Dakwah Pertama
Bismillahirrahmanirrahim.
Abu Bakar memiliki banyak keistimewaan. Beliau adalah saudagar kaya yang mirip
sifat baiknya dengan Rasulullah, luas pergaulannya, dan menjadi kepala kabilah Bani Taim
dalam suku Quraisy. Ia segera membawa serta masuk Islam Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah,
Diantara orang lain yang masuk Islam setelahnya adalah Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah, Abu Salamah bin Abul Asad, Arqam bin Abil Arqam, Utsman bin Mazh’un,
Qudamah, Abdullah, Ubaidah bin Al-Harits, Sa’id bin Zaid serta istrinya Fathimah binti Al-
Khaththab, Khabbab bin Al-Arat, Abdullah bin Mas’ud, dan banyak lagi hingga Ibnu Hisyam
dalam sirahnya menjumlahkannya lebih dari 40 orang. Semua kabilah dalam Quraisy telah ada
yang menjadi muslim. Semuanya masuk Islam secara sembunyi-sembunyi hingga menjadi isu
yang ditanya-tanya di Kota Makkah. Orang-orang yang masuk Islam paling awal ini disebut
sebagai As-Sabiqun (yang mendahului) Al-Awwalun (pertama-tama).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Wahyu ketika itu sudah turun berkesinambungan dan pembinaan masih sering
dilakukan secara individu dan rahasia. Ayat-ayat pada saat itu masih pendek-pendek,
menceritakan Allah dan kiamat. Pengajaran membawa mereka pada suasana baru, berpisah dari
pemikiran umumnya masyarakat Makkah saat itu.
Ibadah Shalat sudah ditegakan meskipun belum 5 waktu melainkan 2 waktu saja. Ketika
waktu shalat telah masuk, Nabi dan para As-Sabiqun Al-Awwalun ini pergi jauh ke lereng dan
lembah tersembunyi untuk shalat menghindari pengelihatan orang-orang. Abu Thalib pernah
mengunjungi Rasulullah yang ternyata beliau sedang shalat bersama dengan Ali bin Abi
Thalib. Ia terheran-heran dan bingung. Namun setelah diceritakan lebih lanjut, maka Abu
Thalib mendukung keduanya dan meminta agar berkuat hati.
Sebelum membuka dakwah para orang umum, ayat Qur’an juga membahas kisah nabi-
nabi terdahulu khususnya Nabi Musa. Mereka dimantapkan hatinya akan cerita dakwah Nabi
Musa Alaihisalam dan umatnya yang penuh dengan penderitaan dan perjuangan namun
berakhir kemenangan. Hal ini sudah menjadi aba-aba bahwa saat-saat dakwah yang nyaman
dan tenang akan berakhir dan membalik menjadi penuh pengorbanan. Namun, sebagaimana
nabi-nabi terdahulu, dakwah akan berakhir dengan kemenangan dan surga setelah getir pahit
berlalu. Kisah lain yang diturunkan pada fase ini diantaranya adalah kaum Nabi Nuh, kaum
Ad, kaum Tsamud, kaum Nabi Ibrahim, kaum Nabi Luth, Ashabul Aikah,
Dakwah seperti ini terus berlangsung selama tiga tahun. Saat itu isu tersebut sudah jadi
perbincangan pada banyak orang dan para petinggi di Darun Nadwah. Mereka melihat
Rasulullah menyebarkan ajaran terkait hak-hak Allah, seperti Umayyah bin Ash-Shallat, Qus
bin Sa’idah, dan Amr bin Nufail.
Petinggi Quraisy awalnya tidak peduli. Tapi, lambat laun keresahan itu muncul.
Namun, keresahan mereka cenderung diabaikan karena segannya pada Rasulullah yang
merupakan bangsawan yang sangat terhormat dan dipuji-puji karena akhlaknya yang sangat
mulia. Selain itu, Rasulullah jelas merupakan asuhan dari pemimpin Quraisy saat itu yaitu Abu
Thalib yang semua orang menghormatinya. Mereka juga belum merasa terganggu, selain masih
diam-diam, juga karena Rasulullah belum menyinggung mereka dan agamanya sehingga
merasa hal ini bisa diabaikan.
Setelah tiga tahun memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, tibalah saat Allah
memerintahkan Rasulullah untuk memulai dakwah dengan terang-terangan. Perintah turun
meminta Rasulullah memulai dakwah dengan memperingatkan keluarganya yang terdekat.
Rasulullah mengundang jamuan kepada Bani Hasyim bin Abdi Manaf yang disertai
beberapa dari Bani Al-Muthalib bin Abdi Manaf. Ketika Rasulullah hendak akan bicara,
pamannya sendiri Abu Lahab menyela pembicaraan dan memperingatkan Rasulullah untuk
berhenti jadi penganut agama baru serta memperingatkan akan dengan bahaya permusuhan
seluruh Quraisy dan tidak sanggup melawan seluruh bangsa Arab. Hari itu Rasulullah diam
tidak jadi berbicara. Rasulullah pun mengundang lagi mereka dan akhirnya dapat
menyampaikan bahwa tidak ada Tuhan untuk disembah kecuali Allah dan ia adalah utusan
Allah, lalu adanya hari kebangkitan, surga, dan neraka. Abu Thalib lantas segera membelanya,
mendukungnya, dan melindunginya. Namun, ia tetap tidak mau meninggalkan agama ayahnya
yang musyrik. Nampaknya, Abu Thalib ingin sekali menjadi anak yang berbakti. Sedangkan
Abu Lahab langsung menentangnya dan memusuhinya.
Rasulullah merasa baikan dengan dukungan dan perlindungan Abu Thalib yang kala
itu adalah pemimpin Makkah. Suatu hari, beliau kemudian naik ke bukit Shafa dan menyeru
kepada berbagai kabilah Quraisy, semuanya dipanggil. Bukit itu adalah tempat biasa untuk
mengumumkan sesuatu, terlebih yang naik adalah Rasulullah, orang yang sangat penting dan
dimuliakan di Makkah. Lantas orang-orang berkumpul dan mendengarkan Rasulullah.
Rasulullah bertanya apakah mereka akan percaya bila Rasulullah memberitahukan mereka ada
pasukan berkuda di lembah siap menyerang mereka. Maka orang-orang pun memuji Rasulullah
bahwa tidaklah mereka mengenal sesuatu dari Rasulullah kecuali kebaikan. Maka Rasulullah
setelah itu Rasulullah pun mengumumkan dakwahnya.
Belum selesai dakwah Rasulullah, Abu Lahab lantas mencaci-maki Rasulullah dengan
kata Tabban Laka (kecelakaan bagimu) yang dengannya lalu Rasulullah mengumumkan Surat
Al-Lahab yang seketika itu turun pada Rasulullah. Surat ini juga hanyalah menambah
kebencian dan rasa sakit hati Abu Lahab dan istrinya karena Quran sangat mudah dihafal dan
akan terus tersebar melalui lisan-lisan para pedagang.
ب
َ س َ َما ٓ أ َ أغنَ َٰى
َ ع أنهُ َمالُ ۥهُ َو َما َك
“1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. 2. Tidaklah
berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. 3. Kelak dia akan masuk ke
dalam api yang bergejolak. 4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. 5. Yang di
lehernya ada tali dari sabut.”
Abu Lahab dan istrinya dipastikan tidak akan mau beriman. Permasalahan besar yang
timbul dari Abu Lahab adalah posisinya yang sebagai pemuka Quraisy sekaligus paman Nabi
itu sendiri. Banyak masyarakat yang jadi enggan mengetahui lebih lanjut perihal Islam karena
dianggap itu konflik internal keluarga Bani Hasyim, terlebih antara paman dan sepupu yang
ayahnya sudah meninggal. Karena zaman tersebut, hubungan yang sangat dibela adalah terkait
kesukuan. Abu Lahab juga anak tertua Abdul Muthalib. Bila Abu Thalib wafat, maka
kepemimpinan Bani Hasyim akan dipegang oleh Abu Lahab. Di saat yang sama, orang-orang
juga tidak bisa banyak menghalangi Rasulullah karena Rasulullah dilindungi Bani Hasyim
terlebih Abu Thalib juga pemimpin di Makkah pada saat itu.
Wallahu A’lam.