Anda di halaman 1dari 8

Materi 5

Aniaya dan Hijrah ke Habasyah

Musim Haji dan Cacian Baru

Bismillahirrahmanirrahim

Musim haji akan segera tiba dan berbagai kabilah Arab akan segera tiba di Makkah.
Mereka yang semula belum secara serius memusuhi Rasulullah, kini khawatir akan tersebarnya
Islam di Jazirah Arab. Mulai pemuka Quraisy berkumpul di di rumah Al-Walid bin Al-
Mughirah untuk membahas cara menghalangi jamaah haji dari dakwah Rasulullah. Mereka
berencana akan menuduh Rasulullah sebagai dukun, orang gila, penyair, atau tukang sihir. Tapi
semua itu terasa konyol karena apa yang mereka tuduhkan jelas-jelas jauh berbeda dari
Rasulullah sesungguhnya. Akhirnya, mereka sepakat saja menjuluki Rasulullah sebagai tukang
sihir yang dapat memisahkan suami dengan istri, anak dengan orang tua, dan persaudaraan.
Dengan ini, jamaah haji akan ketakutan untuk bertemu Rasulullah. Abu Lahab melakukan hal
yang lebih serius lagi. Setiap kali Rasulullah berdakwah pada jamaah haji, ia membuntuti
Rasulullah kemudian membantah ajakan Rasulullah dengan tuduhan pendusta dan keluar dari
ajaran orang tua, leluhur, atau nenek moyang yang tentu dianggap lancang dan kualat oleh
masyarakat.

Musim haji berlalu dan ternyata cacian untuk Rasulullah tidak ikut berlalu. Petinggi
Quraisy kini mulai menyebarkan berita dusta, tuduhan, cacian, dan isu-isu jahat pada
Rasulullah. Mereka tidak menemukan celah yang layak untuk menjelekan Rasulullah sehingga
dibuatlah kebohongan semata sebagai gantinya. Ternyata Rasulullah yang selama ini terpuji,
harus menghadapi kebencian masyarakat karena Islam yang diajarkannya. Padahal ajarannya
bersinar jelas, dibawakan dengan penuh kemuliaan, tapi harus menghadapi kebencian terlebih
dari isu-isu dusta yang disebarkan dari berbagai macam gosip dan hujatan.
Pengalihan Isu dengan Hiburan

Ternyata ada permusuhan berupa pengalihan isu. An-Nadhar bin Harits pergi ke Hirah
atau daerah Arab pinggiran yang dikuasai Persia. Di sana ia belajar kisah-kisah Persia, seperti
Rustom dan Esfandiar, yang bisa menandingi kisah yang diceritakan dalam Quran. Ia kemudian
menyebarkan cerita-cerita tersebut pada kerumunan orang-orang yang sedang membahas
dakwah Rasulullah terlebih kisah-kisah dalam Quran. Ia berharap orang-orang menganggap
biasa kisah Quran yang selama ini membuat terpesona orang-orang sebagaimana ada kisah
tandingan dari Persia. Namun, lambat laun orang-orang bosan dengan kisah Persia tersebut dan
tetap kagum pada kisah Quran yang terus diwahyukan berangsur-angsur. Tidak cukup hanya
itu, An-Nadhar juga membeli budak perempuan yang penggoda dan penyanyi. Ia lalu
menyuruh budak tersebut untuk menghidangkan makanan, menggoda, dan bernyanyi untuk
orang yang terkagum dengan Islam dan memintanya melupakan Rasulullah sebagai ganti dari
layanan dari budak wanita tersebut. Intinya, ia menyuguhkan berbagai macam hiburan dan
perkataan yang sia-sia agar melupakan hal-hal yang seharusnya ditanggapi serius yaitu terkait
dakwah Islam.

Mulai Siksaan Fisik

Waktu berlalu dan tahun 4 kenabian terus berjalan berbulan-bulan dengan caci maki
pada Rasulullah, Islam, dan pengikutnya. Pemuka Quraisy hilang ketenangan. Yang mereka
temukan adalah Islam masih terus tumbuh dan pengikutnya semakin kokoh meskipun masih
banyak yang merahasiakan Islamnya. Setelah rapat, mereka setuju untuk memulai kekerasan
pada kaum Muslimin. Rasulullah dan muslim yang posisinya kuat lagi terhormat akan dicaci
maki dan dibuat rusak perniagaannya. Sedangkan orang-orang lemah yang tidak punya
perlindungan akan dipukuli dan dikeroyok.

Ada banyak contoh kisah yang menyayat hati. Utsman bin Affan disekap pamannya
dan digulung tikar kurma oleh pamannya lalu diasapi dari bawah sampai ia tersiksa. Mush’ab
bin Umair, yang semulanya anak yang dimanja dengan pakaian mewah, parfum istimewa, dan
tampilan yang bugar dan mempesona, dibuang ibunya hingga ia jadi orang terlantar, kelaparan,
kumuh, dan kulit yang bersisik seperti ular.
Bilal bin Rabbah, seorang budak hitam milik Umayyah bin Khalaf, diseret dengan leher
diikat dan ditarik keliling perbukitan Makkah dengan cacian dan hujatan sampai bekasnya
melekat di lehernya. Kemudian ia terus disiksa dan dipukuli oleh tongkat sampai babak belur
yang setiap harinya terbuka luka-luka baru. Lebih dari itu, ia dibiarkan kelaparan, dijemur di
tengah padang pasir panas, dan akhirnya ditindih batu besar sampai lemah tak berdaya yang
akhirnya Abu Bakar memaksakan diri untuk membeli Bilal dengan harga yang dimahalkan dan
ditambah budak penggantinya. Hal ini karena sebenarnya Umayyah sudah kelelahan dan malu
terus melulu gagal mengeluarkan budaknya sendiri dari Islam.

Ada pula keluarga Yasir, yang merupakan mantan budak Bani Makhzum yang
sebenarnya telah merdeka dan menjadi pembantu, kemudian mereka diseret ke tempat
penyiksaan di khalayak ramai karena mereka pendatang lemah yang tidak punya pelindung.
Setelah lama di siksa, Abu Jahal menusukan pedang ke kemaluan Sumayyah istri Yasir sampai
meninggal dan menjadi syahid pertama. Lalu Yasir sendiri juga tewas karena terus disiksa
sampai lemah. Sedangkan Ammar bin Yasir terus disiksa dengan dijemur, ditindihkan batu,
dibuat kelaparan, dibenamkan kepalanya ke air, dan disetrika dengan benda-benda panas
termasuk bara dan batu. Setelah lama dalam siksaan, akhirnya ia terpaksa mengucapkan
kalimat kufur sambil kesakitan dan kesedihan karena siksaan Abu Jahal sudah memuncak
karena malu dan kelelahan seperti Umayyah bin Khalaf. Setelah itu ia menyesal dan dalam
tangisannya berlari menuju Rasulullah dan meminta maaf dengan sangat memilukan lalu ayat
Quran, surat An-Nahl: 106, turun menjelaskan bahwa iman itu terletak di hati dan ucapan yang
terpaksa tidak dianggap kekafiran.

Mengincar Rasulullah

Para petinggi Quraisy ingin sekali berbuat yang sama terhadap Rasulullah, namun
mereka terhalang oleh perlindungan Abu Thalib sebagai pemimpin Makkah dan Bani Hasyim
secara keseluruhan meskipun Abu Thalib dan sebagian Bani Hasyim sejatinya masih dalam
kemusyrikan. Namun, prinsip saling melindungi keluarga kabilah adalah prinsip yang
mengakar pada saat itu. Benar atau salah mereka akan melindungi kabilah mereka agar tidak
disakiti oleh kabilah lain demi kehormatan dan nyawa keluarganya tetap dihormati. Terbayang-
bayang bila Bani Hasyim mengeroyok pelaku dengan pedang bila ada yang berani membunuh
Rasulullah. Terlebih Rasulullah memang memiliki sifat mulia dan sangat berwibawa bahkan
di hadapan musuh sekali pun.

Petinggi Quraisy mengirim utusan untuk menyerahkan Rasulullah. Namun, Abu Thalib
hanya menjawab mereka dengan lembut dan halus hingga utusan undur diri. Karena tidak
membuahkan hasil, maka dikirim kembali utusan untuk mengancam Abu Thalib bahwa
petinggi Quraisy akan membuat perhitungan dengan Rasulullah dan Abu Thalib sekaligus.
Dirasa berat, Abu Thalib akhirnya mendatangi Rasulullah memintanya mengasihi Abu Thalib.
Rasulullah yang sedih mendengarnya tersedu dan berlinang air mata menjawab bahwa andai
matahari dan bulan diletakan di tangan Rasulullah oleh mereka maka Rasulullah tidak akan
berhenti hingga dimenangkan Allah atau binasa. Rasulullah pergi meninggalkan pamannya
namun pamannya memanggil kembali Rasulullah dan akhirnya menguatkan perlindungannya
dan kembali mendukung Rasulullah.

Quraisy sampai kehabisan akal dalam memaksa Abu Thalib menghentikan


perlindungannya pada Rasulullah. Utusan Quraisy kali ini membawa Imarah bin Al-Walid bin
Al-Mughirah, pemuda tampan dan gagah, untuk ditukar dengan Rasulullah. Abu Thalib marah
dan merasa dihinakan. Ia tidak mau memberi makan anak orang lain sedangkan keponakan
keluarganya sendiri dibunuh. Rasulullah akhirnya menerima gangguan fisik berupa lemparan,
kotoran, bahkan akan diinjak lehernya dan dicelakai dengan batu. Berbagai hal yang dapat
membahayakan nyawa Rasulullah selalu Allah cegah dengan ditampakan makhluk
menyeramkan antara mereka dengan Rasulullah sehingga yang menyakiti Rasulullah tidak
membuatnya binasa. Terus ditindas, kepada Abu Lahab bahkan Rasulullah pernah
mencengkeram lehernya, membentaknya, dan mengguncangnya karena marah dan
mengancamnya dengan adzab dari Allah. Namun Abu Lahab tetap tidak berhenti dan tetap
pada permusuhannya.

Posisi Terdesak

Kaum muslimin sangat terancam jiwa dan hartanya di tengah amukan petinggi Quraisy.
Sebagian besar muslimin diam dan merahasiakan Islamnya agar mereka dan keluarganya tidak
diserang. Pernah pada tahun 4 kenabian ketika shalatnya kaum muslimin di lembah terpencil
ketahuan oleh petinggi Quraisy sehingga tawuran tidak terelakan. Sa’ad bin Abi Waqqash
memukul mereka sampai berdarah dan itulah pertama darah musuh menetes dalam perjuangan
Islam. Rasulullah meminta shahabatnya untuk diam, sembunyi, dan tidak melawan agar
kekerasan petinggi Quraisy tidak sampai pembantaian keseluruhan kaum muslimin. Markaz
dakwah ketika itu ada di rumah Arqam bin Abil Arqam di atas bukit Shafa yang terpencil dan
sangat jauh dari keramaian Makkah, tempat Rasulullah mendakwahkan Islam dan bertemu
dengan shahabat-shahabatnya secara rahasia.

Rombongan Hijrah Pertama

Kaum muslimin akhirnya diisyaratkan Allah untuk berhijrah. Rasulullah akhirnya


mengirim 12 orang laki-laki dan 4 orang perempuan yang dipimpin oleh Utsman bin Affan
pada bulan Rajab tahun 5 kenabian untuk pergi ke Habasyah yang kala itu dipimpin oleh
Ashhamah An-Najasyi, seorang raja nasrani yang adil dan menolak kedzaliman. Kepergian
mereka mengendap-endap pada malam hari menuju pelabuhan Sya’ibah dan ikut kapal yang
berangkat ke Habasyah. Quraisy kemudian mengejar rombongan tersebut namun mereka sudah
berlayar dari pelabuhan.

Peristiwa Sujudnya Petinggi Quraisy

Ketika Ramadhan setelah peristiwa hijrah yang pertama, Rasulullah pergi ke dekat
Ka’bah ke tengah-tengah orang Quraisy yang sedang beraktivitas. Rasulullah lalu menyeru
mereka dan mendadak membacakan Quran surat An-Najm pada mereka. Rasulullah adalah
setinggi-tinggi muslim dengan Quran. Bacaan Rasulullah luar biasa merdu dan sangat enak
didengar. Apalagi bahasa Quran sangat dimengerti oleh para petinggi Quraisy yaitu bahasa
Arab. Dengan lantunan yang indah tersebut membuat bergetar orang-orang karena terkagum
dan haru dengan kalimat yang susunannya sangat indah dan pembacaannya yang mengaduk
perasaan. Ketika sampai ke ayat sujud tilawah di ayat 62, Rasulullah bersujud dan begitu pula
semua orang bersujud yang padahal sebagian mereka adalah orang-orang yang tetap akan kafir
dan memerangi Islam.
Selesai dakwah Rasulullah, orang-orang kebingungan sendiri. Nafsu para petinggi
Quraisy telah kembali dan mereka akhirnya kebingungan dengan berita yang beredar. Akhirnya
kisah tersebut dipalsukan dan diganti-ganti. Ada yang menyebarkan bahwa Rasulullah dan
mereka sedang sujud pada berhala Al-Gharaniq. Simpang-siurnya berita ini terus menyebar
luas dan tiba di Habasyah dengan versi yang berbeda, yaitu petinggi Quraisy telah masuk Islam.
Muhajirin di Habasyah girang dan kembali ke Makkah. Hampir tiba di Makkah, mereka
akhirnya paham apa yang terjadi. Banyak mereka kembali ke Habasyah dan sedikit orang
kembali ke Makkah.

Rombongan Hijrah Kedua

Setelah kejadian sujud itu membuat malu petinggi Quraisy, kekejaman pada kaum
muslimin pun dilanjutkan. Karena merasa tidak kuat, akhirnya mereka dikirim hijrah oleh
Rasulullah menyusul rombongan yang pertama. Rombongan kedua ini dalam satu pendapat
berjumlah 83 orang laki-laki dan 18 atau 19 orang perempuan. Mereka mempercepat gerakan
di malam hari karena Quraisy sudah siaga dan mencegah hijrahnya kaum muslimin. Namun
muslimin lolos dan cepat-cepat berangkat sehingga petinggi Quraisy tak mampu mencegahnya.

Waktu berlalu dan tidak diketahui waktu tepatnya, Quraisy mengirimkan utusan kepada
An-Najasyi dua orang yang paling pandai dalam delegasi dan diplomasi, yaitu Amr bin Al-Ash
dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Keduanya belakangan akan masuk Islam. Mereka meminta
kaum muslimin dikembalikan ke Makkah setelah mereka membujuk Uskupnya dengan hadiah,
lalu datang ke hadapan raja dengan hadiah-hadiah pula. Delegasi menuding kaum muslimin
lari dari wali-wali mereka di Makkah, menganut agama baru, tapi juga bukan agama An-
Najasyi. Uskup-uskup menimpali setuju pada raja namun An-Najasyi ingin mendengar
langsung dari kaum muslimin. Berbicaralah sepupu Rasulullah yang terkenal wajahnya paling
mirip dengan Rasulullah yaitu Ja’far bin Abi Thalib. Ia menjelaskan ajaran Islam dengan jujur
lalu atas permintaan raja membacakan Qur’an surat Maryam. Qur’an pada surat itu
menceritakan kisah Nabi Isa Alaihisalam dan keluarganya yang selama ini mereka puja puji
sebagai anak Allah. Cerita Qur’an jelas-jelas lebih indah dan sangat mengayun-ayun perasaan.
Menangislah An-Najasyi dan uskup-uskupnya sampai membasahi jenggot mereka dan
basahlah Al-Kitab yang dipegang uskupnya. Kali ini, raja tidak akan menyerahkan kaum
muslimin bahkan mengakui bahwa ajaran mereka dan muslimin berasal dari sumber yang
sama.

Amr bin Al-Ash kemudian akan menuding kaum muslimin terkait perbedaan keyakinan
mereka tentang Nabi Isa bin Maryam. Hal ini sempat dicegah oleh Abdullah bin Abi Rabi’ah
karena khawatir akan keselamatan kaum muslimin namun Amr bin Al-Ash tetap bersikukuh.
Setelah disampaikan, Ja’far menjelaskan posisi Nabi Isa Alaihisalam sebagai Rasulullah yang
mulia dan hamba Allah anak perawan Maryam yang suci. Para uskup tidak suka dengan
penjelasan kaum muslimin dengan mendengus-dengus namun raja tetap mengatakan bahwa
hal tersebut tidak mencela Nabi Isa dan tidak berbeda dengan keyakinan An-Najasyi kecuali
sedikit. Karena marah, maka dikembalikanlah hadiah dari utusan tersebut dan kaum muslimin
melanjutkna hidup dalam keadaan yang nyaman.

Wallahu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai