jika perkiraan tingkat imbal-hasil sudah ditetapkan, beberapa jenis
intrumen investasi seperti tabungan, deposito, dan sertifikat bank indonesia akan
relatif mudah divaluasi (dinilai) karena jenis investasi ini sudah menjanjikan tingkat
imbal-hasil yang pasti. Sebaliknya beberapa instrumen investasi yang lain memiliki
arus kas dan harga yang hanya dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya saham biasa.
Dengan demikian kita dapat melakukan valuasi dalam penentuan harga pasar
instrumen investasi sudah sepadan dengan tingkat imbal-hasil yang kita harapkan.
Valuasi yang tepat terhadap nilai perusahaan yang akan dibeli sahamnya adalah hal
utama yang harus dilakukan sehingga investor dapat melakukan prediksi dan
perhitungan terhadap harga saham perusahaan tersebut.
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam
sektor industri barang konsumsi. sektor industri barang konsumsi merupakan salah
satu sektor perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Dari beberapa perusahaan yang tergolong kedalam sektor industri barang
konsumsi, dipilih tiga perusahaan yang sahamnya teraktif diperdagangkan dibursa
Periode 2 Januari sampai 30 Juni 2009. Setelah melakukan pengamatan diperoleh tiga
perusahaan yang memiliki saham teraktif diperdagangkan dibursa efek Indonesia.
Ketiga perusahaan/emiten tersebut adalah PT Indofood Sukses makmur Tbk dengan
simbul (INDF), PT Gudang Garam Tbk dengan simbul (GGRM), dan PT Unilever
Tbk dengan simbul (UNVR). Selanjutnya untuk mempermudah penulisan akan
digunakan simbul-simbul tersebut sebagai identitas perusahaan.
Dipilihnya saham perusahaan yang tergolong dalam sektor industri barang
konsumsi dengan alasan saham perusahaan dalam sektor ini relatif stabil dalam
berbagai kondisi ekonomi dan perusahaan yang tergolong dalam sector industri
barang konsumsi jarang melakukan ekspansi, sehingga dapat membagikan dividen
secara rutin setiap tahun (Porman,2008;176). Ini merupakan salah satu keuntungan
bagi para pemegang saham dan hal yang cukup menarik bagi calon investor. Alasan
lain adalah untuk melengkapi penelitian sebelumnya yang telah meneliti pada sektor
industri yang berbeda, sehingga secara keseluruhan dapat lebih menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan valuasi
terhadap saham perusahaan yang tergabung kedalam sektor industri barang konsumsi
dengan menggunakan pendekatan pendapatan yang mengaplikasikan metode arus kas
terdiskonto (Discounted Cash Flow), pendekatan perbandingan data pasar (Relative
Valuation), dan dengan metode CAPM (Capital Asset Pricing Model). Dengan
adanya uraian tersebut maka timbul pertanyaan sebagai berikut : 1. Berapakah nilai intrinsik dari
saham INDF, GGRM, dan UNVR jika dihitung
dengan pendekatan Discounted Cash Flow, Relative Valuation dan Capital
Asset Pricing Model periode 30 Juni 2009?
2. Setelah diketahui nilai intrinsik dari saham INDF, GGRM, dan UNVR,
apakah mengalami Undervalued atau Overvalued jika dibandingkan dengan
harga pasar saham INDF, GGRM, dan UNVR di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahuii nilai intrinsik dari saham
INDF, GGRM, dan UNVR jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow,
Relative Valuation dan Capital Asset Pricing Model periode 30 Juni 2009. Serta
untuk mengetahui apakah saham INDF, GGRM, dan UNVR mengalami Undervalued
atau Overvalued jika dibandingkan dengan harga pasar saham INDF, GGRM, dan
UNVR di Bursa Efek Indonesia (BEI). Setiap investor menginginkan return atas
investasinya, untuk itu investor selalu mencari alternatif investasi dengan return
tertinggi pada tingkat risiko tertentu. Dalam investasi saham, dirasa perlu untuk
melakukan perkiraan harga wajar (valuasi) saham sebelum mengambil keputusan
investasi. Sebelum melakukan estimasi nilai wajar suatu perusahaan, sebaikanya
terlebih dahulu melakukan analisis terhadap kondisi perekonomian, kondisis industri
dan kondisi perusahaan. Untuk mengetahui kondisi perusahaan, dapat dilakukan
dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan dan risiko sistematik. Beberapa rasio
keuangan dan risiko sistematik yang secara umum berpengaruh terhadap harga
saham, antara lain EPS, BVS, ROA, ROE, ROI, PBV, DPR, DER dan risiko
sistematik (beta).
Valuasi saham dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan. Yang pertama
adalah metode arus kas terdiskonto (Discounted Cash Flow). Dalam pendekatan ini
akan mengunakan metode Dividen Discount Model (DDM). Pendekatan ini
beranggapan bahwa harga saham biasa dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu
dividen tahunan, pertumbuhan dividen, dan required rate of return. Jika perusahaan
memiliki risiko yang tinggi investor akan menetapkan required rate of return yang
tinggi pula atas sahamnya. Oleh karena itu, agar dapat meyakinkan investor dalam
berinvestasi pada perusahaan yang cukup berisiko, perusahaan harus menawarkan
imbal hasil yang lebih tinggi. Yang kedua adalah dengan menggunakan pendekatan
relatif valuation. Pendekatan ini akan menilai saham melalui Price to Book Value
ratio (PBV). Price to Book Value ratio (PBVratio) adalah rasio perbandingan harga
pasar saham (price) dan nilai buku persaham (book value per share). Dalam hal ini
nilai buku persaham didapat melalui pembagian antara total modal (total equity) dan
jumlah saham beredar (number of outstading share). Yang terakhir penggunaan
metode CAPM (capital asset pricing model) untuk menentukan nilai wajar suatu
saham. Metode ini hampir sama dengan metode Dividen Discount Model (DDM).
Perbedaannya terletak pada cara menentukan required rate of return atau discount
rate-nya. Perkiraan harga wajar suatu saham umumnya selalu berbeda dengan harga
pasar. Jika perbedaannya cukup signifikan, saham-saham yang harganya murah dapat
dibeli, sebaliknya saham yang harganya mahal sebaiknya jangan dibeli atau malah
dijual saja jika anda miliki dengan harga perolehan yang murah. Dengan melakukan
penilaian terhadap harga wajar saham diharapkan dapat membantu para investor
dalam menentukan keputusan investasi.
• Jika harga pasar < perkiraan harga wajar “murah”
• Jika harga pasar > perkiraan harga wajar “mahal”
• Jika harga pasar = perkiraan harga wajar “normal”
2. Landasan Teori
Menurut Porman (2008; 172), ada tiga hal penting yang harus dianalisis
sebagai bagian proses valuasi sebelum memutuskan untuk berinvestasi, yaitu:
I. Perekonomian
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah
suatu negara akan mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan di negara
tersebut, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi kegiatan seluruh
industri dan perusahaan. Maka disarankan sebelum berinvestasi pada suatu
negara, melakukan analisis kondisi perekonomiannya secara mendalam,
seperti kebijakan fiskal, moneter, tingkat inflasi, dan suhu politiknya.
II. Industri
Proses berikut dari tahap penilaian adalah mengidentifikasi industri-industri
yang mengalami kemakmuran atau menderita dalam siklus perekonomian.
Reaksi industri terhadap perubahan perekonomian akan berbeda-beda pada
titik siklus bisnis (business cycle) tertentu. Dalam proses ini, diharapkan
investor menganalisis secara dalam bidang industri yang berprospek cerah di
masa mendatang, sehingga investor dapat memilih bidang industri mana yang
layak dimasuki.
III. Analisis Perusahaan
Proses selanjutnya adalah menganalisis dan membandingkan kinerja
perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan dan resiko sistematis.
Menurut (Yaya,2009) rasio keuangan dan resiko yang dapat digunakan antara
lain :
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Ada 2 macam rasio likuiditas
yaitu :
• Rasio lancar (current ratio)
• Quick Ratio 2. Rasio solvabilitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas dapat dibagi
menjadi:
• Debt ratio
• Debt to equity ratio (DER)
• Ratio time interest earned (TIE ratio)
3. Rasio aktivitas
Adalah rasio untuk melihat tingkat aktivitas tertentu dalam kegiatan
tertentu. Terdapat beberapa macam rasio aktivitas diantaranya :
• Rasio rata-rata umur piutang
• Rasio rata-rata umur persediaan
• Rasio perputaran aktiva tetap
• Rasio perputaran total aktiva
4. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
pada tingkat penjualan asset dan modal saham tertentu. Ada beberapa jenis
rasio profitabilitas yaitu :
• Net profit margin (NPV)
• Return on asset (ROA)
• Return on equity
• Return on invesment
5. Rasio pasar
Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Ada beberapa
rasio pasar diantaranya :
• Earning per share (EPS)
• Price earning ratio (PE ratio)
• Dividen payout ratio (DPR)
• Book value per share (BVS ratio)
• Price to book ratio (PBV ratio)
Pemilihan dari indeks pasar tidak tergantung pada suatu teori tetapi lebih
tergantung dari hasil empirisnya (Jogiyanto, 2003:204). Indeks pasar yang
dipilih untuk pasar BEI misalnya IHSG atau bisa juga indeks saham yang aktif
saja misalnya LQ45, penulis menggunakan IHSG untuk mencari return pasar
karena IHSG mencangkup semua saham yang ada di BEI hal ini juga terdapat
dalam bukunya Suad Husnan yang berjudul Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas halaman 103 bahwa contoh dari indeks pasar adalah IHSG.
Setelah mendapatkan return saham serta return pasar, maka kita dapat
mencari beta yang merupakan pengukuran resiko sistematik dari suatu
sekuritas (Jogiyanto, 2003:267). Masing-masing saham memiliki sensitivitas tersendiri atas pergerakan
pasar. Ada jenis saham yang begitu sensitif dengan perubahan pasar,
sementara saham yang lain memberikan respons yang lamban, bahkan ada
saham yang bergerak sebaliknya.
Beta atau sering disebut koefisien beta, merupakan ukuran angka koefisien
yang menggambarkan sensitivitas atau kecenderungan respons suatu saham
terhadap pasar. Saham dengan beta satu merupakan saham yang bergerak
searah dengan pergerakan pasar. Saham dengan beta kurang dari satu
merupakan saham yang bergerak lebih lambat dari pergerakan pasar,
sementara saham dengan beta lebih dari satu menggambarkan harga saham
bergerak lebih fluktuatif dibanding pasar.
Keterangan:
Vp = D/k
Vp = Nilai intrinsik (nilai wajar) saham preferen
D = Dividen tetap
k = required rate of return atau discount rate
Terdapat tiga jenis analisis penilaian dalam valuasi saham biasa (Zainul,
2008) yaitu:
1. Discounted cash-flow techniques
Discounted cash-flow techniques adalah tekhnik dengan menilai cash flow
yang diterima masa akan datang menjadi nilai sekarang dengan tingkat bunga
yang diharapkan oleh investor, atau sering juga dikenal dengan capitalization
of income method (Zainul, 2008).
2. Relative valuation techniques
Relative Valuation Techniques adalah sebuah pendekatan yang sering
digunakan oleh praktisi sekuritas (Zainul,2008: 9). Melalui pendekatan ini,
analisis menggunakan PER dan PBV sebagai alat pembanding untuk
melakukan penilaian saham tersebut. Melalui pendekatan ini juga analis
berusaha untuk menghindari penilaian terhadap growth dan tingkat imbal
hasil yang diharapkan, karena sering memberikan asumsi berbeda dari setiap
analis.
3. Capital Asset Pricing Metod (CAPM)
Harga wajar (intrinsk value) asset finsial sama dengan nilai sekarang (presen
value) arus kas dimasa mendatang yang didiskontokan dengan required rate
of return atau discount rate. Tetapi menetapkan required rate of return
tidaklah mudah. Kita sering kali tidak realistis menetapkannya. CAPM
(Capital Asset Pricing Model) dapat digunakan untuk menentukan required
rate of return dalam menilai saham biasa (Porman,2008;241).
3. Metode Penelitian
Penelitian ini mengambil objek beberapa perusahaan yang tergolong kedalam sektor
industri barang konsumsi (Consumer Goods) yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari beberapa perusahaan tersebut, dipilih tiga perusahaan yang sahamnya teraktif
diperdagangkan dibursa Periode 2 Januari sampai 30 Juni 2009. Setelah melakukan pengamat
diperoleh tiga perusahaan yang memiliki saham teraktif diperdagangkan dibursa efek
Indonesia. Ketiga perusahaan/emiten tersebut adalah PT Indofood Sukses makmur Tbk
(INDF), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Unilever Tbk (UNVR).
Data yang digunakan dalam penelitian bersifat kuantitatif dan menggunakan data
sekunder. Data diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal di BEI yang meliputi harga saham
individual bulanan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), harga penutupan saham bulanan
dan Laporan Keuangan Tahunan periode 2003-2008. Selain itu data yang digunakan dalam
penelitian ini juga berasal dari berbagai literature, seperti penelitian lain, referensi pasar
modal Indonesia, buku-buku, serta sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang
akan dibahas.
Dalam proses valuasi, sebelum melakukan estimasi harga/nilai wajar saham ke tiga
perusahaan tersebut, sebaiknya terlebih dahulu melakukan analisis terhadap kondisi
perekonomian, kondisis industri dan kondisi perusahaan. Untuk mengetahui kondisi
perusahaan, dapat dilakukan dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan. Beberapa rasio
keuangan yang yang secara umum berpengaruh terhadap harga saham, antara lain EPS, BVS,
ROA, ROE, ROI, PBV, DPR, DER dan risiko sistematik (beta). Setelah kondisi ekonomi,
industri, dan perusahaan diketahui barulah proses valuasi bisa dilanjutkan ketahap
perhitungan.
Dan untuk menilai harga wajar saham (stock valuation) akan menggunakan tiga
pendekatan yaitu : 1. Discounted cash-flow techniques
Pendekatan ini menggunakan penilaian terhadap saham yang dikenal dengan
Dividen Discount Model (DDM).
Rumus:
Keterangan:
Umumnya, required rate of return saham biasa (k) lebih tinggi daripada required rate
of return saham preferen (k) karena risiko atas saham biasa lebih tinggi daripada
saham preferen. Dengan kata lain, saham preferen lebih diprioritaskan dibanding
saham biasa.
Rnominal risk-free rate = (1+real risk-free rate)(1+expected inflation) - 1
Keterangan:
k = required rate of retur
Untuk mencari dividen tahun pertama (D1) dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Keterangan:
Pembagian antara total equity (total modal) dan number of outstanding shares
(jumlah saham beredar). Setelah diketahui nilai buku perlembar sahamnya
PBV pun dapat dicari. Rumus:
Untuk mengetahui barapa harga wajar saham tersebut, dapat dilakukan
dengan cara, mengalikan PBV yang diperoleh dengan nilai buku per
sahamnya. Jika ingin mengetahui apakah saham tersebut mengalami
Underpriced atau Overpriced, harus membandingkannya dengan harga wajar
yang diperoleh dari PBV rata-rata industri sejenis dikalikan dengan nilai buku
per saham.
Dimana diketahui :
Dimana diketahui :
Po = harga wajar saham
D1 = dividen tahun ke-1
= required rate of return
g = growth (tingkat pertumbuhan) = (1-d)(ROE) = RR × ROE
3.5 Hipotesis
a) NI < harga pasar saat ini: Undervalued (harga terlalu murah atau rendah)
b) NI > harga pasar saat ini: Overvalued (harga terlalu mahal atau tinggi)
c) NI = harga pasar saat ini: harganya wajar
4. Pembahasan
Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat penurunan tingkat inflasi dari awal tahun
2009 hingga pertengahan tahun 2009. Penurunan ini merupakan dampak dari kebijakan
penurunan harga BBM yang diambil pemetintah pada tahun 2008. Penuruna nilai inflasi
menandakan keadaan perekonomian yang semakin membaik. Yaitu tidak terjadi peningkatan
harga barang secara terus menerus pada periode tertentu. Selain itu laju inflasi yang rendah
membuat bank Indonesia dapat melonggarkan kebijakan moneternya yang dapat
merangsang pertumbuhan ekomoni secara nasional.
Penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir berkontribusi positif
terhadap stabilitas makro secara keseluruhan. Membaiknya kondisi Neraca Pembayaran Indonesia dan
meningkatnya jumlah cadangan devisa menjadi faktor utama yang mendukung
stabilitas nilai tukar rupiah. Pada akhir Mei 2009 jumlah cadangan devisa mencapai 57,9
miliar dolar AS yaitu, cukup untuk membiayai lebih dari 6 bulan impor dan pembayaran
utang luar negeri pemerintah. Di sektor keuangan, kondisi perbankan nasional tetap terjaga
dengan baik, dengan CAR yang cukup tinggi (17,6%). Likuiditas perbankan, termasuk
likuiditas pasar uang antar bank makin membaik dan DPK terus meningkat. Selain itu,
terdapat indikasi awal pemberian kredit oleh perbankan mulai meningkat. Namun, Bank
Indonesia tetap mencermati potensi peningkatan risiko kredit. Rasio NPL gross dan net
masing-masing meningkat secara marginal yaitu dari 4,5% dan 1,9% menjadi 4,6% dan
2,0%. Sementara itu, respons perbankan terhadap penurunan BI rate masih terbatas, seperti
terlihat dari pertumbuhan kredit dan penurunan suku bunga yang masih belum seperti yang
diharapkan. Berikut dicantumkan grafik penurunan BI rate periode Desember 2008 sampai
dengan Juni 2009.
0,00%
5,00%
10,00%
01-Des-08 01-Feb-09 01-Apr-09 01-Jun-09
BI Rat e
BI Rat e
Sumber : www.bi.go.id
Dari grafik diatas dapat terlihat jelas penurunan BI rate dari akhir tahun 2008 hingga
pertengahan tahun 2009. Ini mengindikasikan usaha pemerintah untuk menghidupkan
kembali dunia pasar modal pasca krisis keuangan global. Dengan diturunkannya BI rate
diharapkan para investor akan lebih tertarik berinvestasi pada saham dari pada
mendepositokan dananya di bank. Dengan demikian perekonomian akan hidup kembali.
Penurunan BI rate diharapkan akan meningkatkan likuiditas perbankan di Indonesia. Untuk
itu Bank Indonesia bersama perbankan akan terus berupaya mengurangi kendala-kendala
dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Di pasar domestik, sentimen positif pada
perekonomian dunia dan mulai berangsur pulihnya keketatan likuiditas di pasar keuangan
global telah mendorong aliran modal masuk ke dalam negeri. Kondisi ini berdampak positif
pada penguatan mata uang rupiah dan peningkatan Index Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berikut dicantumkan juga grafik perkembangan Index Harga Saham Gabungan (IHSG)
periode Januari sampai Juni 2009.
0,00
2.000,00
4.000,00
01-Jan-09 01-Mar-09 01-Mei-09
IHSG
IHSG
Sumber : www.duniainvestasi.com
Dilihat dari grafik diatas, IHSG pada awal tahun mengalami penurunan yaitu pada
bulan Januari ke Februari turun sebesar 47,19 poin. Namun pada bulan bulan berikutnya
IHSG terus menguat. Jika di rata-ratakan persentase peningkatannya mencapai 9% per
bulannya. Ini menandakan perdagangan di Bursa Efek Indonesia sudah mulai normal pasca
imbas dari krisis Global yang secara tidak langsung juga memberikan dampak negatif
terhadap dunia pasar modal di Indonesia. Bedasarkan peningkatan IHSG yang cukup baik
pada enam bulan pertama, diperkirakan IHSG akan terus menguat hingga akhir tahun 2009.
Ini merupakan sinyal yang bagus bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di
indonesia. Hal lain yang memberikan pengaruh positif bagi perekonomian indonesia pada
enam bulan pertama tahun 2009 adalah terlaksananya dengan sukses pemilu legislatif
Indonesia yang dilaksanakan pada tangga 9 april 2009. Ini menunjukan terciptanya
demokrasi di indonesia. Dan pasar pun memberikan respon positif terhadap hasil tersebut. Ini
dapat dilihat dari penutupan IHSG pada tanggal 8 April 2009 yaitu sehari sebelum
pelaksanaan pemilu legislatif ditutup pada posisi 1.465,75 sedangkan pada perdagangan hari
berikutnya yaitu pada tanggal 13 April 2009 IHSG ditutup pada posisi 1.540,40 terjadi
peningkatan sebesar 74,65 poin.
4.1.2 Industri
Melihat dari kondisi perekonomian yang sedang mengalami konsolidai pasca krisis
keuangan global emiten consumer goods seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT
Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan menjadi incaran utama pelaku pasar, karena
berpotensi memberikan capital gain yang cukup besar daripada sektor lain. Sebab, sebagian
besar produknya dipasarkan di dalam negeri dan menjadi barang kebutuhan sehari-hari baik
itu makanan maupun minuman. Sedangkan perusahaan yang mengandalkan ekspor kurang
begitu menggiurkan lagi, menyusul rendahnya permintaan di pasar dunia, terutama ke AS
dan Eropa. Selain itu, menurut Yadi Budhi Setiawan, pengamat pemasaran dan distribusi dari
Force-One “Kondisi bisnis consumer goods masih bagus. Secara kuantitas major Fast
Moving Consumer Goods (FMCG) naik 8-15%. Dari segi nilai pun bisa tumbuh 16-25%
berdasarkan kenaikan Retal Buying Price (RBP) sebesar 8-10%,” ungkapnya. Berikut
dicantumkan perbandingan index sektor consumer goods, manufaktur dan property periode
akhir Januari sampai akhir Juni 2009.
0
100
200
300
400
500
600
Januari Maret Mei
Consumer Goods
Manufaktur
Pr oper t y
Sumber : www.duniainvestasi.com Dari grafik diatas bisa dilihat, jika dirata-ratakan pergerakan index
consumer goods
bergarak menguat 8,7% tiap bulannya, sedangkan untuk index manufaktur meskipun
mengalami fluktuasi tetap bergerak menguat sebesar 8,1% setiap bulannya. Dan yang terakhir
untuk index property juga mengalami fluktuasi namun tetap bergerak naik sebesar 6,9%
setiap bulannya. Jika dilihat dari pergerakan rata-ratanya indeks consumer goods yang
mengalami peningkatan paling tajam setiap bulannya, disusul index manufaktur dan yang
terakhir indeks property. Namun jika dilihat dari tingkat kestabilan pergerakannya index
consumer goods lah yang lebih unggul, karena dari awal tahun 2009 hingga akhir Juni 2009,
indeks comsumer goods terus menguat tiap bulannya tanpa sekalipun mengalami penurunan.
Hal ini mengisyaratkan kestabilan kondisi industri/sektor consumer goods di tengah
masa konsolidasi pasca krisis keuangan global. Data tersebut juga memberikan gambaran
bagaimana peluang investasi pada industri consumer goods bagi para investor. Dengan
adanya hal tersebut bukan berarti hanya sektor consumer goods saja yang memiliki peluang
yang cukup bagus untuk tahun 2009, sektor lain juga memiliki peluang yang sama namun
jika dilihat dari pergerakan indexnya sedikit kurang stabil, karena mengalami fluktuasi.
Sehingga resiko untuk kedua sektor tersebut akan lebih besar. Disinilah dibutuhkan kejelian
para investor untuk memilih sektor industri yang tepat sebelum menginvestasikan dana yang
dimiliki. Pergerakan indeks consumer goods yang cukup stabil akan banyak mencuri
perhatian para investor. Sehingga saham-saham perusahaan yang tergolong dalam sektor
consumer goods akan banyak diburu oleh para investor. Selain itu pergerakan index
consumer goods diperkirakan akan terus meningkat sepanjang tahun 2009. Hal ini juga
disebabkan karena sektor consumer goods bukan merupakan industri musiman sehingga
konsumen akan terus membutuhkan produk yang dihasilkan industri ini untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Secara umum sektor consumer goods memiliki peluang yang sangat
besar ditahun 2009.
4.1.3 Perusahaan
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Dari perhitungan yang telah dilakukan maka estimasi nilai intrinsik saham
ketiga perusahaan tersebut periode 30 Juni 2009 adalah sebagai berikut.
Saham INDF Jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow
diperoleh sebesar Rp 258,45 dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh
sebesar Rp 2.032,61 dan dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model
diperoleh sebesar Rp 214,60. Sedangkan untuk saham GGRM Jika dihitung
dengan pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 1.980,17
dengan pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 27.423,61 dan
dengan pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp
2.280,63. Dan yang terakhir untuk saham UNVR Jika dihitung dengan
pendekatan Discounted Cash Flow diperoleh sebesar Rp 8.157,79 dengan
pendekatan Relative Valuation diperoleh sebesar Rp 446,96 dan dengan
pendekatan Capital Asset Pricing Model diperoleh sebesar Rp 2.873,06.
2. Saham INDF dan GGRM berada dalam kondisi Overvalued jika dihitung
dengan pendekatan Discounted Cash Flow dan Capital Asset Pricing Model.
Namun jika dihitung dengan menggunakan pendekatan Relative Valuation
saham INDF dan GGRM berada dalam kondisi Undervalued. Sedangkan
untuk saham UNVR jika dihitung dengan pendekatan Discounted Cash Flow,
Relative Valuation, dan Capital Asset Pricing Model berada dalam kondisi
Overvalued.
5.2 Saran
Karena adanya keterbatasan pada penelitian ini maka untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya :
1. Pada penelitian ini hanya menggunakan metode DDM, PBVratio dan CAPM.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang
lain seperti metode abnormal Earning dan P/E ratio dengan tujuan untuk
melengkapi penelitian sebelumnya, sehingga secara keseluruhan dapat
menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
2. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan estimasi nilai intrinsik saham
untuk satu periode kedepan. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat
melakukan estimasi nilai intrinsik saham untuk beberapa tahun kedepan.
3. Dalam penelitian ini penulis hanya melakukan analisis laporan keuangan
periode lima tahun sebelumnya. Disarankan untuk penelitian berikutnya dapat
melakukan fore casting terhadap tahun-tahun yang akan datang.
4. Melihat dari kondisinya ketiga saham tersebut secara mayoritas berada dalam
kondisi Overvalued. Jadi secara teoritis direkomendasikan untuk menjual
(sell) jika sahamnya sudah dimiliki dan diperoleh dengan harga yang murah, atau menahan (hold).
Menurut Porman (2008) seorang investor yang baik
biasanya akan sangat sabar menunggu sampai harga pasar saham berada
dibawah harga wajar atau paling tidak mendekati harga wajarnya sebelum
mulai berinvestasi.
REFERENSI
“BI Rate peroide Desember 2008 – Juni 2009”. http://www.bi.go.id (11 Agustus
2009)
“Index Consumer Goods, Manufaktur Dan Property”. http://www.bi.go.id (11
Agustus 2009)
“Index Harga Saham Gabungan Periode Januari-Juni 2009”. http://www.bi.go.id
(11 Agustus 2009)
“Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk Tahun 2004-2008”. http://www.e-
bursa.com (1 Juni 2009)
“Laporan Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tahun 2004-2008”.
http://www.e-bursa.com (1 Juni 2009)
“Laporan Keuangan PT Unilever Tbk Tahun 2004-2008”. http://www.e-bursa.com
(1 Juni 2009)
“Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia Tahun 2001-2007”. http://www.idx.co.id
(1 Juni 2009)
“Tingkat Inflasi Indonesia Periode Januari-Juni 2009”. http://www.bi.go.id (11
Agustus 2009)
Asnawi, Said Kelana dan Chandra Wijaya. 2007. Metodologi Penelitian Keuangan.
Jakarta: Graha Ilmu.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia,
Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Gill, James O dan Moira Chatton. 2003. Memakai Laporan Keuangan :
Memanfaatkan Informasi Keuangan Untuk Mengendalikan Bisnis Anda.
Jakarta: PPM.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Harjanti, Retno. 2008. Analisis fundamental untuk menentukan nilai intrinsik
perusahaan pada pt. medco energi internasional tbk/ -- 2004.
http://elibrary.mb.ipb.ac.id (11 Juni 2009)
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Yogya.
Harviananda, Vega. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Dan Resiko
Sistematis Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Industri Barang
Konsumsi Dan Aneka Industri Di BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma. Husman, saud. 2007. Dasar-dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Jakarta:
Graha Ilmu.
Kandijo, Renal. 2009. Penggunaan Analisis Tehnikal Moderen Untuk Pengambilan
Keputusan Investasi Di Pasar Modal (Studi Kasus PT Indofood Sukses Makmur
Tbk). Seminar Penulisan Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
Palemo, Yanuar. 2009. Penggunaan Analisis Tehnikal Dalam Memprediksi
Pergerakan Harga Saham PT Bumi Resources Tbk. Dengan Menggunakan
Indikator Exponential Moving average. Seminar Penulisan Ilmiah fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma.
Parahita. 2008. Bagaimana Cara Menentukan Harga Wajar Saham.
http://parahita.wordpress.com (11 Juni 2009)
Porman, Tumbuan Andi. 2008. Menilai Harga Wajar Saham. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tauresanto, Ivan. 2007. Penilaian Saham PT BNI Tbk Dalam Rangka Privatisasi
Tahun 2007. http://arc.ugm.ac.id (3 Juni 2009)
Trihendradi, Cornelius. 2007. Langkah Mudah Menguasai Analisis Statistik
menggunakan SPSS 15. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Yaya, Rizal. 2008. Analisis Rasio. http://fe.elcom.umy.ac.id (3 Juni 2009)
Zainul, Agus. 2008. Penilaian Saham. http://pksm.mercubuana.ac.id (3 Juni 2009)