Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

OD EPISKLERITIS NODOSA OS PTERIGIUM

Dokter Pembimbing:
dr. Azrief Arhamsyah Ariffin. Sp.M

Penyusun:
Ni Made Rai Wahyuni Setiawati
NIM 030.09.170

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RUMAH SAKIT MARZOEKI MAHDI BOGOR
PERIODE 28 APRIL – 31 MEI 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya lah
saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus patologis dalam Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Mata di RS Dr. Marzoeki Mahdi, Bogor dengan kasus dan tinjauan pustaka “Episkleritis
Nodosa”. Dalam pembuatan karya tulis ini, referensi diambil dari literature pada buku ajar,
artikel serta jurnal dari internet.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada dr. Azrief A. Ariffin, sp.M selaku dokter
pembimbing pada kepaniteraan klinik bagian ilmu mata ini dan tak lupa ucapan terimakasih
untuk rekan-rekan koas yang juga turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai bahan bacaan.

Mei 2014,

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini padat dan
berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus
optikus di belakang. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari
jaringan elastik halus, episklera yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk
sclera.

Episkleritis adalah suatu peradangan pada episklera. Sklera terdiri dari serat-serat jaringan ikat
yang membentuk dinding putih mata yang kuat. Sklera dibungkus oleh episklera yang
merupakan jaringan tipis yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi makan
sklera. Di bagian depan mata, episklera terbungkus oleh konjungtiva.

3
BAB II

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Ny. I

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Suku bangsa : Sunda

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : KP. Semplak RT 01/12, Bogor Barat

II. ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 21 Mei 2014 di Poliklinik mata RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi, Bogor.

A. Keluhan utama
Mata kanan merah sejak 1 tahun SMRS
B. Keluhan tambahan
Mata terasa mengganjal, perih, agak silau bila melihat cahaya, nyeri kepala sebelah kanan
C. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Marzoeki Mahdi dengan keluhan mata kanan merah
sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu, keluhan hilang timbul namun 6 bulan terakhir mata terus
terusan merah. Keluhan mata merah disertai rasa mengganjal, nyeri dan agak silau apabila
melihat cahaya terutama dirasakan pada mata kanan. Apabila keluhan muncul sering disertai
nyeri kepala pada bagian kanan. Tidak ada riwayat trauma yang mengenai mata sebelumnya.
Riwayat alergi tidak diketahui oleh pasien. Pasien tidak pernah memakai kacamata sebelumnya,

4
pasien menyangkal adanya penglihatan yang buram saat melihat jauh maupun dekat. Pasien telah
berobat ke dokter sebelumnya dan mendapat obat salep mata, antibiotic amoxicilyn, serta anti
nyeri, pasien mengatakan keluhan membaik dengan obat namun setelah obat habis keluhan
muncul kembali.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat kencing manis dan darah tinggi. Riwayat alergi tidak
diketahui oleh pasien.
E. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama. Riwayat tekanan darah
tinggi maupun kencing manis serta alergi pada keluarga disangkal oleh pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik, tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Suhu : afebris
Pernafasan : 18x/menit
Kepala : Normocephali
Mata : Lihat status oftalmologi
Telinga : Normotia, serumen -/-
Hidung : Deformitas -, deviasi septum –, sekret -/-
Mulut : Bibir tidak kering, tidak sianosis, Arcus faring simetris
dan tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Leher : KGB tidak tampak maupun teraba membesar
Jatung : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur -, galloop –
Paru : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, Supel, bising usus 3x/menit, nyeri tekan –
Ekstremitas : akral hangat dan tidak ditemukan adanya oedem

5
B. Status Oftalmologi

Mata Okular Dextra Okular Sinistra


Palpebra :
 Skuama - -
 Edema - -
 Luka robek - -
 Ptosis - -
Area kelenjar lakrimalis
 Edema - -
 Hiperemis - -
 Fistel - -
 Benjolan - -
Konjungtiva :
 Warna Jernih Jernih
 Injeksi Episklera dengan nodul Episklera
 Perdarahan - -
 Penebalan + +
 Pigmen - -
 Benda asing - -
 Sekret - -
Kornea :
 Jernih + +
 Benda asing - -
 Infiltrat - -
 Sikatrik - -
 Arkus senilis - -
 Leukoma - -
COA :
 Volume Normal Normal

6
 Isi Aquos Humor Aquos Humor
 Hifema - -
 Hipopion - -
Iris :
 Warna Coklat kehitaman Coklat kehitaman
 Kripta + +
Pupil
 Besar ± 3 mm ± 3 mm
 Warna Hitam Hitam
 Bentuk Bulat Bulat
 Isokoria Isokor Isokor
 RCL/RCTL +/+ +/+
 Posisi Ortoposisi Ortoposisi
Lensa
 Jernih + +
 IOL - -
Tekanan Intra Okuler
 Palpasi Normal Normal
 Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerak bola mata

Visus 1.0 F 1.0 F

Funduskopi Dalam batas Dalam batas


normal normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

7
- Pada pemeriksaan visus menggunakan kartu Snellen (berjarak 20 feet), ditemukan
dan dikoreksi visus :

VOD :  1.0 F

VOS :  1.0 F

- Pemeriksaan funduskopi (oleh dokter) :

Fundus Okuli Dextra dan Sinistra Fundus Okuli Sinistra : dalam batas normal (
papil berwarna merah muda kekuningan, dengan batas yang jelas, non-elevated,
dan memilki cup-disc ratio kurang dari 0,3).

- Pemeriksaan Iscihara tidak dilakukan.

V. RESUME
Pasien seorang laki-laki, berusia 60 tahun, datang ke Poliklinik Mata RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi dengan keluhan mata kanan merah sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu,
keluhan hilang timbul namun 6 bulan terakhir mata terus terusan merah. Keluhan mata
merah disertai rasa mengganjal, nyeri dan agak silau apabila melihat cahaya terutama
dirasakan pada mata kanan. Apabila keluhan muncul sering disertai nyeri kepala pada
bagian kanan. Tidak ada riwayat trauma yang mengenai mata sebelumnya. Riwayat alergi
tidak diketahui oleh pasien. Pasien tidak pernah memakai kacamata sebelumnya, pasien
menyangkal adanya penglihatan yang buram saat melihat jauh maupun dekat. Pasien
telah berobat ke dokter sebelumnya dan mendapat obat salep mata, antibiotic amoxicilyn,
serta anti nyeri, pasien mengatakan keluhan membaik dengan obat namun setelah obat
habis keluhan muncul kembali.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan TD pasien 130/80 mmHg, status generalis lainnya
dalam batas normal. Pada status oftalmologi, didapatkan injeksi episklera pada kedua
mata dan penebalan konjungtiva pada kedua mata. Pada pemeriksaan visus didapatkan
VOD : 1.0 F, dan VOS : 1.0 F. Status oftalmologi lainnya dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS KERJA

8
OD Episkleritis Nodosa
OS Pterigium stadium 2

VII. PEMERIKSAAN ANJURAN


Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari factor etiologi sistemik
Tes alergi/ Prick Test untuk mencari factor risiko episkleritis nodosa
Pemeriksaan refraksi dengan koreksi saat keluhan hilang.

VIII. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa : C. Polydex eye drop 4 dd gtt I OD


Posop eye drop 4 dd gtt I OD
Na diclofenak 2x1
CTM 2x1
Nutrivision 2x1
Non Medikamentosa :
Hindari mengucek mata
Mencari factor pencetus
Paparan debu/memakai pelindung mata

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

9
BAB III
ANALISA KASUS

Pasien didiagnosa Episkleritis Nodosa pada mata kanan berdasarkan :


Dari anamnesis, didapatkan keluhan mata kanan mata kanan merah sejak kurang lebih
1 tahun yang lalu, keluhan hilang timbul namun 6 bulan terakhir mata terus terusan
merah. Keluhan mata merah disertai rasa mengganjal, nyeri dan agak silau apabila
melihat cahaya terutama dirasakan pada mata kanan. Keluhan tersebut disebabkan adanya
peradangan yang berulang pada daerah antara kenjungtiva dan sclera yang menyebabkan
pelebarang pembuluh darah setempat yang biasanya paling sering ditemukan pada
penyakit sistemik, namun pada pasien belum dapat ditentuka factor risiko atau penyakit
sistemik yang mendasari. Hal ini diperberat oleh tumbuhnya nodul pada mata kanan
karena iritasi kronis pada mata sehingga menimbulkan keluhan mata mengganjal selain
karena adanya penebalan konjungtiva yang juga ditemukan pada kedua mata pasien.
Adanya penebalan juga menandakan adanya paparan terus menerus dalam waktu lama
terhadap mata sehingga menyebabkan jaringan konjungtiva menebal karena iritasi kronis
baik oleh debu atau angin.
Pasien telah berobat ke dokter sebelumnya dan mendapat obat salep mata, antibiotic
amoxicilyn, serta anti nyeri, pasien mengatakan keluhan membaik dengan obat namun
setelah obat habis keluhan muncul kembali, hal ini karena adanya factor pencetus atau
etiologi yang belum jelas diketahui, sehingga tidak dilakukan pencegahan dan
menyebabkan keluhan terus menerus timbul setelah obat di hentikan. Sehingga pada
kasus ini perlu dilakukan penelusuran terhadap factor risiko atau etiologi yang mungkin,
dengan melakukan pemeriksaan penunjang lain misalnya pemeriksaan darah lengkap dan
lain-lain.

10
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

EPISKLERITIS

A. Anatomi dan Histologi


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta berbatasan
dengan kornea disebelah anterior dan duramater nervus optikus di posterior. Pita-pita
kolagen dan jaringan elastin membentang di sepanjang foramen sklera posterior, membentuk
lamina kribrosa, yang diantaranya dilalui oleh berkas akson nervus optikus. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis jaringan elastis halus, episklera, yang
mengandung banyak pembuluh darah yang mendarahi sklera. Lapisan berpigmen coklat
pada permukaan dalam sklera adalah lamina fusca, yang membentuk lapisan luar ruang
suprakoroid.1
Pada tempat insersi muskuli rekti, tebal sklera sekitar 0,3 mm. Ditempat lain tebalnya
sekitar 0,6. Disekitar nervus opticus, sklera ditembus oleh arteria ciliaris posterior longus
dan brevis, dan nerves ciliaris longus dan brevis. Arteria ciliaris posterior longus dan nervus
ciliaris longus melintas dari nervus optikus ciliare di sebuah lekukan dangkal pada
permukaan dalam sklera di meridian jam 3 dan jam 9. Sedikit posterior dari ekuator, empat
vena vorticosa mengalirkan darah keluar dari koroid melalui sklera, biasanya satu disetiap
kuadran. Sekitar 4 mm di sebelah posterior limbus, sedikit anterior dari insersi tiap-tiap
muskulus rektus, empat arteria dan vena siliaris anterior menembus sklera. Persarafan sklera
berasal dari saraf-saraf siliaris.
Secara histologi, sklera terdiri atas banyak pita padat yang sejajar dan berkasberkas
jaringan kolagen teranyam, yang masing-masing mempunyai tebal 10-16 πm dan lebar 100-
140 μm. Struktur histologis sklera sangat mirip dengan struktur kornea. Alasan
transparannya kornea dan opaknya sklera adalah deturgesensi relatif kornea.2

11
Gambar Anatomi dan Histologi Sklera

B. Definisi
Episkleritis didefinisikan sebagai peradangan lokal sklera yang relatif sering
dijumpai. Kelainan ini bersifat unilateral pada dua-pertiga kasus, dan insidens pada kedua
jenis kelamin wanita tiga kali lebih sering dibanding pria. Episklera dapat tumbuh di tempat
yang sama atau di dekatnya di jaringan palpebra. Episkleritis merupakan reaksi radang
jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Perjalanan
penyakit mulai dengan episode akut dan terdapat riwayat berulang dan dapat berminggu-
minggu atau beberapa bulan. Ada dua jenis episkleritis:
1. Episkleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis. Peradangan
biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama sekitar tujuh sampai
10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga minggu. Pasien dapat
mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap satu sampai tiga bulan.
Penyebabnya seringkali tidak diketahui.
2. Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple dan
berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata saja dan
mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada permukaan mata. Ini sering
berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.3

12
Gambar Episkleritis Simple

Gambar Episkleritis Nodular

C. Etiologi
Hingga sekarang para dokter masih belum dapat mengetahui penyebab pasti dari
episkleritis. Namun, ada beberapa kondisi kesehatan tertentu yang selalu berhubungan
dengan terjadinya episkleritis. Kondisi-kondisi tersebut adalah penyakit yang mempengaruhi
tulang, tulang rawan, tendon atau jaringan ikat lain dari tubuh, seperti:
 Rheumatoid arthritis

 Ankylosing spondylitis

 Lupus (systemic lupus erythematosus)

 Inflammatory bowel diseases seperti crohn’s disease and ulcerative colitis

13
 Gout

 Bacterial atau viral infection seperti lyme disease, syphilis atau herpes zoster

 Beberapa penyakit lain yang kurang umum, penyebab episkleritis termasuk jenis kanker
tertentu, penyakit kulit, gangguan defisiensi imun dan, yang paling jarang berhubungan
adalah gigitan serangga.

D. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya episkleritis diduga disebabkan oleh prose autoimun. Proses
peradangan dapat disebabkan oleh kompleks imun yang mengakibatkan kerusakan vaskular
(hipersensitivitas tipe III) ataupun respon granulomatosa kronik (hipersensitivitas tipe IV).4

E. Manifestasi Klinis
Gejala episkleritis meliputi:
 Sakit mata dengan rasa nyeri ringan
 Mata kering
 Mata merah pada bagian putih mata
 Kepekaan terhadap cahaya
 Tidak mempengaruhi visus
Tanda objektif pada episkleritis:
 Kelopak mata bengkak
 Konjungtiva bulbi kemosis disertai dengan pelebaran pembuluh darah episklera dan
konjungtiva.
 Bila sudah sembuh, warna sklera berubah menjadi kebiru-biruan
 Pemeriksaan mata memperlihatkan hiperemia lokal sehingga bola mata tampak
berwarna merah atau keunguan yang menunjukkan pembuluh darah episklera yang
melebar
 Pembuluh darah episklera dapat mengecil bila diberikan fenilefrin 2,5%.
Bentuk radang yang terjadi pada episklerisis nodular mempunyai gambaran khusus,
yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna putih di bawah konjungtiva.
Bila benjolan itu ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak di atas benkolan, akan

14
memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis bila
dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas
dari pembuluh darah yang meradang.

F. Diagnosis
Penegakan diagnosa didapatkan dari anamnesis untuk menanyakan beberapa gejala-
gejala yang dialami pasien, menanyakan riwayat penyakit sistemik sebelumnya pada pasien,
melakukan pemeriksaan pada mata pasien, serta dilakukan pemeriksaan fisik pasien bila
dicurigai penyebabnya terkait penyakit sistemik. Pemeriksaan lebih lanjut seperti melakukan
beberapa tes lebih lanjut, seperti tes darah, untuk mengetahui apakah episkleritis terkait
dengan penyakit sistemik lain yang mendasarinya.

G. Diagnosis Banding
Mata merah dengan visus normal:
a. Merah tidak merata
 Episkleritis dan skleritis
 Perdarahan subkonjungtiva
 Pterigium
 Pseudopterigium
 Konjungtivitis flikten
 Pinguekula iritans
b. Merah merata
 Konjungtivitis akut
 Konjungtivitis kronis

H. Penatalaksanaan
Episkleritis adalah penyakit self-limiting menyebabkan kerusakan yang sedikit
permanen atau sembuh total pada mata. Oleh karena itu, sebagian besar pasien dengan
episkleritis tidak akan memerlukan pengobatan apapun. Namun, beberapa pasien dengan
gejala ringan menuntut pengobatan.5
1. Terapi pada mata

15
Episkleritis simpel sering membutuhkan pengobatan. Air mata buatan berguna untuk
pasien dengan gejala ringan sampai sedang. Selain itu dapat juga diberikan
vasokonstriktor. Pasien dengan gejala lebih parah atau berkepanjangan mungkin
memerlukan air mata buatan (misalnya hypromellose) dan atau kortikosteroid topikal.
Episkleritis nodular lebih lama sembuh dan mungkin memerlukan obat tetes
kortikosteroid lokal atau agen anti-inflamasi. Topikal oftalmik prednisolon 0,5%,
deksametason 0,1%, atau 0,1% betametason harian dapat digunakan.
2. Terapi sistemik
Jika episkleritis nodular yang tidak responsif terhadap terapi topikal, sistemik agen
antiinflamasi mungkin berguna. Flurbiprofen (100 mg) biasanya efektif sampai
peradangan ditekan. Jika tidak ada respon terhadap flurbiprofen, indometasin harus
digunakan, 100 mg setiap hari dan menurun menjadi 75 mg bila ada respon. Banyak
pasien yang tidak merespon satu agen nonsteroidal anti-inflammatory (NSAID) tetapi
dapat berespon terhadap NSAID lain.
Untuk aktivitas sehari-hari, sunglasses berguna untuk pasien dengan sensitivitas terhadap
cahaya.

I. Komplikasi
Sebuah komplikasi episkleritis yang mungkin terjadi adalah iritis. Sekitar satu dari 10 orang
dengan episkleritis akan berkembang ke arah iritis ringan. Selain iritis, bila peradangan lebih
dalam pada sklera dapat menimbulkan skleritis.

J. Prognosis
Prognosis umunya baik, dapat sembuh sempurna tetapi dapat bersifat residif yang dapat
menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umunya 4-5 minggu.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S., 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
2. PERDAMI. 2006. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum & Mahasiswa Kedokteran,
PERDAMI.
3. Roy Sr H , episkleritis, http://emedicine.medscape.com/article/1228246-overview.
Medscape. Updated March 2, 2012.
4. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal
165-167.
5. Watson PG, Hayreh SS. Scleritis dan episkleritis. Br J Op

17

Anda mungkin juga menyukai