Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Kewarganegaraan di
Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa
Cendana. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PPEMBAHASAN
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri yang dimiliki suatu
bangsa, untuk membedakan dengan bangsa lainnya.
Mengutip dari Identitas Nasional yang ditulis oleh I Putu Ari Astawa, kata
identitas artinya pembeda atau pembanding pihak lain. Sedangkan nasional artinya
suatu paham.
Identitas nasional terwujud dalam bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat,
serta memiliki hubungan internasional dengan bangsa lain. Identitas ini menjadi jati
diri untuk mendukung dan mencapai kejayaan bangsa dan negara di masa depan.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa identitas nasional bersifat buatan. Ada banyak
faktor-faktor yang membentuk identitas nasional suatu bangsa. Faktor-faktor tersebut
meliputi:
1. Faktor Objektif
Faktor objektif ini meliputi faktor geografis dan demografis. Kondisi geografi yang
membentuk Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki iklim tropis. Indonesia juga
terletak di wilayah Asia Tenggara, hal ini mempengaruhi adanya perkembangan kehidupan
ekonomi, sosial, dan budaya bangsa Indonesia.
2. Faktor Subjektif
Faktor subjektif ini meliputi faktor sosial, politik, kebudayaan dan juga sejarah yang
dimiliki bangsa Indonesia. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi proses terbentuknya
masyarakat Indonesia dan juga identitas bangsa Indonesia.
3. Faktor Primer
Faktor primer ini meliputi etnis, teritorial, bahasa, dan juga agama. Indonesia sendiri
merupakan bangsa yang memiliki berbagai macam budaya, bahasa dan agama. Meskipun
unsur-unsur tersebut berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing, namun hal tersebut
bisa menyatukan masyarakat menjadi bangsa Indonesia.
Persatuan yang terjadi itu tidak serta merta menghilangkan keanekaragaman yang
memang sudah ada di dalam masyarakat Indonesia, maka dari itu lahirlah istilah Bhinneka
Tunggal Ika, yang memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu jua.
4. Faktor Pendorong
Faktor ini meliputi komunikasi dan teknologi, seperti lahirnya angkatan bersenjata
dalam kehidupan negara. Dalam hubungan ini, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam suatu
bangsa merupakan identitas nasional yang dinamis.
Maka dari itu, pembentukan identitas nasional yang dinamis ini sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dan prestasi masyarakat Indonesia. Semuanya tergantung apakah bangsa
Indonesia mau dan mampu membangun bangsa untuk memajukan bangsa dan negara
Indonesia.
5. Faktor Penarik
Faktor penarik ini meliputi bahasa, birokrasi yang tumbuh dan sistem pendidikan.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sudah ditetapkan menjadi bahasa nasional dan
kesatuan nasional. Masing-masing suku yang ada di Indonesia masih tetap menggunakan
bahasa dari daerahnya masing-masing.
6. Faktor Reaktif
Faktor reaktif ini meliputi dominasi, pencarian identitas dan juga penindasan. Seperti
yang sudah diketahui bahwa bangsa Indonesia pernah dijajah beratus-ratus tahun oleh bangsa
asing. Hal ini mewujudkan memori bagi rakyat Indonesia. Memori akan perjuangan,
penderitaan dan semangat yang hadir dalam masyarakat untuk memperjuangkan
kemerdekaan.
Identitas nasional merupakan jati diri bangsa yang bersifat dinamis dan khas yang
menjadi pandangan hidup dalam mencapai cita-cita dan tujuan hidup bersama. Pada era
globalisasi ini eksistensi bangsa-bangsa di dunia sedang dihadapkan oleh tantangan yang
sangat kuat dari kekuatan internasional baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Apabila bangsa tersebut tidak mempunyai atau tidak mampu mempertahankan identitas
nasional yang menjadi kepribadiannya, maka bangsa tersebut akan mudah goyah dan
terombang-ambing oleh tantangan zaman. Bangsa yang tidak mampu mempertahankan
identitas nasional akan menjadi kacau, bimbang dan kesulitan dalam mencapai cita-cita dan
tujuan hidup bersama. Kondisi suatu bangsa yang sedemikian rupa sudah tentu merupakan
hal yang mudah bagi bangsa lain yang lebih kuat untuk menguasai bahkan untuk
menghancurkan bangsa yang lemah tersebut. Oleh karena itu, identitas nasional sangat
mutlak diperlukan supaya suatu bangsa dapat mempertahankan eksistensi diri dan mencapai
hal-hal yang menjadi cita-cita dan tujuan hidup bersama.
Identitas Bangsa Indonesia meskipun telah menjadi jargon politik, budaya dan
pendidikan, ternyata merupakan suatu konsep yang sangat kabur dan sulit untuk dirumuskan.
Namun demikian, setiap orang merasakan ada suatu yang dapat dianggap sebagai jati diri
Bangsa Indonesia, atau identitas Bangsa Indonesia. Yang jelas pada kita ialah, identitas
Bangsa Indonesia bukanlah suatu yang dilahirkan atau yang telah terwujud dewasa ini, tetapi
merupakan suatu yang terus-menerus diwujudkan oleh keseluruhan Bangsa Indonesia.
Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik,
yaitu bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa (homogen), tetapi
umumnya terdiri dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan
identitas kebangsaan atau identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak
bangsa di dalamnya.
Identitas nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian disepakati
oleh bangsa-bangsa lainnya yang ada dalam negara itu atau juga dari identitas beberapa
bangsa-negara. Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa-negara untuk mendukung identitas
nasional perlu ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Warga lebih dulu
memiliki identitas kelompoknya, sehingga jangan sampai melunturkan identitas nasional. Di
sini perlu ditekankan bahwa kesetiaan pada identitas nasional akan mempersatukan warga
bangsa itu sebagai “satu bangsa” dalam negara.
Bentuk identitas kebangsaan bisa berupa adat istiadat, bahasa nasional, lambang
nasional, bendera nasional, termasuk juga ideologi nasional. Proses pembentukan identitas
nasional di Indonesia cukup panjang, dimulai dengan kesadaran adanya perasaan senasib
sepenanggungan “bangsa Indonesia” akibat kekejaman penjajah Belanda, kemudian
memunculkan komitmen bangsa (tekad, dan kemudian menjadi kesepakatan bersama) untuk
berjuang dengan upaya yang lebih teratur melalui organisasi-organisasi perjuangan
(pergerakan) Kemerdekaan mengusir penjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945 dan membentuk negara.
Wawasan kebangsaan yang kita anut sebagai kepribadian bangsa adalah wawasan
kebangsaan yang berlandaskan Pancasila yaitu wawasan kebangsaan yang berlandaskan
Ketuhanan Yang Maha Esa dan oleh karenanya memiliki landasan moral, etik dan spiritiual
serta yang berkeinginan untuk membangun masa kini dan masa depan bangsa yang sejahtera
lahir dan batin, material dan spiritual, di dunia dan di akhirat.
Dengan landasan Pancasila itu, wawasan kebangsaan yang kita anut, menentang
segala bentuk penindasan oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain, oleh suatu golongan
terhadap golongan lain, juga oleh manusia terhadap manusia lain, karena dilandasi oleh
kemanusiaan yang adil dan beradab yang mengajarkan kepada kita untuk menghormati harkat
dan martabat manusia dan menjamin hak asasi manusia.
Wawasan kebangsaan yang kita anut berakar pada asas bahwa kedaulatan berada di
tangan rakyat, menentang segala bentuk feodalisme, totaliterisme, dan kediktatoran oleh
mayoritas maupun tirani oleh minoritas, karena menghendaki perilaku kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang karenanya
mengharapkan terwujudnya masyarakat yang demokratis, karena itu wawasan kebangsaan
kita merupakan paham yang demokratis.
Wawasan kebangsaan kita juga mencita-citakan kehidupan masyarakat yang adil dan
makmur, karena dituntun oleh sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Itu semua
adalah jiwa dari wawasan kebangsaan Indonesia yang berlandaskan Pancasila, yang perlu kita
segarkan terus-menerus dari waktu ke waktu dan kita hayati dan pahami.
Setiap bangsa mempunyai cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah
bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu tata masyarakat yang adil dan
makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila. Tanpa pandangan hidup, suatu bangsa
akan terombang-ambing, dan dengan pandangan hidup, suatu bangsa dapat secara jelas
mengetahui arah yang akan dicapai.
Dalam pandangan hidup, terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu bangsa, pikiran yang terdalam dan gagasan dari suatu bangsa mengenai
wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada akhirnya pandangan hidup suatu bangsa adalah
suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya. Karena itu
pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi kekokohan bangsa
dan kelestarian suatu bangsa.
a. Gotong Royong : kebersamaan (gotong royong) yang mampu mengikat dan mampu
menyatukan masyarakat, dari berbagai hierarki dan status sosial.
1. Andrew Heywood, politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat,
mempertahankan, dan mengamendemen peraturan-peraturan umum yang mengatur
kehidupannya, yang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerjasama.
2. Roger F. Soltau, politik adalah ilmu yang mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara, dan
lembaga-lembaga Negara yang akan melaksanakan tujuan tersebut serta hubungan antara
Negara dengan warga negaranya serta Negara lain.
4. WA Robson, politik adalah ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu
sifat hakiki, dasar, proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil.
5, Paul Janet, politik adalah ilmu yang mengatur perkembangan Negara begitu juga prinsip-
prinsip pemerintahan.
6. Harold Laswell, politik adalah ilmu yang mempelajari pembentukan dan pembagian
kekuasaan.
7. Ramlan Surbokti, politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk
menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
8. F. lsjwara, politik adalah salah satu perjuangan untuk memperoleh kekuasaan atau sebagai
teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan.
9. Kartini Kartolo, politik adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan
untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah
masyarakat.
10. Cheppy H. Cahyono, politik adalah macam-macam kegiatan dalam system politik atau
Negara yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan tujuan-tujuan
sistem tersebut.
11. Carl Schmidt, politik adalah suatu dunia yang di dalamnya orang-orang lebih membuat
keputusan-keputusan daripada lembaga-lembaga abstrak.
13. Sri Sumantri, politik adalah pelembagaan dari hubungan antar manusia yang
dilembagakan dalam bermacam-macam badan politik baik suprastruktur politik dan
infrastruktur politik.
14. Wilbur White, politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk dan
proses-proses Negara dan pemerintah.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri nasional yang Dimiliki suatu
bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang Lainnya. Identitas nasional dalam
konteks bangsa cenderung mengecu pada Kebudayaan, adat istiadat, serta karakter khas suatu
negara. Sedangkan Identitas nasional dalam konteks negara tercermin dalam simbol-simbol
Kenegaraan seperti: Pancasila.
Tri, Dwi Sulisworo. Dikdik, Wahyuningsih. Arif, Baihaqi. 2012. Identitas Nasional.
Universitas Ahmad Dahlan.