NAMA KELOMPOK :
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang senantiasa melimpahkan Kasih
sayang dan rahmat-Nya, dan telah memberikan kekuatan, kesempatan, dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan seminar kasus yang berjudul
“Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan nyaman nyeri pada Tn.Y dengan diagnose
kolelitiasis di ruangan bougenvile RSUD Yohanes Kupang” Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Profesi Ners STIKes
Maranatha Kupang.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
selama ini telah membimbing dan memberikan saran, kritik, dan dukungan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan seminar kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang membangun dari semua pihak
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan keperawatan.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma jaringan
Kerusakan sel
Pelepasan mediator
nyeri
Merangsang
nosiseptor
Hihantarkan oleh
serabut
Medula spinalis
Talamus
Otak somatosensori
Sensasi nyeri
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
5. Menarik diri
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG
b. Rontgen
c. Pemeriksaan lab
d. CT-Scan
8. Terapi Nyeri
a. Penanganan farmakologi
Analgesic merupakan metode paling umum mengatasi nyeri. Ada tiga jenis
pengobatan yang bisa digunakan untuk mengendalikan nyeri, yaitu :
a) Analgesik nonopioid,asetaminofen dan aspirin adalah dua jenis analgesic
nonopioid yang paling sering digunakan.
b) Opioid, analgesic opioid bekerja dengan cara melekat diri pada reseptor-
reseptor nyeri.
b. Penanganan non-farmakologi
Walaupun terdapat berbagai jenis obat meredakan nyeri, semua memiliki resiko
dan biaya. Untungnya terdapat banyak intervensi non farmakologi yang dapat
membantu meredakan nyeri.
b) Akupuntur
c) Akupresur
d) Napas dalam
e) Hiipnotis
f) Distraksi
g) Relaksasi
h) Imajinasi terbimbing
9. Komplikasi
2) Odem pulmonal
3) Kejang
4) Masalah mobilisasi
5) Hipertensi
2. Riwayat nyeri
Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan
kata- kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat memahami makna
neri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhada situasi tersebut. Secara umum,
pengkajian riwayat nyeri meliputi :
a) Lokasi Nyeri
Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien untuk menunjukkan
area nyerinya.
b) Intensitas nyeri
Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya
untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang paling sering
digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10.
c) Kualitas nyeri
d) Pola
Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi dan kekambuhan atau interval nyeri.
Perawat perlu mengkaji kapan nyeri di mulai, berapa lama nyeri berlangsung,
apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
e) Faktor pretisipasi
Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan
membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri.
h) Sumber koping
Setiap individu memiliki sumber koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri.
Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya, serta
status emosional.
i) Respons afektif
Respons afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat
dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak faktor lainnya. Perawat
perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, depresi atau perasaan gagal pada
diri klien (Mubarak & Chayatin, 2008).
1) Observasi respons perilaku dan fisiologis
Ekspresi wajah merupakan salah satu respons perilaku. Selain itu ada juga vokalisasi
seperti mengerang, berteriak, meringis. Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri
bervariasi bergantung pada sumber dan durasi nyeri. Pada awal nyeri, respons
fisiologis
dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi dan pernapasan, dilatasi pupil akibat
terstimulasinya sistem saraf simpatis. Akan tetapi jika nyeri berlangsung lama, dan
saraf simpatis telah beradaptasi, respons fisiologis tersebut mungkin akan berkurang
atau bahkan tidak ada. Karenanya penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu
respons fisiologis sebab bisa jadi respons tersebut merupakan indicator yang buruk
untuk nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017 diagnosis yang muncul pada kasus nyeri akut
antara lain:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia,
neoplasma
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia
iritan)
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Dalam membuat rencana keperawatan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebagai berikut :
Contoh :
b) Kriteria Hasil
2. Dapat dicapai
5. Menentukan waktu
NO RM :0548xxx
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
Alamat : Maumere
Pendidikan :S1
Pekerjaan :Guru
a. Alasan masuk
b. Riwayat masuk
T : nyeri dirasakan muncul tiba-tiba >5 menit, dan hanya hilang ketika
diberikan obat
a. Sebelum sakit :
Makan :
Frekuensi :Pasien mengatakan 3x/hari
Minum
Jenis minuman : pasien mengatakan air putih dan teh dipagi hari
a. Sebelum sakit
BAB: pasien BAB sedikit encer, warna sedikit kuning, bau khas
feses
a. Sebelum sakit
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi /ROM
O:mandiri ,1 : alat bantu,2: dibantu orang lain,3:dibantu orang lain dan alat,4:
tergantung total
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi /ROM
O:mandiri ,1 : alat bantu,2: dibantu orang lain,3:dibantu orang lain dan alat,4:
tergantung total
a. Sebelum sakit
Waktu tidur: pasien mengatakan pukul 20:00, dan tidur siang pukul
13:00
Lama tidur : pasien mengatakan lama tidur malam 8 jam dan tidur siang
3 jam
8. Pola persepsual
a. Sebelum sakit
Penglihatan
Ektremitas bawah pasien terdapat udem, tidak ada nyeri tekan pada ektremitas
yang bengkak
a. Sebelum sakit
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi
antara tinjuan pustaka dan tinjuan kasus dalam asuhan keperawatan pada klien dengan
diagnosa medis nyeri akut di RSUD Yohanes yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
4.1 1 Identitas
Jadi klien adalah seorang laki-laki bernama Tn. Y.I.D yang berusia 60 tahun,
yang beralamat di Maumere dengan status perkawinan suda kawin. Agama klien
kristen katholik, berwarga negara indonesia, pendidikan klien strata 1 dan pekerjaan
tetap klien adalah guru
4.2 1 Riwayat Keluhan
1. Alasan masuk
Jadi Klien mengatakan masuk kerumah karena nyeri hebat dibawah abdomen, nyeri
yang timbul hanya sembuh jika diobati
2. Riwayat masuk
T : nyeri dirasakan muncul tiba-tiba >5 menit, dan hanya hilang ketika diberikan
obat
Berat badan klien sebelum sakit 59 kg dan tinggi badan klien 155,
untuk makan sehari-hari klien mengatakan makan 3x sehari untuk sehari-hari
klien sering makan nasi sayur dan lauk lainnya. Klien juga mengaku tidak ada
alergi untuk makanan dan napsu makan klien sehari-hari baik. Untuk minum
klien mengatakan minum 8 gelas sehari jenis minuman yang paling sering
dikonsumsi klen adalah air putih untuk pantangan dan alergi pada minuman
tidak ada.
b. Pola Eliminasi
Pemeriksaan fisik pada klien keadaan umum klien baik dengan total GCS pada
klien adalah 15, kesadan klien sadar penuh atau komposmetis yang di tandai dengan
tanda-tanda vital yang normal yang normal yaitu TD : 130/80 mmhg, Nadi ;
78x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,1 0C, SPO2: 99%, dan Skala Nyeri : 4.
Pada bagian kepala klien terlihat atau inspeksi bentuknya simetris, tidak
terdapat benjolan dan warna rambut hitam sedikit beruban, pada saat diraba atau
dilakukan
palpasi pada kepala klien tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan. Pada bagian
mata melakukan inspeksi konjungtiva anemis, telinga klien terlihat simetris, tidak ada
lesi dan tidak ada penumpukan serumen.
Hidung klien terlihat tidak ada pembekakandan tidak ada pendarahan, pada
mulut klien warna bibir klien kelihatan bibir pucat, tidak ada nyeri tekan pada mulut
klien. Inspeksi Dada klien simetis, tida terlihat benjolan, pada saat dilakukan palpasi
tidak ada nyeri tekan pada dada klien dan suara dada klien adalah sonar dan suara
aukultasi bunyi vesikuler
Pada abdomen saat melakukan perkusi bunyi normal yaitu timpani terdapat
nyeri tekan pada bagian bawah perut, bising usus terdengar normal yaitu
8x/menit.pada daerah genitalia terlihat bersih dan tidak ada nyeri saat palpasi
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan telah dilakasanakan dengan rencana yang telah
ditetapkan oleh penulis. Pada diagnosa nyeri akut berhubangan dengan agen cedera
fisiologi dibutuhkan pelaksanaan selama 3 hari. Implementasi dilakukan sesuai dengan
intervensi :
1) Melakukan pengkajian nyeri meliputi lokasi karakteristik daerah frekuensi kualitas dan
intensitas nyeri, 2) mengidentifikasi skala nyeri nonverbal, 3) mengidentifikasi faktor yang
dapat memperberat dan memperingan nyeri, 4) memonitor tanda-tanda vital, 5)
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam, 6) menciptakan lingkungan yang nyaman, 7)
melakukakan kolaborasi pemberian analgestik antrain satu ampul set IV
4.5 Evaluasi
Pada tinjuan kasus evaluasi menggunakan SOAP dapat dilakukan karena dapat diketauhi
klien masalahnya secara lansung. S: pasien mengatan nyeri dibawah abdomen, skala nyeri
4 , klien mengatakan nyeri mengganggu tidur klien. O: wajah tampak meringis, kesadaran
komposmentis, Observasi TTV : TD: 13/70mmHg, S: 36,5 0C, N: 81 x/menit, RR: 20
x/menit, SPO2 : 99%, Nyeri sedang. A: masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi. P:
Intervensi di pertahankan (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan pada pasien batuempedu yang
disertai masalah nyeri akut dan intoleransi aktivitas yang lebih berkualitas dengan
mengikuti perkembangan ilmu keperawatan terbaru.
Diharapkan keluarga pasien mampu mengenali dan mengerti apa itu batu empedu,
sehingga keluarga pasien dapat melakukan tindakan dengan cara memotivasi pasien
dalam pengobatan secara farmakologi dan non farmakologi.