Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH WAWASAN IPTEKS TENTANG INTEGRITAS

DAN ASPEK ETIKA

Oleh: DORKAS MNUMUMES

UNIVERSITAS HASANUDDDIN FAKULTAS KEDOKTERA


JURUSAN D3 VOKASI KESEHATAN 2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..…………………………………………………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI ……………………………………………..………………………………………………………………………………...ii

KATA PENGANTAR iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

INTEGRITAS DAN ASPEK ETIKA IPTEKS 2

INTEGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA 2

ASPEK ETIKA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI 5

Cara meredam pengaruh negatif IPTEKS 5

DAFTAR PUSTAKA 8
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan
rahmatnyalah maka saya bisa menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu. Berikut ini
kelompok kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Integritas dan Aspek Etika
IPTEKS”.Melalui kata pengantar ini kelompok kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat
atau menyinggung perasaan pembaca.Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapaat memberikan
manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita tentu sudah sering mendengar kata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang sering disingkat
dengan IPTEK. IPTEK merupakan makanan sehari-hari manusia sekarang ini. Telepon seluler, komputer,
internet, dan lain-lain. Tanpa adanya IPTEK kehidupan sosial manusia menjadi terhambat. Atas dasar
kemampuan kreatifitas berpikir, manusia dapat mengembangkan IPTEK dari waktu ke waktu. Segala
kemudahan mulai dari transportasi, telekomonikasi sampai pendidikan tak luput dari peran IPTEK.
Namun di balik itu semua manusia menjadi malas melakukan semua aktivitasnya oleh karena semua
kemudahan yang ada. Selain itu juga, sebagian besar manusia diberbagai belahan dunia belum mencicipi
manfaat dari IPTEK tersebut. Sungguh sangat disayangkan sekali dimana sebagian orang sudah
mendapatkan kebutuhannya dengan cepat sementara yang lainnya harus bersusah payah untuk
mendapatkannya. Untuk itu sebagai mahasiswa kita perlu mengetahui lebih dalam tentang IPTEK agar
kita bisa memanfaatkan untuk seluruh umat manusia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
apa saja peranan IPTEK dalam membantu dan mempermudah aspek kehidupan manusia?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana IPTEK dalam peranannya
sebagai sarana untuk mempermudah kehidupan manusia.

BAB II

PEMBAHASAN

INTEGRITAS DAN ASPEK ETIKA IPTEKS


Kata integritas berasal dari kata latin yaitu “Integer” (utuh dan lengkap). Sehingga secara umum
integritas didefinisikan sebagairasa batin yang melingkupi diri secara utuh yang berasal dari kejujuran,
kedisiplinan, dan konsistensi nilai karakter yang lebih baik, artinya “integritas”adalah konsistensi
tindakan, nilai-nilai, langkah-langkah, prinsip, harapan, dan hasil dalam diri seseorang. Dalam makna
etika, “integritas” dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja dalam bentuk
akurasi tindakan seseorang.

INTEGRITAS IPTEKS DALAM MODEL SEGITIGA

Frase “model bersudut segitiga” merupakan konsepsi penyederhanaan dari keadaan yang
sebenarnya yang tentu saja sepanjang hal ini dapat menyingkap misteri, maka penggunaannya dapat
diperluas, khususnya dalam menjelaskan aspek integritas dalam ilmu pegetahuan, teknologi dan seni
secara utuh. Berbagai substansi yang tercakup dalam integrasi dimensi dalam model segitiga lainnya
dapat dikorelasikan dan ternyata memiiliki keterkaitan dengan fungsi dari masing masing sudut model
segitiga.

Dimensi insan, ikhsan, dan iman dalam frase model segitiga pada gambar dibawah dipelihatkan
adanya tiga substansi lain yang menopang masing-masing dimensi tersebut. Substansi intelektualitas,
sensabilitas, dan moralitas yang menopang dimensi iman dapat diturunkan dari masing-masing
sudutnya. Menuju kanan bawah, yaitu intelektualitas kearah sains, sensabilitas ke arah seni , moralitas
kearah teknologi dan menuju kiri bawah, yaitu intelektualitas ke arah filsafat, sensabilitas ke arah
estetika, moralitas ke arah etika. Secara mendatar sudut filsafat berkaitan langsung dengan sains,
estetika berkaitan langsung dengan seni, dan etika berkaitan langsung dengan teknologi. Dari hasil
pengembangan ini diperoleh bahwa substansi ipteks pada dimensi insan ditopang oleh dimensi ihsan
dengan tiga substansi yaitu : filsafat, etika, dan estetika, dimensi iman juga dengan tiga substansi yaitu
intelektualitas, moralitas, dan sensibilitas.

IMAN

INTELEKTUALITAS SENSABILITAS

ETIKA TEKNOLOGI

IHSAN INSAN
FILSAFAT ESTETIKA SAINS SENI

Kualitas ilmu pengetahuan dan seni akan dapat memiliki kemajuan yang baik apabila ditopang
dengan bantuan teknologi. Terdapat begitu luas wilayah lahir (realita) berupa gejala alam yang tidak
berimpit dengan wilayah batin atau bahkan mungkin terdapat wilayah batin yang tidak memiliki realita.
Perluasan keberimpitan wilayah realita dan pemikiran dapat diperluas atau diperbesar dengan bantuan
teknologi. Walaupun begitu tidak berarti teknologi berada pada garis tengah yang memisahkan antara
ilmu dan seni namun terdapat pula hubungan antara ilmu dan teknologi secara langsung, begitu pula
hubungan langsung antara teknologi dengan seni.

Dalam proses invensi teknologi juga dapat terjadi dimulai dari filosofi dan seni lalu menjadi ide
lalu dikaitkan dengan science sehingga kemudian terciptalah teknologi, walaupun para engineer nanti
karyanya telah tercipta baru diberikan sentuhan seni. Plato, menjelaskan seni dengan kata “techne” dan
“poesis” secara berdampingan, dimana kata “poesis” berarti pengetahuan mencipta seni puitis dan
dalam “Trilogi Plato” diperoleh keterkaitan antar intelektual dengan kebenaran, etika dengan kebaikan
dan estetika. Bahkan pada pertengahan abad ke-17 kata science dari kata “scientia” masih bersenyawa
dengan pengertian seni, sehingga memiliki arti sebagai komunikasi puitis dari persepsi kreatif mengenai
ketertiban. Oleh Karena itu ketiganya membentuk suatu segitiga ilmu, teknologi, dan seni yang
selanjutnya menjadi dasar terbangunnya frase sistim “dunia segitiga”.

Jika kita mencermati gambar tersebut, maka keberasaan insan manusia berhubungan erat
degan ihsan dan iman. Kata “ihsan”, secara harfiah berkaitan dengan keikhlasan berbuat atau berkarya
oleh karena kita sebagai manusia merasa didalam pengawasan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam
semesta ini. Jadi ini adalah kesadaran batin yang terekspresi degan sendirinya oleh karena kita sebagai
insan sadar dan faham makna keberadaan diri kita sendiri yang diamanahkan mengelola dan
memelihara alam semesta ini. Pengalaman ini dapat diwujudkan dengan selalu belajar tanpa henti baik
formal maupun non formal, atau melakukan proses pengkajian potensi keilmuan diri manusia melalui
jalur filsafat, etika, maupun estetika sebagaimana substansi yang terkait dengan nilai ihsan.

Adapun kata “iman”, ini adalah konsepsi jiwa yang abstrak dan terpatri secara mendalam pada diri
manusia namun dapat terpancar tak terhingga dan tanpa batas, dimana kekuatan dan keberadaannya
bahkan dapat melalui batas-batas yang konkrit sekalipun. Iman itu adalah konsepsi yang abstrak.
Manusia yang memiliki nilai iman, maka intelektualitas, sensibilitas dan moralitasnya akan bersiniergi
satu sama lain bagai suatu bangunan yang tidak sempurna jika salah satu diantara ketiganya tidak ada.

Berdasarkan keyakinan tentang kesatupaduan kebenaran, kebaikan, da keindahan dalam diri


manusia, maka secara individu melalui metode induktif kita mencoba menggunakan tiga pendapat untuk
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga terbentuk kesatupaduan pendapat yang disebut ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni membentuk kata IPTEKS yang selanjutnya menjadi substansi yang dikaji
dan ditelaah dalam mata kuliah wawasan ipteks/
Pertama, ilmu pengetahuan bagi Al-Fatabi sebagai seorang cendekiawan islam pada zaman
keemasan islam menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan sebenarnya bagaikan batang tubuh
pengetahuan yang terorganisir dengan baik dan sebagai disiplin ilmu akan memiliki tujuan, premis dasar
dan objek kajian serta metode ilmiah tertentu.

Kedua, menggunakan pengertian konsepsi teknologi yang dikemukakan oleh Frederick ferre
(1998). Menurutnya, teknologi adalah kecerdasan pengamalan berdasarkan praktis dari pengetahuan
atau ilmu pengetahuan tentang ketertiban alam dan manusia yang diwujudkan dalam suatu bentuk
dunia kebendaan dan atau dunia kecerdasan yang harus dipandang secara utuh keduanya. Artinya
dalam memandang konsepsi teknologi harus dilihat secara utuh mulai dari dibenak pencipta karya
teknologi, proses yang terkait sampai terciptanya sebuah karya teknologi yang artinya saat dibenak
seseorang dan proses yang terkait sampai sebelum terbentuknya suatu karya adalah konsepsi
kecerdasan dan hasil karya teknologinya adalah konsepsi kebendaannya.

Ketiga menggunakan konsepsi seni berdasarkan pendapat Prof. Hamka bahwa seni yang
setinggi-tingginya adalah ketika telah berkumpul didalamnya kebenaran, keadilan, dan keindahan yang
direkat oleh cinta yang kudus. Berdasarkan pada ketiga komponen tersebut yakni ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, maka pemahaman tentang INTEGRITAS IPTEKS yang utuh tidak lain adalah: Suatu
konsepsi multi dimensi yang didalamnya memiliki nilai-nilai kebenaran (ilmu pengetahuan), kebaikan
(teknologi) dan keindahan (seni) yang selanjutnya dimensi seni akan mewarnai secara utuh
perkembangan dimensi ilmu pengetahuan dan dimensi teknologi, sehingga katiganya akan bahu
membahu saling membantu dan bersininergi satu dengan yang lain dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.

Karya-karya seni baik yang bersifat kebendaan maupun kecerdasan selain ditunjang oleh
beragam gagasan keindahan dari seniman itu sendiri, juga akan nampak didalam bukti-bukti kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjukkan kesatupaduan IPTEKS sebagai hasil
olah pikir, olah fisik dan olah jiwa manusia. beberapa hasil karya IPTEKS yang mendukung dan berkaitan
pengertian tersebut adalah : Candi Borobudur di Indonesia, bangunan Taj Mahal di India, Pyramid di
Mesir, Patung Liberty di Amerika Serikat, Menara Pisa di Italia, dan beberapa karya lainnya, dimana
kesemuanya memperlihatkan kesatupaduan hasil karya IPTEKS yang luar biasa.

ASPEK ETIKA ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SENI

Mengawali uraian kita tentang aspek etika ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, maka ada
baiknya beberapa teori tentag etika dipelajari terlebih dahulu lalu kita jadikan rujukan atau pembanding
sebagai bahan dalam berargumen untuk menemukan makna kebenaran tentang ilmu pegetahuan,
teknologi, dan seni khusunya substansi etika yang dikandungnya.

Secara garis besar ada empat teori tentang etika yang dapat dikemukakan disini, dari sekian
banyak teori tentang etika yang terdapat dari beberapa literature, yaitu:
1. Konsekuensialisme

Teori ini menjawab “apa yang harus kita lakukan”, dengan memandang konsekuensi dari berbagai
jawaban ini berarti bahwa yang harus dianggap etis adalah konsekuensi yang membawa paling banyak
hal yang menguntungkan, melebihi segala hal merugikan, atau yang mengakibatkan kebaikan terbesar
bagi jumlah orang terbesar. Manfaat paling besar dari teori ini adalah bahwa teori ini sangat
memperhatikan dampak actual sebuah keputusan tertentu dan memperlihatkan bagaimana orang
terpengaruh. Kelemahan dair teori ini bahwa lingkungan tidak menyediakan standar untuk mengukur
hasilnya.

2. Deontology

Teori deontology berasal dari kata yunani yaitu “deon” yang berarti “kewajiban”. Teori ini menganut
bahwa kewajiban dalam menentukan apakah tindakannya bersifat etis atau tidak, dijawab dengan
kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis, bila memenuhi kewajiban atau berpegang
pada tanggung jawab, jadi yang paling penting adalah kewajiba-kewajiban atau aturan-aturan. Manfaat
paling besar yang dibawakan oleh etika deontologis adalah kejelasan dan kepastian.

3. Etika Hak

Teori ini memandang dengnan menentukan hakdan tunututan moral yang ada didalamnya, selanjutnya
dilemma-dilema tertentu dipecahkan dengan hirarki hak. Yang terpenting dalam hal ini adalah
tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi dengan sungguh-sungguh. Teori hak ini pantas
dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral seorang manusia dan tuntutan moral dalam
suatu situasi konflik etis.

4. Intuisionisme

Teori ini berusaha memecahkan dilemma-dilema etis dengan berpijak pada intuisi, yaitu kemungkinan
yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu baik atau buruk. Dengan
demikian seorang intuisionis mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk berdasarkan perasaan
moralnya, bukan berdasarkan situasi, kewajiban, atau hak. Etika mejadi acuan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan karena peghormatan atas manusia.

Cara meredam pengaruh negatif IPTEKS

1. Rehumanisasi
Megembalikan martabat manusia dalam perkembangan ipteks modern yang sangat cepat dengan
berbagai cara. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik lahir maupun batin sehingga
pembangunan dan pengembangan ipteks selalu harus mengarah kepada terwujudnya peningkatan
kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju
kehancuran peradaban manusia tidak dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karenanya semua
pihak harus mengambil bagian dan berkontribusi positif didalamnya.

2. Kemampuan Memilih

Dengan makin banyaknya kebolehan yang diakibatkan oleh IPTEKS maka timbul kesukaran dalam
memilih meskipun pilihan relative lebih sedikit daripada kebolehjadian.Pendidikan pada umumnya
diarahkan pada cara produksi bukan pada cara konsumsi. Terkikisnya nilai-nilai menyebabkan
menurunnya perbedaan antara yang mungkin dengan yang terjadi bahkan mana yang benar dan mana
yang salah mana yang baik dan mana yang buruk sudah sangat susah dibedakan.

3. Arah Perkembangan Kemajuan

Anomali yang ditimbulkan oleh perkembangan IPTEKS sekarang, akan mengakibatkan banyak ahli yang
mempertanyakan apakah tepat cara-cara yang dipakai menuju kesejahteraan kuantitatif dan kemajuan
material manusia. Pada peringkat internasional dan hak asazi bangsa-bangsa, jika gaya pikir baru tidak
berhasil dikembangkan untuk menghadapi masalah besar ini, maka masa depan yang kelam bagi umat
manusia dan bumi kita tinggal menunggu waktu.

4. Revitalisasi

Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan pembangunan akan
menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan sehingga diperlukan persiapan-persiapan yang
menyeluruh usaha-usaha revitalisasiakan banyak dipengaruhi naik secara positif maupun negatif oleh
karena faktor-faktor dalam maupun luar negeri oleh karena itu beberapa sikap pribadi yang paripurna
harus dimiliki demi memproteksikan diri dari pengaruh negatif IPTEKS.

Anda mungkin juga menyukai