Kel - 9 Pemb - Pai Di Sekolah
Kel - 9 Pemb - Pai Di Sekolah
Dosen Pengampu
PENYUSUN
MATARAM
2022
1
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji bagi allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
inayahnya, sehingga berkat nikmat tersebut makalah dalam mata kuliah pembelajaran
akidah akhlak di madrasah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya,
Sholawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa zaman gelapnya kebodohan menuju zaman terangnya ilmu
pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................. 1
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)
2. Apa karakteristik Kontekstual
3. Apa saja komponen /azaz pembelajaran kontekstual
4. Bagaimana penerapan kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan agama islam
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian pendekatan kontekstual (CTL).
2. Menjelaskan karakteristik kontekstual
3. Menjelaskan komponen-komponen kontekstual
4. Menjelaskan penerapan kontekstual dalam pembelajaran Pendidikan agama islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
mana yang baik dan buruk. Adapun pandangan yang bersifat rasional lebih memberik
an kesempatan dan peran aktif kepada peserta didik untuk memilih, mempertimbangk
an dan menentukan nilai moral mana yang baik dan buruk, dan mana pula yang perlu
dianutnya. Kedua pandangan diatas memiliki implikasi terhadap pera guru dalam
pembelajaran. Pandangan tradisional menempatkan guru sebagai juru bicara nilai/mor
al yang memiliki peranan yang menentukan dalam pertimbangan nilai atau moral (cen
ter learning).Sedangkan pandangan rasional menempatkan guru sebagai pembimbing
dan fasilitator. Dilihatdari dua pandangan tersebut, maka pembelajaran berbasis
kontekstual termasuk pada pandangan yang kedua, bersifat rasional. Pembelajaran
berbasis kontekstual mengandung arti bahwa makna apa yang dipelajari oleh
individu-idividu dirangkaikan dengan konteks dan pengalamanpengalaman hidupnya,
kemudian makna tersebut dikonstruksi oleh individu (peserta didik), bukan oleh guru.
Dan belajar selalu dikaitkan dengan konteks masalah-masalah dan situasi-situasi riil
kehidupannya. Menurut Clifford & Wilson (dalam Muhaimin, 2009),1
1
Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 37.
6
1. Konstruktivisme,
2
Abdul Gafur, Mencoba Pembelajaran Kontekstual, Buletin Pusat Perbukuan, Gerakan
Masyarakat Mengembangkan Budaya Baca, (Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas, Bagian Proyek
Pengembangan Sistem dan Standard Perbukuan Dasar, Vol. 09, 2003), hlm. 37.
7
jarang dilakuakan oleh guru. Untuk itu dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran
PAI, guru perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesa, mengumpulkan data dan menyimpulkan
nya sendiri. Inquiry-Based Learning; pendekatan pembelajaran yang mengikuti
metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna
Aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Diprediksi bahwa pada saat ini dalam
pembelajaran peserta didik masih banyak yang belum secara aktif bertanya. Penyebab
dari kurangnya peserta didik untuk memberanikan diri dalam melakukan pertanyaan
adalah: (a) peserta didik merasa dirinya tidak lebih tahu daripada guru, (b) adanya
ganjalan psikologis karena guru lebih dewasa dari pada usia peserta didik, (c) kurang
kreatifnya guru untuk memberikan persoalanpersoalan kepada peserta didik yang
bersifat menantang, sehingga peserta didik kurang permasalahan yang harus
dikemukakan. Oleh karena itu ada dua tugas guru PAI yang diperlukan yaitu: pertama,
mencairkan atau mencari jalan keluar hambatan psikologis antara guru dengan peserta
didik; kedua, memperkaya opik-topik pembelajaran yang aktual, dengan semakin
berkembangnya zaman dan yang ada hubungannya dengan kebutuhan yang akan
dating3
3
Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep
Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 78-79.
8
bimbingan kepada siswa untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai-nilai
intelektual dan religius (karya wisata)
5. Pemodelan (modelling)
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke
belakang tentang apa yang sudah dilakukan pada masa yang lalu. Jika berfikir reflektif
ini dikaitkan dengan pembelajaran PAI, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh guru PAI: pertama, dalam pembelajaran PAI di kelas, bahan ajar
tentunya harus mengandung muatan yang secara langsung dapat dikaitkan dengan
realitas kehidupan, sehingga dapat direfleksikan langsung dengan pengalaman
pribadinya; kedua, sebelum penyampaian materi yang baru, maka perlu adanya
pengulangan materi yang lalu, agar peserta didik dapat berfikir secara tepat dengan
pengetahuan yang baru; ketiga, model pendekatan perilaku terpuji yang ditampilkan
oleh sejumlah tokoh perlu disampaikan secara intensif, agar perkembangan moral dapat
selalu dijaga dan diprotek
4
Ramayulis, metodologi Pendidikan agama islam, kalam mulia (Jakarta 2018), hal. 331
9
D. Langkah-langkah pembelajaran Contextual Theaching Learning adalah sebagai
berikut
1. Pengembangan pikiran bahwa siswa bisa belajar lebih berkualitas dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri, pengetahuan
dan ketramilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar.
5. Menghadirkan model sebagai contoh belajar.
6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan
7. Melakukan penialain yang sebenarnya dengan berbagai cara
Kelebihan:
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata, sehingga materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa dan lebih sulit untuk dilupakan.
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena CTL menganut aliran kontruktivisme. Siswa dituntut untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
kontruktivisme, siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” dan bukan dari
“menghafal”.
c. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan
di lapangan.
e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian
guru.
f. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran
yang bermakna.
10
Kekurangan:
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Guru harus dapat menjadi model pada kompetensi tertentu, sehingga siswa
mendapatkan contoh atau model untuk mengambangkan konsep yang didapat.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode CTL akan membuat pembelajaran
semakin menarik dan kreatif tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Guru
seharusnya dapat menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif sehingga
siswa semakin berantusias mengikuti pembelajaran. Kerjasama yang baik antara para
pelaksana pendidikan dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, S.Ag., Dian Andayani, S.Pd., Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Konsep Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005
13