Anda di halaman 1dari 14

LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi yang dari hari ke
hari semakin cepat sehubungan dengan era globalisasi dan derasnya arus informasi yang kita
peroleh.
Kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai pemasalahan-permasalahan di
anataranya dalam pelayanan medik. Terjadinya perubahan tata nilai dalam masyarakat yaitu
masyarakat semakin kritis dan mengkritisi dengan memandang masalah yang ada termasuk
nilai pelayanan medik yang diperolehnya.
Saat ini masyarakat acap kali merasakan ketidak puasan terhadap pelayanan bahkan
tidak menutup kemungkinan mengajukan tuntutan di muka peradilan, apabila seorang
Fisioterapi dalam menjalankan terapi merugikan pasien/klein. Hal tersebut akan dijadikan
berita yang menarik yang dapat tersebar luas di masyarakat melalui media massa maupun
elektronik lainnya menjadi perhatian dan perlu diperhatikan. Untuk itu dibutuhkan suatu
pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang Fisioterapi. Pedoman ini sudah ada yaitu “ Kode Etik Fisioterapi “. Selanjutnya akan
dijelaskan pada pembahasan.
.Fisioterapi secara etimologi terbagi atas dua unsur, yaitu : Fisio yang berarti alam dan
terapi yang berarti pengobatan. Menurut WCPT Fisioterapi adalah suatu ilmu atau kiat untuk
melakukan suatu pengobatan dengan memanfatkan khasiat alam seperti cahaya, air, listrik,
latihan-latihan dan manual.
Menurut Departemen Kesehatan Indonesia, fisioterapi adalah suatu pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan,
memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat
melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan
menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien yang
tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi.
Menurut Joic I William Fisioterapi adalah suatu proses yang secara sistemik untuk mengatasi
gangguan fungsi muskuloskeletal dan psikosomatos.
Fisioterapi menurut WCPT 1995 dan 1999 dapat diuraikan dan dijabarkan sebagai
berikut :

1. Fisioterapi profesi yang mandiri

2. Sejajar dengan profesi kesehatan lainnya

3. Lingkup pelayanannya dari individu sampai masyarakat menyangkut promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif.
Fisioterapi menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1363 pasal 12 dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Fisioterapis dalam melaksanakan praktek berwewenang untuk melakukan :

a. Asesment Fisioterapi

Assesment termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang
berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan atau kondisi
kesehatan lainnya dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history Taking), skrening,
tes khusus pengukuran dan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam
sebuah proses pertimbangan klinis.
b. Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi dan menyatakan hasil dari proses
pertimbangan/ pemikiran klinis, dapat berupa pernyatan keadaan disfungsi gerak, dapat
meliputi/mencakup kategori kelemahan, limitasi fungsi, kemampuan/ketidakmampuan dan
sindrom.
c. Intervensi fisioterapi

Perencanaan dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi dan biasanya menuntun


kepada pengembangan rencana intervensi, termasuk hasil sesuai dengan tujuan yang terukur
yang disetujui pasien/klien, famili atau pelayan kesehatan lainnya. Dapat menjadi pemikiran
perencanaan alternatif untuk dirujuk kepada pihak lain bila dipandang kasusnya tidak tepat
untuk fisioterapi.
Intervensi di implementasikan dan dimodifikasilkan untuk mencapai tujuan yang
disepakati dan dapat termasuk penanganan secara manual, peningkatan gerakan, peralatan
fisis, peralatan elektroterapeutik dan peralatan mekanis : pelatihan fungsional, penentuan
bantuan dan peralatan bantu, instruksi dan konseling, dokumentasi dan koordinasi,
komunikasi dan intervensi dapat juga ditujukan pada pencegahan ketidaknormalan
(kelemahan), keterbatasan fungsi, ketidakmampuan dan cidera, termasuk juga peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan, kualitas hidup, kebugaran segala umur dan segala lapisan
masyarakat.

d. Evaluasi/re-evaluasi/re-assesment

Dilakukan setiap penerapan proses fisioterapi agar dapat memaksimalkan tujuan yang
akan dicapai.
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi

2.1 Pengertian Kode Etik

Kode Etik diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku.
2.2 Pengertian Kode Etik Profesi

Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang telah
ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarahkan atau bagaimana
“seharusnya” berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang bersangkutan di
mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif
Howard Stephenson dalam bukunya yang artinya, kegiatan humas atau public
relations merupakan profesi secara praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu
yang berlandaskan latihan, kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar
etikanya.
Kode etik profesi adalah suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma
hukum.
Secara garis besar kode etik profesi mencakup butir-butir pokok sebagi berikut :

1. Kode perilaku,

2. Kode moral,

3. Menjunjung tinggi standar moral,

4. Memiliki kejujuran yang tinggi,

5. Mengatur etis nama yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat oleh professional.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
2.3 Pengertian Kode Eik Fisioterapi Indonesia

Kode etik profesi fisioterapi disusun untuk memberikan standar umum kepada semua
anggota profesi fisioterapi. Kode etik profesi dapat ditinjau kembali sesuai dengan kondisi
dan tututan keadaan. Bertujuan untuk memelihara martabat dan integritas profesi fisioterapi.
Keputusan IFI nomor : Kep/100/VIII/2001/IFI tentang Kode Etik Fisioterapi
Indonesia.
Demikian juga sikap dan perilaku profesional maka fisioterapi dalam memberikan pelayanan
hendaknya :
1. Menghargai hak dan martabat individu,

2. Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang


membutuhkan.
3. Memberikan pelayanan profesional yang jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.

4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup
profesi fisioterapi.

5. Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan


pengadilan/hukum.
6. Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan
pengatahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.

Fisioterapi dalam segala aktifitas profesional dan pelayanan kepada individu dan
masyarakat harus selalu menjaga citra profesi berdasarkan kode etik yang telah ditetapkan
oleh organisasi profesi fisioterapi, menjunjung tinggi kehormatan profesi dalam setiap
perbuatan dan dalam keadaan apapun, mematuhi peraturan dan dalam keadaan apapun.
Mematuhi peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi fisioterapi.

2.4 Kode Etik 1

Yaitu menghargai hak dan martabat setiap individu,

Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan


profesional. Hubungan yang terjadi anatara fisoterapi denga pasien/klein didasari sikap
saling percaya dan menghargai hak masing-masing.
a. Hak Pasien/Klein
1. Pasien/klein berhak atas pelayanan yang sebaik mungkin.

2. Pasien/klein berhak atas perlindungan terhadap pelayanan yang tidak sesuai dan hanya
menerima pelayanan yang bermanfaat.
3. Pasien/klein berhak atas pelayanan fisioterapi yang menghargai privasi dan martabatnya.

4. Pasien/klein atau kuasa hukum berhak atas informasi yang cukup tentang assesment,
pilihan terapi/tindakan dan resiko yang dapat ditimbulkan.
5. Pasien/klein berhak atas pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk yang terbaik
dalam pemeliharaan kesehatannya, sehingga bila di pandang perlu fisioterapis dapat
merujuk kepada pihak lain/profesi lain yang lebih berkompeten.
6. Pasien/klein berhak menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam hal:

a. Memilih pelayananfisioterapi atau alternatif lain

b. Menghentikan dan menerima ketidakmampuannya walaupun mungkin tindakan


fisioterapi dapat meningkatkan keadaanya.

b. Hak-Hak Fisioterapi

1. Fisioterapi berhak atas kemandirian profesi dan otonomi

2. Fisioterapi berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasi dan
kompetensi serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela
diri terhadap gugatan sesuai keadilan.
3. Fisioterapi berhak untuk bekerja sama dengan teman sejawat

4. Fisioterapi berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan


cara yang terbaik bagi pasien/klein.
5. Fisioterapi berhak atas jasa yang layak dari pelayanan profesionalnya.

c. Hak-Hak Profesi Organisasi Ikatan Fisiterapi Indonesia (IFI)

1. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas loyalitas anggota dan memberikan perlindungan
dari pelecehan akibat pelayanan yang inkopeten, ilegal dan bertentangan dengan kode etik
profesi
2. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas nama baik dan menolak pelecehan dari siapapun.

3. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas pengajaran fisioterapi yang berkualitas, kompeten
dan berpengalaman dibidangnya.
4. Ikatan Fisioterapi Indonesia berhak atas praktek fisioterapi yang profesisonal dan
menolak diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain.

2.5 KODE ETIK II

Yaitu Membantu siapa saja yang membutuhkan pelayanan profesionalnya tanpa


diskriminasi, terdiri atas

1. Fisioterapi mempunyai kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang


membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin, suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan,
polotik dan status ekonomi. Dalam keadaan diluar karena alasan apapun maka fisioterapis
akan merujuk kepada tenaga/profesi lain yang memadai.
2. Fisioterapi harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipilih bagi
individu dan masyarakat.

3. Fisioterapi dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/klein dalam


memberi pelayanan.
4. Fisioterapi berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan

2.6 KODE ETIK III

Yaitu Memberikan pelayanan profesional yang jujur, kompeten dan bertangungjawab.

a. Tanggung Jawab Fisioterapi

1. Fisioterapi mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan
memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan
masyarakat.
2. Fisioterapi dimanapun dia berada hendaknya selalu meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dilingkungannya.
3. Fisioterapi harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi
dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan
kebutuhan individu, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
4. Fisioterapi hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat
meningkatkan pelayanan.
5. Fisioterapi harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan kode etik profesi.

6. Fisioterapi harus mencantumkan gelar secara benar untuk mengambarkan status profesinya.

7. Fisioterapi wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan
lainnya tentang fisioterapi dan profesi kesehatan lainnya tentang fisioterapi dan pelayanan
profesionalnya sehingga mereka menjadi tahu dan mau menggunkannya.
8. Fisioterapi dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan
profesi untuk semata-mata mencari keuntungan.
9. Jasa profesisional yang diterima fisioterapi harus diadaptkan dengan cara yang jujur.

10. Fisioterapi dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektivitas dan efisiensi demi
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat.
b. Tanggung Jawab Organisasi Profesi

1. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin pelayanan yang diberikan secara jujur, komplit dan
berdasarkan pada penelitian dan informasi yang aktual dalam rangka ikut meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
2. Ikatan Fisioterapi Indonesia membuat dan memantau pelakasanaan standar profesi dalam
praktek dalam praktek profesional.

3. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada
masyarakat secara jujur.
4. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan
bertanggungjawab.
5. Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan
informasi pendidikan, program dan kebijakan organsasi.
6. Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangakan agar anggotanya mendapatkan penghasilan
yang wajar.
7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggungjawab kepada anggotanya.

2.7 KODE ETIK IV

Yaitu mengakui batas dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanaan
dalam lingkup profesi fisioterapi.
1. Fisioterapi memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan pengetahuam dan ketrampilan
yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fisioterapi tidak akan melakukan aktifitas profesi yang dapat merugikan pasie/klein, kolega
atau masyarakat.
3. Fisioterapi hendaknya selalu mensejahterakan pelayanannya dengan standar pelayanan
praktek fisioterapi.
4. Fisioterapi dalam mengambil keputusan beradasarakan kepada pengetahuan dan kehati-
hatian.
5. Fisioterapi berkewajiban menyumbangkan gagasan, pengetahuan dan ketrampilan untuk
kemajuan profesi dan organisasi.
6. - Apabila fisioterapi memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang kurang memadai untuk
mengatasi tertentu harus : Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman
pada kondisi yang tepat dan Merujuk pasien/klein kepada profesi atau lembaga lain yang
tepat.

-Apabila fisioterapi menerima pasien/kelin yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka
dia tidak melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada profesi atau profesi lain tanpa
persetujuan pasien/klein yang merujuk.

2.8 KODE ETIK V

Yaitu menjaga rahasia individu yang dapat dipercayakan kepadanya.

1. Informasi tentang pasien/klein dilarang untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang
tidak berkepentingan tanpa persetujuan pasien/ klein/ kuasa hukumnya.
2. Pencacatan informasi selama proyek penelitian hendaknya tidak mencantumkan identitas
pasien, kecuali ada pesetujuan dari yang bersangkutan.
3. Informasi dapat diberikan apabila mempunyai kekuatan hukum atau bila dperlukan untuk
keselamatan seseorang atau masyarakat.
4. Privasi pasien/klein harus tetap terjaga selama wawancara.

5. Komputer atau cacatan harus terlindung dari pihak yang tidak berkepentingan.

6. Fisioterapi yang mampu terhadap informasi rahasia kolega/ pasien/ klein hanya akan
membuka informasi bilamana sangat membutuhkan.
7. Informasi rahasia diberikan hendaknya tidak tercacat permanen tanpa persetujuan individu.

2.9 KODE ETIK VI

Yaitu selalu memelihara standar profesi dan meningkatakan pengetahuan dan


ketrampilan.

a. Tanggung Jawab Fisioterapi

1. Fisioterapi bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini.

2. Fisioterapi secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui
literatur dan pendidikan.
3. Fisioterapi beratanggungjawab menggunkan tehnik yang mereka kuasai oleh karena itu
hendaknya :
a. Mendelegasikan kepada fisioterapis yang kualifait.

b. Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/klein, keluarga, asisten dan pihak lain
apabila dipandang perlu.
4. Fisioterapi sebgai pemilik harus memastikan bahwa karyawan mampu untuk menerima
tanggungjawabnya.
5. Fisioterapi sebagai pemilik hendaknya memberikan kepada karyawan untuk berkembang
menjadi fisioterapi.Fisioterapi dalam melakukan penelitian harus mengikuti kebijakan yang
ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia.
b. Tanggung Jawab Ikatan Fisioterapi Indonesia.

1. Ikatan Fisioetarapi Indonesia hendaknya menyelenggarakan pedidikan yang berkelanjutan


untuk meningkatakan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

2. Ikatan Fisioetarapi Indonesia menjamin agar kode etik di jalankan oleh setiap profesi

2.10 KODE ETIK VII

Yaitu memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk


meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.
1. Fisioterapi mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerja sama dengan profesi lain dalam
perencanaan dan pengelolaan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi
kesehatan individu dan masyarakat.
2. Fisioterapi hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme dan melengkapi diri
dengan ketrampilan yang memadai untuk perencanaan dan pengelolaan dalm situasi tertentu
yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberadaan pelayanannya dalam konteks sosial dan
ekonomi secara menyeluruh.
3. Fisioterapi mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan dan medukung penelitian untuk
perencanaan dan pengetahuan.
4. Fisioterapi memberikan dorongan dan dukungan kepada sejawat dalam menyusun
perencanaan pelayanan strategis pengembangan.

2.8 Sanksi-Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi Fisioterapi


Sanksi – sanksi pelanggaran kode etik seorang fisioterapis, menurut KEPUTUSAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan izin praktik fisioterapis menteri kesehatan
republik Indonesia BAB VII mengenai SANKSI. Dalam Prakteknya akan diberikan sanksi –
sanksi tegas berupa :
Pasal 23

Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menjatuhkan sanksi administratif
kepada fisioterapis yang melakukan pelanggaran tehadap ketentuan keputusan ini.
Ayat (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 23 diatas dilakukan
melalui:
a. peringatan lisan; atau

b. peringatan tertulis; dan

c. pencabutan Surat Izin Praktik Fisioterapi,

Ayat (3) Organisasi profesi dapat mengusulkan sanksi administratif kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terhadap fisioterapis yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan keputusan ini.
Pasal 24

Ayat (1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam mengambil tindakan administratif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (2) butir c terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) tingkat Propinsi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;.
Ayat (2) Dalam hal MDTK tingkat Propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal
24 diatas belum terbentuk, pertimbangan diberikan oleh Majelis Pembinaan dan
Pengawasan Etika Pelayanan Medis Propinsi.
Pasal 25

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memberikan tembusan kepada organisasi profesi


setempat untuk setiap pencabutan SIPF.

Pasal 26

Pimpinan sarana kesehatan yang tidak melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 { yang berbunyi Pimpinan sarana pelayanan
kesehatan wajib melaporkan fisioterapis yang melakukan praktik pada sarana pelayanan
kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada
organisasi profesi } dan/atau mempekerjakan fisioterapis tanpa izin dikenakan sanksi
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 27

Terhadap tenaga fisioterapis yang sengaja :

a) Melakukan praktik fisioterapi tanpa mendapat pengakuan/adaptasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 { yang berbunyi :
Ayat (1) Fisioterapis lulusan luar negeri wajib melakukan adaptasi untuk melengkapi
persyaratan mendapatkan SIF.
Ayat (2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 6 dilakukan pada sarana
pendidikan milik Pemerintah.
Ayat (3) Untuk melakukan adaptasi fisioterapis mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
Ayat (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan :
a. Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi;
b. Transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
Ayat (5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan adaptasi.
Ayat (6) Fisioterapis yang telah melaksanakan adaptasi, berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam :
Pasal 2, ayat (1) Pimpinan penyelenggara pendidikan fisioterapi wajib menyampaikan
laporan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat mengenai peserta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan lulus pendidikan
fisioterapi. Ayat (2) Bentuk dan isi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 2
tercantum dalam formulir I terlampir,
Pasal 3, yang berbunyi ayat (1) Fisioterapi yang baru lulus mengajukan permohonan dan
mengirimkan kelangkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi di mana
sekolah berada guna memperoleh SIF, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah menerima
ijasah pendidikan fisioterapi. Ayat (2) Kelengkapan registrasi sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi :
a. Fotokopi ijasah pendidikan fisioterapi;

b. Surat keterangan sehat dari dokter;

c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

Ayat (3) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal 3 tercantum dalam
formulir II terlampir., dan Pasal 4 { yang berbunyi (1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas
nama Menteri Kesehatan melakukan registrasi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3 dan menerbitkan SIF. Ayat (2) SIF sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)pasal 4diterbitkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atas nama Menteri Kesehatan
dalam waktu selambat lambatnya 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima. Ayat (3) Bentuk
dan isi SIF sebagaimana tercantum dalam formulir III terlampir. }
b) Melakukan praktik fisioterapi tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) { yang
berbunyi (2) Fisioterapis yang melaksanakan praktik fisioterapi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus memiliki SIPF ( yang berbunyi Fisioterapis dapat melaksanakan praktik
fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok.}
c) Melakukan praktik yang melanggar ketentuan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) diatas;
d) Melakukan praktik fisioterapi yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (1) diatas;
e) Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (1) { yang berbunyi

(1) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi harus membuat pembukuan registrasi mengenai SIF
yang telah diterbitkan. } dipidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara garis besar kode etik fisioterapi Indonesia, yaitu

1. Menghargai hak dan martabat individu,

2. Tidak bersikap diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada siapapun yang


membutuhkan.
3. Memberikan pelayanan profesional yang jujur, berkompeten dan bertanggungjawab.

4. Mengakui batasan dan kewenangan profesi dan hanya memberikan pelayanan dalam lingkup
profesi fisioterapi.
5. Menjaga rahasia pasien/klein yang dipercayakan kepadanya kecuali untuk kepentingan
pengadilan/hukum.
6. Selalu memelihara standar kompetnsi profesi fisioterapi dan selalu meningkatlan
pengatahuan/ketrampilan.
7. Memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan untuk
meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat.

3.2 Saran
Dalam melaksanakan intervensi profesi fisioterapi, tenaga fisioterapi Indonesia diharapkan
dapat menjalankan profesinya sesuai dengan standar profesi fisioterapi yang telah ditetapkan.
Standar profesi fisioterapi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam menjalankan
profesi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Kepmenkes_376-MENKES-SK-III-
2007_STANDAR_PROFESI_FISIOTERAPIS.pdf

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

1363/MENKES/SK/XII/2001 tentang registrasi dan izin praktik fisioterapis menteri kesehatan


republik Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Fisioterapi
http://www.infofisioterapi.com/tag/kode-etik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi

Anda mungkin juga menyukai