Seorang perempuan 43 tahun Suku Flores datang ke Poliklinik Obstetri
Ginekologi RSUP Sanglah pada tanggal 13 Oktober 2015 dengan
keluhan utama muncul benjolan di perut bawah sejak dua minggu yang lalu. Bersamaan dengan munculnya benjolan di perut bawah penderita juga mengeluh muncul flek merah kehitaman pervaginam. Penderita sempat mengira dirinya sedang hamil dengan benjolan di perut bawah tersebut yang disertai keluhan mual dan muntah. Dikatakan keluhan mual dan muntah sekitar ± 2-3 kali sehari. Riwayat abortus disangkal. Riwayat haid satu bulan yang lalu dikatakan siklus tidak teratur, lama haid 3-4 hari. Penderita menggunakan alat kontrasepsi berupa pil KB namun diminum tidak teratur. Penderita sudah memiliki tiga orang anak lahir normal. Selain keluhan diatas semenjak kehamilan ini, penderita juga merasakan jantungnya sering berdebar sejak satu bulan yang lalu. Kedua tangan penderita juga dikatakan sering gemetar. Riwayat penurunan berat badan disangkal penderita. Penderita mengatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini saat hamil sebelumnya. Riwayat penyakit gondok, hipertensi, kencing manis, alergi, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker disangkal penderita. Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita sakit sedang, kesadaran compos mentis, dengan status gizi cukup (berat badan 52 kg, tinggi badan 150 cm, indeks massa tubuh 23,1 kg/m2 ), tekanan darah 150/90 mmHg, denyut nadi 110 kali/menit reguler isi cukup, laju napas 18 kali/menit reguler, temperatur aksila 36,4 0C, dengan visual analog scale (VAS) 0. Pada pemeriksaan mata ditemukan konjungtiva palpebra kedua mata pucat, tidak ditemukan tandatanda ikterus. Pada pemeriksaan leher JVP PR±0 cmH2O, tidak ditemukan 3 pembesaran kelenjar getah bening di leher, tidak ditemukan nodul atau pembesaran pada area tiroid, tidak ditemukan bruit. Pada pemeriksaan dada, pemeriksaan fisik paru dan jantung ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik abdomen tidak didapatkan distensi, bising usus dalam batas normal, hepar dan lien tidak teraba, tidak ditemukan ballotement, perkusi didapatkan suara timpani. Ekstrimitas ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat. Tidak ditemukan denyut jantung janin. Tidak ditemukan ballotement. Pada inspeksi vulva vagina ditemukan porsio licin, ostium tertutup, tidak ditemukan fluksus dan fluor. Pada pemeriksaan vaginal toucher tidak ditemukan nyeri goyang porsio, corpus uteri antefleksi, pada adneksa, parametrium, cavum douglas tidak ditemukan kelainan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium awal tanggal 13 Oktober 2015 didapatkan WBC 7,10 x 103 /µL, RBC 3,17 x 106 /µL, HGB 8,2 g/dL, MCV 79,4 fL, MCH 25,9 pg, MCHC 32,6 g/dL, HCT 25,2 %, PLT 68 x 103 /µL, SGOT 50,9 U/L, SGPT 45,2 U/L, Albumin 2,73 g/dL, GDS 96 mg/dL, BUN 21 mg/dL, Kreatinin Serum 1,01 mg/dL, Natrium 134 mmol/L, Kalium 4,66 mmol/L, βhCG# > 225.000,00 mIU/mL (Nilai normal level β-hCG minggu pertama sampai ketiga usia kehamilan berkisar 10 mIU/mL – 1000 mIU/mL; bulan kedua sampai ketiga usia kehamilan 30.000 mIU/mL – 100.000 mIU/mL; dan pada trimester kedua sampai ketiga, mulai menurun dan stabil antara 5000 mIU/mL sampai 30.000 mIU/mL). Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan Spesific gravity 1,015. pH 5, Leukosit 100 (++), Nitrite negatif, Protein urine 150 (+++), Glukosa urine normal, Keton negatif, Urobilinogen 4 (++), Bilirubin urine 1 (+), Erytrosit 250 (5+), Colour brown, sedimen leukosit 3-5, eritrosit 8-10, silinder granula ++. Dari hasil USG Obstetri Ginekologi didapatkan blast terisi sedikit, dengan uterus ukuran 18,8 x 9,74 cm, tampak gambaran vesikel multipel intrauterine dengan gambaran snow storm appearance, tak tampak kista pada adneksa, tak tampak cairan bebas. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, oleh sejawat Obstetri dan Ginekologi disimpulkan penderita menderita Mola Hidatidosa resiko tinggi disertai anemia ringan hipokromik mikrositer, hipertensi dan trombositopenia. 4 Gambar 1. USG Ginekologi penderita menunjukkan gambaran snow storm appearance Penderita akan direncanakan tindakan suction curretage namun karena mengalami kelainan pada hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap serta pada tekanan darah maka penderita dikonsulkan ke poliklinik penyakit dalam pada tanggal 13 Oktober 2015 untuk mendapatkan penanganan di bidang penyakit dalam. Dari bidang penyakit dalam disimpulkan pasien dengan anemia ringan hipokromik mikrositer karena dicurigai anemia defisiensi besi dengan diagnosis banding anemia karena penyakit kronik disertai trombositopenia dicurigai karena reaktif, hipertensi stage II, hipoalbuminemia curiga karena inflamasi kronik. Penderita mendapatkan terapi awal berupa tranfusi PRC sampai dengan Hb 10 gr/dL sesuai sejawat obgyn, tablet besi 3 x 200 mg per oral, vitamin C 3 x 100 mg per oral, captopril 2 x 25 mg per oral. Penderira direncanakan pemeriksaan hapusan darah tepi, serum iron (SI), TIBC, feritin, rontgen dada di ruangan. Hari pertama perawatan di ruangan Cempaka Ginekologi (15 Oktober 2015) tekanan darah penderita didapatkan 180/100 mmHg dan penderita mengeluh batuk-batuk kering sehingga terapi anti hipertensi captopril diganti dengan ramipril 1 x 5 mg dan ditambahkan amlodipin 1 x 5 mg. Penderita masih mengeluhkan flek pervaginam. Dari sejawat kebidanan penderita mendapatkan terapi tranfusi PRC sampai dengan Hb 10 mg/dL, sulfas ferosus 3 x 200 mg per oral, vitamin c 3 x 100 mg per oral, ondansentron 3 x 1 ampul. Penderita masih mengeluhkan dada terasa berdebar, perasaan gugup yang muncul tiba-tiba, tangan gemetar, sering merasa letih tanpa sebab yang jelas, badan dirasakan lebih ringan dibandingkan dengan sebelum sakit, sering berkeringat dan terasa lebih nyaman jika menggunakan kipas angin atau ditempat yang sejuk. Telapak tangan penderita dikatakan terasa lebih hangat dari biasanya semenjak perutnya membesar dan terkadang basah karena berkeringat, nafsu makan penderita pun dikatakan lebih tinggi dibandingkan dengan biasanya. Karena dicurigai mengarah ke gejala hipertiroidisme maka dari keluhan dan hasil 5 pemeriksaan fisik dihitung indeks Wayne pada penderita dan didapatkan hasil 22, yang menandakan pasien dicurigai mengalami hipertiroidisme. Sehingga direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid, TSH dan FT4. Hari kedua perawatan (16 Oktober 2015) hasil pemeriksaan fungsi tiroid didapatkan TSH < 0.005 µIU/mL (normal: 0,5-5,5 µIU/mL), FT4 2,67 ng/dL (normal: 0,7-2,0 ng/dL) menunjukkan penderita mengalami tanda hipertiroidisme. Hasil pemeriksaan serum iron (SI) 83,8 µg/dL (normal: 40–155 µg/dL); TIBC 271 µg/dL (normal: 240-450 µg/dL); ferritin 97,35 ng/mL (normal: 11-307 ng/mL) masih dalam batas normal sehingga anemia akibat defisiensi besi dapat disingkirkan. Hasil pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan gambaran eritrosit hipokromik mikrositer, leukosit kesan normal tidak ditemukan sel muda, trombosit jumlah menurun sehingga disimpulkan gambaran bisitopenia. Hasil rontgen dada didapatkan dalam batas normal. Sehingga penderita didiagnosis dengan mola hidatidosa disertai hipertiroidisme curiga diakibatkan oleh β-hCG, anemia hipokromik mikrositer curiga akibat penyakit kronik dan flek pervaginam, trombositopenia curiga akibat reaktif, hipoalbuminemia curiga akibat inflamasi kronik, hipertensi stage II. Dari penyakit dalam menambahkan terapi PTU 2 x 100 mg per oral, propanolol 1 x 10 mg per oral, dan terapi antihipertensi dilanjutkan sedangkan pemberian tablet besi dan vitamin c dihentikan. Penderita direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan USG regio colli dan dikonsulkan ke divisi endokrin ilmu penyakit dalam. Gambar 2. Foto rontgen dada penderita pada hari pertama MRS (15/10/2015) Hari ketiga perawatan (17 Oktober 2015) dari divisi endokrin ilmu penyakit dalam menyarankan terapi hipertiroidisme berupa PTU ditingkatkan menjadi 3 x 100 mg per oral, propanolol 3 x 10 mg per oral dan pemberian lugol 4 tetes setiap 6 jam, namun persedian lugol di depo obat kosong maka pemberian 6 ditunda. Hari keempat perawatan (18 Oktober 2015) pasien telah melakukan USG regio colli dengan hasil tidak ditemukan kelainan pada regio colli. Penderita mendapatkan tranfusi PRC sampai dengan target Hb 10 gr/dL sampai hari kedelapan perawatan sebelum dilakukan tindakan kuretase. Sedangkan untuk terapi farmakologi lainnya dilanjutkan. Gambar 3. Foto USG Colli (18/10/2015) Hari ke sembilan perawatan (23 Oktober 2015) penderita direncanakan untuk dilakukan tindakan evakuasi mola di ruang operasi oleh sejawat kandungan karena dirasa penderita telah optimal untuk dilakukan tindakan. Setelah tindakan evakuasi mola penderita dikirim kembali ke ruangan cempaka ginekologi untuk evaluasi pasca tindakan. Hari kesepuluh perawatan (24 Oktober 2015), satu hari setelah evakuasi mola, penderita direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid ulang, dengan hasil TSH < 0,005 µIU/mL dan FT4 2,72 ng/dL. Untuk terapi hipertiroidisme dan antihipertensi dilanjutkan. Hari keduabelas perawatan (26 Oktober 2015) penderita direncanakan untuk pulang dan kontrol kembali ke poliklinik kandungan dan endokrin interna. Gambar 4. Jaringan hasil kuretase. Tanggal 27 Oktober 2015 penderita kontrol ke poliklinik kandungan dan penyakit dalam dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium. WBC 12,50 x 103 /µL, RBC 3,20 x 106 /µL, HGB 8,8 g/dL, MCV 83,6 fL, MCH 27,6 pg, MCHC 7 33,0 g/dL, HCT 26,7%, PLT 50 x 103 /µL, Albumin 2,91 g/dL, SGOT 36 U/L, SGPT 34 U/L, BUN 20,8 mg/dL, SC 0,80 mg/dL, Na 135 mmol/L, K 3,1 mmol/L, GDS 90 mg/dL, B-hCG# 74.867,51 mIU/mL. Penderita datang kontrol dengan membawa hasil pemeriksaan patologi anatomi uterus didapatkan hasil mola hidatidosa tipe parsial. Keluhan yang sebelumnya saat rawat inap seperti berdebar, tremor, keringat berlebih sudah dirasakan berkurang. Terapi hipertensi dan hipertiroid dilanjutkan. Gambar 5. Hasil histopatologi mola-endometrium Pemeriksaan ulangan β-hCG# (19 November 2015) didapatkan 3374,0 mIU/mL. Hasil pemeriksaan fungsi tiroid (5 Desember 2015) didapatkan TSH 1,44 µIU/mL, FT4 0,748 ng/dL. Kontrol selanjutnya ke poliklinik endokrin interna (23 Desember 2015) tidak ada keluhan dari penderita serta membawa hasil pemeriksaan fungsi tiroid (21 Desember 2015) TSH 1,59 µIU/mL, FT4 1,01 ng/dL. Terapi PTU diturunkan menjadi 1x10 mg per oral, terapi hipertensi dilanjutkan.