Hukum Lingkungan
Hukum Lingkungan
2122011053
Abstrak
Undang-Undang Cipta kerja yang telah disah kan menuai banyak polemik dan
perdebatan, penting untuk diketahui mengenai hukum apa saja yang termasuk
kedalam hukum lingkungan, pada dasarnya terdapat rumpun hukum lingkungan
hidup yang melingkupi hukum administrasi, hukum kehutanan, hukum
pertambangan, hukum perizinan, hukum pengairan, hukum tata ruang, hukum
sumber daya alam, hukum Kesehatan, dan hukum lingkungan internasional
perdebatan mengenai persoalan lingkungan, banyak orang mulai dari civil
society sampai para akademisi berpendapat bahwa UU Cipta kerja memberi
keuntungan kepada para pengusaha tetapi tidak memperhatikan akibatnya
terhadap lingkungan.
Data dari WALHI menunjukan 61,46 persen daratan untuk investasi yang terdiri
dari pertambangan migas 86 juta hektar, sektor kehutanan 33 juta hektar, kelapa
sawit 11 juta hektar, dan 14,04 persen lautan untuk investasi, lalu data dari
Kementrian LHK luas hutan Indonesia 94,1 juta hektar yang berarti 50,1 persen
dari total daratan, dan desforestasi 2018-2019 462,4 ribu hektar. 1 Melihat
kondisi Indonesia, maka dirasa sangat penting untuk lebih memperhatikan
dampak dari adanya kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terhadap
lingkungan.
1 KompasTV, Benarkah Kelestarian Alam dan Lingkungan Bakal Terancam di UU Cipta Kerja?
Ini Penjelasannya, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=l8LLcjPQj5k, pada 8 april
2022, pukul 01:43
masyarakat yang dimaksud adalah hanya masyarakat yang terkena dampak
langsung,2 kedua adalah perubahan mengenai mekanisme keberatan atas
Amdal. UU PPLH menyediakan ruang bagi masyarakat yang keberatan dengan
dokumen Amdal untuk dapat mengajukan keberatan atau upaya hukum,
sedangkan dalam UU Ciptaker tidak diatur mengenai mekanisme keberatan atas
Amdal. UU Ciptaker menghapus ketentuan mengenai mekanisme keberatan
tersebut, yaitu dengan menghapus ketentuan mengenai komisi penilai Amdal
yang dalam diatur dalam Pasal 29, Pasal 30 dan Pasal 31 UU PPLH, ketiga
adalah UU Ciptaker mengubah ketentuan Pasal 25 huruf c tentang berkas yang
harus ada dalam dokumen Amdal.3 Salah satu syarat dokumen yang diubah
yaitu mengenai saran masukan serta tanggapan dari masyarakat. Dalam UU
PPLH diatur bahwa dokumen Amdal salah satunya harus memuat saran
masukan serta tanggapan masyarakat terkena dampak langsung yang relevan
teradap rencana usaha/kegiatan,4 sedangkan dalam UU Ciptaker, saran masukan
serta tangapan dari masyarakat (tidak harus masyarakat yang terkena dampak
langsung).
2 Lembaga Kajian dan Advokasi Independensi Peradilan, Izin Lingkungan Hidup UU Ciptaker,
diakses dari https://leip.or.id/diskusi-publik-izin-lingkungan-hidup-uu-ciptaker, pada 8 April 2022,
pukul 01:51
3 Undang-Undang Cipta Kerja pasal 25 huruf c tentang berkas AMDAL
4 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup
Ecofeminisme sebagai bentuk lain dari feminisme, hadir sebagai suatu paham
yang menghubungkan keterkaitan antara perempuan dan alam. Istilah ini
pertama kali muncul pada tahun 1974 oleh seorang feminis asal Perancis,
Françoise d’Eaubonne, dalam bukunya Le Féminisme ou La Mort.5 Terdapat
paradigma lingkungan yang menjadi dasar dari beberapa teori tentang
lingkungan yang salah satunya adalah ecofeminis, paradigma tersebut tentu
menjadi penting untuk melihat apa motif sebenarnya dari teori yang
mengadopsi paradigma tersebut, maka dari itu perlu untuk mengkategorikan
posisi ecofeminime dalam paradigma utama dari teori lingkungan.
B. Rumusan Masalab
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan dua
persoalan yang akan di bahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Paradigma apa yang digunakan ecofeminisme dalam spektrum
paradigma lingkungan mainstream ?
2. Bagaimana prespektif teori ecofeminisme dalam pasal-pasal kontroversi
Undang-Undang Cipta Kerja ?
C. Metode Penulisan
Penulisan ini bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan normative
hukum yang menggunakan sumber sekunder yang berupa peraturan
perundang-undangan lingkungan hidup, teori hukum dan lingkungan dan
pendapat ahli hukum.
5 Hanifah Aulia, Ekofeminis: Perempuan dan Lingkungan Menurut Vandana Shiva, diakses dari
https://ibtimes.id/ekofeminisme-perempuan-dan-lingkungan-ala-vandana-shiva, pada 8 April 2022,
Pukul 02:03
II. PEMBAHASAN
A. Posisi Ecofeminisme dalam Paradigma Lingkungan Mainstream
Teori arus utama etika lingkungan, dalam kerangka yang dibuat oleh Karren G
Warrant beberapa teori utama etika lingkungan dikelompokan untuk
mempermudah mengetahui bagaimana paradigma teori-teori etika lingkungan
tersebut, yang pertama terdapat paradigma house, dalam paradigma house ini
terdapat teori yang dalam filsafat disebut sebagai teori konsekwensional dan
non-konsekwensional6 yang berdasarkan etika merupakan suatu tindakan yang
mengandung suatu konsekwensi dan terdapat suatu tindakan yang tidak selalu
ada konsekwensinya tetapi suatu tindakan itu terdapat kewajiban atau dalam
pandangan Immanuel kant disebut sebagai tuntutan moralitas,7 dengan kata lain
tindakan dikatakan benar karena pelaku yang melakukan tindakan tersebut
merasa apa yang dilakukan itu benar shingga kebenaran suatu tindakan tidak
dinilai dari konsekwensi, dalam paradigma ini tindakan terhadap alam dianggap
terdapat akibat dan juga terdapat kewajiban akan tetapi akibat dan kewajiban
tersebut diperuntukan untuk dirinya sendiri dalam hal ini adalah manusia,
sehingga dapat dikatakan bahwa paham house ini masih bersifat antroposentris,
alam atau lingkungan disini masih dilihat sebagai objek atau instrumental yang
bisa menguntungkan manusia sehingga dalam paradigma ini sangat minim
tanggung jawab moral manusia pada non-manusia
6 Karren J Warrant, Ecological Feminist Perspective, (Blommingtoon: Indiana University Press,
1996)
7 Hans Kelsen, Dasar-Dasar Hukum Normatif : Prinsip-Prinsip Teoritis Untuk Mewujudkan
UU PPLH diatur bahwa dokumen Amdal salah satunya harus memuat saran
masukan serta tanggapan masyarakat terkena dampak langsung, akan tetapi
dalam UU cipta kerja tidak diharuskan masyarakat yang terkena dampak,
dengan kata lain masukan serta tanggapan dapat diwakilkan oleh orang yang
tidak terkena dampak langsung, masukan serta tanggapan masyarakat
merupakan hal yang penting sebagai syarat dokumen AMDAL sehingga
masyarakat yang mengalami harus terlibat untuk membuat masukan serta
tanggapan mengenai dokumen AMDAL untuk mengetahui seluruh variable
yang mempengaruhi sebagai bahan pertimangan, apabila masyarakat yang
terdampak tidak ikut serta dalam memberi masukan serta tanggapan atau
diwakilkan oleh masyarkat yang tidak mengalami langsung maka hal tersebut
berpotensi mengurangi kualitas masukan serta tanggapan karena yang tidak
terkena dampak tidak mempunyai a history atau pengalam yang sama dengan
masyarakat yang mengalami langsung, jadi masyarakat terdampak dan pihak
terkait harus diwajibkan untuk memberi saran masukan serta tanggapan
mengenai AMDAL.
11 Eka Deviani, “Penegakan Hukum Lingkungan Terhadap Analisis Dampak Lingkungan
(AMDAL) Reklamasi Pantai di Kota Bandar Lampung”, Fiat Justitia Jurnal Hukum, No.1 Vol.6
(Januari-April 2012):327-328
mengedepankan asas ultimum remedium, dengan kata lain hukum pidana
merupakan sarana terakhir dan mengutamakan sarana hukum administrasi. 12
III. PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
Ecofeminisme lahir melalui paradigma radical dalam aliran social and political
ecology akan tetapi ecofeminisme tidak sepenuhnya berada pada posisi social
and political yang dimaksud oleh Murray Bookchin, ecofeminism justru
memberi kritik terhadap tiga aliran yang berada pada paradigma radical
tersebut karena belum mengadaptasi unsur pemikiran gender. Terdapat enam
prinsip ecofeminisme, yaitu, pertama kehidupan sebagai yang aktif, interaktif,
proaktif, relasional, dan kontekstual, kedua alam harus keluar dari keterjebakan
moral antroposentris, ketiga alam selalu hadir dalam kondisi manusia, keempat
hubungan non-hierarkis antara alam dan manusia, kelima hubungan non-
12 Mashuril Anwar, “Paradigma Holistik kontradiksi Asas Ultimum Remedium Terhadap Asas
Legalitas dalam Penegakan Hukum Pidana Lingkungan”, Administrative and Enviromental Law
Review, No.3 Vol.1 (18 mei 2020):46-47
13 Vandana Shiva, Staying Alive: Women, Ecology and Survival in India, (New Delhi: Indraprastha
Press, 1988)
14 Maria Mies, “Ecofeminism”, Feminist Review, No,49 (1995):86
dominasi hieraki adalah kontruksi sosial, dan keenam “otherness” sebagai yang
setara
Buku
Shiva Vandana, Staying Alive: Women, Ecology and Survival in India, (New
Delhi: Indraprastha Press, 1988)
Artikel/Website