Anda di halaman 1dari 6

REFLECTION 1 and 2

Nama: Yusrida Eka Safitri

Kelas: XI IPA 2

REFLECTION CHAPTER 1

KEBIASAAN INDIVIDU

Kekurangan :

1. Pada bab ini terlalu banyak menceritakan kebiasaan seseorang


2. Kurang memberi penjelasan tentang kebiasaan manusia yang buruk
3. Bab ini terlalu focus pada kisah eugene tentang kebiasaannya, seharusny bisa memuat beberapa
pengaruh kebiasaan pada kehidupan mamnusia.

Kelebihan:

1. Bab ini cukup baik dibaca untuk orang-orang yang ingin mengetahui tentang kebiasaannya,
apakah kebiasaan itu baik atau buruk.
2. Bab pada buku ini sangat baik dalam pemilihan kata,sehingga saya rasa cukup mudah untuk
dipahami.
3. Orang-orang mungkin akan cocok dengan buku ini karena berisikan cara kerja kebiasaan dan
struktur lingkaran kebiasaan.

Pengalaman:

Berbicara tentang kebiasaan, saya sendiri memiliki kebiasaan membaca buku. Ya, saya suka membeli
buku-buku bergenre romantic dan spiritual.

Memiliki kebiasaan membaca buku adalah salah satu kunci untuk memajukan


sebuah kota atau negara. Kuncinya kelihatan sederhana. Tidak dibutuhkan lima detik
mengucapkannya.

Namun, kebiasaan ini tidak didapat dalam satu hari, satu minggu, atau satu bulan bahkan
mungkin dalam satu tahun sekalipun. Komitmen dan faktor-faktor x lainnya sangat
menentukan durasi yang dibutuhkan untuk memiliki kebiasaan yang sangat langka ini. 

Tidak mudah memiliki kebiasaan membaca. Membaca buku sulit dilakukan sambil


berjalan. Tidak juga mudah membaca dengan berolah raga apalagi dengan menari diiringi
lagu seperti Poco Poco atau Maumere. Tidak mungkin.

Membaca buku juga sulit dilakukan dengan suasana bising atau riuh termasuk kehadiran
bunyi pesan yang masuk ke hp. Suasana tenang menjadi pra-syarat untuk memulai
kebiasaan ini.Selain itu, dapat duduk minimal 30 menit merupakan pra-syarat lain yang
tidak bisa ditawar. Duduk di depan tv mudah, tetapi duduk membaca buku butuh 'kekuatan
extra'.

Presepsi saya mengenai novel berubah ketika membaca novel pertama saya. Novel
yang pertama kali saya nikmati adalah Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata. Novel
tersebut milik ayah saya dan ada di rak buku. Karena sampul depannya bergambar
siulet anak kecil, awalnya saya kira buku ini adalah cerita anak-anak. Membaca buku
tersebut membuat imajinasi saya berkelana liar, membayangkan hal yang tidak
tergambar dengan sketsa namun dideskripsikan dengan tulisan. Saya membayangkan
bagaimana keadaan di Belitong walaupun belum pernah ke sana, kondisi SD
Muhammadiyah, hingga perangai tokoh-tokoh yang diceritakan. Rasanya lebih asyik
dibandingkan membaca komik yang gambarnya sudah tetap. Dengan membaca novel
penggarambaran latar dan tokoh tidak dibatasi jadi pembaca dapat berimajinasi dengan
bebas.

Genre kesukaan saya adalah fiksi. Untuk genre ini, saya lebih suka membaca
dibandingkan nonton filmnya. Beberapa kali saya kecewa karena menonton film yang
diadaptasi dari novel dengan terlebih dahulu telah membaca novelnya. Biasanya
kecewa karena karakter yang tidak sesuai perkiraan, latar tempat yang berbeda dengan
bayangan, dan seringkali ada alur cerita yang diubah ataupun dipotong. Jadi kalau ada
film yang diangkat dari novel dan saya sudah membaca novelnya, saya jarang tertarik
untuk menontonnya.

Biasanya saya tidak suka membaca novel berulang-ulang. Karena kalau mau dibaca
dua kali tidak akan seru lagi karena sudah tahu ceritanya. Karena sayang kalau sekali
baca selesai, saya lebih senang meminjam atau menyewa novel dibandingkan
membelinya. Ketika masuk SMA, kebetulan ada perpustakaan (atau lebih cocok disebut
penyewaan buku) di dekat sekolah yang memiliki koleksi komik dan novel yang cukup
banyak. Namanya adalah PITIMOSS yang berlokasi di Jl. Banda, Bandung. Harga
sewa buku di sana cukup murah. Ketika tahun 2008 sewa komik per hari dikenakan
biaya antara Rp500 s.d Rp1500, untuk novel antara Rp3000 s.d Rp5000. Pilihan
menyewa 3 atau 5 hari lebih murah dibandingkan membeli novel yang hanya untuk
sekali baca.

Novel juga menjadi media pembelajaran bahasa Inggris bagi saya. Ada sebuah seri
novel yang berjudul The Alchemyst: The Secret of Immortal Nicholas Flamel karangan
Michael Scott, seorang penulis dari Irlandia yang spesialisasinya di bidang folklore. Ia
menghadirkan tokoh sejarah dan makhluk mitologi dengan paduan yang pas dalam
cerita tersebut. Karena buku kedua yang berjudul The Magician belum terbit di Indonesi
namun saya penasaran dengan ceritanya, maka saya paksakan untuk
membaca ebook novelnya yang berbahasa Inggris.

Pada awalnya agak terbata-bata mengikuti alur cerita karena ada beberapa kata yang
tidak tahu artinya. Saya menggunakan buku kamus, karena pada waktu itu belum
ada google translate untuk mencari arti kata yang baru. Dari situ sedikit demi sedikit
kosakata bahasa Inggris saya bertambah banyak. Dengan membaca novel pada
bahasa aslinya saya juga mendapat gambaran lebih jelas mengenai apa yang ingin
disampaikan oleh penulis dalam cerita tersebut. Dalam beberapa bagian, ada kalimat
atau frase dalam bahasa Inggris yang kurang cocok apabila diterjemahkan secara
harfiah ke dalam bahasa Indonesia.

Salah satu pengalaman membaca novel yang benar-benar seru bagi saya adalah ketika
membaca novel Bidadari-Bidadari Surga tulisan Tere Liye. Saya menamatkan novel
tersebut hanya dalam setengah malam tanpa terputus. Setengah malam karena saya
membaca selepas tengah malam. Ketika itu saya sedang main di rumah teman dalam
rangka makan-makan tahun baruan. Setelah kenyang menikmati makanan dan
kembang api, ketika teman-teman Saya yang lain tertidur saya mulai membuka
halaman pertama buku tersebut. Tak terasa waktu pun terus bergulir dan mata saya
masih menempel dengan novel itu, walau sesekali mengusap mata yang basah karena
tangis haru. Sesaat sebelum adzan shubuh novel itu selesai dibaca. Entah berapa
lembar yang basah karena tetesan air mata.

Dari membaca novel, saya mempelajari banyak hal. Tata bahasa, penulisan dan pilihan
kata tentu merupakan manfaat yang dapat terlihat membaca novel. Saya dapat
memperkaya wawasan dengan mengetahui mitologi-mitologi dari berbagai daerah,
sejarah dunia, hingga kearifan lokal yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari dari aktivitas ini. Beragam gaya penyampaian penulis juga dapat membuat
kita menghargai perbedaan pendapat dan belajar melihat hal dari perspektif lain.

Membaca buku memiliki banyak manfaat dan saya yakin apabila kebiasaan literasi ini
ditanamkan akan memberikan manfaat yang luar biasa. Kalau sebelumnya kamu belum
terbiasa membaca novel atau buku tebal lainnya, mungkin di awal kamu akan sulit
untuk membaca. Tapi saran saya mulailah dengan sesuatu yang kamu sukai dahulu.
Apabila sudah terbiasa, lama-lama menghabiskan novel atau buku lainnya menjadi
nikmat.

Kritik dan saran:

Hai…Setelah membaca bab ‘kebiasaan individu’ saya semakin memahami bahwa kebiasaan dapat
memengaruhi segala hal. Sebuah kebiasaan mungkin jika selalu dilakukan akan memiliki berbagai
dampak, tergantung kebiasaan tersebut. Apakah kebiasaan tersebut buruk atau baik.

Hobi mungkin biasa berasal dari kebiasaan. Kebiasaan ini juga bisa memicu adanya bakat.

Kalian tau bahwa tidak selamanya kebiasaan itu baik. Ada beberapa kebiasaan yang buruk, misalnya
malas atau kebiasaan mengonsumsi narkoba atau rokok.

Jadi mari kita sama sama ubah kebiasaan buruk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dihidup kita!
REFLECTION CHAPTER 2

OTAK YANG MENGINGINKAN

Kekurangan:

1. Saya rasa bab ini hanya terlalu mendetailkan suatu permasalahan


2. Terdapat beberapa kata yang mungkin akan sullit dimengerti seperti kata orang awam
seharusnya bisa diganti menjadi orang baru.

Kelebihan:

1. Kita akan tahu bagaimana memicu keinginan membuat kebiasaan baru menjadi lebih mudah
2. Bab ini baik dibaca agar kita bisa membuat sebuah kebiasaan baru.
3. Dapat mendorong diri membuat kebiasaan menjadi sesuatu yang lebih baik. Seperti beberapa
cerita pada bab inni.

Terkadang memulai kebiasaan baru tidaklah semudah seperti yang kita


bayangkan. Mungkin saat awal akan terasa ringan, namun untuk konsisten
melakukannya perlu usaha yang ekstra. Seringkali kebiasaan baru terputus di
tengah jalan karena terlanjur merasa bosan, dan tidak lagi bersemangat.

Untuk mengatasinya terdapat beberapa tips yang bisa kamu lakukan agar
kebiasaan baru tersebut menjadi rutinitas yang lebih terarah. Berikut ini
terdapat lima cara mudah yang bisa kamu terapkan saat memulai kebiasaan
baru. Semakin lama kebiasaan baru tersebut akan memberi perubahan yang
besar dalam hidupmu.

5 Cara Sederhana Membentuk Kebiasaan Baru yang Positif


1. Perjelas tujuan yang ingin dicapai. Lewat kebiasaan baru pastinya kamu
memiliki tujuan tertentu untuk diraih, bukan? ...
2. Buat jadi sesederhana mungkin. ...
3. Tetapkan jadwal yang pas. ...
4. Hargai setiap pencapaian. ...
5. Fokus pada rencana yang kamu tetapkan.
 Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) merupakan tindakan menerapkan tatanan hidup baru guna
menjaga produktivitas selama masa pandemi COVID-19 dengan menerapkan perilaku
pencegahan penularan COVID-19. Pemberlakuan AKB dilakukan bertahap sesuai kondisi
wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku AKB masyarakat DKI Jakarta dan
faktor yang mempengaruhinya. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan September
—Oktober 2020 di DKI Jakarta dengan teknik voluntary sampling. Kuesioner disebarkan
secara online melalui media sosial dan sebanyak 424 responden berpartisipasi. Proporsi
responden dengan perilaku AKB yang baik adalah 57,10%. Hasil analisis multivariat
menunjukkan gender (OR= 2,29; CI 95%= 1,38—3,80), sikap terhadap AKB (OR= 4,41; CI 95%=
2,78—6,98), sarana prasarana untuk AKB (OR= 1,97; CI 95%= 1,27—3,10), frekuensi pencarian
informasi AKB (OR= 1,94; CI 95%= 1,24—3,03) berhubungan signifikan dengan perilaku AKB
(P<0,05). Gender, sikap terhadap AKB, sarana prasarana untuk AKB, dan frekuensi mencari
informasi AKB berperan untuk mendorong perilaku AKB pada masyarakat DKI Jakarta.
Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta disarankan untuk memperkuat promosi
kesehatan secara masif dan merancang strategi guna mempengaruhi sikap masyarakat
terhadap AKB.

Pandemi COVID-19 belum berakhir, namun hidup harus terus berjalan. Oleh sebab itu
masyarakat diimbau untuk beradaptasi dengan 'new normal’' dalam beragam aspek
kehidupan. Sebagian mungkin terasa tidak nyaman, tapi harus dilakukan agar tetap
aman. 
Apa saja sih kebiasaan yang harus diadaptasi menuju normal yang baru?
1. Selalu gunakan masker

Suka tidak suka, menggunakan masker pelindung hidung dan mulut menjadi sebuah
kewajiban saat ini, terlebih saat kita berada di luar rumah. Masker adalah cara pertama
untuk menghindari tertular dan menularkan virus COVID-19 melalui droplets yang
keluar dari hidung maupun mulut.

2. Jaga kebersihan diri secara ekstra

“Bersih Pangkal Sehat” menjadi semboyan yang benar-benar harus kita yakini dan
jalani saat ini. Lakukan berbagai usaha ekstra untuk menjaga kebersihan diri kita setiap
saat. Misalnya dengan sering mencuci tangan dengan sabun, selalu mandi dan
keramas setiba di rumah setelah bepergian atau beraktivitas di luar rumah, juga rajin
membersihkan area kerja atau peralatan yang kita gunakan.

3. Lebih bijak atur keuangan


Kerap terlupakan, salah satu kebiasaan baru yang perlu kita lakukan di masa pandemi
sekarang adalah lebih bijaksana lagi dalam mengatur keuangan.

Anda mungkin juga menyukai