Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGERTIAN LANDASAN DAN TUJUAN


PENDIDIKAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. Suwono, M.Pd

Oleh:
1. Alfi Herayuda (211071006)
2. Aliya Rodiah (211071007)
3. Alma Putri Damayanti (211071008)

SARJANA TERAPAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS TINGKAT 1B
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
2022
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat

serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul Pengertian dan tujuan Pendidikan ’ ini dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Tingkat 1 Semester 2 dari

Bapak Drs. Suwono, M.Pd Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia .

Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca

tentang penerapan rasa cinta tanah air dan bangsa dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. Suwono, M.Pd

selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Berkat tugas yang

diberikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik makalah

yang diberikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih

terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan

dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami juga

mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan

kesalahan dalam makalah ini.

Pontianak, 9 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
Kata Pengantar....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
D. Metode Penulisan...................................................................................................4
E. Sistematika Penulisan.............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. Teori Pendidikan Menurut Ralph W. Tyler............................................................6
B. Refleksi Lembaga Pendidikan................................................................................7
C. Teori Pendidikan Menurut Benjamin S. Bloom......................................................8
1. Taxonomy of Educational Objectives.................................................................8
D. Refleksi Lembaga Pendidikan..............................................................................10
E. Teori Pendidikan Menurut John Dewey...............................................................10
1. My Pedagogic Creed........................................................................................10
2. Refleksi Lembaga Pendidikan..........................................................................13
F. Teori Pendidikan Menurut Paulo Freire...............................................................14
1. Banking Concept of Education dan Pendidikan Kritis......................................14
G. Teori Pokok Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.......................................................................................................................15
1. Sistem Pendidikan Nasional.............................................................................15
H. Teori Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Guru dan Dosen.............15
1. Guru dan Dosen................................................................................................15
BAB III PENUTUP..........................................................................................................17
A. Simpulan..............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas sumber daya manusia itu bergantung pada kualitas pendidikannya. Peran
pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, damai,
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu pembaruan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Melalui penataan
pendidikan yang baik, upaya peningkatan mutu pendidikan harus terus dilakukan.
Sehingga harapan meningkatkan kualitas pendidikan dan suasana pendidikan yang
adaptif terhadap zaman dapat tercapai sebagai tujuan dari proses pembaruan dan
pengembangan tersebut. Adapun kurikulum, tenaga kependidikan, dan sistem
pendidikan ialah salah satu komponen sentral yang memegang peranan penting
dalam kegiatan pendidikan. Dalam pelaksanaannya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan agar pembaruan dan pengembangan pendidikan dapat tercapai.
Dan dalam makalah ini, kami akan meyimpulkan mengenai teori pokok pendidikan
menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S. Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-
undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan
Dosen, serta menganalisis tentang sejauh mana lembaga pendidikan menerapkan
teori dan peraturan perundangan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa simpulan teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S.
Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen?
2. Seperti apa refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori pokok
pendidikan dan perundangan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori-pokok pendidikan menurut Ralph W. Tyler, Benjamin S.
Bloom, John Dewey, Paulo Freire, Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dan Undang-undang tentang Guru dan Dosen.
2. Mengetahui refleksi lembaga pendidikan dalam menerapkan teori pokok
pendidikan dan perundangan.
D. Metode Penulisan

4
Penyusunan makalah ini yakni berhubungan dengan materi dari bukubuku
(handbooks) Routledge Key Guides, buku undang-undang tentang sistem
pendidikan nasional, dan tentang guru dan dosen, serta berdasarkan hasil diskusi
kelas bersama dosen pengampu.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan makalah ini, penyusun membagi menjadi empat bagian, sebagai
berikut:
1. Pendahuluan : Mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
2. Pembahasan : Mengenai penjelasan teori-teori pokok pendidikan, undang-undang
sistem pendidikan nasional, dan undang-undang guru dan dosen, serta mengenai
refleksi lembaga pendidikan.
3. Penutup : Mengenai simpulan dari isi makalah ini
4. Daftar Pustaka : Mengenai sumber data yang digunakan dalam penyusunan
makalah ini.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pendidikan Menurut Ralph W. Tyler


Menurut Ralph W. Tyler ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses
pengembangan kurikulum dan pengajaran, yaitu:

I. Tujuan apa yang ingin dicapai?

II. Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?

III. Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?

Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak terbatas hanya
pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula
diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi atau pengajaran di suatu sekolah.
Demikian pula kurikulum, dapat dikembangkan untuk kurikulum suatu sekolah,
kurikulum bidang studi atau pun kurikulum untuk suatu bahan pelajaran tertentu.

Kemudian dari 3 pertanyaan mendasar tersebut, maka disusunlah langkah-langkah


pengembangan kurikulum sebagai berikut :
I. Menentukan Tujuan.
Jadi pengembangan kurikulum itu harus jelas tujuannya dan tujuan itu harus
bisa tercapai
II. Menentukan Pengalaman Belajar.
Selain diberikan teori, siswa juga harus dibekali dengan praktek. Agar
pengalaman belajar tersebut dapat mencapai tujuan dari pengembangan kurikulum.

III. Pengorganisasian Pengalaman Belajar.

Pengembangan kurikulum haruslah mempunyai landasan berpijak yang

6
kokoh. Ini dimaksudkan agar kurikulum yang dibuat dapat menuntun murid
mencapai tujuan jangka pendek yang dapat dijadikan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan jangka panjang. Pengembangan kurikulumjuga harus
berangkat dari kejelasan apa yang dimaksud dengan kurikulum itu sendiri, dan
kejelasan apa fungsi dari kurikulum tersebut.

B. Refleksi Lembaga Pendidikan

Kurikulum pendidikan dibuat agar peserta didik berperilaku mulia.


Karena melalui kurikulum, seorang pengajar dapat “membentuk” karakter dan
sikap seorang peserta melalui pelajaran yang diajarkannya. Kesuksesan
Lembaga Pendidikan dapat dilihat melalui prestasi dan sikap muridnya.
Contoh, melalui ujian/ulangan. Karena ujian merupakan bagian dari evaluasi
yang dengan dasar tujuan untuk mengingat atau mengulang kembali materi
yang sudah diberikan serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan peserta
didik. Bila pada akhir kurikulum, peserta didik mendapat prestasi yang
memuaskan, memiliki karakter, dan sikap yang sesuai dengan harapan
pengajar, maka Lembaga Pendidikan telah sukses dalam menerapkan teori
pokok pendidikan tersebut.

7
C. Teori Pendidikan Menurut Benjamin S. Bloom

1. Taxonomy of Educational Objectives

Taksonomi adalah suatu sistem klasifikasi khusus, yang


berdasarkan data penelitan ilmiah mengenai hal-hal yang
digolongkan dalam sistematika. Dalam pendidikan, taksonomi
dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam suatu
TIK dapat dibedakan dua aspek,yaitu aspek jenis perilaku yang
dituntut dari siswa dan aspek terhadap hal apa perilaku itu harus
dilaksanakan. Rumusan TIK sebagai berikut : Suatu tujuan
pengajaran yang konkret dan spesifik yang dia anggap cukup
berharga, wajar, dan pantas yang dapat di realisasi dan bertahan
lama yang menunjang tercapainya Tujuan Instruksional Umum.
Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi dalam beberapa ranah
diantaranya:

I. Ranah Kognitif : Mencangkup kemampuan berpikir,


penalaran pengetahuan, penentuan, konseptualisasi, dan
pemahaman.
a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge : mencakup
ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan saja.
b) Pemahaman (comprehension) : mencakup kemampuan
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
dengan kata-kata sendiri.
c) Penerapan (application) : mencakup kemampuan untuk
menerapkan suatu prinsip dan konsep dalam situasi yang
baru.
d) Analisis (analysis) : mencangkup kemampuan
menyelidiki atau menguraikan informasi, berasumsi,
membedakan fakta dan pendapat dan menemukan
hubungan sebab akibat.
e) Sintesis (syntesis): mencangkup kemampuan untuk
menghasilan suatu komposisi, hipotesis, atau teori sendiri
dan menyintesiskan pengetahuan.

8
f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) :
mencangkup kemampuan untuk berpendapat mengenai
informasi dengan pertanggungjawaban atas hasil analisis.

II. Ranah Afektif : Mencangkup kemampuan yang berkaitan


dengan persaaan, emosi, sikap, penerimaan atau penolakan
terhadap rangsangan.
a) Receiving atau attending (menerima atau
memperhatikan) : mencangkup kepekaan dan rangsangan
atas kesediaan untuk menerima dan memperhatikan.
b) Responding (menanggapi) : mencangkup partisipasi aktif
dengan memberikan tanggapan dan respons.
c) Valuing (menilai/menghargai) :mencangkup kemampuan
untuk memberikan penilaian.
d) Organization (mengatur atau mengorganisasikan):
mencangkup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai
dengan menjadikannya sebagai pedoman dalam
keseharian.
e) Characterization by evalue or calue complex
(pembentukan pola hidup) : mencangkup kemampuan
untuk menghayati nilai-nilai dengan menjadikannya
sebagai pola hidup.

III. Ranah Psikomotor : Mencangkup kemampuan yang berupa


ketrampilan fisik (motorik).
a) Persepsi (perception) : mencangkup tentang pengetahuan
yang hanya berdasarkan dari beberapa hal saja melalui
pancaindranya.
b) Kesiapan (set) : mencangkup tentang kesiapan fisik dan
mental untuk memulai dan mengikuti rangsangan yang
dilalui (meniru).
c) Gerakan Terbimbing (guided response) : mencangkup
kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan sesuai
(memanipulasi).
d) Gerakan yang Terbiasa (mechanical response) :
mencangkup kemampuan dalam melakukan sesuatu
karena dasar kebiasaan (pengalamiahan).
e) Gerakan Kompleks (complex response) : mencangkup
kemampuan dalam melakukan sesuatu dengan dasar sudah
mejadikannya sebuah keterampilan (artikulasi)

9
f) Penyesuaian Pola Gerakan (adjustment) : mencangkup
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dan
perubahan terhadap pola yang ada.
g) Kreativitas (creativity) : mencangkup kemampuan untuk
melahirkan atau menciptakan aneka pola baru (inisiatif).

D. Refleksi Lembaga Pendidikan

Klasifikasi di atas menunjukan bahwa Taksonomi tersebut dibuat untuk


merincikan suatu hal dengan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan jelas melalui
pencapaian yang akan dicapainya.
Menerapkan atau tidaknya suatu Lembaga Pendidikan terhadap teori
pokok pendidikan tersebut, dapat dinilai dengan memperhatikan kemampuan
peserta didik pada akhir kurikulum. Bila pada akhir kurikulum, peserta didik
memiliki karakter dan dapat menguasai serta merealisasikannya sesuai dengan
harapan pengajar, maka Lembaga Pendidikan telah sukses dalam menerapkan
teori pokok pendidikan tersebut.

E. Teori Pendidikan Menurut John Dewey

1. My Pedagogic Creed

Mengenai prinsip-prinsip pendidikan menurut John Dewey ialah meliputi


pendidikan, sekolah, subjek materi pendidikan, sifat metode, serta sekolah dan
kemajuan sosial.
I. Pendidikan
Menurut Dewey, pendidikan berlangsung dengan
partisipasi individu dalam persaingan kesadaran sosial. Karena
pendidikan ialah sebuah proses kehidupan, bukan sebuah
persiapan untuk kehidupan di masa depan. Dan pendidikan adalah
sebuah proses sosial dimana anak dituntut untuk aktif melalui
stimulasi itulah anak tesebut dapat aktif dalam lingkungan
sosialnya. Didalam proses sosial terdapat dua sisi, yaitu Psikolog
dan sosiologi. Yang mana keduanya harus setara dan seimbang.

10
II. Sekolah
Menurut Dewey, sekolah adalah lembaga sosial. Dengan
menjadikan pendidikan sebagai proses sosial yang merupakan
bentuk kehidupan masyarakat. Dimana ide ide berkembang guna
anak tidak hanya mendapatkan pelajaran saja namun juga dapat
mengembangkan diri dengan mengikuti organisasi dan
ekstrakurikuler yang disediakan dari pihak sekolah.
III. Subjek Materi

Menurut Dewey, kehidupan sosial anak adalah dasar dari


konsentrasi, atau korelasi, dalam semua pelatihan atau
pertumbuhan. Kehidupan sosial memberikan kesatuan sadar dan
latar belakang dari semua upaya dan semua pencapaiannya.
Karena itu, bahwa pusat sejati korelasi mata pelajaran adalah
kegiatan sosial anak sendiri.
Dewey pun meyakini bahwa pusat dari kurikulum
harusnya mencakup pengalaman anak. Sekolah dan kurikulum
juga harus mengajarkan hal yang berguna bagi anak dalam
kehidupannya Dengan kurikulum yang menyajikan tentang
interaksi antar anak serta interaksi pendidik dan anak.
Kurikulum tetap diperlukan lantaran kurikulum adalah mediasi
dalam pendidikan formal.

Kurikulum bukanlah pengganti pengalaman anak. Kurikulum


adalah sebuah peta yang mengarahkan anak mencari jati dirinya.
Dan nilai serta makna kurikulum hanya terletak dalam metodenya
dan wawasan yang diberikannya.
IV. Sifat Metode

Hukum untuk menyajikan materi adalah hukum implisit


dalam sifat anak itu sendiri. Berikut ini sangat penting untuk
menentukan di mana semangat pendidikan dilakukan:
a) Sisi aktif mendahului pasif dalam perkembangan sifat

11
anak. Anak tidak semestinya dibangun sikap menerima
dan menyerap saja, tetapi harus aktif.
b) Gambar adalah alat instruksi yang besar. Menjelaskan
bahwa melihat lebih efektif daripada mendengar saja.
c) Minat adalah tanda-tanda dan gejala pertumbuhan
kekuatan. Melanjutkan pembangunan yang telah tercapai
anak Dengan menyalurkan minat-minatnya.
d) Emosi adalah refleks tindakan. Berusaha untuk
merangsang dan membangkitkan emosi untuk
memperkenalkan keadaan tidak sehat dan pikiran sehat.
V. Sekolah dan Kemajuan Sosial

Menurut Dewey, sekolah merupakan tempat pendidikan,


sedangkan pendidikan adalah metode dasar kemajuan sosial dan
reformasi.Oleh karena itu, guru yang terlibat tidak hanya dalam
pelatihan individu, tetapi dalam pembentukan kehidupan sosial
yang tepat. setiap guru harus menyadari martabat panggilannya,
bahwa ia adalah seorang pelayan sosial dikhususkan untuk
pemeliharaan tatanan sosial yang tepat dan mengamankan
pertumbuhan sosial yang tepat.

Dalam teori John Dewey, terdapat dua sisi yang harus diperhatikan dalam
proses pendidikan, yakni
a) Psikologis

Merupakan pemberian materi dengan melihat


bagaimana keadaan anak tersebut. Dan dari sinilah awal
dimulainya pendidikan.
b) Sosiologis

Merupakan pemberian materi dengan melihat


bagaimana keadaan sekeliling anak tersebut, sebab
keadaan sekeliling dapat mempengaruhi psikologis anak.

12
2. Refleksi Lembaga Pendidikan

Menurut saya, gagasan pendidikan John Dewey, sejatinya


menekankan kepada pendidikan yang berbasis pada pengalaman
(experientialeducation), dimana anak mempertanyakan segala
sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan mencari solusi
untuk masalah yang dihadapi. Dalam konteks Indonesia,
penerapan gagasan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan
monumen atau candi yang ada untuk pelajaran sejarah.
Kunjungan ke kebun binatang atau cagar alam untuk memahami
alam lingkungan ini beserta isinya. Pembelajaran kinestetik,
penggunaan laboratorium, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, sebagai Lembaga Pendidikan yang


berbasis kompetensi, itu berarti kemampuan khusus, kemahiran,
dan kebiasaan masih dapat diharapkan dan dihasilkan dalam
proses pendidikan di Indonesia. Tapi, proses yang berlangsung
sering kali dilumpuhkan oleh sistem pendidikan yang mekanis.
Nilai dan ijazah menjadi dua hal penting ketimbang bakat, minat
dan keterampilan.

13
F. Teori Pendidikan Menurut Paulo Freire

1. Banking Concept of Education dan Pendidikan Kritis

Pendidikan menurut Paulo Freire merupakan pendidikan


yang dijalankan bersama-sama antara pendidik dan peserta didik
sehingga peserta didik tidak menjadi cawan kosong yang diisi
oleh pendidik dimana hal tersebut merupakan penindasan
terhadap potensi dan fitrah peserta didik atau bisa dikatakan
dengan pendidikan gaya bank (Bank Concept Education). Freire
berpendapat, bahwa pengetahuan adalah sejarah. Tidak ada
pengetahuan yang tidak historis dan sosial diproduksi dalam
hubungan politik, budaya, dan ekonomi.

Freire menekankan, peran guru sebagai pekerja budaya


kritis. guru harus berjuang dengan nilai-nilai budaya dominan
yang hadir baik di masyarakat dan di dalam diri mereka untuk
memahami fungsi budaya dan politik mereka. Perjuangan ganda
ini dapat menyebabkan guru untuk bekerja dengan cara refleksif
dan transformatif. Dan sekali lagi, pekerjaan transformatif seperti
ini perlu pergi ke luar kelas.

Sementara kegiatan kelas adalah penting untuk reproduksi


dan tranformasi ilmu. Konsepsi Freire tak terhenti hanya dalam
kelas, ia melanjutkan teknik pendidikan dengan pendekatan
epistemologi yang mana menghubungkan pendidikan dengan
realitas yang lebih besar dan berusaha untuk mengubah realitas
itu. Dan dalam proses belajar mengajar ini, seorang guru dan
peserta didik bersama-sama berdialog sebagai subyek dalam
memecahkan permasalahan, karena peserta didik adalah
partisipan yang aktif dialog tersebut. Dengan demikian timbulah
kreasi peserta didik dalam menyampaikan realitasnya atas dasar

14
kesadaran kritis yang ditandai dengan penafsiran masalah yang
mendalam, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menolak dan
menerima, serta mampu merefleksikan hubungan sebab akibat.
Dan Freire dalam hubungan dialektis antar teori dan praktik selalu
didasarkan pada praktik teoritis yang meyakinkan dan mendalam
demi niatnya membangun sebuah proses pedagogis.

G. Teori Pokok Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Sistem


Pendidikan Nasional

1. Sistem Pendidikan Nasional

Melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, negara telah memberikan kerangka yang jelas kepada Pemerintah
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Pasal
20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31 ayat (3), dan Pasal
32 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang
menimbang bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak lagi memadai
serta perlu diganti dan disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Serta
Pemerintah mampu mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam bangsa. Pendidikan Nasional juga
harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dengan melakukan
pembaharuan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk
menghadapi tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

H. Teori Pendidikan Menurut Undang-undang Tentang Guru dan Dosen

1. Guru dan Dosen

Melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,


negara telah memberikan kerangka yang jelas terhadap pembangunan nasional

15
dalam bidang pedidikan atas upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan
dengan amanat Pasal 20, Pasal 22d, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yang menimbang bahwa untuk menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata
pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi
tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru dan dosen
secara terencana, terarah, dan berkesinambungan, bahwa guru dan dosen
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan
sebagai profesi yang bermartabat.

16
BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Dalam konteks pendidikan pengertian lembaga mengacu pada ada


beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan
kurikulum dan pengajaran, menurut pandangan Ralph W. Tyler: (1)
Tujuan apa yang ingin dicapai?;
(2) Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai
tujuan?; (3) Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara
efektif? ; (4) Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?.
Jika kita mengikuti pandangan Tyler di atas maka pengajaran tidak
terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja,
melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang
studi atau pengajaran di suatu sekolah.

Dan mengenai penerapan prinsip-prinsip pendidikan menurut


John Dewey yang meliputi tentang penjelasan apa itu pendidikan,
sekolah, subjek materi pendidikan, sifat metode, serta sekolah dan
kemajuan sosial. Yang sejatinya menekankan kepada pendidikan yang
berbasis pada pengalaman (experientialeducation), dimana anak
mempertanyakan segala sesuatu yang dialaminya, memikirkannya dan
mencari solusi untuk masalah yang dihadapi.

Serta tidak lagi menerapkan Banking Concept seperti yang sudah


dijelaskan dalam prinsip-prinsip pendidikan menurut Paulo Freire.
Bahwa Pendidikan menurut Paulo Freire bukan merupakan penindasan
melainkan pendidikan yang dijalankan bersama-sama antara pendidik
dan peserta didik sebab peserta didik bukanlah cawan kosong yang harus
selalu diisi oleh pendidik. Dan dalam proses belajar mengajar ini, seorang

17
guru dan peserta didik bersama-sama berdialog sebagai subyek dalam
memecahkan permasalahan, karena peserta didik adalah partisipan yang
aktif dialog tersebut. Dengan demikian timbulah kreasi peserta didik
dalam menyampaikan realitasnya atas dasar kesadaran kritis yang
ditandai dengan penafsiran masalah yang mendalam, percaya diri dalam
berdiskusi, mampu menolak dan menerima, serta mampu merefleksikan
hubungan sebab akibat.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/
https://id.wikipedia.org/wiki/Patriotisme
https://id.wikipedia.org/wiki/Nasionalisme
https://www.detik.com/edu/detikpediai
http://lupherblueniz.blogspot.com/
http://okezone.com/
https://123dok.com/

19

Anda mungkin juga menyukai