Satriya Wijaya
Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
email: swijaya7@unusa.ac.id or swijaya7@gmail.com
Abstrak
Pelaksanaan JKN di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, dari sisi pemberi layanan kesehatan,
pengelola jaminan kesehatan, masyarakat sebagai pengguna, serta pemerintah sebagai regulator program.
Berbagai studi telah dilakukan untuk menelaah dampak JKN pada pelayanan kesehatan di Indonesia, namun
pemanfaatan hasil studi tersebut untuk menyempurnakan kebijakan masih terbatas. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif eksploratif, yang menggunakan metode deskriptif kualitatif serta penelaahan dokumen.
Desain penelitian adalah cross-sectional dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah
seluruh stakeholder kunci yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wiyung yang terkait erat dengan
pelaksanaan JKN. Analisa dan pengumpulan data dilakukan untuk memvalidasi: informasi dari institusi
responden, indepth interview dengan stake holder kebijakan dan pelaksana program, kemudian cek silang
oleh enumerator lapangan ke beberapa responden untuk temuan yang memerlukan, dan refleksi tim dalam
bentuk pertemuan validasi data. Informasi yang diperoleh dari hasil indepth interview stake holder kebijakan
dan pelaksana program, informasi cek silang dari enumerator lapangan maupun data sekunder akan
diintegrasikan dengan informasi kualitatif yang terkumpul. Hasil analisis menunjukkan tidak semua
pengunjung Puskesmas Wiyung telah menjadi peserta BPJS. Sistem administrasi dianggap rumit untuk
dipahami dengan mudah oleh masyarakat. Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang kepesertaan BPJS
dan penguatan koordinasi dengan pihak BPJS apabila ada masalah anggota kepesertaan pasien BPJS.
Abstract
Implementation of National Health Insurance (JKN) in Indonesia faces various challenges, from the
side of health care providers, health insurance managers, the community as users, and the government as the
program regulator. Various studies have been conducted to examine the impact of JKN on health services in
Indonesia, but the use of the results of these studies to improve policies is still limited. This type of research
is explorative descriptive research, which uses qualitative descriptive methods and document review. The
study design was cross-sectional with a retrospective approach. The sample of this study is all key
stakeholders in the Wiyung Health Center working area which are closely related to JKN implementation.
Analysis and data collection were carried out to validate: information from the respondent's institution, in-
depth interviews with policy stakeholders and program implementers, then cross-check by field enumerators
to several respondents for findings that needed, and team reflection in the form of data validation meetings.
Information obtained from the results of an in-depth interview of policy stakeholders and program
implementers, cross check information from field enumerators and secondary data will be integrated with
qualitative information collected. The results of the analysis showed that not all visitors to the Wiyung
Health Center had become BPJS participants. The administrative system is considered complicated to be
easily understood by the community. Need to disseminate information to the public about BPJS membership
and strengthening coordination with BPJS if there are problems with membership of BPJS patients.
-78-
Satriya Wijaya, Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Berdasarkan Anggota Kepesertaan BPJS
(Studi di Puskesmas Wiyung, Kota Surabaya Tahun 2017)
-79-
Satriya Wijaya, Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Berdasarkan Anggota Kepesertaan BPJS
(Studi di Puskesmas Wiyung, Kota Surabaya Tahun 2017)
kunci yang berada di wilayah kerja Puskesmas Gambaran Outcome Implementasi Program
Wiyung dan yang terkait erat dengan pelaksanaan JKN di Puskesmas Wiyung Berdasarkan
JKN. Variabel Adopsi
Sedangkan variabel yang diukur maupun
Berdasarkan variabel adopsi sejauh ini
diamati dalam penelitian ini adalah akseptabilitas,
Puskesmas Wiyung selalu menyesuaikan semua
adopsi, ketepatan, kelayakan dan kepatuhan.
prosedur pelayanan terkait JKN dengan peraturan
Pengumpulan data dilakukan dengan
yang ada, karena memang tidak boleh
indepth interview dengan masing-masing personal
menyimpang dari kebijakan yang telah ditentukan.
dalam institusi Puskesmas. Selama pengumpulan
Dan bila ada rencana untuk menyesuaikan apabila
data, beberapa langkah berikut dilakukan untuk
ada perubahan regulasi atau kebijakan dari BPJS,
memvalidasi: informasi dari institusi responden,
pihak Puskesmas Wiyung hanya bisa
melakukan indepth interview dengan stake holder
menyesuaikan sesuai kebijakan yang dikeluarkan
kebijakan dan pelaksana program kemudian cek
oleh Pemerintah. Namun tidak ada rencana
silang oleh enumerator lapangan ke beberapa
sebelumnya untuk itu, karena Puskesmas tidak bisa
responden untuk temuan yang memerlukan, dan
memprediksi perubahan tentang kebijakan BPJS.
refleksi tim dalam bentuk pertemuan validasi data.
Validasi data dilakukan dalam forum diskusi di Gambaran Outcome Implementasi Program
mana enumerator, dan tim peneliti akan JKN di Puskesmas Wiyung Berdasarkan
mendiskusikan hasil pengumpulan data di Variabel Ketepatan
lapangan. Informasi yang diperoleh dari hasil Berdasarkan ketepatannya, program JKN di
indepth interview stake holder kebijakan dan Puskesmas Wiyung telah sesuai dengan tujuan
pelaksana program, informasi cek silang dari penyelenggaraan JKN yang terdapat dalam UU
enumerator lapangan maupun data sekunder akan No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2 yakni
diintegrasikan dengan informasi kualitatif yang menjamin peserta memperoleh manfaat
terkumpul. Integrasi ini dilakukan untuk pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memperoleh hasil yang lebih komprehensif. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Tujuan
program JKN yaitu agar semua penduduk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
Gambaran Outcome Implementasi Program mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
JKN di Puskesmas Wiyung Berdasarkan kesehatan masyarakat yang layak. Salah satu
Variabel Akseptabilitas contoh program Puskesmas yang telah dilakukan
yaitu CHN yang bertujuan untuk mengunjungi
Gambaran outcome implementasi program
rumah terhadap populasi yang rentan dan belum
JKN di Puskesmas Wiyung berdasarkan variabel
terakses oleh Puskesmas. Sasaran kunjungan
akseptabilitas dapat diketahui bahwasanya
rumah oleh Puskesmas diantaranya penderita
pengembangan kebijakan mengenai JKN tidak
kanker stadium akhir, pasien gangguan jiwa dan
dapat dilakukan karena semua prosedur dan
pasien yang kurang disiplin dalam menjalani
pembiayaan sudah diatur sedemikian rupa oleh
pengobatan seperti penderita TB yang tidak rutin
pembuat kebijakan, sehingga pihak pemberi
ke Puskesmas (Jamkes Indonesia, 2017).
layanan hanya bisa menjalankan segala prosedur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang Gambaran Outcome Implementasi Program
berlaku. Namun hal itu tidak menjadi penghalang JKN di Puskesmas Wiyung Berdasarkan
dalam pelaksanaannya, karena pihak pemberi Variabel Kelayakan
pelayanan mampu memenuhi segala prosedur yang Terkait outcome implementasi variabel
telah ditetapkan. kelayakan program JKN di Puskesmas Wiyung
Biaya yang dibayarkan BPJS kepada masih kurang begitu baik, tepatnya pada sistem
Puskesmaspun juga telah dipatok jumlah dan pembiayaan dan pembayaran. Hal ini disebabkan
peruntukannya. Misalnya untuk biaya promosi karena lebih banyaknya jumlah pengunjung
kesehatan, biaya obat-obatan, dan lain sebagainya. daripada jumlah kepesertaan BPJS. Puskesmas
Puskesmas hanya bertugas menjalankan dan Wiyung sudah berupaya semaksimal mungkin
memanfaatkan uang yang sudah diberikan dengan untuk mengatur dan memanfaatkan dengan baik
sebaik-baiknya. biaya kebutuhan pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah. Namun terkadang biaya kebutuhan
pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah kurang
-80-
Satriya Wijaya, Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Berdasarkan Anggota Kepesertaan BPJS
(Studi di Puskesmas Wiyung, Kota Surabaya Tahun 2017)
sesuai seperti penyediaan obat-obatan karena Kebijakan seperti ini dirasa tidak merata karena
jumlah pengunjung yang melonjak. Selain itu kebijakan satu daerah dengan daerah lainnya relatif
pemesanan obat dilakukan menggunakan E- berbeda. Tetapi dibalik itu Pemerintah Pusat
Katalog yang dirasa menjadi salah satu memberikan amanah pada Pemerintah Daerah agar
penghambat, karena terkadang terjadi dapat mengolah anggaran Program JKN sesuai
keterlambatan pengiriman obat-obatan. dengan kebutuhan daerah masing-masing dengan
sebaik-baiknya.
Gambaran Outcome Implementasi Program
Pemerintah daerah membuat kebijakan JKN
JKN di Puskesmas Wiyung Berdasarkan
di Fasilitas Kesehatan melihat dari beberapa aspek
Variabel Kepatuhan
seperti jumlah penduduk, luas wilayah dan lain
Dalam menjalankan Program JKN, sebagainya. Beberapa kebijakan Pemerintah
Puskesmas Wiyung secara keseluruhan telah Daerah juga dirasa terlalu rumit, sehingga tidak
menjalankan sesuai dengan kebijakan yang sedikit masyarakat bingung dan enggan untuk
diberikan oleh Pemerintah. Puskesmas mengatur mengikuti kepesertaan BPJS, contohnya yaitu yang
biaya pelayanan yang didapat sedemikian rupa diberlakukan di Kota Surabaya.
agar cukup sesuai yang dibutuhkan untuk
melaksakan program JKN. Meskipun pada 4. SIMPULAN DAN SARAN
kenyataannya jumlah biaya yang diberikan tersebut
Simpulan
tidak sesuai misal pada biaya pengadaan obat-
obatan. Namun, Puskesmas Wiyung tetap Regulasi kebijakan JKN pada pelayanan
melaksanakan sesuai dengan kebijakan. Adapun kesehatan primer di Puskesmas Wiyung, dari
biaya pelayanan dibagi menjadi 60% untuk jasa pelaksanaan pelayanan baik yang PBI maupun non
pelayanan, 40% untuk promosi kesehatan, PBI telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman,
laboratorium, obat-obatan dan ATK. sesuai dengan faskes tingkat primer. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
Gambaran Implementasi Program JKN di
JKN pada pelayanan kesehatan primer di
Puskesmas Wiyung Berdasarkan Kepesertaan
Puskesmas Wiyung yang meliputi faktor internal,
BPJS
eksternal dan lingkungan. Faktor internal meliputi
Terkait kepesertaan BPJS, tidak semua kelayakan sistem pembiayaan dan pembayaran
pengunjung Puskesmas Wiyung telah menjadi masih kurang. Faktor eksternal yaitu BPJS kurang
peserta BPJS. Pasalnya sistem administrasi memberi sosialisasi kepada masyarakat yang akan
dianggap terlalu rumit untuk dipahami dengan menjadi peserta baru. Faktor lingkungan yaitu
mudah oleh masyarakat. Dalam hal ini perlunya koordinasi antara pihak Puskesmas dengan Rumah
sosialisasi atau pemberian informasi pada Sakit masih sangat kurang.
masyarakat tentang kepesertaan BPJS oleh pihak Implementasi Program JKN berdasarkan
BPJS. Sosialisasi yang sudah dilakukan pun aspek akseptabilitas: pengembangan kebijakan
hendaknya dilakukan pada beberapa kondisi dan JKN tidak dapat dilakukan karena semua prosedur
waktu lain agar masyarakat perlahan dapat dan pembiayaan sudah diatur sedemikian rupa oleh
mengerti. Pemberian informasi ini juga perlu pembuat kebijakan. Kemudian aspek adopsi:
dijelaskan dengan cara yang mudah dimengerti Puskesmas Wiyung selalu menyesuaikan semua
oleh masyarakat. prosedur pelayanan terkait JKN dengan peraturan
yang ada, karena memang tidak boleh
Hasil Identifikasi Dampak dari Pelaksanaan
menyimpang dari kebijakan yang telah ditentukan.
Kebijakan JKN pada Pelaksanaan Program di
Aspek ketepatan: program JKN di Puskesmas
Fasilitas Kesehatan
Wiyung telah sesuai dengan tujuan
Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah penyelenggaraan JKN yang terdapat dalam UU
Pusat mengenai Program JKN di Fasilitas No. 40 Tahun 2004 Pasal 19 ayat 2. Aspek
Kesehatan berbeda dengan kebijakan yang dibuat kelayakan: program JKN di Puskesmas Wiyung
oleh Pemerintah Daerah. Kebijakan Pemerintah masih kurang begitu baik, tepatnya pada sistem
Pusat didapatkan kurang spesifik, seperti mengenai pembiayaan dan pembayaran. Aspek kepatuhan:
biaya yang diberikan untuk program JKN ini tidak Puskesmas Wiyung menjalankan Program JKN
terperinci kegunaannya. Maka dari itu Pemerintah sesuai dengan kebijakan yang diberikan oleh
Daerah membuat kebijakan lebih rinci untuk Pemerintah.
Fasilitas Kesehatan yang ada di daerahnya.
-81-
Satriya Wijaya, Analisis Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Berdasarkan Anggota Kepesertaan BPJS
(Studi di Puskesmas Wiyung, Kota Surabaya Tahun 2017)
Terkait kepesertaan BPJS, tidak semua Depkes RI. (2004). Undang-Undang Nomor 40
pengunjung Puskesmas Wiyung telah menjadi Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
peserta BPJS. Pasalnya sistem administrasi Nasional.
dianggap terlalu rumit untuk dipahami dengan
Kemenkes, RI. (2014). Peraturan Menteri
mudah oleh masyarakat. Pemerintah Daerah juga
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19
perlu memperhatikan beberapa aspek seperti
Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana
jumlah penduduk, luas wilayah dan lain
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
sebagainya dalam membuat kebijakan JKN di
Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Fasilitas Kesehatan. Beberapa kebijakan dirasa
Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas
terlalu rumit, sehingga tidak sedikit masyarakat
Kesehatan Tingkat Pertama Milik
bingung dan enggan untuk mengikuti kepesertaan
Pemerintah Daerah.
BPJS.
Kemenkes, RI. (2014). Peraturan Menteri
Saran Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Saran untuk perbaikan pelaksanaan kebijakan JKN
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
di Puskesmas Wiyung adalah sebagai berikut :
Kemenkes, RI. (2014). Peraturan Menteri
a. Penguatan manajemen Puskesmas Wiyung
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
dalam mengakomodir terlaksananya program
Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
JKN.
Masyarakat.
b. Penguatan koordinasi dengan pihak BPJS
apabila ada keterlambatan pembayaran kapitasi, Khariza, HA. (2015). Program Jaminan Kesehatan
dan masalah anggota kepesertaan pasien BPJS. Nasional: Studi Deskriptif Tentang Faktor-
Faktor Yang Dapat Mempengaruhi
c. Penguatan koordinasi dengan pihak Rumah
Keberhasilan Implementasi Program
Sakit rujukan bila memang ada miskomunikasi
Jaminan Kesehatan Nasional Di Rumah
atau masalah lain yang terkait penerimaan
Sakit Jiwa Menur Surabaya. 3(1): 1-7
pasien rujukan di Rumah Sakit yang dituju.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif
d. Penguatan pemberian edukasi kepada
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
masyarakat/pasien bahwa Puskesmas mampu
memberikan pelayanan terbaik ketika pasien Widodo, Joko. (2013). Analisis Kebijakan
tidak perlu dirujuk ke Rumah Sakit. Publik:Teori, Proses, dan Studi Kasus.
Yogyakarta: CAPS
5. REFERENSI
-82-