Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STANDAR AUDITING
KELOMPOK 5
Nama Kelompok :
1. Nabila Oktafia Sari /190210301002
2. Devi Dian Rahmawati /190210301005
3. Bella Maretha /190210301047
4. Devi Damayanti /190210301080
5. Reni Agustina Eka Cahyati /190210301101
SOAL KASUS
1. Jelaskan pentingnya proses Audit Laporan Keuangan
Jawaban :
Sebuah perusahaan pada umumnya memerlukan adanya audit laporan keuangan karena itu
merupakan hal yang paling penting bagi setiap perusahaan. Agar sebuah laporan keuangan
sebuah perusahaan jadi valid dan dapat diandalkan, maka sebuah laporan keuangan harus
bisa memenuhi standar akuntansi yang sudah berlaku dan telah menyelasikan pemeriksaan
yang menyeluruh. Sehingga laporan keuangan tersebut dapat diandalkan untuk menjadi
dasar pengambilah sebuah keputusan oleh seorang manajer perusahaan. Tujuan adanya
audit laporan keuangan adalah untuk mengetahui Kembali sebuah laporan keuangan yang
telah dimiliki perusahaan, organisasi atau Lembaga yang disusun melalui sebuah prinsip
dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Adanya proses audit laporan keuangan
juga mempunyai beberapa manfaat dalam sebuah perusahaan yaitu, membuka pintu bagi
sumber pembiayaan yang akan masuk dari pihak luar, agar mengetahui kesalahan dari
penyimpangan moneter dalam catatatn keuangan perusahaan, dan memberikan sebuah
dasar yang lebih kepada perusahaan asuransi, para investor, dll untuk bisa menentukan
syarat penjualan dan pembelian untuk penggabungan sebuah perusahaan.
2. Apa saja syarat yang perlu dimiliki oleh seorang auditor?
Jawaban :
a. Mempunyai kemampuan dan pelatihan teknis yang memadai untuk menjadi auditor.
Seorang auditor wajib mempunyai keahlian dalam bidang auditing dan mempunyai
pengetahuan yang luas di bidang yang mereka audit demi menjamin kompetensinya.
Kompetensi auditor dinilai berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang mereka punya. Seorang auditor yang ideal adalah mereka yang memiliki latar
belakang di bidang audit. Sedangkan dalam hal pengalaman, biasanya auditor dinilai
berdasarkan seberapa lamanya mereka memiliki karir dibidang auditor, atau variasi
perusahaan yang sudah mereka audit. Apabila ada seorang auditor yang menugaskan
seseorang yang masih minim pengalaman, maka orang itu harus dipimpin terlebih
dahulu oleh seniornya yang memang sudah berpengalaman. Auditor yang bertugas
dalam mengaudit laporan finansial juga harus mempunyai latar belakang pendidikan,
pemahaman laporan finansial, dan standar akuntansi yang sedang berlaku.
b. Mampu bersikap independen dalam setiap permasalahan
Independen dalam hal ini adalah terbebas dari berbagai pengaruh, baik itu dari
manajemen yang memiliki tanggung jawab atas adanya penyusunan laporan ataupun
dari pengguna laporan terkait. Tujuannya adalah agar auditor tersebut bisa terbebas dari
berbagai pengaruh subjektivitas berbagai pihak yang terkait. Sehingga, pelaksaanaan
dan hasil audit akan bisa dilakukan secara objektif. Independensi ini meliputi kenyataan
dan penampilan. Independensi kenyataan akan ditunjukkan dalam sikap mental yang
tidak bisa dipengaruhi oleh siapapun, sedangkan independensi penampilan akan
ditunjukkan dengan keaadan tampilan yang mampu memengaruhi pendapat orang lain
terkait independensi auditor.
c. Mampu menggunakan kemampuan profesionalnya secara cermat dan teliti sebagai
seorang auditor
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus memanfaatkan kemampuannya secara
cermat dan bisa direncanakan dengan baik. Mereka juga harus memanfaatkan
pendekatan yang pas, serta memberikan opininya berdasarkan bukti yang jelas dan
sudah diriset secara teliti. Artinya, institusi audit tersebut harus bisa melakukan
pengendalian mutu yang sesuai.Kecermatan merupakan suatu hal yang harus dilakukan
auditor dalam melakukan tanggung jawabnya. Karena hasil audit mereka akan
berpengaruh pada sikap yang akan menentukan hasil audit atas apa yang dilakukannya.
Oleh karena itu, auditor harus sadar bahwa keputusan hasil audit yang mereka ambil
akan dipertanggung jawabkan, termasuk jika mereka tidak menemukan adanya
kesalahan sebenarnya dalam laporan audit yang mereka buat dan tidak mampu
mengungkapkannya.
3. Berdasarkan struktur baru standar audit berbasis ISA (International Standard on Auditing),
terdapat penggolongan standar professional terkait dengan perikatan (engagement) Jasa
Akuntan Publik. Jelaskan secara singkat!B.Pendekatan proses audit berbasis ISA, dapat
dibagi dalam tiga tahapan. Sebutkan apa saja tahapan tersebut, disertai penjelasan singkat
atas aktivitas, tujuan dan dokumentasi penting yang terkait.C.Jelaskan yang dimaksud
dengan Risk of Material Misstatement (RMM), Overall Materiality dan Performance
Materiality
Jawaban :
a. International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit terbaru yang telah
diadopsi di Indonesia saat ini. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas
Statement of Membership Obligation and International Federation of Accountants. Per
1 Januari 2013, Akuntan Publik wajib melakukan audit atas laporan keuangan emiten
berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA diwujudkan melalui revisi terhadap
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Dalam struktur baru tentang standar audit
berbasis ISA, memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak,
auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini:
1. Mengevaluasi integritas manajemen
2. Keadaan khusus dan resiko luar biasa
3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Menilai Independensi
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
kecermatandan keseksamaan
6. Membuat surat perikatan audit
b. 1. Menyelesaikan Pekerjaan LapanganDalam menyelesaikan pekerjaan lapangan,
auditor melaksanakan prosedur audit spesifik untukmendapatkan bukti audit tambahan.
Prosedurnya adalah:
Tinjau Peristiwa Peristiwa Selanjutnya
Memahami Risalah Rapat
Mendapatkan Bukti mengenai Litigasi, Klaim, dan Penilaian.
Surat Perwakilan Klien
Mendapatkan Surat Representasi Klien
Melaksanakan prosedur analitis
c. 1. Risk Material Misstatement, merupakan resiko munculnya salah saji yang bersifat
materil yang akan berpengaruh pada pengambilan keputusan oleh auditor terutama
yang menyangkut dengan penentuan pendapat atau opini atas kewajaran pelaporan
keuangan. Biasanya salah saji dalam audit terjadi disebabkan oleh dua hal yaitu fraud
dan error.
- Fraud, merupakan salah saji yang dapat disebabkan oleh kesengajaan yang bertujuan
untuk menyembunyikan, menghilangkan, menyelewengkan dan memanipulasi unsur
yang terdapat dalam pencatatan. Salah saji yang disebabkan oleh fraud ini, akan
mengakibatkan resiko yang lebih tinggi.
- Error, merupakan salah saji yang dapat disebabkan oleh ketidaksengajaan ataupun
kelalaian pada saat melakukan pencatatan.
6. Overall Materiality, merupakan materialitas laporan keuangan secara keseluruhan yang
didasarkan pada kearifan professional auditor mengenai jumlah terbesar salah saji dalam
laporan keuangan tanpa mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan.
Apabila jumlah salah saji yang tidak dikoreksi terpisah atau digabunkan dan lebih besar
dari overall materiality yang ditetapkan, maka laporan keuangan disalah sajikan secara
material. Berdasarkan SA 320, par 10 auditor diharuskan untuk menentukan materialitas
untuk laporan keuangan secara keseluruhan pada saat akan menetapkan audit secara
keseluruhan. Berikut contoh overall materiality:
- Laba dari operasi berlanjut: 3%-7%
- Pendapatan atau pengeluaran: 1%-3%
- Asset: 1%-3%
- Ekuitas: 3%-5%
7. Performance Materliality, atau sering disebut juga dengan materialitas pelaksanaan
biasanya digunakan oleh auditor guna menekan resiko sampai ke titik rendah yang dapat di
diterima (appropriately low level). Hal yang ditekan merupakan resiko besarnya salah saji
yang melampaui angka materialitas, salah saji yang dimaksud adalah akumulasi salah saji
yang tidak dikoreksi dan tidak teridentifikasi oleh auditor. Berdasarkan SA 320 par A.12
penentuan materialitas pelaksanaan bukan suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan
dibutuhkan adanya pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
- Pemahaman auditor akan entitas yang dimutakhirkan selama pelaksanaan prosedur
penilaian risiko
- Sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya serta
harapan auditor yang berkaitan dengan kesalahan penyajian dalam periode berjalan.
Materialitas pelaksanaan berdasarkan SA 320 par 11 digunakan untuk:
1. Menilai resiko kesalahan penyajian material
2. Menentukan sifat, saat, dan luar prosedur audit lanjutan (further audit procedures).
*************