Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan keseahatan adalah bagian mendasar dari pembangunan

Nasiaonal, Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 93

ayat 1 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditunjukkan untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk

peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi,

dan pemulihan kesehatan gigi oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau

masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkeseimbungan.

Prevalensi karies gigi yang tinggi anak-anak di dunia yang sedang

berkembang merupakan masalah yang umum diketahui. Dari penelitian

epidemologis yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi RI tahun 2021

ternayata 57,6% penduduk Indonesia yang mengakui mengalami masalah

kesehatan gigi dan mulut hanya sejumlah 10,2% yamg telah mendapatkan

pelayanan dari tenaga medis. Hasil survei riset kesehatan memperlihatkan

prevalensi gigi berlubang pada anak usia dini masih sangat tinggi yakni 93%,

artinya hanya 7% anak Indonesia yang bebas karies.(drg.inrdra, 2021).

Kesehatan gigi dan mulut telah mengalami peningkatan abad terakhir

tetapi prevalensi terjadinya karies gigi anak tetap merupakan masalah klinik yang

signifikan. Prevalensi karies pra sekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-
rata 7,02 ± 5,25. Masalah ini menyatakan suatu kejadian keburukan gigi yang

mendekati tidak ada yang menangani (Angela, 2005).

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi perkembangan karies

gigi lanjut antara lain perilaku, usia, jenis kelamin, kebiasaan kebersihan mulut,

serta sosial dan ekonomi. Sosial economic status (SES) atau disebut status sosiall

ekonomi berpengaruh penting dalam kesehatan mulut anak. SES adalah ekonomi

dan sosiologis yang dikombinasikan dari pengalaman kerja seseorang. Posisi

ekonomi serta sosial individu atau keluarga dalam hubungannya dengan orang

lain, berdasarkan pendepatan, pendidikan, dan pekerjaan.(Y.Mayasari,2020).

Faktor ekonomi yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu pekerjaan,

pendapatan dan pendidikan. Orang yang berada pada tingkat sosial ekonomi

rendah atau miskin akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan disebabkan

karena kemampuan untuk mebayar pelayanan kesehatan tersebut. Seseorang

dengan pendidikan yang tinggi memiliki sikap yang posistif tentang kesehatan

yang menerapkan perilaku hidup sehat dalam merawat kesehatan gigi dan mulut.

Besar pendapatan memiliki hubungan atau efek pada beberapa penyakit mengenai

gigi dan mulut seperti gingivitis dan karies. Besar pendapatan di anggap sebagai

penentuan oral, serta mempengaruhi perilaku penemtu yang berhubungan dengan

kesehatan yang meliputi control konsumsi gula dan kebersihan mulut. Pendapatan

menetukan kondisi kebutuhan hidup yang meliputi peluang gaya hidup sehat,

selain dari hubungan materi, pendapatan dapat menjadi indikator kesuksesan

seseorang terkait dengan well being dan kesehatan. (Celeste dkk, 2011).
Anak para sekolah merupakan anak yang usia antara 3 sampai dengan 6

tahun dengan berbagai macam potensi, yang jika dirangsang dan dikembangkan

segala potensinya maka akan berkembang secara optimal (Supartini,2004). Pada

usia ini biasanya anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan termasuk

teman sebayanya. Apapun yang dikonsumsi teman sebayanya, akan menjadi

kebiasaan baru bagi dirinya, termasuk jajanan manis karena anak menyukai rasa

yang manis. Perilaku anak mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang

manis, yang tidak diiringi dengan perilaku membersihkan gigi menyebabkan

kebersihan gigi anak lebih buruk disbanding orang dewasa(Wahyono dkk.2012).

Dampak dari kurangnya perawatan gigi anak pra sekolah adalah dapat

meyebabkan karies gigi anak karena disebabkan oleh makanan, minuman yang

selalu dikonsumsi anak serta keadaan mulut yang mengandung mikroorganisme

serta waktu untuk terjadinya gigi berlubang. Penyebab terjadinya karies gigi

selain tidak terawatnya gigi berlubang, dikarenakan konsumsi minuman dan

makanan manis seperti sirup frukosa atau beberapa campuran sukrosa, dan

fruktosa, juga dikarenakan kerawanan pangan. Banyaknya keluarga yang membeli

makanan cepat saji di toko, restauran, pojok pasar dan restaurant cepat saji

berakibat berkurangnya pembelian makanan olahan, dan menghilangkan

konsumsi anak akan sayur segar, buah buahan dan karbohidrat kompleks.

Konsumsi karbohidrat sederhana yang berlebihan serta faktor rendahnya sosial

ekonomi menjadi resiko terjadinya karies gigi pada anak(Pattussi,2006).


B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil

permasalahan sebagai berikut:

“ Bagaiamana hubungan sosial ekonomi terhadap terjadinya karies gigi pada anak

pra sekolah?”

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi terhadap terjadinya

karies gigi pada anak pra sekolah

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui hubungan sosial ekonomi di tinjau dari pendidikan

orang tua dengan status karies gigi pada anak pra sekolah

b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pekerjaan orang tua denagn status

karies gigi pada anak pra sekolah

c. Untuk mengetahui tingkat pendapatan orang tua dengan status karies

gigi pada anak pra sekolah

3. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dalam studi literatur yaitu :

1. Bagi akademik
Dari hasil studi literatur semoga dapat menambah dasar ilmiah

tentang hubungan sosial ekonomi terhadap terjadinya karies gigi pada

anak pra sekolah.

2. Bagi klinis

Memberikan data yang mendukung sehingga adanya implementasi

pelayanan asuhan keperawatan gigi yang tepat untuk masyarakat yang

mengalami karies gigi.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat memahami hubungan sosial ekonomi

terhadap terjadinya karies gigi sehingga adanya kesadaran diri

masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SOSIAL EKONOMI

1. Definisi sosial ekonomi

Sosial ekonomi merupakan tingkatan alias tempat seseorang dalam

kelompok masyarakat berdasarkan aktifitas ekonomi, pendidikan dan pendapatan.

Sosial ekonomi menjadi salah satu faktor yang mendorong status kesehatan

seseorang karena dalam menjalani kebutuhan hidup dan untuk memperoleh

pelayanan kesehatan yang baik mungkin lebih memungkinkan bagi orang-orang

yang berstatus sosial ekonomi tinggi di bandingkan orang yang berstatus sosial

ekonomi rendah.

Sosial ekonomi sudah lama menjadi perhatian publik karena sosial

ekonomi sangat mempengaruhi kualitas hidup dan kemampuan keluarga untuk

mencukupi kebutuhan dan keinginan ekonomi sehari-hari. Sosial ekonomi adalah

posisi seseorang di dalam masyarakat yang berkaitan dengan orang lain dalam arti

lingkungan pergaulan, prestasi dan hak-hak serta kewajibannya dalam

berhubungan sumber daya (Notoadmodjo, 2005).

Kondisi sosial ekonomi mencakup keadaan atau kedudukan seseorang

dalam masyarakat sekelilinya. Kondisi sosial adalah suatu kedudukan yang diatur

secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dilingkup

masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan
kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status itu sendiri (Sumardi,

2015).

Status sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur

secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini

disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi sipembawa

statusnya, misalnya : pendapatan, pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan.

(Soekarno, 2003).

1) Stratifikasi sosial

Jumlah bentuk kelas alias statifikasi sosial adalah ada pada semua

penduduk di sejauh peninggalan kehadiran manusia. Dalam penduduk baru,

pedoman adanya kelas sosial adalah adanya fakta yang umum. Orang yang

terpelajar lebih bagus alias adanya pekerjaan lebih berkelas sering lebih dihormati

daripada mereka yang memiliki pelajar yang tidak rajin.

Meskipun kelas sosial dapat dipercaya sebagai suatu hubungan integritas

dimana setiap kelompok penduduk dapat diposisikan. Para penyurvei lebih suka

membagi hubungan integrasi itu menjadi sebesar tipis kelas sosial yang

individual. Kelas sosial diartikan sebagai pemecahan kelompok penduduk ke

ketika suatu ukuran kualitas kelas yang terpisah, kemudian para kelompok setiap

kelas sebagai relatif memiliki kualitas yang bertambah banyak atau bertambah

sedikit.

2) Kategori kelas sosial


Tidak ada persetujuan di sela-sela para sosiolog sementara tinggi

pemecahan kelas yang butuhkan untuk dapat menjelaskan dengan cukup baik.

Kesimpulan kadar kelas sosial dipecahkan intensitas empat kadar yaitu: kelas

sosial atas, kelas sosial menengah atas, kelas sosial menengah bawah, kelas sosial

bawah.

3) Ukuran kelas sosial

Strategi yang mengatur untuk mengukur kelas sosial mencakup dalam

bebagai kadar yang lapang berikut ini : ukuran subyektif, ukuran reputasi, dan

ukuran obyektif dari kelas sosial.

a. Ukuran subyektif

Dalam strategi subyektif untuk menyusun kelas sosial, para individu

memohon untuk mengukur masyarakat kelas sosial mereka sendiri-sendiri.

Penggolongan perkelompokan kelas sosial yang dilaksanakan

berlandaskan pada preparasi peserta tentang beliau alias individu beliau. Kelas

sosial disangka sebagai tanda “sosok”, yaitu tanda yang menjelaskan rasa

mempunyai kemanusiaan maupun pengenalan dengan orang lain. Rasa

perkelompokan sosial ini terkadang disebut pengetahuan kelas.

Bentuk kelompok sosial yang subyektif berminat mewujudkan berlambar

orang yang membedakan diri mereka sebagai kelas sedang.

b. Ukuran reputasi
Strategi kelebihan untuk menakar kelas sosial membutuhkan informasi

menimpa penduduk yang ditunjuk untuk mewujudkan peninjauan dahulu

menimpa penduduk. Namun pekerjaan penutup untuk memantaskan masyarakat

kelas sosial pusat kelompok penduduk berpunya di genggaman pengkaji yang

berpengalaman.

Pusat sosiologis telah menentukan strategi kelebihan untuk menerima

pendapat yang lebih bagus menimpa susunan kelas penduduk ekslusif yang

sedang dikerjakan, tetapi pusat pengkaji pemesan bertambah terdorong untuk

kadar kelas sosial untuk mendalami pasar dan karakter hidangan dengan lebih

baik.

c. Ukuran obyektif

Beragam dengan cara subyektif dan keunggulan, yang mewajibkan orang

mengkhayal masyarakat kelas mereka sendiri atau masyarakat pusat anggota

kedudukan lainnya. bentuk obyektif berjalan dari beragam variabel demografis

atau sosioekonomis yang ditunjuk mengenai individu yang dipertengahan

menyelidiki. Segala variabel ini dihitung melalui kuesioner yang menyimpan

selama tebakan asli kepada pusat responden.

Saat menunjuk bentuk obyektif kelas sosial, umumnya pengkaji lebih

menggemari satu atau selama variabel berikut ini : pekerjaan, jumlah penghasilan,

dan pendidikan. Terhadap faktor-faktor sosial ekonomi ini, mereka sewaktu-

waktu meneruskan data penggolongan geodemografis. segala indikator sosial


ekonomi ini diperlukan sabagai alat untuk meletakkan pemusatan pemakai yang

memiliki keanggotaan kelas sosial tertentu.

2. Klasifikasi dan tingkat status sosial ekonomi

Tingkat status sosial ekonomi menurut Coleman dan Cressey dalam

sumardi (2004) yaitu :

a. Status sosial ekonomi

Yaitu kelas sosial yang berpunya semuanya berdasarkan dari

kategori sosial yang bertumpu dari masyarakat sangat berada seperti

bagian campuran yang kadang menempatkan keadaan tinggi dari otoritas

dan biasanya dapat melengkapi keperluan dirinya dengan bagus.

b. Status sosial ekonomi bawah

Yaitu masyarakat komunitas dikedudukan yang terdapat

berlandaskan pengelompokan menurut pendapatan dan status sosialnya,

dimana harta kekuasaan yang mempunyai tercatat rendah jika dibedakan

dengan kebanyakan penduduk biasanya beserta tidak kuasa ketika mengisi

keperluan hidup sehari-hari.

Sedangkan menurut Arifin Noor dan Wijianto (2016) membagi dalam

tigagolongan yaitu :

a. Kelas atas yaitu kelas dari kelompok terpandang seperti kelompok kaya

raya, golongan ekslusif dan lainya.

b. Kelas sedang yaitu kelas yang umumnya didentikkan oleh para ahli dan

pusat majikan tokoh serta usaha yang bertambah tipis.


c. Kelas rendah yaitu kumpulan yang menerima pandapatan atau toleransi

asalkan bayaran atas kewajiban mereka yang seluruhnya jauh bertambah

tipis membandingkan dengan keperluan pokok modalnya.(Sumardi, 2004).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi

Faktor yang mempengaruhi indikator sosial ekonomi orang tua antara lain yaitu:

1. Pendidikan menjadi suatu dasar pembelajaran akan meningkat wawasan,

keterampilan, dan kebiasaan yang terima ditunjukkan dalam aktivitas

sehari-hari.

2. Pekerjaan

Pekerjan artinya suatu perbuatn, sesuatu apa yang menunaikan, pengejaran

yang di jadikan utama aktivitas, pekerjaan komunitas atau sesuatu yang

dilakukan untuk mendapatkan pendapatan.

3. Pendapatan

Pendapatn adalah upah atau gaji yang diterima saat pekerjaan telah

terselesaikan maka upah akan dibayarkan sesuai jam kerja atau pekerjaan

yan telah dilakukan.

Terdapat dua komponen pendapat yaitu:

a. Untuk jam kerja biasa atau pekerjaan yang telah diselesaikan

b. Untuk lembur, semua komponen pendapatan lainnya dikumpulkan

secara agregat.
Berdasarkan penggolongan BPS (badan pusat statistic) membedakan

pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

a. Golongan pendapatn tinggi, jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp.

3.500.000 perbulan.

b. Golongan pendapatan tinggi, jika pendapatan rata-rata antara Rp.

2.500.000 - Rp. 3.500.000 perbulan.

c. Golongan pendapatan sedang, jika pendapatan rata-rata antara Rp.

1.500.000 – Rp. 2.500.000 perbulan

d. Golongan pendapatan rendah, jika pendapatan rata-rata kurang dari Rp.

1.500.000 perbulan.

Adapun faktor terbentuknya suatu faktor sosial menurut Abdul Syani (2016)

yaitu:

a. Kepemilikan atas kekayaan dalam berbagai bentuk dan ukuran

b. Status atas dasar peranan dan fungsi dalam pekerjaan

c. Latar belakang seseorang dilingkungan sosial permukimannya

d. Status dasar keturunan

e. Status dasar menurut jenis kelamin dan umur seseorang.

B. KARIES GIGI

1. Pengertian karies

Karies adalah penyakit yang parah dalam gigi, diantaranya email, dentin

dan sementum. Masalah ini diakibatkan oleh denyut suatu zat halus dalam suatu
gula yang dapat menyusahkan. Tandanya adalah dengan adanya demineralisasi

jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.

Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya

ke jaringan periapeks yang dapat meyebabkan nyeri.

2. Proses terjadinya karies

Di dalam mulut kita hidup berbagai macam kuman. Dari tentang 300

macam bakteri didalam rongga mulut, hanya setengah diantaranya, yang dikenal

dengan streptococcus mutans (SM), merupakan organisme penyebab karies.

Kuman-kuman , ini ada yang berkumpul membentuk suatu lapisan yang lunak dan

lengket bernama plak yang menempel pada gigi. Biasanya plak sangat mudah

menempel pada permukaan kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan

gigi, di sekitar tambalan gigi dan dibatas antara gigi dan gusi. Bakteri yang

terdapat dalam plak bisa mengubah gula atau karbohidrat yang berasal dari

makanan dan minuman menjadi asam yang bisa merusak gigi dengan cara

melarutkan mineral-mineral yang terdapat pada gigi. Proses hilangnya mineral

dari struktur gigi ini dinamakan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral-


mineral dari struktur gigi dinamakan remineralisasi. Kerusakan gigi bisa terjadi

apabila proses demineralisasi lebih besar dari pada proses remineralisasinya.

Pada tahap awal kerusakan gigi, lubang mikroskopis dibawah permukaan

email hanya terlihat sebagai suatu bercak putih yang terdapat pada permukaan gigi

lalu asam yang berasal dari plak ini akan terus mengikis permukaan gigi tersebut

dan membentuk suatu titik lubang yang lama-kelamaan akan membesar atau

bertambah dalam. Pada lubang gigi yang besar plak dan sisa-sisa makanan akan

sangat menempel dan menumpuk, sehingga sulit dibersihkan menggunakan sikat

gigi maka gigi yang berlubang tidak segera ditambal, tentunya kerusakan gigi

akan semakin besar.

Plak + Sukrosa  Asam + Gigi demineralisasi / remineralisasi  karies gigi

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat

diragiksn oleh bakteri tertentu dan membentuk asam. Sehingga PH plak akan

menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang

berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi

permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun di mulai.

3. Faktor penyebab terjadinya karies gigi

Karies pada gigi disebabkan oleh beberapa faktor. Tetapi, ada beberapa

opini terhadap penyebab karies. Serta adanya perbedaan faktor etiologi terhadap

faktor yang secara langsung dan tidak langsung memodifikasi biofilm. Penyebab

karies terjadi bukan hanya karena communicable disease namun juga terjadi
karena adanya berbagai proses dalam jangka waktu tertentu. Umumnya, ada

empat faktor utama yang memiliki peranan penting ialah: faktor host, agent atau

mikroorganisme, substrat dan waktu yang saling berkaitan karena berhubungan

oleh integritas manusia tersebut.

a. Faktor dalam

1. Faktor host

Ada berbagai keadaan yang berhubungan oleh gigi sebagai host akan

karies gigi. Bagian dalam mulut yang gampang terjadi karies yaitu pit dan fissure

oleh permukaan oklusi dan premolar. Permukaan gigi kasar bisa juga

mengakibatkan plak yang gampang menempel dan mengakomodasi pertumbuhan

karies gigi. Stabilitas email sangat membuktikan solubilitas email. Bertambahnya

jumlah mineral yang terkandung dalam email maka email semakin keras dan kuat.

Selanjutnya, air liur juga memiliki peran penting terhadap proses terjadinya

karies, air liur dapat meremineralisasi karies yang masih awal. Peristiwa ini

disebabkan oleh air liur yang banyak memiliki ion kalsium dan fosfat. Kelebihan

air lir dapat meningkat remineralisasin flour dan mempengaruhi struktur

mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi keasaman.

2. Faktor agent

Plak yaitu suatu susunan permisif yang terdiri dari golongan

mikroroganisme yang bertumbuh pada matriks. Plak, yang terbentuk dan

menempel kuat dari permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak memiliki

berbagai macam struktur mikroorganisme. Awalnya pembentukan plak, kokus


gram posistif adalah jenis bakteri yang banyak ditemui. Streptococcus mutans

dan lactobacillus adalah bakteri yang bersifat kariogenik. Bakteri itu dapat secara

langsung mengubah asam ke karbohidrat yang dapat ragikan . Bakteri tersebut

mudah berkembang biak pada keadaan asam serta bisa melekat dari permukaan

gigi. Peristiwa ini diakibatkan oleh keahliannya dalam membuat polisakarida

ekstra sel yang sangat rekat terhadap karbohidrat makanan.

3. Faktor substrat

Substrat bisa memodifikasi pembuatan plak karies membantu

pertumbuhan dan perpindahan mikroorganisme. Selain itu, bisa memodifikasi

metabolisme kuman pada plak dengan menyajikan bahan sesuai kebutuhan agar

memperoleh asam. Diperlukan durasi paling sedikit terhadap plak dan karbohidrat

guna membentuk asam dan dapat mengakibatkan demineralisasi email. Oleh

sebab itu, makanan dan minuman dengan komposisi gula akan menurunkan

keasaman plak dengan cepat hingga pada level yang mengakibatkan netralisasi

email. Plak akan tetap bersifat asam dalam beberapa waktu. Untuk kembali

keasaman normal sekitar 7, diperlukan durasi 30-60 menit.

Sintesis polisakarida ekstra sel dari mukosa lebih cepat dibandingkan

glukosa, fruktosa, dan laktosa. Dengan demikian, sukrosa adalah gula yang sangat

kariogenik. Jadi sukrosa adalah penyebab karies yang utama.

4. Faktor waktu

Secara menyeluruh, karies di anggap menjadi penyakit kronis di manusia.

Adanya kemapuan saliva buat mendepositkan baik mineral selama


berlangsungnya proses karies. Adanya saliva di wilayah gigi menyebabkan karies

tidak menghancurkan gigi pada hitungan hari atau minggu. Membutuhkan jangka

waktu yang lama buat berkembangnya suatu karies sebagai sebuah kavitas,

diperkirakan 6-48 bulan.

b. Faktor luar

Beberapa faktor di luar individu penyebab terjadinya karies gigi mencakup :

1. Ras

Sangat sulit terjadinya karies gigi, tapi keadaan tulang rahang suatu

ras bangsa mungkin berafiliasi menggunakan terjadinya suatu karies yang

semakin tinggi atau jadi. Misalnya pada ras tertentu menggunakan rahang

sempit sebagai akibat gigi geligi pada rahang jarang tumbuh tidak secara

teratur karena keadaan gigi yang tidak secara teraturakan mempersulit.

Jika membersihkan gigi dan akan berpengaruh tinggi terhadap proporsi

karies di ras tadi.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap karies gigi terutama

anak wanita biasanya bertambah poli terkena karies gigi dibandingkan

menggunakan anak laki-laki. Hal ini ditimbulkan oleh jenis kelamin faktor

keturunan melainkan aki batkan sebab pertumbuhan (erupsi) gigi pada

anak wanita lebih cepat di bandingkan dengan anak pria, sebab gigi wanita

lebih lama berada dalam mulut sebagai akibat anak wanita lebih usang
berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies(Listrianah, Zainur and

Hisata, 2019).

3. Usia

terbentuknya karies gigi semakin tinggi (Listrianah, Zainur and

Hisata, 2019) Usia sebagai salah satu faktor krusial yang mensugesti

terjadinya karies gigi. Masalah ini tidak memandang baik itu anak-amak

maupun orang dewasa karna umur seseorang yang semakn bertambah

maka jumlah gigi geligi juga semakin banyak juga digunakan dalam

aktivitas pengunyahan sehari-hari. Makanya kecenderungan

4. Makanan

Makanan yang mengakibatkan gigi dan mulut dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu :

a. Komposisi dari makanan yang menghasilkan energy myang dapat

berpengaruh pada masa erupsi dan pasca erupsi gig misalnya karbohidrat,

protein, lemak, vitamin, seta mineral-mineral.

b. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan seperti makanan yang

bersifat membersihkan gigi misalnya buah, sayuran dan lain-lain.

5. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan suatu wadah untuk memperoleh wawasan,

pengetahuan dan keterampilan. Sesorang yang berpendidikan tinggi pasti

memiliki tingkat pemahaman yang baik serta informasi-informasi yang diperoleh


semakin banyak. Oleh sebab itu seseorang yang berpendidikan tinggi kurang

terkena masalah karies karna mereka rajin dan memperhatikan masalah

kebersihan gigi dan mulut di kesehariannya (Fatimatuzzahro, Prasetya and

Amilia,2016).

6. Tingakt ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah memiliki

indeks DMF-T lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga dengan

popularitas sosial ekonomi tinggi (tulongow,2013). Hal ini disebabkan karena

kepopuleran sosial ekonomi akan mempengaruhi sikap dan perilaku sesorang

dalam upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dikehidupan sehari-hari

(Fatimatuzzahro, Prasetya and Amelia, 2016).

7. Sikap dan perilaku

Sikap dan perilaku dapat menggambarkan tingkah seseorang untuk

merealisasikan perilaku hidup sehat terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya seperti pencegahan penyakit dan perawatan kebersihan diri (personal

hygiene)(peker dan alkurt, 2009).

4. Pencegahan dan perawatan karies gigi

Menurut putri dkk, (2010) program pencegahan karies adalah pencegahan

yang kompleks dan melibatkan beragam faktor-faktor yang tidak berkaitan.

Tujuan utama program pencegahan adalah untuk mengurangin jumlah bakteri


kariogenik. Pencegahan harus dimulai dengan mempertimbangkan keseluruhan

daya tahan infeksi yang disebabkan oleh bakteri kariogenik.

Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3 yaitu pencegahan

primer, sekunder, dan tersier sebagai berikut :

a. Pencegahan primer

Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenisis merupakan

pelayanan pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya

penyakit. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health

promotion) dan memberikan perlindungan khusus (specific protection)

Harris and Christen, 1995).

1) Memilih makanan dengan cermat makanan yang mengandung

karbohidrat juga berfenmentasi termasuk gula dan tepung

kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena

karbohidrat merupakan sumber makanan penting sehingga jangan

mengurangi karbohidrat yang akan dikonsumsi.

2) Mengatur kebiasaan makan anak dengan menghindari makanan

yang lengket dan kenyal seperti snack. Makanan seperti gula,

kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang

dikeringkan akan menempel pada gigi.

3) Perbanyak makan makanan yang mengandung serat dan air contoh

nya buah-buahan

4) Pemeliharaan gigi mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi

mencegah bakteri dengan membersihkan mulut dengan teratur.


Ajarkan anak untuk menyikat gigi pagi > 2 kali sehari. Usahakan

untuk membersihkan gigi dalam waktu 20 menit setelah makan.

Apabila tidak menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih.

5) Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulan

sekali.

b. Pencegahan sekunder

Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal pathogenesis merupakan

pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah

penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan

pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan

penambalan pada lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan

struktur gigi yang luas (Herijulianti, Indriani  Artini, 2002)

1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan

membuang bagian gigi yang rusak dan diganti dengan tambalan

gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan tergantung dari lokasi

dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas mengunyah memerlukan

bahan yang lebih kuat dibandingkan gigi depan. Perak amlgam

digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi depan dibuat

tidak terlihat, silikat sejenis semen porselen yang mirip dengan

email. Resin komposit adalah bahan yang sering digunakan pada

gigi depan dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan

bahan yang warnanya sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah

rusak dan tidak dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.


2) Dental sealent, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan

menutupi permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant

dilakukan pada permukaan kunyah gigi premolar dan molar. Gigi

dicuci dan dikeringkan kemudian memberi pelapis pada gigi

(Lithin, 2008).

c. Pencegahan tersier

Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari pathogenesis penyakit yang

dikenal sebagai pencegahan tersier untuk mencegah kehilangan fungsi.

Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi

ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi dengan karies yang sudah

dilakukan pencabutan dan pembuatan gigi palsu termasuk dalam kategori

ini.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemeliharaan

kesehatan gigi

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pemeliharaan

kesehatan gigi menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) meliputi:

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposting factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau

saran-saran kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat

kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.


3. Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Perilaku pemeliharaan juga mempunyai arti perilaku pencegahan, dimana

pencegahan terhadap terjadinya karies gigi ditunjukkan dengan menjaga dan

memelihara kebersihan gigi. Penegetahuan menjadi faktor penting dalam upaya

pemeliharaan gigi.

C. HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI TERHADAP TERJADINYA

KARIES GIGI

Sosial ekonomi telah dihubungkan dengan terjadinya karies gigi, karena

perilaku hidup sehat dapat dipengaruhi sosial ekonomi seseorang. Beberapa faktor

yang memengaruhi sosial ekonomi yaitu pekerjaan, pendidikan pendapatan, serta

banyaknya anggota keluarga. Pekerjaan menentukan status sosial ekonomi karena

dari bekerja segala kebutuhan akan terpenuhi. Pendidikan yang lebih tinggi

memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup

sehat. Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika

pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan ikut meningkat. Keluarga

merupakan fondasi awal untuk membangun kehidupan sosial ekonomi secara luas

menjadi lebih baik, dimana peran aktif dari keluarga terhadap perkembangan

seorang anak sangat diperlukan dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan

keterampilan dasar, mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.


Besar kecil pengaruh faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi anak

dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan yang perlu dimiliki orang

tua antara lain yang berkaitan dengan cara memperlihatkan jenis makanan dan

minuman yang menguntungkan kesehatan gigi. Pengetahuan, kesadaran,

kesehatan dan perilaku orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi

dipengaruhi oleh berbagai faktor sosiodemograns, antara lain faktor penduduk,

lingkungan, tingkat pendidikan, ekonomi, tradisi dan kehadiran sarana pelayanan

kesehatan gigi (Suwelo, 1992).

Kesehatan gigi dan mulut sering tidak menjadi prioritas bagi sebagian

orang, padahal gigi dan mulut merupakan ‘’pintu gerbang’’ masuknya kuman dan

bakteri sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya.

Karies gigi adalah masalah yang signifikan, karena diperparah deangan

tingkat sosial ekonomi yang rendah serta malnutrasi. Karies gigi lebih sering

dijumpai pada anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang

rendah, ibu/bapak tunggal, atau orangtua dengan tingkat pendidikan. Masalah

karies gigi masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-anak maupun dewasa dan

tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan mempengaruhi kualitas hidup

dimana mereka akan mengalami rasa sakit, ketidak nyamanan, cacat, infeksi akut

dan kronis, gangguan makan dan tidur serta memiliki resiko tinggi untuk dirawat

di rumah sakit serta puskesmas, yang menyebabkan biaya pengobatan tinggi dan

berkurangnya waktu belajar di sekolah.

D. KERANGKA TEORI
Sosial
ekonomi

 Ras
 Jenis kelamin
 Faktor pendidikan  Usia
 Faktor pekerjaan  Makanan
 Faktor  Host
pendapatan  Agent
 Subsrat
 waktu

Karies gigi

Anda mungkin juga menyukai