Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Keperawatan Anak)
Dosen Pembingbing:
Yuyun Sarinengsih, S.Kep., Ners., M.Kep

Oleh

Nisa Ghaniyah
3C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021/2022
KONSEP PENYAKIT
 DEFINISI PENYAKIT
Respiratory distress syndrome adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan pernafasan
pada bayi prematur yang disebabkan oleh kekurangan zat surfaktan di paru paru ,tanpa zat
tersebut paru -paru tidak dapat mengembang dengan sepurna ,sehingga bayi tidak bisa
bernafas dengan baik .

 MANISFESTASI KLINIK
a. Sesak nafas atau pernafasan cepat
b. Frekuensi nafas > 60 x/menit
c. Pernafasan cepat dan dangkal timbul setelah 6-8 jam setelah lahir
d. Retraksi interkostal, epigastrium, atau suprasternal pada inspirasi
e. Sianosis dan pernafasan cuping hidung
f. Grunting pada ekspirasi (terdengan seperti suara rintihan saat ekspirasi)
g. Takikardi (170 x/menit). (Suryanah, 2006).

 ETIOLOGI
Faktor risiko terjadinya respiratory distress syndrome adalah :
a. Bayi kurang bulan atau bayi premature
Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi masih imatur dengan
kekurangan surfaktan uang melapisi rongga paru.
b. Kegawatan neonatal
Seperti kehilangan darah dalam periode perinatal, aspirasi mekonium, pnemotoraks
akibat tinadakan resusitasi, dan hipertensi pulmonal.
c. Bayi dari ibu diabetes mellitus
Pada bayi dengan diabetes terjadi keterlambatan pematangan paru sehingga terjadi
distress respirasi. (Warman et al., 2012)

 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna
kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan
surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal
tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan
asidosis respiratorik.
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli
tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan
berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan
pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang
luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan
ini.
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan
pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari
darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah
lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah
lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami
sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering
berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).
 PATHWAY
 KLAFIKASI
Dibagi menjadi dua stadium, yaitu :
a. Eksudatif
Ditandai dengan adanya perdarahan pada permukaan parenkim paru, edema
interstisial atau elveolar, penekanan pada bronkiolus terminalis, dan kerusakan pada
sel alveolar tipe I (Somantri, 2009).
b. Fibroproliferatif
Ditandai dengan adanya kerusakan pada sel alveolar tipe II, peningkatan tekanan
puncak inspirasi, penurunan compliance paru, hipoksemia, penurunan fungsi
kapasitas residual, fibrolisis interstisial, dan peningkatan ruang rugi
ventilasi(Somantri, 2009).

Pada foto thorak menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS yaitu :
a. Stadium 1
Terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara
b. Stadium 2
Bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran air
broncogram udara terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi
bayangan jantung dengan penurunan aerasi paru.
c. Stadium 3
Kumpulan alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat
lebih opaque (white lung) dan bayangan jantung hampir tidak terlihat, bronchogram
udara lebih luas.
d. Stadium 4
Seluruh thorak sangat opaque (white lung) sehingga jnatung tidak dapat terlihat.
(Warman, Waskito, & Romadhon, 2012).
 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Tes Kematangan Paru
1. Tes Biokimia
Paru janin berhubungan dengan cairan amnion, maka jumlah fosfolipid dalam cairan
amnion dapat untuk menilai produksi surfaktan, sebagai tolok ukur kematangan
paru.
2. Test Biofisika
Tes biokimia dilakukan dengan shake test dengan cara mengocok cairan amnion
yang dicampur ethanol akan terjadi hambatan pembentukan gelembung oleh unsur
yang lain dari cairan amnion seperti protein, garam empedu dan asam lemak bebas.
b.
c. Analisis Gas Darah
Gas darah menunjukkan asidosis metabolik dan respiratorik bersamaan dengan
hipoksia. Asidosis muncul karena atelektasis alveolus atau over
distensi jalan napas terminal.
d. Radiografi Thoraks
Pada bayi dengan RDS menunjukkan retikular granular atau gambaran ground-glass
bilateral, difus, air bronchograms, dan ekspansi paru yang jelek. 
 PENATAKLAKSANAAN MEDIK
1) Pasang Jalur Infus Intravena sesuai dengan kondisi bayi,yang paling sering dan bila
bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dexrosa 5%
a. Pantau selalu tanda vital
b. Jaga patensi jalan nafas
c. Berkan oksigen (2-3 L/menit dengan kateter nasal )
2) Jika Bayi mengalami apneu
a. Lakukan Tindakan resusitasi sesuai tahap yangdiperlukan
b. Lakukan penilaian lanjut
3) Bila terjadi kejang segera periksa kadar gula darah
4) Pemberian nutrisi adekuat

2. Pemeriksaan Fisik

1. Pengkajian Keperawatan

 Identitas pasien
Identitas pasien yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan,
dan pekerjaan pasien/asuransi kesehatan.
Identitas bayi lebih berfokus pada bayi yang lahir sebelum gestasi <37 minggu, berat
badan 1000-2000 gram
 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien dengan RDS didapatkan keluhan seperti sesak, pernapasan merintih, pernapasan
cuping hidung, lemah, lesu, apneu, tidak responsive, penurunan bunyi napas.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Sesak nafas dan pernafasan cepat, frekuensi pernafasan > 60x/menit, pernafasan cepat
dan dangkal timbul 6-8 jam pertama setelah kelahiran dan gejala mulai terlihat pada
umur 24-72 jam.
Pada pasien RDS, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, dispnea,
sianosis, bradikardi, hipotensi, hipotermi, tonus otot menurun, edema terutama di daerah
dorsal tangan atau kaki, retraksi supersternal/ epigastrik/ intercosta, grunting expirasi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien mengalami prematuritas dengan paru-paru yang imatur
(gestasi dibawah 32 minggu), gangguan surfactan, lahir premature dengan operasi Caesar
serta penurunan suplay oksigen saat janin saat kelahiran pada bayi matur atau premature,
atelektasis, diabetes mellitus, hipoksia, asidosis
d. Riwayat Maternal
Meliputi riwayat menderita penyakit seperti diabetes mellitus, kondisi seperti perdarahan
placenta, placenta previa, tipe dan lama persalinan, stress fetal atau intrapartus, dan
makrosomnia (bayi dengan ukuran besar akibat ibu yang memiliki riwayat sebagai
perokok, dan pengkonsumsi minuman keras serta tidak memperhatikan gizi yang baik
bagi janin).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang terkena penyakit -penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab kelahiran premature / Caesar sehinnga menimbulakan
membrane hyialin disease. Biasanya keluarga memiliki riwayat penyakit DM atau
hipertensi.
a. (Airway) : Kaji jalan nafas

Anda lakukan observasi pada gerakan dada,, apakah ada gerakan dada atau

tidak. Apabila ada gerakan dada spontan berarti jalan nafas lancar atau paten,

sedang apabila tidak ada gerakan dada walaupun diberikan bantuan nafas
artinya terjadi sumbatan jalan nafas.

b. (Breathing) : Kaji Fungsi Paru

Anda kaji/observasi kemapuan mengembang paru, adakah pengembangan paru

spontan atau tidak. Apabila tidak bisa mengembang spontan maka dimungkinkan

terjadi gangguan fungsi paru sehingga akan dilakukan tindakan untuk bantuan

nafas.

c. (Circulation) : Kaji sirkulas

Anda lakukan pengkajian denyut nadi dengan melakukan palpasi pada nadi

radialis, apabila tidak teraba gunakan nadi brachialis, apabila tidak teraba

gunakan nadi carotis. Apabila tidak teraba adanya denyutan menunjukkan

gangguan fungsi jantung.

d. Kaji Disability yaitu tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan GCS Lakukan
pengukuran tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, jumlah

pernafasan.

e. Lakukan kolaborasi untuk pemeriksaan penunjang seperti : EKG, foto rontgen

dan pemeriksaan analisa gas darah.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breathing)
Takhipneu adalah manifestasi awal distress pernafasan pada bayi. Takhipneu tanpa tanda
lain berupa distress pernafasan merupakan usaha kompensasi terhadap terjadinya
asidosis metabolik, frekuensi nafas yang sangat lambat dan ireguler sering terjadi pada
hipotermi, kelelahan dan depresi SSP yang merupakan tanda memburuknya keadaan
klinik.Meningkatnya usaha nafas ditandai dengan respirasi cuping hidung, retraksi
dinding dada, yang sering dijumpai pada obtruksi jalan nafas dan penyakit alveolar.
Anggukan kepala ke atas, merintih, stridor dan ekspansi memanjang menandakan terjadi
gangguan mekanik usaha pernafasan.
 B2 (Blood)
Pemeriksaan kualitas nadi sangat penting untuk mengetahui volume dan aliran sirkulasi
perifer nadi yang tidak adekuat dan tidak teraba pada satu sisi menandakan berkurangnya
aliran darah atau tersumbatnya aliran darah pada daerah tersebut. Perfusi kulit kulit yang
memburuk dapat dilihat dengan adanya bercak, pucat dan sianosis (Adun, 2012).
 B3 (Brain)
Integritas ego meliputi letargi, gelisah, otot muka tegang, euphoria. Neurosensori
meliputi gangguan sensori, kelemahan dan kenaikan tekanan pada pembuluh darah
cerebral, imobilitas, flaciditas, penurunan suhu tubuh.
 B4 (Bladder)
Pada ginjal terjadi penurunan produksi atau laju filtrasi glomerulus, terjadi perubahan
eliminasi urin: oliguri

 B5 (Bowel)
Pasien biasanyan mual dan muntah, anoreksia akibat pembesaran vena dan statis vena di
dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan. Dan penurunan motilitas usus.
 B6 (Bone)
Pada keadaan perfusi dan hipoksemia, warna kulit tubuh terlihat berbercak (mottled) ,
tangan dan kaki terlihat kelabu, pucat dan teraba dingin.

3. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ paru, dan defisiensi
surfaktan
2. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas organ termoregulasi kulit
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan belum optimalnya sistem imunitas dan paparan
lingkungan
4. Ketidakefektifan pemberian asi berhubungan dengan reflex hisap lemah.

4. Intervensi Keperawatan Dan Rasional

No Diagnosa NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Pola napas tidak Kriteria Hasil: 1. Kaji status 1. Menentukan
efektif  Pernapasan pernapasan status keparahan
berhubungan normal (RR 40- pasien napas dan
dengan imaturitas 60x/menit) menentukan
organ paru, dan  Retraksi dada terapi yang
defisiensi berubah menjadi diperlukan
surfaktan sedang
 Jalan napas bersih 2. Memantau
2. Observasi
 Skor down <4 keadaan umum
tanda-tanda
atau berubah pasien
vital pasien
menjadi ringan
3. Observasi 3. Mencegah
tanda-tanda terjadinya
distress kegawatan
pernapasan gagal napas
(mengorok,
cuping
hidung,
retraksi
dada),
observasi
skordown
4. Menghilangkan

4. Bersihkan mucus yang

jalan napas menghalangi

dan pastikan jalan napas

airway paten
5. Mencegah

5. Atur posisi penyempitan

pasien jalan napas dan

terlentang membuka jalan

dengan leher napas

sedikit
6. Memenuhi
ekstensi
kebutuhan oksigen
6. Kolaborasi
pemberian pas
terapi O2
sesuai
dengan
kebutuhan

2. Hipotermi Kriteria Hasil : 1. Kaji dan 1. Memonitor


berhubungan  Suhu tubuh dalam observasi perkembangan
batas normal
dengan imaturitas perubahan dan perubahan
(36,5-37,5 °C)
organ  Akral hangat suhu pasien suhu bayi
termoregulasi 2. Atur
kulit lingkungan 2. Menciptakan
yang nyaman lingkungan
bagi bayi yang nyaman
3. Tempatkan untuk bayi
bayi pada
tempat yang 3. Mencegah

hangat memburuknya

(incubator, penurunan suhu

extra lamp) bayi

4. Atur suhu
inkubator

4. Menjaga
5. Berikan
kestabilan suhu
minyak telon
tubuh bayi
5. Menghindari
kehilangan
6. Berikan panas bayi
selimut melalui
perpindahan
panas
7. Berikan topi 6. Mengobati
penyebab dan
8. Health mengurangi
education gejala
pentingnya 7. Menghangatkan
kangaroo mother bayi
care pada bayi 8. Menghangatkan
BBLR bayi

3. Resiko Infeksi Kriteria Hasil: 1. Pantau 1. Mencegah


berhubungan Tidak ada demam munculnya terjadinya
dengan belum Tidak ada tanda-tanda tanda-tanda infeksi dan
infeksi
optimalnya Tanda-tanda vital infeksi penanganan
sistem imunitas dalam batas normal (rubor, kalor, yang tepat
(Nadi 120-140x/
dan paparan tumor, dolor,
menit, RR 40-60x/
lingkungan fungsileosa)
menit, suhu 36,5-
2. Kaji TTV
37,5oC)
setiap hari 2. Memantau status
pasien secara

3. Kontrol umum

lingkungan 3. Mencegah

sekitar pasien terjadinya

4. Lakukan infeksi dari

perawatan lingkungan

tali pusat 4. Membersihkan

bayi dengan luka untuk

menjaga mencegah

teknik infeksi

aseptic ketika
perawatan
5. Berikan
personal
hygiene pada
5. Membantu
bayi
mencegah
munculnya
6. Cuci tangan
sebelum dan infeksi secara
sesudah medikamentosa
memegang 6. Membantu
bayi mencegah
7. Kolaborasi munculnya
pemberian infeksi secara
antibiotic medikamentosa

7. Membantu
mencegah
munculnya infeksi
secara
medikamentosa

4. Ketidakefektifan Kriteria hasil : 1. Monitor 1. Mengetahui


pemberian asi kemampuan kemampuan
 Klien dapat
berhubungan menyusui dengan bayi untuk bayi menyusu
dengan reflex efektif menghisap
hisap lemah  Bayi menyusu
2. Dorong orang 2. Memberikan
 Terjadi peningkatan tua untuk cadangan ASI
BB
menyimpan asi pada bayi
 Konjungtiva dan dalam botol
mukosa lembab
3. Sediakan
 Reflek menelan
dan menghisap kenyamanan dan 3. Ibu merasa
bayi ku privasi selama tenang
menyusui sehingga proses
menyusui
berjalan dengan
4. Instruksikan baik
perawatan
putting untuk 4. Menghindari

mencegah lecet lecet pada


5. Kaji puting ibu
perubahan berat
badan tiap hari
5. Memantau
perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

 Hermansen C, Lorah K. Respiratory distress in the newborn. Am Fam Physician.


2007;76:987-94.
 Bobak, Lowdermik. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:
EGC
 Betz, Cecily lyn, dan linda A. sowden 2009. Keperawatan pediatric, edisi 5.
Jakarta: EGC
 Indrasanto, Eriyanti., dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obsetri Dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK).
 Kosim. M.S., 2010. Deteksi Dini Dan Manajemen Gangguan Napas Pada
Neonatus Sebagai Aplikasi P O N E K (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komprehensif). Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi/ FK UNDIP
Semarang.
 Suriadi dan Yuliani, R. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak, edisi 1 Jakarta :
CV Sagung Seto.
 NANDA NIC NOC

Anda mungkin juga menyukai