Anda di halaman 1dari 77

Tugas Mata Kuliah Perancangan Pabrik

FLAVOR ALAMI BERBAHAN BAKU VANILI


(Vanilla Planifolia Andrews)

Oleh:
Kelompok 18

Anggota:
Siti Ulfah Deasy T F34070069
Rizky Bachtiar F34070086
Wardah Nazripah F34070087
Yuliana Kaneu T F34070098
Lutfi Setiyono F34070112

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwijaya, DEA
Dr.Ir. Hj. Erliza Noor

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN

Industri pengolahan vanili (Vanilla Planifolia Andrews) merupakan salah


satu jenis agroindustri yang mengolah vanili kering menjadi ekstrak vanili.
Industri vanili dirancang dengan tujuan untuk memberikan nilai tambah
terhadap vanili. Selama ini vanili dijual dalam keadaan segar dan beberapa
eksportir menjualnya dalam bentuk vanili kering. Dengan adanya industri
pengolahan vanili diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada komoditas
vanili sehingga harga jualnya pun tinggi.Hal ini tentu akan memberikan
keruntungan yang besar bagi petani vanili maupun industri pengolahan vanili.
Pengolahan vanili menjadi vanillin didasarkan pada prinsipnya adalah
menguraikan komponen glukovanilin menjadi vanillin dan glukosida. Banyak
pilihan proses yang dapat dilakukan untuk mendapatkan senyawa vanillin.
Alternatif proses yang dapat dipilih meliputi proses enzimatik dengan depol,
proses ekstrtaksi dengan maserasi, proses ekstraksi denga perkolasi, dan proses
ekstraksi dengan bantuan ultrasonic dan microwave sebelum maserasi. Namun
secara umum proses pengolahan awal vanili sebelum ekstraksi komponen
vanillin secara umum meliputi pelayuan (killing), pemeraman (sweating),
pengeringan (drying), dan penuaan (conditioning).
Pada perancangan industri vanili ini menggunakan metode ekstraksi
perkolasi dengan alkohol. Penguraian ini dilakukan ekstraksi menggunakan
alkohol. Ekstraksi vanillin meneggunakan alkohol didasarkan pada hasil yang
lebih maksimal. Ekstrak vanili maksimal mengandung alkohol 35% dan zat
terekstrak lainnya dari satu bagian buah per 10 bagian pelarut. Produk akhir
yang dihasilkan memiliki standar kualitas 1 fold atau 2,78 gram vanillin per 1
liter alkohol 35%. Ekstrak vanili yaitu ekstrak yang dihasilkan dari perkolasi
atau maserasi potongan-potongan buah vanili dengan pelarut etil alkohol
dengan air. Ekstrkasi vanilin menggunakan alkohol dilakukan dengna proses
perkolasi. Vanili kering diperkolasi dalam ekstraktor stainless steel
menggunakan etanol dan air kira-kira 57% volume selama 2 minggu. Perkolasi
dikumpulkan dan dihaluskan kemudian disimpan sampai penuaan tertentu lalu
disaring atau disentrifugasi. Penggunaan pelarut alkohol dengan konsentrasi
kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga mempersulit
penyaringan. Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan
menghasilkan ekstrak dengan kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap
pada bagian bawah ekstrak.
Alasan pemilihan metode perkolasi sebagai alternatif cara untuk
mengekstrak vanili adalah sebagai berikut: (1) total waktu proses yang
digunakan paling singkat, yaitu sekitar 6 bulan, (2) tanpa melalui proses curing,
sehingga lebih menghemat warehousing, (3) kondisi proses tunak, yaitu suhu
dan tekanan yang digunakan relatif dan konstan (38-49 0C), (4) lebih efisien
dari segi biaya, hanya menggunakan pelarut etanol, (5) kelemahan metode
enzimatis, harganya mahal dan tidak ekonomis, sedangkan metode perkolasi
tidak menggunakan enzim tambahan (enzim hidrolisis berasal dari buah vanili
secara alamiah), (6) kelemahan metode maserasi, waktu tunggunya 1 tahun,
sedangkan metode perkolasi hanya 2 minggu, (7) kelemahan metode enzimatik
adalah memerlukan enzim depol, pengeringan lambat, penggunaan bahan baku
tidak efisien karena selain menggunakan enzim digunakan pula etanol untuk
ekstraksi, dan (8) kelemahan metode microwave dan ultrasonik, harga relatif
mahal, dan membutuhkan proses curing. Bahan baku yang dibutuhkan adalah
vanilla segar yang telah dirajang. Bahan kimia pembantu untuk reaksi adalah
adalah alkohol 60%. Proses pembuatan ekstrak vanilla ini akan menghasilkan
ampas vanili dan menghasilkan alkohol hasil penguapan yang dapat digunakan
kembali untuk proses berikutnya.
Pada pengolahan vanili ini, sekali proses batch menggunakan vanili
sebanyak 1000 kg. Secara berurutan proses ekstraksi vanili dengan perkolasi
menggunakan alkohol 60% meliputi sortasi, perajangan, perkolasi, aging,
penyaringan, dan penambahan. Efisiensi kesetimbangan massa tiap proses
adalah 95% untuk proses sortasi, 99,47% untuk proses perjangan, 100% untuk
proses perkolasi, 100% pada proses aging, dan 2,75% pada proses penyaringan.
Rendemen vanili yang dihasilkan adalah 2,75%. Rendemen ini merupakan
tingkar rendemen yang paling tinggi. Sumber energi yang digunakan dalam
proses perkolasi vanili adalah air, listrik, dan uap. Air yang digunakan adalah
air yang berasal dari sungai terdekat melalui saluran pipa yang terletak di dekat
pabrik. Air digunakan sebagai pendingin, air proses, air umpan boiler, pencuci
peralatan, dan untuk memenuhi kebutuhan internal perusahaan. Sumber listrik
utama pabrik vanilin ini adalah PLN dengan daya sebesar 105 KVA. Uap
dihasilkan oleh boiler sebagai sumber dari pompa pada perkolator dan pemanas
pada perkolator. Energi yang digunakan pada mesin perajang adalah 1,44 x 106
joule, mesin penyaring 16,2 x 106 joule, mesin pencampuran 0,36 x 106 joule,
mesin pengisi 36 x 106 joule, mesin perkolator 1,2899 x 106 joule (1 reflux)
boiler 7,61 x 1010 J, motor konveyor 58,5 x 106 joule, dan pompa 9,825 x 106
joule. Total energi yang dibutuhkan adalah 122,325 x 106 joule. Produksi 1
batch yang baru berlangsung setiap 15 hari sekali, sehingga dibutuhkan 3 alat
perkolator paralel agar tidak terjadi idle time. Jumlah tangki aging 30 unit, agar
tidak terjadi bottleneck dari tangki perkolasi.
Penghitungan kriteria investasi pada perancangan pabrik ini didapatkan
Net Present Value senilai Rp 3,691,814,100, IRR senilai 40%, Net Benefit Cost
Ratio senilai 1,01, dan Pay Back Period selama 0,03 tahun. Berdasarkan
parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa rancangan industri vanili ini
LAYAK untuk dioperasikan.
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vanili (Vanilla planofolia Andrews) merupakan salah satu tanaman


perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Vanili mengandung berbagai macam
senyawa aromatik dan banyak digunakan pada industri pangan maupun non
pangan. Harga vanili segar rata-rata di pasar dalam negeri pada tahun 2010
adalah kurang lebih Rp 10.000,00/kg., sedangkan harga buah vanili basah
sekitar Rp 200.000,00/kg dan vanili kering cukup tinggi yaitu berkisar Rp
2.000.000,00- Rp 3.000.000,00 per kg (Deptan, 2004).
Food and Agriculture Organization (FAO) di dalam Arief (2007)
menyatakan bahwa negara Madagaskar merupakan negara penghasil vanili
terbesar di dunia. Posisi kedua dipegang oleh Indonesia. Kedua negara tersebut
memberikan kontribusi vanili sekitar 82% dari produksi dunia. Perkembangan
produksi vanili dunia selama tahun 2000 sampai dengan 2005 menunjukkan
pertumbuhan yang berfluktuasi dan cenderung meningkat. Rata-rata
pertumbuhan produksi 10.54% per tahun.
Prospek perdagangan akan vanili sangat besar baik dari prospek
internasional maupun prospek dalam negeri. Banyak negara yang mengimpor
vanili dari Indonesia. Selain sebagai pengekspor vanili, Indonesia untuk
keperluan tertentu masih juga melakukan impor buah vanili kering. Permintaan
dalam negeri akan vanili khususnya dalam bentuk vanillin masih dipenuhi dari
pasar impor karena Indonesia belum memiliki industri vanillin.
Pendirian pabrik ekstrak vanili sangat dibutuhkan untuk mencukupi
kebutuhan dalam negeri terlebih nantinya dapat mencukupi kebutuhan luar
negeri. Dalam suatu pendirian sebuah pabrik perlu suatu perancangan pabrik
yang tepat agar pabrik yang didirikan tidak menderita kerugian. Perancangan
pabrik memperhatikan aspek pengetahuan akan produk yang akan dihasilkan
yang didukung dengan perhitungan neraca massa, neraca energi, kebutuhan
utilitas pabrik, deskripsi proses, spesifikasi peralatan, prakiraan biaya dan
analisis finansial serta penjadwalan produksi.
B. Tujuan

Tujuan dari tugas mata kuliah perancangan pabrik ini adalah membuat
rancangan pabrik untuk industri vanilin dengan memperhitungkan segala aspek
yang ada. Aspek-aspek yang diamati meliputi aspek keteknikan, aspek
produksi, serta aspek finansial.

C. Tinjauan Umum

Vanili (Vanilla Planifolia Andrews) merupakan tanaman introduksi yang


berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, tetap saat ini sudah banyak
dibudidayakan di daerah tropik seperti Madagascar, Reunion dan Comoro
bahkan di Indonesia (Hadipoentyanti dan Udarno, 1998).
Vanili termasuk famili Orchidaceae yang merupakan famili yang terbesar
dalam tanaman berbunga, mempunyai 700 genus dan 20.000 spesies
(Purseglove et al., 1981). Penggolongan vanili adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceace
Genus : Vanilla
Spesies : V. planifolia
Nama binomial : Vanilla planifolia

Gambar 1. V. planifolia

Tanaman vanili adalah tanaman tahunan memanjat. Batangnya berbuku-


buku, dari buku-buku tersebut tumbuh daun dan akar adventif, yang berguna
untuk memanjat pada panjatannya. Bunga keluar dari ketiak daun dalam bentuk
tandan yang mekar satu persatu setiap hari dimulai dari pangkal ke atas. Vanili
dikenal dengan tanaman berumah satu dan tidak dapat melakukan penyerbukan
sendiri tanpa bantuan manusia. Setiap buah yang masak mengandung ribuan biji
yang sangat kecil berwarna hitam dan tidak mempunyai lembaga
(Hadipoentyanti dan Udarno, 1998).
Vanili merupakan tanaman monokotil. Perakarannya serabut dan
mendatar. Akar vanili terdiri dari akar perekat, akar gantung, dan akar tanah.
Akar perekat dan akar gantung tumbuh di setiap ruas batang. Batang vanili
disebut juga sulur yang membantu tanaman untuk menjalar. Panjang batang
mencapai 100 cm. Tanaman vanili berdaun tunggal dan letaknya berselang
seling. Panjang daun 9-22 cm dan lebarnya 3-7 cm dengan tulang sejajar
(Rismunandar dan Sukma, 2003).
Jenis vanili banyak sekali, beberapa jenis sangat berbeda baik dari segi
morfologi ataupun sifat-sifat lainnya, dan yang terkenal adalah jenis Vanilla
planifolia. Pada Vanilla planifolia, buah yang belum matang keras dan
berwarna hijau tua, setelah matang agak lembek berwarna hijau kekuningan dan
setelah diproses kuring berwarna coklat tua. Buah matang mempunyai aroma
yang khas dari vanili. Pematangan buah tidak serempak pada satu tandan
(mekar bunga tidak serentak), karena itu pemetikan dilakukan satu persatu
secara selektif. Buah yang matang mempunyai kecenderungan berpilin dan
minyak balsem (balsam oil) yang berwarna gelap akan muncul, epidermis
menjadi lunak dan harum vanili akan timbul. Biji dilapisi oleh minyak berwarna
gelap dikenal dengan balsam of vanilla (Chalot, 1920).
Buah vanili terdiri dari dua bagian penting. Bagian pertama adalah bagian
kulit buah atau wilayah ‘hijau’ yang terdiri dari epidermis, jaringan penyangga
dan jaringan pembuluh. Bagian kedua adalah wilayah ‘putih’ yang tersusun
oleh tiga pariental pacentae (tidak termasuk biji), dan tiga penghalang rambut
glandula antara bagian pertama dan kedua (papilla) (Havkin-Frenkel et
al.,2004). Pada buah segar flavor vanili masih terdapat dalam perkusor flavor.
Prekusor flavor utama buah vanili adalah glukovanilin. Perkusor vanillin berada
pada plasenta dan sedikit berada di papilla. Hal tersebut juga dinyatakan oleh
Havkin-Frenkel et al. (2004) yang menyatakan bahwa prekursor flavor
terakumulasi pada jaringan plasental di sekitar biji di bagian dalam lapisan
buah.
Buah vanili setelah mengalami proses fermentasi akan menghasilkan
vanilin (C8H8O3). Kandungan vanilin pada setiap jenis vanili berbeda,
perbedaan tersebut disebabkan karena perbedaan agroklimat tempat tumbuhnya.
Sebagai contoh, vanili yang berasal dari Meksiko kadar vanilinnya 1.32-1.86%,
dari Reunion 1.919-2.00% dan dari Tahiti 1.55%. Untuk vanili yang berkualitas
rendah, kadar vanilin minimal 1.19%. Sedangkan untuk vanili yang berkualitas
prima kadar vanilinnya ditetapkan sebesar 1.50% (Chalot, 1920). Vanili dari
Tahiti (V. tahitensis) sama dengan V. Pompana dalam hal aromanya kurang
dibandingkan V. planifolia, karena itu hanya dipergunakan sebagai parfum.
Flavor vanili akan timbul pada buah yang telah lewat matang atau buah
yang telah mengalami proses pengolahan dimana hidrolisis senyawa prekursor
flavor terjadi. Untuk menghasilkan flavor pada buah vanili maka kontak antara
prekursor flavor dan enzim yang mengkatalis hidrolisis prekursor diperlukan.
Enzim yang menghidrolisis glukovanilin adalah β-glukosidase. Aktivitas β-
glukosidase berada pada jaringan yang sama dengan glukovanilin. β-
glukosidase terutama berada di bagian plasental dan papila, namun dapat
ditemukan pula di bagian dekat kulit buah dimana glukovanilin tidak
ditemukan. Dilihat dari letaknya maka enzim dan subtrat berada pada ruangan
sel yang berbeda yaitu sitoplasma atau periplasmik untuk β-glukosidase dan
vakuola untuk glukovanilin (Odoux et al., 2003).
Hidrolisis glukovanilin terjadi dapat disebabkan oleh perubahan tonoplas,
membran sitoplasma dan dinding sel. Perubahan tersebut terjadi pada saat
pengolahan vanili yang menyebabkan perusakkan struktur jaringan pada tingkat
membran dan dinding sel (Odoux et al., 2003). Tahap hidrolisis sangat penting
untuk kualitas aroma produk akhir akhir vanili. Buah vanili tanpa mengalami
proses pengolahan tidak akan menghasilkan aroma yang baik. Proses
dihasilkannya flavor buah vanili terjadi bila buah vanili mengalami proses
curing.
Flavor keluar melalui proses pengolahan (curing). Pengolahan buah vanili
bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan vegetatif buah dan mempermudah
reaksi pembentukan komponen aroma yang sangat penting (Dignum et al.,
2001). Metode pengolahan buah vanili di setiap daerah penghasil vanili di dunia
bervariasi. Metode pengolahan vanili secara tradisional menurut Ranadive
(1994) yang paling banyak digunakan adalah metode Bourbon, Meksiko, Tahiti
dan Guadaloupe. Di Indonesia metode pengolahan vanili yang digunakan
mengikuti metode Bourbon. Walaupun metode pengolahan buah vanili
bervariasi, terdapat empat tahap pengolahan yang sama.Empat tahap tersebut
adalah pelayuan (killing), pemeraman (sweating), pengeringan (drying) dan
penuaan (conditioning).

1. Pelayuan (killing)
Buah vanili hasil sortasi dilayukan untuk menghentikan pertumbuhan
vegetatif dan untuk merusak struktur sel. Pelayuan akan merusak fungsi
respirasi dengan merusak membran sel (Rao dan Revishankar, 2000). Proses
pelayuan juga berfungsi menjalankan reaksi enzimatis yang berperan dalam
pembentukan aroma dan flavor serta mempermudah proses pengeringan. Proses
ini diindikasikan dengan pembentukan warna coklat pada buah (Hayani dan
Fatimah, 2002).
Ada beberapa metode pelayuan yang biasa dilakukan. Metode pelayuan
tersebut adalah pelayuan dengan menggunakan panas matahari (sun killing),
oven (oven killing), air panas (hot water killing), penggoresan buah (killing by
stratching) dan pembekuan (killing by freezing). Metode pelayuan yang praktis
dan paling banyak dilakukan adalah pelayuan dengan menggunakan panas
matahari, oven dan air panas (Ranadive, 1994).

2. Pemeraman (sweating)
Menurut Havkin-Frenkel et al., (2004), pada tahap pemeraman buah
vanili yang telah dilayukan mengalami perkembangan karakteristik flavor
vanili, aroma dan warna. Kegunaan pemeraman adalah untuk mencapai
kelembaban yang cukup agar enzim dapat mengkatalisis berbagai proses
hidrolitik dan oksidatif.

3. Pengeringan (drying)
Pada akhir tahap pemeraman, buah vanili menjadi berwarna coklat dan
telah mengembangkan sebagian besar karakteristik aroma dan flavor vanili.
Buah vanili pada tahap tersebut masih memiliki kadar air 60-70%. Pada tahap
pengeringan kadar air buah vanili diturunkan sehingga tidak mudah terkena
jamur terutama pada waktu penyimpanan dan pengangkutan selama distribusi.
Pengeringan ini dilakukan hingga kadar air vanili 25-30% (Ranadive,1994).

4. Penuaan (conditioning)
Penyimpanan bertujuan menyempurnakan aroma vanili setelah
dikeringkan. Penyimpanan vanili dilakukan pada kotak tertutup dalam jangka
waktu tiga bulan atau lebih hingga memenuhi aroma dan flavor yang
diharapkan.
Buah vanili segar tidak mempunyai bau sehingga proses curing akan
menghasilkan aroma khas vanili. Flavor khas vanili merupakan campuran
kompleks lebih dari 170 komponen volatil yang terdapat dalam buah vanili
cured. Komponen utama pembentuk flavor vanili adalah vanilin, asam vanilat,
vanilil alkohol, ρ -hidroksibenzaldehid, asam ρ - hidroksibenzoat dan ρ
-hidroksibenzil alkohol (Rao dan Ravishankar, 2000).
Buah vanili hasil proses kuring mengandung protein, gula, serat
lignoselulosa, selulosa, asam organik, vanilin dan fenol monohidroksi, minyak,
lilin, resin gum, pigmen, meneral, komponen aroma volatil dari asam lemak
esensial.

Tabel 1. Komposisi Kimia Buah Vanili Segar


Komposisi Kimia Kandungan (%)
Air 78-82
Karbohidrat 8-20
Lemak 4-15
Kalium 0.005
Kalsium 0.003
Klor 0.0024
Nitrogen 0.004
Magnesium 0.0015
Sumber : Purseglove et al., (1981)

Tabel 2. Kompisis Utama Vanili Cured


Komposisi Kimia Kandungan (g/kg berat kering)
Vanilin 20
Asam Vanilat 1
p-hidroksibenzaldehid 2
p-hidroksibenzil metil ester 0.2
Gula 250
Lemak 150
Selulosa 150-300
Mineral 60
Air 350

Menurut Dignum et al. (2001), komponen pembentuk flavor berada pada


buah segar dalam bentuk glukosida. Glukosida merupakan senyawa turunan
gula yang memiliki gugus senyawa yang disebut aglikon pada atom oksigen
anomernya. Glukosida utama buah vanili adalah glukovanilin. Proses enzimatis
pada glukovanilin menghasilkan vanilin yang menjadi komponen penyusun
flavor utama vanili. β-glukosidase bersama hesperdinase, peroksidase dan
polifenolase adalah senyawa yang mengkatalis senyawa glukovanilin. Vanilin
adalah senyawa aromatik dominan yang terdapat pada buah vanili dan
merupakan komponen yang menentukan kelas mutu buah vanili. Hidrolisis
glikovanilin oleh enzim β-glukosidase menghasilkan vanilin dan satu molekul
β-D glukosa. Substrat glikovanilin terdapat pada bagian jaringan plasenta di
sekitar biji. Sedangkan enzim β-glukosidase terdapat pada bagian sitoplasma
dan periplasma sel mesokrap dan endokrap buah vanili (Setyaningsih, 2006).
Pada proses pelayuan yang merusak dinding sel buah, enzim β-glukosidase
dapat bertemu dengan substrat dan proses biosintesis vanilin dimulai. Proses
pembentukan flavor vanilin terus dilanjutkan hingga tahap pemeraman. Pada
tahap tersebut berlangsung hidrolisis glukovanilin oleh β-glukosidase. Flavor
yang diperoleh dari hasil pengolahan vanili terdiri dari senyawa volatil dan
senyawa non volatil (Purseglove, 1981). Komponen volatil terdiri dari senyawa-
senyawa yang termasuk golongan karbonil, alkohol aromatik, asam aromatik,
ester aromatik, fenol, alkohol alifatik, lakton, hidrokarbon aromatik, hidrokaron
alifatik, dan terpenoid. Senyawa non volatil yang mempengaruhi karakteristik
flavor vanili adalah tanin, polifenol, resin, dan asam amino bebas (Rao dan
Ravishankar, 2000). Komposisi flavor sintetik lebih sederhana yaitu terdiri dari
satu atau dua komponen mayor, biasanya vanilin atau etil vanilin (Boyce et al.,
2003)., sehingga aroma yang dihasilkan tidak sekaya aroma ekstrak vanili
alami. Pure vanilla mempunyai aroma delicate, yet rich dan mellow. Flavor
tiruan mempunyai bau yang berat dan grassy.
Indonesia merupakan salah satu penghasil utama vanili di dunia. Negara
lain penghasil vanili adalah Madagaskar, Meksiko, Guatemala, Costa Rica,
Uganda, China, India, Papua New Guinea, Tonga, Fiji, Tahiti, dan Filipina
(Anonim 2005). Budidaya vanili di Indonesia terutama di daerah Bali, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lombok, Flores,
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Anonim, 2005). Dalam hal kualitas,
vanili Indonesia lebih unggul dibandingkan vanili yang dihasilkan oleh negara-
negara lain. Vanili Indonesia memiliki kandungan vanilin 2,75%, sementara
yang lain lebih rendah (Meksiko 1,5%). Kandungan vanilin vanili Indonesia
yang lebih tinggi kemungkinan disebabkan iklim Indonesia cocok untuk
budidaya vanili. Kualitas ini masih bisa ditingkatkan jika pengelolaan budidaya
dan pasca panen dilakukan lebih baik (Anonim, 2005).
Prospek perdagangan akan vanili sangat besar baik dari prospek
internasional maupun prospek dalam negeri. Banyak negara yang mengimpor
vanili dari Indonesia. Berdasarkan data permintaan dunia akan vanili jumlah
kebutuhan dunia sebesar 2.500 sampai 3.000 ton vanili kering per tahun dengan
perincian kebutuhan vanili untuk Amerika Serikat sebesar 1.500-2.000 ton per
tahun, Canada sebesar 150-200 ton per tahun, Uni Eropa (Prancis, Jerman, dan
lainnya) sebesar 700-800 ton per tahun, Jepang sebesar 50-80 ton per tahun,
Swiss sebesar 35-55 ton per tahun, dan Australia 10-20 ton per tahun.
Gambaran konsumsi dunia untuk vanili dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Besarnya Konsumsi Vanili Dunia per Tahun

Berdasarkan volume ekspor vanili selama 10 tahun terakhir, Indonesia


rata-rata mengekspor sebanyak 2.315 ton dengan nilai sebesar US$ 17.367 ribu.
Perkembangan rata-rata volume ekspor selama 10 tahun terakhir sebesar 140 %
untuk kenaikan volume, dan 15% untuk kenaikan nilai ekspor. Gambaran
lengkap besarnya ekspor vanili Indonesia selama 10 tahun terakhir dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Banyaknya Ekspor Vanili Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

Selain sebagai pengekspor vanili, Indonesia untuk keperluan tertentu


masih juga melakukan impor buah vanili kering. Selama lima tahun terakhir
jumlah rata-rata buah vanili yang diimpor sebanyak 767 ton dengan nilai
US$1.810.000 dengan perkembangan volume impor rata-rata pertahun sebesar
251%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Permintaan dalam negeri
akan vanili khususnya dalam bentuk vanillin masih dipenuhi dari pasar impor
karena Indonesia belum memiliki industri vanillin.

Tabel 3. Volume, Nilai, dan Perkembangan Ekspor Vanili Indonesia


Tahun 1994 - 2003
Volume Nilai Perkembangan (%)
Tahun
(ton) (000 US$) Volume Nilai
1994 629 22.494 - -
1995 632 17.452 0,48 (22,41)
1996 539 12.726 (14,72) (27,08)
1997 507 9.145 (5,94) (28,14)
1998 729 8.764 43,79 (4,17)
1999 339 5.497 (53,50) (37,28)
2000 350 8.503 3,24 54,68
2001 468 19.309 33,71 127,08
2002 6.598 47.122 1.309,83 144,04
2003 12.363 22.660 87,37 (51,91)
Rata-rata 2.315 17.367 140 15
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan (2003) dan
Statistik Ekspor Indonesia (2004)

Tabel 4. Volume, Nilai, dan Perkembangan Impor Vanili Indonesia


Tahun 1999 - 2003
Volume Nilai Perkembangan (%)
Tahun
(ton) (000 US$) Volume Nilai
1999 147 201 - -
2000 203 4.087 38,10 1.933,33
2001 3.006 2.617 1.380,79 - 35,97
2002 394 1.211 - 86,89 - 53,73
2003 83 933 - 78,93 - 22,96
Rata-rata 767 1.810 251,00 364,00
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan (2003) dan
Statistik Ekspor Indonesia (2004)

Tingginya kandungan vanilin pada vanili Indonesia ditambah jumlah


vanili di Indonesia yang sangat banyak maka sangat prospektif untuk dilakukan
perancangan pabrik ekstrak vanili.
D. Deskripsi Produk

Produk yang dihasilkan dari pabrik atau industri ini adalah ekstrak vanili.
Ekstrak vanili adalah larutan hidroalkohol yang mengandung aroma dan flavor
terekstrak dari buah vanili dan dapat juga ditambah zat pemanis atau pengental
seperti gula dan gliserin. Ekstrak vanili maksimal mengandung alkohol 35%
dan zat terekstrak lainnya dari satu bagian buah per 10 bagian pelarut
(Purseglove, 1981). Ekstrak vanili yaitu ekstrak yang dihasilkan dari perkolasi
atau maserasi potongan-potongan buah vanili dengan pelarut etil alkohol
dengan air. Ekstrak vanili dapat pula dihasilkan dengan cara mencincang buah
vanili dan menghaluskannya dengan gula (sebanyak setengah dari bobot vanili)
yang akan membantu jalannya ekstraksi dan proses penuaan produk, kemudian
diperkolasi dalam ekstraktor stainless steel menggunakan etanol dan air kira-
kira 57% volume selama 3-4 minggu. Perkolasi dikumpulkan dan dihaluskan
kemudian disimpan sampai penuaan tertentu lalu disaring atau disentrifugasi
(Cowlwy, 1973).
FDA mengatur bahwa ektrak vanili 1 fold adalah ekstrak yang murni
mengandung 13.35 ons buah vanili/gallon cairan dan mengandung 35%
alkohol. Fold adalah ukuran kekuatan untuk ekstrak vanila. Untuk food
processing, digunakan vanilin dua, tiga atau empat fold. Vanilin dua fold
menggunakan 26.7 ons buah vanili, mengandung dua kali lebih banyak bahan
ekstrak dan dua kali lebih kuat. Tiga fold, empat fold merupakan tiga atau
empat kali kandungan satu fold.
Standar ekstrak vanili berdasarkan FDA adalah kadar etanol 350 ml/l atau
lebih, mengandung gliserin, propilen glikol, gula dan sirup sebagai pengental
dan pemanis, anti kempal pada produk akhir tidak lebih dari 20 g/kg, kekuatan
two fold, kadar vanilin 1.1-3.5 g/l, abu 2.2-4.32 g/l, abu terlarut 1.79-3.57 g/l,
lead number 4.0-7.4, alkalinitas abu total 300-540 ml 0.1 N asam/l, alkalinitas
abu terlarut 220-400 ml N asam/l, total asam 300-520 ml 0.1 N asam/l dan
keasaman selain vanilin 140-420 ml 0.1 N basa/l (Heath, 1978).
Kegunaan utama ekstrak vanili adalah sebagai ramuan pada minuman serta
memberi aroma pada makanan seperti coklat, kembang gula dan es krim. Burri
et al,. (1989) menyatakan bahwa vanilin dapat digunakan sebagai antioksidan
pada makanan yang banyak mengandung komponen tak jenuh. Selanjutnya
ditambahkan oleh Cerutti et al.,(1997) menyebutkan bahwa kombinasi vanilin
dengan 500 ppm asam askorbat pada pH 3 mampu mencegah pertumbuhan
mikroba alami dan kontaminan pada purce strawberry yang disimpan selama
60 hari pada suhu ruang. Ekstrak vanili juga digunakan dalam sintesis obat-
obatan sebagai flavouring agent, sebagai starting material dalam pembuatan
obat anti hipertensi dan untuk perawatan penyakit Parkinson ( Chemistry
Department University Of Malta, 2000).

E. Metode Ekstraksi Vanili

Ekstraksi adalah proses pemisahan komponen-komponen terlarut dari


suatu campuran komponen tidak terlarut dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Sudjaji, 1985). Ekstraksi merupakan proses pemisahan dengan
menggunakan pelarut yang melibatkan perpindahan zat terlarut ke dalam
pelarut (Aguilera, 1999). Pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik
yang mempunyai titik didih rendah, tidak beracun dan tidak mudah terbakar.
Kelarutan zat dalam pelarut tergantung dari ikatan polar dan non polar. Zat
yang polar hanya larut dalam pelarut polar sedangkan zat non polar hanya larut
dalam pelarut non polar (Winarno, 1973).
Pelarut organik yang umum digunakan untuk memproduksi konsentrat,
ekstrak, absolut atau minyak atsiri dari bunga, daun, biji, akar dan bagian lain
dari tanaman adalah etil asetat, heksan, petroleum eter, benzen, toluen, etanol,
isopropanol, aseton dan air (Mukhopadhyay, 2002). Nilai poralitas beberapa
pelarut tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Polaritas pelarut organik


Pelarut Titik Didih (oC) Polaritas (EoC)
Etanol 78.3 0.68
Aseton 56.2 0.47
Etil asetat 77.1 0.38
Heksan 68.7 0
Penten 36.2 0
Diklorometan 40.8 0.32
Isopropanol 82.2 0.63
Air 100 >0.73
Propilen glikol 187.4 0.73
Dietil eter 34.6
Karbondioksida -56.6 0
Sumber : Mukhopadhyay (2002)

Buah yang diekstrak sebaiknya dipotong 0.2-2 cm. Daya ekstraksi akan
semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan, karena kontak
antara bahan dengan pelarut merupakan proses osmosis yang berjalan lambat.
Namun demikian, bahan yang terlalu halus dapat membentuk suspensi dengan
pelarut dan dapat terjadi penguapan senyawa volatil yang berlebihan sebelum
proses ekstraksi (Ketaren dan Suastawa, 1994).
Perbandingan bahan dengan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi.
Perbandingan yang baik antara bahan dengan pelarut adalah 1:10 (Cowley,
1973). Konsentrasi pelarut juga akan mempengaruhi ekstrak. Penggunaan
pelarut alkohol dengan konsentrasi kurang dari 35% akan menyebabkan
terekstraknya gum sehingga mempersulit penyaringan. Penggunaan alkohol
dengan konsentrasi lebih dari 70% akan menghasilkan ekstrak dengan
kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada bagian bawah ekstrak
(Purseglove et al., 1981). konsentrasi etanol terbaik adalah 50-60%.
Penggunaan buah vanili segar sebagai bahan baku pembuatan ekstrak
sebenarnya telah dilakukan oleh industri-industri besar, meski waktu yang
diperlukan untuk ekstraksi tersebut relatif lebih lama dibanding ekstrak buah
vanili kering. Tahapannya terdiri dari seleksi buah, pencucian, pengepresan,
ekstraksi, pemurnian, pencampuran (alkohol dan air) serta pengemasan ekstrak.
Namun saat ini banyak dikembangkan penggunaan vanili kering sebagai bahan
baku proses ekstraksi. Disamping itu terdapat 2 metode pembuatan ekstrak
vanili komersial yang direkomendasikan oleh industri yakni maserasi dan
perkolasi. Selain kedua metode tersebut terdapat metode ekstraksi enzimatis
dan menggunakan bantuan gelombang ultrasonik.
Ekstrak vanili biasanya dijual sesuai standar dengan satuan fold. Single
fold berarti 13.35 ounces buah vanilla/galon yang memiliki kadar air dibawah
25% dalam larutan alkohol 35%. Standar ini ditetapkan FDA agar kualitas
ekstrak vanilla yang dijual di pasaran dapat terjaga. Seluruh proses produksi
dalam perancangan pabrik ini dimaksudkan untuk menghasilkan ekstrak vanilla
sesuai dengan standar FDA tersebut.

F. Alternatif Pemilihan Proses

Alternatif pemilihan proses produksi vanili adalah sebagai berikut :


1. Proses Enzimatik dengan Depol
Depol adalah suatu enzim komersial hasil
Buah Vanili
kombinasi enzim β-glukosidase, pektinase, dan
Pelayuan
sellulase. Penambahan enzim selulase, pektinase atau
t=2 menit, T=65 oC kombinasi keduanya menghasilkan nilai perolehan
kembali (recovery) 81-86%. Nilai perolehan kembali
Pengeringan
t=3 jam, T=65 oC ini lebih tinggi dibanding sampel yang tidak
mengalami perlakuan enzim yakni sebesar 72%.
Fermentasi
t=1 hari Penggunaan enzim pektinase dan hemiselulase dalam
ekstraksi vanili segar diikuti penambahan etanol 50%
Pengeringan Lambat
kadar air 35 % v/v mampu menghasilkan kadar vanilin lebih tinggi
dibanding ekstraksi tanpa penambahan enzim.
Conditioning
t=1-3 bulan
Diagram alir metode ekstraksi enzimatik adalah pada
Gambar 4 .
Vanili kering siap olah

Chopping
(perajangan)

Penambahan air untuk


pembentukkan slurry
(5-15 % etanol)

Adjust pH
(4-5)

Penambahan enzim
depol (0,7-2 %)
T=40-60 oC

Penambahan etanol
(10-30 %)
t=30 menit

Ekstraksi (alkohol 90%)


hingga alkohol 75%

Remove solid di
separator

Consentrated vanili
ekstract

Gambar 4. Diagram Alir Ekstraksi Enzimatis

2. Proses Ekstraksi dengan Maserasi


Maserasi adalah metode ekstraksi tradisional. Bahan direndam dalam
tangki maserasi selama satu tahun. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak
dengan flavor yang baik namun kualitasnya tidak memenuhi standar, bisa
terjadi kebocoran dan penguapan. Maserator modern terbuat dari stainless steel
atau gelas yang dilengkapi agitator. Konsentrasi alkohol yang digunakan adalah
60%. Maserator ini mampu menghasilkan ekstrak dengan kualitas yang baik
dalam waktu 1-3 bulan (Purseglove, 1981). Diagram alir ektraksi maserasi
adalah seperti gambar di bawah ini :

Buah Vanili Segar

Perendaman dalam
alkohol 50%

Penyayatan
(min 3 sayatan)

Maserasi
t=1 tahun

Aging
t=6 bulan

Penyaringan

Penguapan pelarut

Ekstrak Vanili

Gambar 5. Diagran Alir Ekstraksi Maserasi

Maserasi merupakan ekstraksi dengan merendam bahan ke dalam suatu


pelarut selama jangka waktu tertentu (didiamkan) agar senyawa yang
diinginkan (vanillin) terekstrak. Ekstraksi dengan alkohol langsung akan
mengambil glukovanillin dari jaringan. Reaksi tersebut akan dijelaskan di
bawah ini :

Vanili + alkohol  glukovanilin + selulosa + pektin


Proses aging selama 6 bulan berguna untuk memecah glukovanillin
menjadi glukosa dan vanillin (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid). Pemecahan
dilakukan secara alamiah dengan enzim β-glukosidase yang terdapat dalam
buah vanili. Reaksi pemecahan adalah seperti berikut.

β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3

3. Proses Ekstraksi dengan Perkolasi


Metode perkolasi dilakukan dengan cara mengalirkan pelarut ke dalam
bahan secara kontinu dengan bantuan pompa. Waktu yang dibutuhkan untuk
proses perkolasi lebih cepat dibandingkan dengan proses maserasi. Ekstraksi
dengan alkohol langsung akan mengambil glukovanillin dari jaringan. Metode
perkolasi menggunakan buah vanili kering yang diawali dengan pemotongan
buah vanili dan pencampuran gula untuk meningkatkan viskositas, membantu
memperkuat dan menahan senyawa aromatik, meningkatkan warna serta
memperpanjang umur simpan. Selanjutnya dilakukan perkolasi (sirkulasi)
menggunakan campuran etanol dan air selama 3 sampai 4 minggu. Kemudian
dilakukan aging, sentrifugasi dan filtrasi hingga diperoleh ekstrak vanili.

Vanili + alkohol  glukovanilin + selulosa + pektin

Proses aging selama 6 bulan berguna untuk memecah glukovanillin


menjadi glukosa dan vanillin (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid). Pemecahan
dilakukan secara alamiah dengan enzim β-glukosidase yang terdapat dalam
buah vanili. Reaksi pemecahan adalah sebagai berikut :

β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3
Buah Vanili Segar
100 kg

Penyayatan,
(min 3 sayatan)

Perkolasi dengan
Alkohol 60%
(T=38-500C disirkulasi
t=2 minggu)

Aging 3-6 bulan

Penyaringan

Penambahan air hingga


alkohol =35%

Ekstrak Vanili
2.75%

Gambar 6. Diagram Alir Ekstraksi Perkolasi

Gambar 7. Perkolator

4. Proses Ekstraksi dengan Bantuan Ultrasonik dan Microwave Sebelum


Maserasi
Proses ekstraksi vanili menggunakan metode ultrasonik dan microwave
pada umumnya sama dengan metode lainnya yang melalui proses curing,
namun setelah proses curing berlangsung dilanjutkan dengan proses maserasi
yang diawali dengan penggunaan gelombang microwave dan ultrasonik.
Ekstraksi dengan menggunakan microwave lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan metode konvensional. Menurut Paar (2000), ekstraksi
menggunakan microwave dapat menggunakan pelarut tunggal atau campuran
dari berbagai macam pelarut. Setiap jenis pelarut mempunyai daya absorpsi
terhadap gelombang mikro yang berbeda-beda. Pelarut yang digunakan untuk
ekstraksi vanili adalah etanol dan air. Penggunaan ultrasonik pada dasarnya
menggunakan menggunakan prinsip dasar yaitu dengan dengan mengamati sifat
akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium yang dilewati.
Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami
getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses
ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan osmosis antara bahan dengan pelarut
sehingga akan meningkatkan proses ektraksi. Cara ini akan memberikan
rendemen vanili yang tertinggi. Proses ekstraksi ini akan dijelaskan pada
diagram alir berikut :

Buah Vanili Segar

Curing

Buah Vanili Kering

Gelombang Mikro dan Ultrasonik

Penambahan :
- Air 30 ml
- Etanol 60 % 70 ml
- Sukrosa
- Gliserin

Maserasi

Penyaringan

Penguapan Pelarut
Hingga alkohol 35%

Ekstrak Vanili Yield 2.8%

Gambar 8. Proses Ekstraksi dengan Bantuan Ultrasonik


dan Microwave Sebelum Maserasi
G. Proses Ekstraksi Terpilih

Proses yang dipilih untuk pembuatan ekstrak vanili adalah proses


ekstraksi dengan perkolasi. Proses ini dilakukan dengan menggunakan bahan
baku vanili kering. Proses ekstraksi-perkolasi dipilih karena :
1. Total waktu proses yang digunakan paling singkat, yaitu sekitar 3-6 bulan.
2. Tanpa melalui proses curing, sehingga lebih menghemat warehousing.
3. Kondisi proses tunak, yaitu suhu dan tekanan yang digunakan relatif dan
konstan (38-50 0C).
4. Lebih efisien dari segi biaya, hanya menggunakan pelarut etanol.
5. Kelemahan metode enzimatis, harganya mahal dan tidak ekonomis,
sedangkan metode perkolasi tidak menggunakan enzim tambahan (enzim
hidrolisis berasal dari buah vanili secara alamiah).
6. Kelemahan metode maserasi, waktu tunggunya 1 tahun, sedangkan metode
perkolasi hanya 2 minggu
7. Kelemahan metode enzimatik adalah memerlukan enzim depol,
pengeringan lambat, penggunaan bahan baku tidak efisien karena selain
menggunakan enzim digunakan pula etanol untuk ekstraksi.
8. Kelemahan metode microwave dan ultrasonik, harga relatif mahal, dan
membutuhkan proses curing.
II. DIAGRAM ALIR PROSES DAN NERACA MASSA

Proses pembuatan flavor alami yang kelompok kami pilih adalah proses
ekstraksi dengan perkolasi. Berikut diagram alir proses serta neraca massa tiap
prosesnya.

A. Diagram Alir Proses (Neraca Massa Keseluruhan)

1000 kg Vanili Kering

Sortasi 50 Kg
Vanili Off grade
950 Kg
5 Kg
Perajangan
Vanili terbuang

5:1 => alkohol : rajangan vanili 945 Kg


Alkohol 60% Perkolasi dengan Alkohol Alkohol
5745,25 L / 4596,2Kg 60% (T=38-50 ºC disirkulasi 2 kg / 2,5 L
t= 2 minggu)
5539,2 kg buburvanili
(945 KgVanilidan 4594,2 Kg alkohol)
Aging ± 6bulan

5539,2 kg bubur vanili


(945 Kg Vanili dan 4594,2 Kg alkohol)
1148,71 kg ampas vanili
Penyaringan (919 Kg Vanili dan 229,71 Kg alkohol)

4390,5 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan4364,5 Kg alkohol)
Air
Penambahan Air
3896,88L / 3896,88 kg
hingga alkohol 35%

7868 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 7842 Kg alkohol 35%)

9380,56 L Flavor Vanili


B. Neraca Massa Tiap Proses

1. Sortasi

1000 kg vanili kering

Sortasi 50 kg vanili off grade

950 kg vanili kering

Pada proses ekstraksi vanilli, bahan baku yang digunakan untuk sekali
produksi adalah 1000 kg vanili kering. Bahan baku yang dating kemudian
disortasi atau dipilah agar sesuai dengan grade, sehingga dari hasil sortasi akan
dihasilkan 950 kg vanili yang akan dipakai dan 50 kg vanili yang off grade.

2. Perajangan

950 kg vanili kering hasil sortasi

Perajangan 5 kg vanili loss (terbuang)

945 kg vanili rajang

Setelah dilakukan sortasi, vanili kering ini kemudian melalui tahap


perajangan, di mana dalam tahap ini akan dihasilkan 945 kg vanili dan5 kg
vanili yang terbuang.

3. Perkolasi

945 kg vanili rajang

Alkohol 60% Alkohol


Perkolasi
5745,25 L / 4596,2Kg 2 kg / 2,5 L

5539,2 kg bubur vanili


(945 Kg Vanili dan 4594,2 Kg alkohol)
Setelah dilakukan perajangan, vanili kering ini kemudian melalui tahap
perkolasi dengan cara mengalirkan pelarut kedalam bahan secara kontinu
dengan bantuan pompa. Ekstraksi dengan alkohol langsung akan mengambil
glukovanillin dari jaringan. Metode perkolasi ini untuk meningkatkan
viskositas, membantu memperkuat dan menahan senyawa aromatik,
meningkatkan warna serta memperpanjang umur simpan.

Vanili + alkohol  glukovanilin + selulosa + pektin

Dalam prosesnya, terdapat penambahan alkohol 60% sebesar 4596,2 kg


sehingga akan dihasilkan 945 kg vanili dan 4594,2 kg alkohol 60%. Terdapat
loss alkohol sebanyak 2 kg. Proses ini berlangsung selama 15 hari.

4. Aging

5539,2 kg bubur vanili


(945 Kg Vanili dan 4594,2 Kg alkohol)

Aging

5539,2 kg bubur vanili


(945 Kg Vanili dan 4594,2 Kg alkohol)

Selanjutnya adalah proses aging, yaitu proses memecah glukovanillin


menjadi glukosa dan vanillin (4-hidroksi-3-metoksi benzaldehid). Pemecahan
dilakukan secara alamiah dengan enzim β-glukosidase yang terdapat dalam
buah vanili. Reaksi pemecahan adalah sebagai berikut :

β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3

Proses ini membutuhkan lama waktu 6 bulan. Hasil dari proses ini
memiliki massa yang sama dengan input, yaitu 945 kg vanili dan 4594,2 kg
alkohol 60%.

5. Penyaringan

5539,2 kg buburvanili
(945 KgVanili dan 4594,2 Kg alcohol)

Penyaringan 1148,71 kg ampasvanili


(919 Kg Vanili dan 229,71 Kg alkohol)
(26 Kg Vanilin dan 4364,5 Kg alcohol)

Setelah dilakukan aging, hasil tersebut kemudian melalui tahap


penyaringan. Hasil dari proses penyaringan ini yaitu campuran 26 kg vanili dan
4364,5 kg alkohol 60%.

6. Penambahan Air

4390,5ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 4364,5 Kg alcohol)

Air Penambahan air


3896,88L / 3896,88 kg

7868 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 7842 Kg alkohol 35%)

Proses selanjutnya adalah penambahan air sebesar 3896,88 kg. Proses ini
dilakukan untuk mengencerkan kadar alkohol dari 60% menjadi 35% sehingga
dihasilkan campuran 26 kg vanili dan 7842 kg alkohol 35%. Menurut
Purseglove (1981), ekstrak vanili maksimal mengandung alkohol 35% dan zat
terekstrak lainnya dari satu bagian buah per 10 bagian pelarut.

Banyaknya (jumlah) alkohol ini dihitung berdasarkan standar ekstrak


vanili (rendemen minimal) yaitu 1 fold. Perhitungan ini akan dijelaskan sebagai
berikut :
Perhitungan dimulai dari hasil akhir (menghitung mundur), sehingga
diketahui jumlah alkohol yang akan dibutuhkan pada proses perkolasi, adalah :

a. Penambahan Air
Standar ekstrak vanili :
1 fold ≈ 2,78 gr vanilin/L dalam larutan alkohol minimum 35%
Vanilin sebagai hasil akhir adalah 2,75% dari berat vanili yang
diinputkan, sehingga:
2,75
Vanilin akhir = x 945 kg=26 kg
100
26 kg 26000 gr
= =9352,2 L=8697,55 kg alkohol 35 %
2,78 gr / L 2,78 gr / L
26 kg 26000 gr
= =9352,5 L=7482 kg alkohol 35 %
2,78 gr / L 2,78 gr / L

Jumlah larutan alkohol 35%:

35
Jumlah alkohol= x 9352,5 L=3273,37 L alkohol35 %
100
Jumlah air=9352,5 L−3273,37 L=6079 , 13 L

Dari hasil perhitungan, jumlah larutan alkohol akhir 35 % adalah


sebanyak 9352,5 L sehingga diketahui jumlah alkohol sendiri dalam larutan
alkohol akhir adalah sebanyak 3273,37 L. Sebagai input, konsentrasi alkohol
yang dibutuhkan 60% sehingga jumlah larutan alkohol sebagai input adalah:

Jumlah larutan alkohol sebagai input:

3273,37 L 60
=
x 100
x=5455,6 L=4364,5 kg
Keterangan x = jumlah larutan alkohol 60% (sebagai input)
Jumlah air yang ditambahkanadalah:

3273,37 60
=
9352,5−x 100
327337 = 561150 – 60x
x= 3896,88 kg = 3896,88 L

Keterangan x = air yang ditambahkan

b. Penyaringan
Hasil dari proses penyaringan untuk jumlah alkohol sama dengan jumlah
alkohol yang digunakan sebagai input dari proses penambahan air yaitu 5455,6
L alkohol = 4364,5 kg alkohol 60% dan jumlah vanilin yang dihasilkan
sebanyak 26 kg. Dalam proses penyaringan ini menghasilkan sisa yaitu ampas
sebanyak 919 kg yaitu dari hasil pengurangan 945 kg input vanili dalam proses
penyaringan dengan vanilin yang dihasilkan yaitu 26 kg. Sisa yang dihasilkan
juga adalah alkohol yang menempel pada ampas sebanyak 287,14 L = 229,71
kg. Jumlah alkohol ini merupakan 5% dari jumlah alkohol sebagai input yang
sebanyak 5742,74 L= 4594,2 kg alkohol 60%.

c. Aging
Pada proses aging, dihasilkan 5742,74 L alkohol 60% = 4594,2 kg dan
juga 945 kg vanili. Hasil tahap aging ini merupakan input untuk tahap
penyaringan. Proses aging ini merupakan proses pemeraman yang bertujuan
agar flavor yang sudah dihasilkan pada tahap perkolasi bertambah kuat

d. Perkolasi
Tahap perkolasi merupakan tahap merendam vanili kedalam tangki
bersikulasi. Pada tahap perkolasi ini dihasilkan 5742,74 L alkohol 60% =
4594,2 kg dan juga 945 kg vanili. Hasil perkolasi ini digunakan sebagai input
pada tahap aging. Pada tahap perkolasi juga dihasilkan sisa alkohol sebanyak 2
kg alkohol, yaitu merupakan alkohol yang menempel pada tangki setelah
produk (hasil) keluar. Dari hasil dan sisa yang sudah diketahui, maka diketahui
jumlah alkohol sebenarnya yang digunakan sebagai input pada tahap ini yaitu
4596,2 kg alkohol 60% yaitu hasil penambahan dari jumlah alkohol sebagai
hasil, dengan jumlah alkohol sisa.
III. NERACA ENERGI DAN KEBUTUHAN UTILITAS

A. Kebutuhan Utilitas

Sistem utilitas merupakan sarana penunjang yang penting untuk


menangani kelancaran proses produksi pada perusahaan. Sistim utilitas tersebut
antara lain mengenai penyediaan sarana penunjang seperti air, listrik, serta
bahan bakar diesel atau uap.

1. Air
Air yang digunakan adalah air yang berasal dari sungai terdekat melalui
saluran pipa yang terletak di dekat pabrik. Air digunakan sebagai pendingin, air
proses, air umpan boiler, pencuci peralatan, dan untuk memenuhi kebutuhan
internal perusahaan. Sebelum digunakan air tersebut diolah terlebih dahulu. Air
umpan boiler digunakan untuk mengisi boiler stork dan hallstroom. Air umpan
boiler adalah air proses yang mengalami proses penghilangan kesadahan dan
gas CO2 serta telah sesuai dengan umpan boiler.

2. Listrik
Sumber listrik utama pabrik vanilin ini adalah PLN dengan daya sebesar
105 KVA. Dalam mengantisipasi kematian arus listrik dari PLN perusahaan
menyediakan generator listrik diesel dengan daya sebesar 125 KVA. Kebutuhan
energi listrik tersebut digunakan untuk penerangan, untuk menggerakkan
pompa dan alat-alat lain yang sumber energinya berasal dari listrik.

3. Uap
Uap dihasilkan oleh boiler sebagai sumber dari pompa pada perkolator
dan pemanas pada perkolator.
B. NERACA ENERGI (Perhitungan energi yang dibutuhkan setiap alat
per batch proses)

1. Mesin Perajang
P = 1 buah x 200 watt = 200 watt = 0,2 Kw
1 buah
E = 0,2 Kw x 2 jam = 0,4 Kwh x 3,6 x 106 = 1,44 x 106 joule
Kwh
Energi loss = 10% x 1,44 x 10 joule = 1,44 x 105 joule
6

Energi out = 90% x 1,44 x 106 joule = 1,296 x 106 joule

2. Mesin Penyaring vibrating screen


P = 1 buah x 1,5 Kw = 1,5 Kw
1 buah
E = 1,5 Kw x 3 jam = 4,5 Kwh x 3,6 x 106 = 16,2 x 106 joule
Kwh
Energi loss = 10% x 1,62 x 10 joule = 1,62 x 106 joule
7

Energi out = 90% x 1,62 x 107 joule = 1,46 x 107 joule

3. Mesin Pencampuran
P = 1 buah x 0,2 Kw = 0,2 Kw
1 buah
E = 0,2 Kw x 0,5 jam = 0,1 Kwh x 3,6 x 106 = 0,36 x 106 joule
Kwh
Energi loss = 10% x 3,6 x 10 joule = 3,6 x 104 joule
5

Energi out = 90% x 3,6 x 105 joule = 3,24 x 105 joule

4. Mesin Pengisi
P = 1 buah x 5 Kw = 5 Kw
1 buah
E = 5 Kw x 2 jam = 10 Kwh x 3,6 x 106 = 36 x 106 joule
1 Kwh
Energi loss = 10% x 3,6 x 10 joule = 3,6 x 106 joule
7

Energi out = 90% x 3,6 x 107 joule = 1,296 x 106 joule


5. Pompa Perkolator
Q (debit) = 85 m3 x 1 jam = 0.024 m3/dtk
1 jam 3600 s
t (detik) = 1 detik x 1m3 x 5541,2 kg = 288,6 detik
0.024 m3 800 kg
E = 1 buah x 4.47 Kw x 1 jam x 288,6 detik
1 buah 3600 dtk
= 0,3583 Kwh x 3,6 x 106 joule
1 Kwh
6
= 1,2899 x 10 joule (1 reflux)
t = 360 jam
= 1296000 s
jumlah reflux = 1296000 s
288,6 s
= 4490,64 kali

E = 4490,64 x 1,2899 x 106 joule


= 5792,48 x 106 joule

Energi loss = 10% x 5,79 x 109 joule = 0,579 x 109 joule


Energi out = 90% x 5,79 x 109 joule = 5,211 x 109 joule

6. Boiler & Daya Perkolator


Kebutuhan daya untuk pemanasan perkolator

m = 4594,2 kg etanol
cetanol = 0,5976 kkal/kgoC
Δt = 50oC – 27oC = 23oC

a. Kalor untuk menaikkan suhu menjadi 50oC


Q1 = m x c x Δt
= 4594,2 kg x 0,5976 kkal/kgoC x 23oC
= 63146,36 kkal x 4184 J / 1 kkal
= 264204370,2 J

b. Q untuk mempertahankan suhu tetap 50oC


k = termal konduktivitas stainless steel (W/mK) = 16,3 W/mK
A = Luas area kontak (m2)
Keliling tangki diameter 1,33 m = 4,1762 m
Tinggi tangki =6m
A= πKh + Aalas = 3,14 x 4,1762 x 6 +
0.25π(1,33)2
= 80,07 m2
dT = perubahan suhu (oC) = 23oC
s = ketebalan tangki (m) = 0.5 m
Q2 = qloss
Nilai qloss dihitung dengan menggunakan penerapan Hukum Fourier
tentang konduktivitas panas.

qloss = k A dT / s
= 16,3 W/mK x 80,07 m2 x 23oC /
0.5 m
= 60036,49 W

Q hilang selama 15 hari perkolasi = 60036,49 W x 360 jam x 3600 =


7,78 x 1010 J
Q yang ditambahkan ke sistem = q hilang = 7,78 x 1010 J

Q dibutuhkan selama perkolasi = 264204370,2 J + 7,78 x 1010 J


= 7,81 x 1010 J

Efisiensi boiler 90%, jadi energi yang harus disupply oleh boiler
untuk kebutuhan pemanasan proses perkolasi :
Qboiler = 7,81 x 1010 J/90% = 7,03 x 1010 J

Sesuai yang tercantum pada steam table untuk uap air (H2O),
dengan kondisi suhu = 50oC diketahui hal-hal sebagai berikut :
Entalpi Uap Jenuh (hg) suhu 50oC = 2592 kJ/kg
= 2592 kJ x 0.430 = 1114.56
btu/lb

c. Kapasitas Boiler
Energi boiler = energi pompa perkolator + energi pemanasan
= 0,579 x 1010joule + 7,03 x 1010 J
= 7,61 x 1010 joule

Dalam 1 jam, kebutuhan energi = 7,61 x 1010 joule / (3600 x 1000 x 360)
= 58,72 kWh

Kebutuhan air untuk feed boiler = X

E = 1114,56 btu x X lb x 3,927x10-4 HpHour x 7,457x10-1kwH


lb jam 1 btu 1 HpHour
58,72 = X. 0.3264
X = 179,9 lb/jam
= 81,19 kg/jam

Kebutuhan air selama proses boiler berjalan


= 81,19 kg/jam x 15 hari x 24 jam
Hari

= 29228,4 kg air

d. Kebutuhan Solar
Konversi solar ke energi
1 L solar = 38.6 MJ
Asumsi 50% konversi jadi energi panas, 1 L solar = 19,3 MJ

Total kebutuhan solar untuk boiler = 3,339 x 1010 J x 1 MJ = 1730 L


19,3 MJ L-1 106 J
6. Motor Conveyor ke Perkolator
P = 5 buah x 5 Kw = 25 Kw
1 buah
E = 25 Kw x 0.25 jam = 6.25 Kwh x 3,6 x 106 = 22,5 x 106 joule
1 Kwh
Energi loss = 10% x 2,25 x 10 joule = 2,25 x 106 joule
7

Energi out = 90% x 2,25 x 107 joule = 2,025 107 joule

7. Motor Conveyor dari Mesin Filler


P = 1 buah x 5 Kw = 5 Kw
1 buah
E = 5 Kw x 2 jam = 10 Kwh x 3,6 x 106 = 36 x 106 joule
1 Kwh
Energi loss = 10% x 3,6 x 107 joule = 3,6 x 106 joule
Energi out = 90% x 3,6 x 107 joule = 3,24 107 joule
8. Pompa E-14
Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s
t (detik) = 1 detik x 1m3 x 4596,2 Kg = 591.08 detik
0.00972 m3 800 Kg
E = 1 buah x 2.98 Kw x 1 jam x 591,08 detik
1 buah 3600 dtk

= 0,489 Kwh x 3,6 x 106 joule


1 Kwh

= 1,761 x 106 joule


Energi loss = 10% x 1,761 x 106 joule = 1,761 x 105 joule
Energi out = 90% x 1,761 x 106 joule = 1,58 x 105 joule

9. Pompa E-15
Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s

t (detik) = 1 detik x 1m3 x 5539,2 Kg = 712,35 detik


0.00972 m3 800 Kg
E = 1 buah x 2.98 Kw x 1 jam x 712,35 detik
1 buah 3600 dtk

= 0,59 Kwh x 3,6 x 106 joule


1 Kwh

= 2,124 x 106 joule


Energi loss = 10% x 2,124 x 106 joule = 2,124 x 105 joule
Energi out = 90% x 2,124 x 106 joule = 1,993 106 joule

10. Pompa E-37


Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s
t (detik) = 1 detik x 1m3 x 5539,2 Kg = 712,35detik
0.00972 m3 800 Kg
E = 1 buah x 2.98 Kw x 1 jam x 712,35 detik
1 buah 3600 dtk
= 0,59 Kwh x 3,6 x 106 joule
1 Kwh

= 2,124 x 106 joule


Energi loss = 10% x 2,124 x 106 joule = 2,124 x 105 joule
Energi out = 90% x 2,124 x 106 joule = 1,993 106 joule

11. Pompa E-41


Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s
t (detik) = 1 detik x 1m3 x 3896.88 Kg = 400,90 detik
0.00972 m3 1000 Kg
E = 1 buah x 2.98 Kw x 1 jam x 400,9 detik
1 buah 3600 dtk
= 0,332 Kwh x 3,6 x 106 joule
1 Kwh
= 1,195 x 106 joule

Energi loss = 10% x 1,195 x 106 joule = 1,195 x 105 joule


Energi out = 90% x 1,195 x 106 joule = 1,075 x 106 joule

12. Pompa E-43


Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s
t (detik) = 1 detik x 1m3 x 7868 Kg = 879,85 detik
0.00972 m3 920 Kg
E = 1 buah x 2.98 Kw x 1 jam x 879,85 detik
1 buah 3600 dtk
= 0,728 Kwh x 3,6 x 106 joule
1 Kwh
6
= 2,621 x 10 joule
Energi loss = 10% x 2,621 x 106 joule = 2,621 x 105 joule
Energi out = 90% x 2,621 x 106 joule = 2,034 106 joule

Total waktu untuk 1 batch : 4682,5 jam (± 195 hari), dengan rincian :

- Perajangan : 2 jam
- Perkolasi : 360 jam
- Aging : 4315 jam
- Filtrasi : 3 jam
- Pencampuran : 0,5 jam
- Pengisian ke drum : 2 jam

Produksi 1 batch yang baru berlangsung setiap 15 hari sekali, sehingga


dibutuhkan 3 alat perkolator paralel agar tidak terjadi idle time. Jumlah tangki
aging 36 unit, agar tidak terjadi bottleneck dari tangki perkolasi.
Sumb Energi
P Wakt
er Kapasi Jm Energi (input) output Loss
Nama Alat Proses Total (Kw u
Tenag tas alat l (Kwh x
) (jam)
a 1000) (J) 90% 10%
Mesin 500 500
perajang Perajang kg/jam 1 kg/jam 0.2 2 400.00 1,440,000 1,296,000 144,000
Vibrating 2000 2000 14,600,00
screen Filtrasi kg/jam 1 kg/jam 1.50 3 4,500.00 16,200,000 0 1,620,000
Tangki
pencampuran 10000 10000
air Pencampuran L 1 L 0.2 0.5 100.00 360,000 324,000 36,000
180 180
Filling packed/ packed/ 32,400,00
machine Pengisian ke jerigen h 1 h 5 2 10,000.00 36,000,000 0 3,600,000
Listrik

Pemompaan alkohol ke 35000 35000


Pompa E-14 perkolator l/jam 1 l/jam 2,98 0,164 489 1,761,000 1,584,900 176,100
Pemompaan campuran 35000 35000
Pompa E-15 ke tangki aging l/jam 1 l/jam 2.98 0.198 590 2,124,000 1,993,000 212,400
Pemompaan campuran 35000 35000
Pompa E-37 ke vibrating screen l/jam 1 l/jam 2.98 0.198 590 2,124,000 1,993,000 212,400
Pemompaan air ke 35000 35000
Pompa E-41 tangki pencampuran l/jam 1 l/jam 2.98 0.111 332 1,195,000 1,075,500 119,500
Pemompaan larutan ke 35000 35000
Pompa E-43 filling machine l/jam 1 l/jam 2.98 0.244 728 2,621,000 2,034,000 262,100
Konveyor E-9 Pengumpanan rajangan 20,250,00
- E-13 ke perkolator 5 kW 5 25 kW 25 0.25 6,250.00 22,500,000 0 2,250,000
Konveyor E- Pengumpan drum ke 32,400,00
45 tempat penyimpanan 5 kW 1 5 kW 5 2 10,000.00 36,000,000 0 3,600,000
122,325,000.
Energi Listrik yang dibutuhkan 33,979.00
00
Tabel 6. Rangkuman kebutuhan energi listrik setiap alat
Tabel 7. Kebutuhan energi untuk boiler dan pompa perkolator
Sumbe Energi yang
Energi yang dipakai Eff.
r Kapasit Daya Waktu dibutuhkan
Nama Alat Proses n Total
Tenag as alat (Kw) (jam)
(J) (J)
a
Boiler 35,83
Pembangkitan tenaga uap 35,83 17.05 90 70,300,000,0
Diesel sebagai 1 kg/ja 360 78,100,000,000
untuk pemanasan kg/jam 2 % 00
pemanas m
70,300,000,0
Energi yang dibutuhkan 78,100,000,000
00

Sumbe Energi yang


Energi (input) Eff.
r Kapasit Daya Waktu dibutuhkan
Nama Alat Proses n Total
Tenag as alat (Kw) (jam) (Kwh x
(J) (J)
a 1000)
8500
Pompa 85000 5,792,480,0 90 5,211,000,00
Steam Proses perkolasi 1 0 4.47 360 1,289,900
Perkolator l/jam 00 % 0
l/jam
5,792,480,0 5,211,000,00
Energi dari Boiler yang dibutuhkan 1,289,900
00 0
IV. SPESIFIKASI PERALATAN INDUSTRI

Pemilihan alat-alat pengolahan produksi flavor berbahan vanili beserta spesifikasinya adalah sebagai
berikut :

1. Mesin Perajang
Mesin perajang merupakan mesin yang berfungsi untuk merajang atau memperkecil ukuran buah vanilli.
Perajangan ini dilakukan untuk memperluas permukaan buah vanili yang akan diekstrak sehingga rendemen
yang dihasilkan lebih optimal.
Gambar Alat Keterangan
Mesin Perajang - Tipe perajang : vertikal
- Kapasitas : 500 kg/jam
- Daya : 200 Watt
- Bahan : Stainless steel dan rangka
besi
- Mata pisau : 2 buah plat baja
- Tinggi rangka : 1 m
- Panjang rangka: 40 cm
- Lebar rangka: 60 cm

2. Perkolator
Perkolator merupakan alat yang digunakan untuk proses perkolasi. Perkolator terdiri dari tangki
perkolator yang berbentuk silinder tegak, pompa perkolator, dan pipa perkolator. Prinsip kerja alat ini adalah
mengekstraksi vanili dengan cara mengalirkan alkohol pada vanili. Pengaliran alkohol dibantu oleh pompa
perkolator. Pipa perkolator mempunyai dimensi diameter yang tidak sama dikedua ujungnya. Untuk menjaga
kondisi panas (T = ± 50 OC) perkolasi pada perkolator digunakan steam yang berasal dari boiler. Sistem
pemanasan yang dilakukan adalah dengan steam koil, yaitu panas ditransfer dengan cara melewatkan steam
dalam pipa ke tangki perkolator. Steam ini tidak diinject pada tangki perkolator sebab dapat mempengaruhi
kualitas produk yang akan dihasilkan nantinya.

Gambar Alat Keterangan


Perkolator
- Kapasitas tangki : 7000 L
- Kapasitas pompa : 85000 L/jam
- Daya pompa : 4,47 KW
- Tipe pompa : rotary pump
- Pemanasan perkolator : steam koil
- Dimensi :
- Diameter tangki = 1,33 m
- Tinggi tangki = 6 m
- Tinggi pipa = 5 m
- d1 = 12,5 cm
- d2 = 10 cm
- A1 = 122,656 cm2
- A2 = 78,5 cm2

3. Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk membantu memindahkan suatu bahan, dalam hal ini cairan, dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam pengoperasiannya pompa dibantu oleh pipa. Pada produksi ini, pompa
yang digunakan ada lima buah dengan tipe pompa yang sama. Kelima pompa ini adalah :
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan alkohol dari tangki alkohol menuju perkolator.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan (campuran vanilin dan alkohol) dari perkolator menuju aging
tank.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan (campuran vanilin dan alkohol) dari aging tank menuju
vibrating screener.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan air ke tangki penampungan air ke tangki pencampuran (mixing
tank).
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan dari tangki pencampuran (mixing tank) ke filler machine
untuk dikemas.

Gambar Alat Keterangan


Pompa
- Kapasitas : 35000 L/jam
- Daya pompa : 2,98 KW
- Tipe pompa : rotary pump

4. Alcohol Tank
Alcohol tank merupakan tangki yang digunakan untuk menyimpan alkohol yang digunakan sebagai
pelarut dalam proses perkolasi. Tangki ini berupa silinder mendatar. Untuk memindahkan alkohol dari dalam
alcohol tank ke perkolator digunakan pompa.
Gambar Alat Keterangan
Alcohol Tank
- Kapasitas : 7000 liter
- Bahan : Stainless steel
- Dimensi :
- Panjang : 3400 mm
- Lebar : 1950 mm
- Tinggi : 1725 mm

5. Aging Tank (pengennya ada 36.dimaster ada 21)


Aging tank merupakan tangki yang digunakan untuk proses pemeraman (aging). Tangki ini berupa
silinder mendatar. Pada aging tank terjadi proses pemeraman, yaitu perendaman vanilin dengan alkohol selama
waktu tertentu. Waktu yang digunakan dalam proses aging ekstrak vanilin ini adalah 105 hari. Tujuan dari
proses aging adalah meningkatkan rendemen minyak vanilin yang dihasilkan.

Gambar Alat Keterangan


Aging Tank
- Kapasitas : 7000 liter
- Bahan : Stainless steel
- Dimensi :
- Panjang : 3400 mm
- Tebar : 1950 mm
- Tinggi : 1725 mm

6. Vibrating Screener
Vibrating screener merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan hasil ekstraksi vanilin dari ampas
vanilin. Alat ini berupa saringan bergetar yang mempunyai filter sebagai penyaring. Ukuran filter yang
digunakan disesuaikan dengan bahan yang akan disaring. Vibrating screener yang digunakan merupakan tipe
double deck.

Gambar Alat Spesifikasi


Vibrating Screener
- Tipe : ZZ-650
- Kapasitas : 2000 kg/jam
- Ukuran saringan (filter) :
100 mesh
- Daya : 1,5 KW
- Overall dimention :
880x880mm
- - Berat : 250 kg

7. Mixing Storage Tank


Mixing storage tank merupakan tangki yang yang digunakan sebagai tempat pencampuran air dengan
campuran ekstrak alkohol dengan vanilin. Mixing storage tank dilengkapi impeller yang berfungsi sebagai
pengaduk.

Gambar Alat Spesifikasi


Mixing Storage
Tank - Kapasitas : 10000 liter
- Barrel size :
2300x2440x4050
- Daya : 200 Watt
- Kecepatan pengadukan :
10 rpm
- Bahan : Stailess steel

8. Water Tank
Water tank merupakan tangki yang digunakan untuk menyimpan air yang digunakan sebagai pelarut
dalam proses pencampuran (mixing). Tangki ini berupa silinder mendatar. Untuk memindahkan air dari dalam
water tank ke mixing tank digunakan pompa.

Gambar Alat Keterangan


Tangki Air
- Kapasitas : 5000 liter
- Bahan : Stainless steel
- Dimensi :
- Panjang : 3072 mm
- Lebar : 1800 mm
- Tinggi : 1557 mm

9. Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu alat pembangkit yang menghasilkan uap air panas (steam) dari hasil
pemanasan air. Pada dasarnya prinsip kerja boiler adalah proses pemanasan pada tekanan konstan. Uap panas
(steam) hasil dari boiler digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemanasan tangki perkolator.
Gambar Alat Spesifikasi
Boiler
- Tipe boiler : water tube (pipa air)
- Kapasitas tangki : 50 liter
- Kebutuhan air : 36 kg/jam
- Daya boiler : 26 KW
10. Filling Machine
Filling machine merupakan mesin yang digunakan untuk proses pengemasan. Kemasan yang digunakan
adalah drum dengan kapasitas 50 liter.

Gambar Alat Keterangan


Filling Machine
- Tipe : DCS-100-SY
- Daya : 5 KW
- Kecepatan : 180
drum/jam
- Filling precision : ± 0,2 %
- Suhu proses : 0-180 OC
- Conveying mode : manual
- Control mode : semi-auto
11. Konveyor
Konveyor merupakan mesin pemindah berupa lantai berjalan. Jumlah konveyor yang dipakai dalam
produksi adalah enam konveyor, yaitu lima konveyor untuk untuk memindahkan vanilin yang telah dirajang
pada mesin perajangan ke perkolator dan sebuah konveyor untuk memindahkan drum-drum (produk) dari filling
machine ke ruang penyimpanan. Daya yang digunakan kedua konveyor ini adalah sama.

Gambar Alat Keterangan


Konveyor
pemindah vanillin : Tipe :
- Konveyor pemindah vanillin :
sidewall cleated conveyor belts
- Konveyor pemindah drum : pvc-
rollers conveyor
- Daya : 5 KW

Konveyor pemindah drum :


V. ANALISIS FINANSIAL

Evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang dbutuhkan. Selain itu
dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1992).
Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur permodaalan bagi perusahaan, yang
mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik
beroperasi. Secara umum biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal kerja. Kemudian
dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersbut dapat dikembalikan sesuai dengan
jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).
Menurut (Gray et al, 1992), dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan
atau penolakan atas pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria
investasi. Pada aspek finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan
adalah Net Present Value, IRR, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period, dan analisis sensitifitas (Sutojo, 1993).
Selain itu perlu dilakukan perhitungan biaya investasi dan kebutuhan modal kerja.
Menurut (Sutojo, 1993), aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada keuntungan yang akan diperoleh oleh
masyarakat sekitarnya, pemerintah setempat, dan lingkungan dimana proyek didirikan. Manfaat ekonomi itu
antara lain penambahan pendapatan daerah serta penambahan lapangan kerja baru.
Penghitungan kriteria investasi pada perancangan pabrik ini didapatkan Net Present Value senilai Rp
3,691,814,100, IRR senilai 40%, Net Benefit Cost Ratio senilai 1,01, dan Pay Back Period selama 0,03 tahun.
Berdasarkan parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa rancangan industri vanili ini LAYAK untuk
dioperasikan.

A. Biaya Investasi
B. Biaya Tidak Tetap
C. Produksi dan Pendapatan (Rupiah / Tahun)
D. Analisis Laba Rugi
Analisis Laba Rugi (Lanjutan)
E. Cashflow
Cashflow (Lanjutan)
Cashflow (Lanjutan)
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan

Alternatif proses yang dapat dipilih dalam pengolahan vanili meliputi proses enzimatik dengan depol, proses
ekstrtaksi dengan maserasi, proses ekstraksi denga perkolasi, dan proses ekstraksi dengan bantuan ultrasonic dan
microwave sebelum maserasi. Ekstrkasi vanilin menggunakan alkohol dilakukan dengna proses perkolasi. Vanili kering
diperkolasi dalam ekstraktor stainless steel menggunakan etanol dan air kira-kira 57% volume selama 2 minggu.
Perkolasi dikumpulkan dan dihaluskan kemudian disimpan sampai penuaan tertentu lalu disaring atau disentrifugasi.
Penggunaan pelarut alkohol dengan konsentrasi kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga
mempersulit penyaringan. Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan menghasilkan ekstrak dengan
kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada bagian bawah ekstrak.
Alasan pemilihan metode perkolasi sebagai alternatif cara untuk mengekstrak vanili adalah sebagai berikut: (1)
total waktu proses yang digunakan paling singkat, yaitu sekitar 6 bulan, (2) tanpa melalui proses curing, sehingga lebih
menghemat warehousing, (3) kondisi proses tunak, yaitu suhu dan tekanan yang digunakan relatif dan konstan (38-50
0
C), (4) lebih efisien dari segi biaya, hanya menggunakan pelarut etanol, (5) kelemahan metode enzimatis, harganya
mahal dan tidak ekonomis, sedangkan metode perkolasi tidak menggunakan enzim tambahan (enzim hidrolisis berasal
dari buah vanili secara alamiah), (6) kelemahan metode maserasi, waktu tunggunya 1 tahun, sedangkan metode
perkolasi hanya 2 minggu, (7) kelemahan metode enzimatik adalah memerlukan enzim depol, pengeringan lambat,
penggunaan bahan baku tidak efisien karena selain menggunakan enzim digunakan pula etanol untuk ekstraksi, dan (8)
kelemahan metode microwave dan ultrasonik, harga relatif mahal, dan membutuhkan proses curing.
Total energi yang digunakan adalah 122,325 x 106 joule. Pendirian rancangan industri pengolahan vanili
membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 2.217.450.000. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah Rp. 495.100.000 dan
total biaya tidak tetap adalah Rp. 115.693.850.000. Berdasarkan analisis ekonomi yang telah dilakukan, diperoleh IRR
sebesar 40%. Nilai IRR ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 16%.
Parameter ekonomi yang lain adalah pay back peroad (PBP) selama 0,03 tahun dan net B/C rasio 1,01. Berdasarkan
parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa rancangan industri vanili ini layak untuk dioperasikan.
B. Rekomendasi

Pihak perusahaan yang ingin mengembangkan industri ekstrak vanilin ini direkomendasikan untuk mencari
metode untuk meningkatan rendemen vanilin menjadi lebih tinggi. Perusahaan pengembang industri vanilin sebaiknya
mencari alternatif proses lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan budget awal industri. Selain itu, perusahaan
pengembang harus menyediakan lahan untuk bertanam vanili di sekitar industri, agar suplai bahan baku terjaga dan
transportasi bahan baku yang dikeluarkan lebih sedikit.
UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini sudah sepatutnya apabila kami, tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwijaya, DEA dan Dr.Ir. Hj. Erliza Noor selaku dosen Mata Kuliah
Perancangan Pabrik.
2. Perpustakaan LSI-IPB, PITP-IPB, dan perpustakaan TIN-IPB yang telah menyediakan literatur serta akses
dalam membantu tim penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Teman-teman TIN 44 yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada tim penulis.
4. Teman-teman TIN 43 serta pihak-pihak lain yang turut membantu dan memberikan bimbingan kepada tim
penulis.

Kami menyadari bahwa tugas perancangan pabrik vanili masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikannya. Semoga tugas perancangan pabrik vanili ini dapat
bermanfaat bagi pihak manapun yang memerlukannya.
DAFTAR PUSTAKA

Aguilera, J.M. 1999. Mikro Structural Principles of Food Processing An Enginering, second Edition. Aspen
Publisher, Inc. GAITHERESBURG.
Anonim. 2005. Sistem Informasi Usaha Kecil Tanaman Vanili. Bank Indonesi, Jakarta.
Ariyoto, K. 1990. Feasibility Study. Mutiara. Jakarta.
Boyce,M.C, P.R. Haddad, T.Sostaric. 2003. Determination of Flavour Component An Natural Vanila Extract and
Synthetic Flavourings by Mix Micellar Electrokinetic Cappilarry Chromatografi. Analitical Chemical Acta 485
(2003): 179-186.
Burri. J, M. Grafe, P. Lambelet dan J. Loiger. 1989. Vanilin: More Than of Flavouring Agent- of Potent Antioxidant.
J. Food Science. 48: 49-56.
Cerutti, P dan Al Zammura,S. 1997. Vanillin SN Antimicrobial for Producing Self-Stable Strowbery Pure. J. Food
Science. 62: 608-610.
Chalot, C.H. 1920. Culture et Prepration De la Vanilli. Emile La Rose. Librire Editeur. Paris. 215p. Di dalam Nuriani
Y.Monograf Vanili Nomor 4. Hlm: 18-26.
Chemistry Department. 2000. The Determination of Vanilin in Vanila Extract. Analitical Chemistry Practical III.
University of Malta. Page 1-5.
Cowlwy, E. 1973. Vanilla and Its Uses. Proceedings of The Conference of Spices Tropical Product Institute. London
Departemen Pertanian. 2004. Vanili (Vanilla planifolia Andrews); Pedoman Teknologi Pengolahan. Deptan Dirjen
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.
Dignum, M. J., W. J. Kerler, dan R. Verpoorte. 2001. Vanilla Curing Under Laboratory Conditions. Einsteinweg,
Netherland. Journal Of Food Chemistry 79: 165-171
Djamin, Z. 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek. FE-UI. Jakarta.
Edris, M. 1993.Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru. Bandung.
Hadipoentyanti, E, dan Udarno, 1998. Botani Vanili. Di dalam Monoaf Panili. Monograf Nomor 4 Bogor: Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Handayani, E. dan E. Fatimah. 2002. Teknik Penentuan Kadar Vanilin Secara Spectrofotometric. Buletin Teknik
Pertanian. Vol 5. No 01. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Havkin, The danvFrenkle. 2004. Interrelation af Curing and Butany Vanilla (Vanilla Planifolia A.) Bean. Proc
XXVI IHC-Future for Medicional and Aromatics Plants. CANT. INT TEV. Agnecy (CIDA)
Heath, H.B. 1978. Flavour Technology: Profile, Product Aplication. The AVI Publishing Co. Inc Westsport
Connecticut.
http ://agroindonesia.com/vanilla [17 Januari 2010]
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Penerbit UPP AMP YKPN. Yugyakarta.
Kadariah, L., Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi, FE-UI Jakarta.
Ketaren, S. dan Swastawa, I. G. M. 1994. Pengaruh Tingkat Mutu Buah Panili (Vanilla planifolia A.) dan Nisbah
Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin yang Dihasilkan. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Vol 5 (3).hal 161-171. Fateta. IPB. Bogor
Mukhopadhyay, M. 2002. Natural Extracts Using Super Critical Carbon Dioxide. CRC Press, London, New York.
Wangsington DC.
Odoux, E. 2003.Changes An Vanilin and Glucovanilin Consentration During the Various Stage of The Process
Traditionally Used for Curing Vanilla Fragrants Beans in Reunion. Jurnal of Food Agricutural and Chemestry
55.2 119-125.
Paar, A. 2000. Microwave Assisted Extraction. http ://Wikipedia/microwave [17 Januari 2010]
Purseglove, J. W., E. G Brown, C. L. Green dan S.R.J. Robins. 1981. Spices Vol 2. Lomen. London, New York.
Ranadive, A. S. 1994. Vanillin and Related Flavour Compounds in Vanilla Extracts Made From Various Global
Origins. Journal Agricultural of Food Chemistry 40 (10) :1922-1924.
Rao, S. R. dan G. A. Revishankar. 2000. Vanilla Flavour : Production by Conventional and Biotechnical Routes.
Jurnal Science Of Food Agricultural. 80: 289-304
Rismunandar dan Sukma, E.S. 2003. Bertanam Panili. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setyaningsih, D. 2006. Peranan Aktivitas Enzim β- Glukosidase Pada Pembentukan Komponen Flavor Panili
Selama Proses Kuring. Disertasi. Jurusan Biologi, FMIPA, IPB. Bogor.
Sudjaji, 1985. Metode Pemisahan. Kanisius, Yogyakarta.
Sutojo, S. 1993. Studi kelayakan proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

LAMPIRAN

1. Tata Letak Dan LokasiPabrik

Terdapat beberapa prinsip dasar dalam penentuan lokasi pabrik, yaitu peraturan dan kebijakan, pembobotan
relatif, interaksi antar berbagai faktor (input dan pasar), dan pertimbangan lokasilainnya. Penentuan lokasi pabrik
merupakan salah satu tahapan dalam perancangan industri vanili. Studi ini diperlukan untuk memperoleh keputusan
yang tepat dalam pemilihan lokasi industri, dimana lokasi landasan dasar dalam konsep penentuan lokasi adalah
prospek jangka panjang industri vanili di Indonesia.
Pada dasarnya terdapat lima komponen yang harus diperhatikan dalam strategi penentuan lokasi pabrik. Kriteria
yang dipakai dalam pemilihan lokasi pabrik vanili yang layak adalah:
1. Iklim dan tenaga kerja
2. Kedekatan dengan akses pasar
3. Kedekatan supplier bahan baku
4. Sarana serta infrastruktur transportasi dan komunikasi
5. Utilitas (energi, air, dan lainnya).
Pemilihan alternatif lokasi dilakukan dengan memilih tiga daerah yang memiliki potensi suplai bahan baku dan
kedekatan dengan pasar. Daerah pengembangan vanili di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Daerah sentra produksinya adalah Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan daerah penghasil vanili ini maka daerah yang potensial sebagai lokasi industri vanili adalah Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pemilihan tiga daerah inisebagai alternatif lokasi industri vanili berdasarkan
kapasitas produksi yang besar pada ketiga lokasi tersebut.Penentuan lokasi industri menggunakan factor rating method.

Tabel 8.Penentuan Lokasi Industri Vanili


Kriteria Bobot Skor (0-100) SkorBobot
Jawa JawaTim Sulawesi Jawa JawaTimur Sulawesi
Barat ur Selatan Barat Selatan
Kedekatan Bahan Baku 0.40 60 80 40 24 32 16
Keamanan dan Kondisi 0.10 70 65 50 7 6.5 5
Politik Daerah
BiayaTenaga Kerja 0.20 30 50 70 6 10 14
AksesPasar 0.30 70 65 30 21 19.5 9
Total 58 67.5 44

Faktor yang penentu yang dijadikan sebagai alternative dalam penentuan lokasi industri vanili meliputi:
kedekatan dengan bahan baku, keamanan dan lokasi politik daerah, biaya tenaga kerja, dan akses pasar. Kriteria
kedekatan dengan bahan baku memiliki bobot yang paling besar yaitu 0.40 (40%), akses pasar memiliki bobot sebesar
0.30 (30%), bobot untuk tenaga kerjasebesar 0.20 (20%), dan bobot untuk keamanan dan kondisi politik sebesar 0.10
(10%).
Berdasarkan perhitungan menggunakan factor rating method diperoleh lokasi yang tepat untuk pendirian industri
vanili adalah JawaTimur. Total skor bobot untuk Jawa Timur adalah 67.5. Jawa Barat memiliki total bobot sebesar 58
sedangkan Sulawesi Selatan memiliki total bobot sebesar 44. Pemilihan Jawa Timur sebagai lokasi industri vanili
sangat strategis, karena lokasi sumber bahan baku untuk industri vanili tersebar dari Sumatera sampai Sulawesi,
sehingga pemilihan Jawa Timur sebagai lokasi industri vanili sangat cocok.
Perencanaan tata letak adalah suatu perencanaan untuk menentukan dan mengatur mesin dan peralatan pada suatu
tempat atau lokasi yang paling baik, untuk memberikan aliran bahan yang tercepat dengan tingkat penanganan yang
paling rendah dalam memproses suatu produk, sejak dari penerimaan bahan baku sampai pengiriman produk
akhir.Perencanaan tata letak juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan keterkaitan antar pekerja, aliran bahan, aliran
informasi dan metode yang dibutuhkan.Perencanaan tata letak juga mencakup luasan kerja, pelayanan konsumen dan
luasan penyimpanan.
Tata letak pabrik mnerupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam jangka
panjang. Tujuan strategi tata letak adalah untuk mengembangkan suatu tata letak yang ekonomis. Penempatan fasilitas
yang baik akan mempengaruhi efisiensi perusahaan, pembentukan laba perusahaan dan kelangsungan perusahaan.
Perancangan tata letak fasilitas yang produktif harus memperhatikan aspek penanganan dan penyimpanan bahan,
karena biaya penanganan bahan merupakan kriteria penting yang menentukan keberhasilan suatu perancangan tata letak
fasilitas. Hampir tiap perusahaan menghabiskan sekitar 20-30 persen biaya tenaga kerja langsung mereka pada
penanganan bahan, tetapi umumnya hal ini tidak disadari karena biaya penanganan bahan tersembunyi dalam biaya
yang lain. Karena hal tersebut, maka sebaiknya dilakukan pengawasan oleh perusahaan untuk memonitor biaya-biaya
tersebut dan mencoba memperbaiki prosedur penanganan bahan yang ada.
Berdasarkan diagram alir proses maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis keterkaitan aktivitas untuk
menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat yang digunakan dalam menganalisis dan merancang keterkaitan aktivitas
disebut sebagai Peta Keterkaitan Antar Aktivitas atau Activity Relationship (AR)-chart. Dalam merancang hubungan
antar kegiatan, harus dipertimbangkan faktor penting yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau
ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan.
Bagian bangunan yang diperlukan dalam pengolahan vanili meliputi gudang bahan baku, ruangan sortasi,
perajangan, ruangan tabung perkolasi, bak penampung air, bak penampung alkohol, ruangan aging, ruang penyaringan,
pengemasan, dan penyimpanan. Diagram ketekaitan antar ruang pada industri vanilidapat dilihat pada Gambar 9.
GudangBahan Baku 2

A 3

RuangSortasi A 4
A O 5
RuangPerajangan I U 6
7
A O U
E U X 8
RuangPerkolasi X X
I 9
E
X X U 10
Ruang Aging A
U X U U
A
X U 1
Penyaringan X U
U X 2
O X
Tabung Air dan Boiler U 3
O U
O U U 4
X U 5
X X 6
7
X
9

TabungAlkohol

RuangPengemasan

RuangPenyimpanan

Gambar 9.HubunganKeterkaitanAntarRuangBangunanIndustriVanili

Derajat Keterkaitan antar Ruang


A : Absolutely nilai = 34
E : Especially nilai = 33
I : Important nilai = 32
O : Ordinay nilai = 31
U : Unimportant nilai = 30
X : nilai = 0

Berdasarkan diagram keterkaitan antar ruang di atas dapat dibuat analisis TCR (Total Closeness Rate). Analisis
TCR dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. AnalisisTotal Closeness Rate (TCR)


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 TCR
1 - 81 81 3 1 1 0 0 1 1 169
2 81 - 81 9 3 1 0 0 1 1 177
3 81 81 - 81 27 9 0 0 0 0 279
4 3 9 81 - 27 81 1 1 1 1 205
5 1 3 27 27 - 81 0 0 1 1 141
6 1 1 9 81 81 - 3 3 1 1 181
7 0 0 0 1 0 3 - 3 0 0 7
8 0 0 0 1 0 3 3 - 0 0 7
9 1 1 0 1 1 1 0 0 - 81 86
10 1 1 0 1 1 1 0 0 81 - 86

Berdasarkan analisis TCR, maka dapat ditentukan tata letak bangunan industri dengan luas bangunan total 970 m 2
dan luas lahan 1.200 m2. Tata letak pabrik vanili dapat dilihat pada Gambar 10.

II

VII VI III IX
IV
X

VII V
Gambar 10. Tata LetakIndustri Vanili dan Aliran Proses Produksi

Keterangan:
I : GudangBahan Baku VI : Penyaringan
II : Sortasi VII : Pengemasan
III : Perajangan VIII : Penyimpanan
IV : Perkolasi IX : Penampung air dan boiler
V : Aging X : Tangki Alkohol
2. Optimasi Penjadwalan Produksi

Proses produksi flavor dimulai pada Juni karena waktu panen buah vanili
berkisar antara Mei sampai Juli, sedangkan umur simpan dari vanili sendiri sekitar 60
hari tanpa adanya perlakuan. Dengan penyimpanan pada tempat dingin dan tertutup,
umur simpan vanili dapat terjaga sampai dengan 6 bulan. Oleh karena umur simpan 6
bulan maka kegiatan atau proses produksi dapat dilakukan sebanyak 12 kali selama
satu tahun dengan melakukan proses produksi 2 minggu sekali.
Pada Juni minggu pertama dilakukan proses sortasi. Selanjutnya dilakukan
proses perajangan yang membutuhkan waktu 2 jam, dimana dengan waktu 2 jam
dapat merajang 1 ton buah vanili. Perajangan dilakukan selama 6 jam sebanyak 3 ton
dengan 3 kali diagram alir proses produksi. Setelah melakukan perajangan, dilakukan
perkolasi pada minggu pertama dan kedua selama 2 minggu dengan total vanili
sebanyak satu ton. Diperlukan 3 tanki perkolasi, sehingga proses perkolasi dapat
optimal dengan total buah vanili yang diproses sebanyak 3 ton. Sesudah proses
perkolasi, vanili akan di aging selama 6 bulan yang dilakukan pada Juni minggu
kedua. Selanjutnya proses penyaringan hasil aging dilakukan pada minggu kedua
bulan Desember selama 3 jam. Terakhir adalah proses mixing yang dilakukan pada
minggu kedua bulan Desember juga. Proses ini akan terus berlanjut sampai minggu
keempat pada Mei tahun berikutnya.
Dari penjadwalan tersebut, terdapat 12 kali proses produksi dalam 1 tahun.
Dalam 1 kali proses produksi tersebut dibutuhkan bahan baku buah vanili sebanyak 3
ton atau 3000 kg, sehingga dibutuhkan 36 ton atau 36000 kg bahan baku buah vanili
untuk 1 tahun. Berdasarkan neraca massa proses pembuatan flavor vanili, dari 1 ton
bahan baku buah vanili dihasilkan flavor vanili sebanyak 7868 kg . Jadi, dengan 12
kali produksi dalam 1 tahun flavor vanili dapat dihasilkan sebanyak 283248 kg atau
337631,616 L.
Berikut ini merupakan perhitungan hasil flavor vanili yang dihasilkan dari
penjadwalan pada tabel 10:
Keterangan:
a = Jumlah buah vanili yang digunakan dalam 1 kali proses produksi (ton)
b = Jumlah proses produksi flavor vanili yang dilakukan dalam periode 1 tahun
- Total bahan baku yang digunakan dalam 1 tahun
= a x b = 3 ton x 12 = 36 ton = 36000 kg
- Flavor vanili yang dihasilkan dalam 1 tahun (Konversi 1000 kg buah vanili
menjadi flavor vanili sebesar 7868 kg)
= 36000 kg buah vanili x (7868 kg flavor vanillin / 1000 kg buah vanili)
= 283248 kg = 337631,616 L flavor vanillin
(1 kg flavor vanillin = 1192 L flavor vanilin)
Tabel 10. Penjadwalan Produksi

  JUNI JULI
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Proses Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
Sortasi 1   2   3   4  
Perajangan 1   2   3   4  
Perkolasi 1 1 2 2 3 3 4 4
Aging   1   1,2   1,2,3   1,…,4
Penyaringan                
Mixing                

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER


Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg
u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4 u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4 u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4
5   6   7   8   9   10  
5   6   7   8   9   10  
5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 10 10
  1,..,5   1,…,6   1,…7   1,…,8   1,…,9   1,…,10
                       
                       

NOVEMBER DESEMBER JANUARI


Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg Mingg
u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4 u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4 u Ke-1 u Ke-2 u Ke-3 u Ke-4
11   12                  
11   12                  
11 11 12 12                
  1,…,11   1,…,12 1,…,12 2,…,12 2,…,12 3,…12 3,…,12 4,…,12 4,…,12 5,…,12
          1   2   3   4
          1   2   3   4

FEBRUARI MARET APRIL MEI


Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Mingg Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 u Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
                               
                               
                               
5,…,12 6,…,12 6,..,12 7,…,12 7,…,12 8,…,12 8,…,12 9,…,12 9,…,12 10,11,12 10,11,12 11,12 11,12 12 12 ~
  5   6   7   8   9   10   11   12
  5   6   7   8   9   10   11   12

Anda mungkin juga menyukai