FLAVOR ALAMI BERBAHAN BAKU VANILI (Vanilla Planifolia Andrews)
FLAVOR ALAMI BERBAHAN BAKU VANILI (Vanilla Planifolia Andrews)
Oleh:
Kelompok 18
Anggota:
Siti Ulfah Deasy T F34070069
Rizky Bachtiar F34070086
Wardah Nazripah F34070087
Yuliana Kaneu T F34070098
Lutfi Setiyono F34070112
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwijaya, DEA
Dr.Ir. Hj. Erliza Noor
A. Latar Belakang
Tujuan dari tugas mata kuliah perancangan pabrik ini adalah membuat
rancangan pabrik untuk industri vanilin dengan memperhitungkan segala aspek
yang ada. Aspek-aspek yang diamati meliputi aspek keteknikan, aspek
produksi, serta aspek finansial.
C. Tinjauan Umum
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Orchidales
Famili : Orchidaceace
Genus : Vanilla
Spesies : V. planifolia
Nama binomial : Vanilla planifolia
Gambar 1. V. planifolia
1. Pelayuan (killing)
Buah vanili hasil sortasi dilayukan untuk menghentikan pertumbuhan
vegetatif dan untuk merusak struktur sel. Pelayuan akan merusak fungsi
respirasi dengan merusak membran sel (Rao dan Revishankar, 2000). Proses
pelayuan juga berfungsi menjalankan reaksi enzimatis yang berperan dalam
pembentukan aroma dan flavor serta mempermudah proses pengeringan. Proses
ini diindikasikan dengan pembentukan warna coklat pada buah (Hayani dan
Fatimah, 2002).
Ada beberapa metode pelayuan yang biasa dilakukan. Metode pelayuan
tersebut adalah pelayuan dengan menggunakan panas matahari (sun killing),
oven (oven killing), air panas (hot water killing), penggoresan buah (killing by
stratching) dan pembekuan (killing by freezing). Metode pelayuan yang praktis
dan paling banyak dilakukan adalah pelayuan dengan menggunakan panas
matahari, oven dan air panas (Ranadive, 1994).
2. Pemeraman (sweating)
Menurut Havkin-Frenkel et al., (2004), pada tahap pemeraman buah
vanili yang telah dilayukan mengalami perkembangan karakteristik flavor
vanili, aroma dan warna. Kegunaan pemeraman adalah untuk mencapai
kelembaban yang cukup agar enzim dapat mengkatalisis berbagai proses
hidrolitik dan oksidatif.
3. Pengeringan (drying)
Pada akhir tahap pemeraman, buah vanili menjadi berwarna coklat dan
telah mengembangkan sebagian besar karakteristik aroma dan flavor vanili.
Buah vanili pada tahap tersebut masih memiliki kadar air 60-70%. Pada tahap
pengeringan kadar air buah vanili diturunkan sehingga tidak mudah terkena
jamur terutama pada waktu penyimpanan dan pengangkutan selama distribusi.
Pengeringan ini dilakukan hingga kadar air vanili 25-30% (Ranadive,1994).
4. Penuaan (conditioning)
Penyimpanan bertujuan menyempurnakan aroma vanili setelah
dikeringkan. Penyimpanan vanili dilakukan pada kotak tertutup dalam jangka
waktu tiga bulan atau lebih hingga memenuhi aroma dan flavor yang
diharapkan.
Buah vanili segar tidak mempunyai bau sehingga proses curing akan
menghasilkan aroma khas vanili. Flavor khas vanili merupakan campuran
kompleks lebih dari 170 komponen volatil yang terdapat dalam buah vanili
cured. Komponen utama pembentuk flavor vanili adalah vanilin, asam vanilat,
vanilil alkohol, ρ -hidroksibenzaldehid, asam ρ - hidroksibenzoat dan ρ
-hidroksibenzil alkohol (Rao dan Ravishankar, 2000).
Buah vanili hasil proses kuring mengandung protein, gula, serat
lignoselulosa, selulosa, asam organik, vanilin dan fenol monohidroksi, minyak,
lilin, resin gum, pigmen, meneral, komponen aroma volatil dari asam lemak
esensial.
Produk yang dihasilkan dari pabrik atau industri ini adalah ekstrak vanili.
Ekstrak vanili adalah larutan hidroalkohol yang mengandung aroma dan flavor
terekstrak dari buah vanili dan dapat juga ditambah zat pemanis atau pengental
seperti gula dan gliserin. Ekstrak vanili maksimal mengandung alkohol 35%
dan zat terekstrak lainnya dari satu bagian buah per 10 bagian pelarut
(Purseglove, 1981). Ekstrak vanili yaitu ekstrak yang dihasilkan dari perkolasi
atau maserasi potongan-potongan buah vanili dengan pelarut etil alkohol
dengan air. Ekstrak vanili dapat pula dihasilkan dengan cara mencincang buah
vanili dan menghaluskannya dengan gula (sebanyak setengah dari bobot vanili)
yang akan membantu jalannya ekstraksi dan proses penuaan produk, kemudian
diperkolasi dalam ekstraktor stainless steel menggunakan etanol dan air kira-
kira 57% volume selama 3-4 minggu. Perkolasi dikumpulkan dan dihaluskan
kemudian disimpan sampai penuaan tertentu lalu disaring atau disentrifugasi
(Cowlwy, 1973).
FDA mengatur bahwa ektrak vanili 1 fold adalah ekstrak yang murni
mengandung 13.35 ons buah vanili/gallon cairan dan mengandung 35%
alkohol. Fold adalah ukuran kekuatan untuk ekstrak vanila. Untuk food
processing, digunakan vanilin dua, tiga atau empat fold. Vanilin dua fold
menggunakan 26.7 ons buah vanili, mengandung dua kali lebih banyak bahan
ekstrak dan dua kali lebih kuat. Tiga fold, empat fold merupakan tiga atau
empat kali kandungan satu fold.
Standar ekstrak vanili berdasarkan FDA adalah kadar etanol 350 ml/l atau
lebih, mengandung gliserin, propilen glikol, gula dan sirup sebagai pengental
dan pemanis, anti kempal pada produk akhir tidak lebih dari 20 g/kg, kekuatan
two fold, kadar vanilin 1.1-3.5 g/l, abu 2.2-4.32 g/l, abu terlarut 1.79-3.57 g/l,
lead number 4.0-7.4, alkalinitas abu total 300-540 ml 0.1 N asam/l, alkalinitas
abu terlarut 220-400 ml N asam/l, total asam 300-520 ml 0.1 N asam/l dan
keasaman selain vanilin 140-420 ml 0.1 N basa/l (Heath, 1978).
Kegunaan utama ekstrak vanili adalah sebagai ramuan pada minuman serta
memberi aroma pada makanan seperti coklat, kembang gula dan es krim. Burri
et al,. (1989) menyatakan bahwa vanilin dapat digunakan sebagai antioksidan
pada makanan yang banyak mengandung komponen tak jenuh. Selanjutnya
ditambahkan oleh Cerutti et al.,(1997) menyebutkan bahwa kombinasi vanilin
dengan 500 ppm asam askorbat pada pH 3 mampu mencegah pertumbuhan
mikroba alami dan kontaminan pada purce strawberry yang disimpan selama
60 hari pada suhu ruang. Ekstrak vanili juga digunakan dalam sintesis obat-
obatan sebagai flavouring agent, sebagai starting material dalam pembuatan
obat anti hipertensi dan untuk perawatan penyakit Parkinson ( Chemistry
Department University Of Malta, 2000).
Buah yang diekstrak sebaiknya dipotong 0.2-2 cm. Daya ekstraksi akan
semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran bahan, karena kontak
antara bahan dengan pelarut merupakan proses osmosis yang berjalan lambat.
Namun demikian, bahan yang terlalu halus dapat membentuk suspensi dengan
pelarut dan dapat terjadi penguapan senyawa volatil yang berlebihan sebelum
proses ekstraksi (Ketaren dan Suastawa, 1994).
Perbandingan bahan dengan pelarut dapat mempengaruhi hasil ekstraksi.
Perbandingan yang baik antara bahan dengan pelarut adalah 1:10 (Cowley,
1973). Konsentrasi pelarut juga akan mempengaruhi ekstrak. Penggunaan
pelarut alkohol dengan konsentrasi kurang dari 35% akan menyebabkan
terekstraknya gum sehingga mempersulit penyaringan. Penggunaan alkohol
dengan konsentrasi lebih dari 70% akan menghasilkan ekstrak dengan
kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada bagian bawah ekstrak
(Purseglove et al., 1981). konsentrasi etanol terbaik adalah 50-60%.
Penggunaan buah vanili segar sebagai bahan baku pembuatan ekstrak
sebenarnya telah dilakukan oleh industri-industri besar, meski waktu yang
diperlukan untuk ekstraksi tersebut relatif lebih lama dibanding ekstrak buah
vanili kering. Tahapannya terdiri dari seleksi buah, pencucian, pengepresan,
ekstraksi, pemurnian, pencampuran (alkohol dan air) serta pengemasan ekstrak.
Namun saat ini banyak dikembangkan penggunaan vanili kering sebagai bahan
baku proses ekstraksi. Disamping itu terdapat 2 metode pembuatan ekstrak
vanili komersial yang direkomendasikan oleh industri yakni maserasi dan
perkolasi. Selain kedua metode tersebut terdapat metode ekstraksi enzimatis
dan menggunakan bantuan gelombang ultrasonik.
Ekstrak vanili biasanya dijual sesuai standar dengan satuan fold. Single
fold berarti 13.35 ounces buah vanilla/galon yang memiliki kadar air dibawah
25% dalam larutan alkohol 35%. Standar ini ditetapkan FDA agar kualitas
ekstrak vanilla yang dijual di pasaran dapat terjaga. Seluruh proses produksi
dalam perancangan pabrik ini dimaksudkan untuk menghasilkan ekstrak vanilla
sesuai dengan standar FDA tersebut.
Chopping
(perajangan)
Adjust pH
(4-5)
Penambahan enzim
depol (0,7-2 %)
T=40-60 oC
Penambahan etanol
(10-30 %)
t=30 menit
Remove solid di
separator
Consentrated vanili
ekstract
Perendaman dalam
alkohol 50%
Penyayatan
(min 3 sayatan)
Maserasi
t=1 tahun
Aging
t=6 bulan
Penyaringan
Penguapan pelarut
Ekstrak Vanili
β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3
β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3
Buah Vanili Segar
100 kg
Penyayatan,
(min 3 sayatan)
Perkolasi dengan
Alkohol 60%
(T=38-500C disirkulasi
t=2 minggu)
Penyaringan
Ekstrak Vanili
2.75%
Gambar 7. Perkolator
Curing
Penambahan :
- Air 30 ml
- Etanol 60 % 70 ml
- Sukrosa
- Gliserin
Maserasi
Penyaringan
Penguapan Pelarut
Hingga alkohol 35%
Proses pembuatan flavor alami yang kelompok kami pilih adalah proses
ekstraksi dengan perkolasi. Berikut diagram alir proses serta neraca massa tiap
prosesnya.
Sortasi 50 Kg
Vanili Off grade
950 Kg
5 Kg
Perajangan
Vanili terbuang
4390,5 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan4364,5 Kg alkohol)
Air
Penambahan Air
3896,88L / 3896,88 kg
hingga alkohol 35%
7868 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 7842 Kg alkohol 35%)
1. Sortasi
Pada proses ekstraksi vanilli, bahan baku yang digunakan untuk sekali
produksi adalah 1000 kg vanili kering. Bahan baku yang dating kemudian
disortasi atau dipilah agar sesuai dengan grade, sehingga dari hasil sortasi akan
dihasilkan 950 kg vanili yang akan dipakai dan 50 kg vanili yang off grade.
2. Perajangan
3. Perkolasi
4. Aging
Aging
β-glukosidase
Glukovanillin C6H12O6 + C8H8O3
Proses ini membutuhkan lama waktu 6 bulan. Hasil dari proses ini
memiliki massa yang sama dengan input, yaitu 945 kg vanili dan 4594,2 kg
alkohol 60%.
5. Penyaringan
5539,2 kg buburvanili
(945 KgVanili dan 4594,2 Kg alcohol)
6. Penambahan Air
4390,5ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 4364,5 Kg alcohol)
7868 kg ekstrak`vanili
(26 Kg Vanilin dan 7842 Kg alkohol 35%)
Proses selanjutnya adalah penambahan air sebesar 3896,88 kg. Proses ini
dilakukan untuk mengencerkan kadar alkohol dari 60% menjadi 35% sehingga
dihasilkan campuran 26 kg vanili dan 7842 kg alkohol 35%. Menurut
Purseglove (1981), ekstrak vanili maksimal mengandung alkohol 35% dan zat
terekstrak lainnya dari satu bagian buah per 10 bagian pelarut.
a. Penambahan Air
Standar ekstrak vanili :
1 fold ≈ 2,78 gr vanilin/L dalam larutan alkohol minimum 35%
Vanilin sebagai hasil akhir adalah 2,75% dari berat vanili yang
diinputkan, sehingga:
2,75
Vanilin akhir = x 945 kg=26 kg
100
26 kg 26000 gr
= =9352,2 L=8697,55 kg alkohol 35 %
2,78 gr / L 2,78 gr / L
26 kg 26000 gr
= =9352,5 L=7482 kg alkohol 35 %
2,78 gr / L 2,78 gr / L
35
Jumlah alkohol= x 9352,5 L=3273,37 L alkohol35 %
100
Jumlah air=9352,5 L−3273,37 L=6079 , 13 L
3273,37 L 60
=
x 100
x=5455,6 L=4364,5 kg
Keterangan x = jumlah larutan alkohol 60% (sebagai input)
Jumlah air yang ditambahkanadalah:
3273,37 60
=
9352,5−x 100
327337 = 561150 – 60x
x= 3896,88 kg = 3896,88 L
b. Penyaringan
Hasil dari proses penyaringan untuk jumlah alkohol sama dengan jumlah
alkohol yang digunakan sebagai input dari proses penambahan air yaitu 5455,6
L alkohol = 4364,5 kg alkohol 60% dan jumlah vanilin yang dihasilkan
sebanyak 26 kg. Dalam proses penyaringan ini menghasilkan sisa yaitu ampas
sebanyak 919 kg yaitu dari hasil pengurangan 945 kg input vanili dalam proses
penyaringan dengan vanilin yang dihasilkan yaitu 26 kg. Sisa yang dihasilkan
juga adalah alkohol yang menempel pada ampas sebanyak 287,14 L = 229,71
kg. Jumlah alkohol ini merupakan 5% dari jumlah alkohol sebagai input yang
sebanyak 5742,74 L= 4594,2 kg alkohol 60%.
c. Aging
Pada proses aging, dihasilkan 5742,74 L alkohol 60% = 4594,2 kg dan
juga 945 kg vanili. Hasil tahap aging ini merupakan input untuk tahap
penyaringan. Proses aging ini merupakan proses pemeraman yang bertujuan
agar flavor yang sudah dihasilkan pada tahap perkolasi bertambah kuat
d. Perkolasi
Tahap perkolasi merupakan tahap merendam vanili kedalam tangki
bersikulasi. Pada tahap perkolasi ini dihasilkan 5742,74 L alkohol 60% =
4594,2 kg dan juga 945 kg vanili. Hasil perkolasi ini digunakan sebagai input
pada tahap aging. Pada tahap perkolasi juga dihasilkan sisa alkohol sebanyak 2
kg alkohol, yaitu merupakan alkohol yang menempel pada tangki setelah
produk (hasil) keluar. Dari hasil dan sisa yang sudah diketahui, maka diketahui
jumlah alkohol sebenarnya yang digunakan sebagai input pada tahap ini yaitu
4596,2 kg alkohol 60% yaitu hasil penambahan dari jumlah alkohol sebagai
hasil, dengan jumlah alkohol sisa.
III. NERACA ENERGI DAN KEBUTUHAN UTILITAS
A. Kebutuhan Utilitas
1. Air
Air yang digunakan adalah air yang berasal dari sungai terdekat melalui
saluran pipa yang terletak di dekat pabrik. Air digunakan sebagai pendingin, air
proses, air umpan boiler, pencuci peralatan, dan untuk memenuhi kebutuhan
internal perusahaan. Sebelum digunakan air tersebut diolah terlebih dahulu. Air
umpan boiler digunakan untuk mengisi boiler stork dan hallstroom. Air umpan
boiler adalah air proses yang mengalami proses penghilangan kesadahan dan
gas CO2 serta telah sesuai dengan umpan boiler.
2. Listrik
Sumber listrik utama pabrik vanilin ini adalah PLN dengan daya sebesar
105 KVA. Dalam mengantisipasi kematian arus listrik dari PLN perusahaan
menyediakan generator listrik diesel dengan daya sebesar 125 KVA. Kebutuhan
energi listrik tersebut digunakan untuk penerangan, untuk menggerakkan
pompa dan alat-alat lain yang sumber energinya berasal dari listrik.
3. Uap
Uap dihasilkan oleh boiler sebagai sumber dari pompa pada perkolator
dan pemanas pada perkolator.
B. NERACA ENERGI (Perhitungan energi yang dibutuhkan setiap alat
per batch proses)
1. Mesin Perajang
P = 1 buah x 200 watt = 200 watt = 0,2 Kw
1 buah
E = 0,2 Kw x 2 jam = 0,4 Kwh x 3,6 x 106 = 1,44 x 106 joule
Kwh
Energi loss = 10% x 1,44 x 10 joule = 1,44 x 105 joule
6
3. Mesin Pencampuran
P = 1 buah x 0,2 Kw = 0,2 Kw
1 buah
E = 0,2 Kw x 0,5 jam = 0,1 Kwh x 3,6 x 106 = 0,36 x 106 joule
Kwh
Energi loss = 10% x 3,6 x 10 joule = 3,6 x 104 joule
5
4. Mesin Pengisi
P = 1 buah x 5 Kw = 5 Kw
1 buah
E = 5 Kw x 2 jam = 10 Kwh x 3,6 x 106 = 36 x 106 joule
1 Kwh
Energi loss = 10% x 3,6 x 10 joule = 3,6 x 106 joule
7
m = 4594,2 kg etanol
cetanol = 0,5976 kkal/kgoC
Δt = 50oC – 27oC = 23oC
qloss = k A dT / s
= 16,3 W/mK x 80,07 m2 x 23oC /
0.5 m
= 60036,49 W
Efisiensi boiler 90%, jadi energi yang harus disupply oleh boiler
untuk kebutuhan pemanasan proses perkolasi :
Qboiler = 7,81 x 1010 J/90% = 7,03 x 1010 J
Sesuai yang tercantum pada steam table untuk uap air (H2O),
dengan kondisi suhu = 50oC diketahui hal-hal sebagai berikut :
Entalpi Uap Jenuh (hg) suhu 50oC = 2592 kJ/kg
= 2592 kJ x 0.430 = 1114.56
btu/lb
c. Kapasitas Boiler
Energi boiler = energi pompa perkolator + energi pemanasan
= 0,579 x 1010joule + 7,03 x 1010 J
= 7,61 x 1010 joule
Dalam 1 jam, kebutuhan energi = 7,61 x 1010 joule / (3600 x 1000 x 360)
= 58,72 kWh
= 29228,4 kg air
d. Kebutuhan Solar
Konversi solar ke energi
1 L solar = 38.6 MJ
Asumsi 50% konversi jadi energi panas, 1 L solar = 19,3 MJ
9. Pompa E-15
Q (debit) = 35 m3/jam x 1 jam = 0.00972 m3/dtk
3600 s
Total waktu untuk 1 batch : 4682,5 jam (± 195 hari), dengan rincian :
- Perajangan : 2 jam
- Perkolasi : 360 jam
- Aging : 4315 jam
- Filtrasi : 3 jam
- Pencampuran : 0,5 jam
- Pengisian ke drum : 2 jam
Pemilihan alat-alat pengolahan produksi flavor berbahan vanili beserta spesifikasinya adalah sebagai
berikut :
1. Mesin Perajang
Mesin perajang merupakan mesin yang berfungsi untuk merajang atau memperkecil ukuran buah vanilli.
Perajangan ini dilakukan untuk memperluas permukaan buah vanili yang akan diekstrak sehingga rendemen
yang dihasilkan lebih optimal.
Gambar Alat Keterangan
Mesin Perajang - Tipe perajang : vertikal
- Kapasitas : 500 kg/jam
- Daya : 200 Watt
- Bahan : Stainless steel dan rangka
besi
- Mata pisau : 2 buah plat baja
- Tinggi rangka : 1 m
- Panjang rangka: 40 cm
- Lebar rangka: 60 cm
2. Perkolator
Perkolator merupakan alat yang digunakan untuk proses perkolasi. Perkolator terdiri dari tangki
perkolator yang berbentuk silinder tegak, pompa perkolator, dan pipa perkolator. Prinsip kerja alat ini adalah
mengekstraksi vanili dengan cara mengalirkan alkohol pada vanili. Pengaliran alkohol dibantu oleh pompa
perkolator. Pipa perkolator mempunyai dimensi diameter yang tidak sama dikedua ujungnya. Untuk menjaga
kondisi panas (T = ± 50 OC) perkolasi pada perkolator digunakan steam yang berasal dari boiler. Sistem
pemanasan yang dilakukan adalah dengan steam koil, yaitu panas ditransfer dengan cara melewatkan steam
dalam pipa ke tangki perkolator. Steam ini tidak diinject pada tangki perkolator sebab dapat mempengaruhi
kualitas produk yang akan dihasilkan nantinya.
3. Pompa
Pompa adalah alat yang digunakan untuk membantu memindahkan suatu bahan, dalam hal ini cairan, dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam pengoperasiannya pompa dibantu oleh pipa. Pada produksi ini, pompa
yang digunakan ada lima buah dengan tipe pompa yang sama. Kelima pompa ini adalah :
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan alkohol dari tangki alkohol menuju perkolator.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan (campuran vanilin dan alkohol) dari perkolator menuju aging
tank.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan (campuran vanilin dan alkohol) dari aging tank menuju
vibrating screener.
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan air ke tangki penampungan air ke tangki pencampuran (mixing
tank).
- Pompa yang digunakan untuk memindahkan bahan dari tangki pencampuran (mixing tank) ke filler machine
untuk dikemas.
4. Alcohol Tank
Alcohol tank merupakan tangki yang digunakan untuk menyimpan alkohol yang digunakan sebagai
pelarut dalam proses perkolasi. Tangki ini berupa silinder mendatar. Untuk memindahkan alkohol dari dalam
alcohol tank ke perkolator digunakan pompa.
Gambar Alat Keterangan
Alcohol Tank
- Kapasitas : 7000 liter
- Bahan : Stainless steel
- Dimensi :
- Panjang : 3400 mm
- Lebar : 1950 mm
- Tinggi : 1725 mm
6. Vibrating Screener
Vibrating screener merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan hasil ekstraksi vanilin dari ampas
vanilin. Alat ini berupa saringan bergetar yang mempunyai filter sebagai penyaring. Ukuran filter yang
digunakan disesuaikan dengan bahan yang akan disaring. Vibrating screener yang digunakan merupakan tipe
double deck.
8. Water Tank
Water tank merupakan tangki yang digunakan untuk menyimpan air yang digunakan sebagai pelarut
dalam proses pencampuran (mixing). Tangki ini berupa silinder mendatar. Untuk memindahkan air dari dalam
water tank ke mixing tank digunakan pompa.
9. Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu alat pembangkit yang menghasilkan uap air panas (steam) dari hasil
pemanasan air. Pada dasarnya prinsip kerja boiler adalah proses pemanasan pada tekanan konstan. Uap panas
(steam) hasil dari boiler digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemanasan tangki perkolator.
Gambar Alat Spesifikasi
Boiler
- Tipe boiler : water tube (pipa air)
- Kapasitas tangki : 50 liter
- Kebutuhan air : 36 kg/jam
- Daya boiler : 26 KW
10. Filling Machine
Filling machine merupakan mesin yang digunakan untuk proses pengemasan. Kemasan yang digunakan
adalah drum dengan kapasitas 50 liter.
Evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang dbutuhkan. Selain itu
dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1992).
Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur permodaalan bagi perusahaan, yang
mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik
beroperasi. Secara umum biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal kerja. Kemudian
dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersbut dapat dikembalikan sesuai dengan
jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).
Menurut (Gray et al, 1992), dalam rangka mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan
atau penolakan atas pengurutan suatu proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria
investasi. Pada aspek finansial dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan
adalah Net Present Value, IRR, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period, dan analisis sensitifitas (Sutojo, 1993).
Selain itu perlu dilakukan perhitungan biaya investasi dan kebutuhan modal kerja.
Menurut (Sutojo, 1993), aspek ekonomi lebih menitikberatkan pada keuntungan yang akan diperoleh oleh
masyarakat sekitarnya, pemerintah setempat, dan lingkungan dimana proyek didirikan. Manfaat ekonomi itu
antara lain penambahan pendapatan daerah serta penambahan lapangan kerja baru.
Penghitungan kriteria investasi pada perancangan pabrik ini didapatkan Net Present Value senilai Rp
3,691,814,100, IRR senilai 40%, Net Benefit Cost Ratio senilai 1,01, dan Pay Back Period selama 0,03 tahun.
Berdasarkan parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa rancangan industri vanili ini LAYAK untuk
dioperasikan.
A. Biaya Investasi
B. Biaya Tidak Tetap
C. Produksi dan Pendapatan (Rupiah / Tahun)
D. Analisis Laba Rugi
Analisis Laba Rugi (Lanjutan)
E. Cashflow
Cashflow (Lanjutan)
Cashflow (Lanjutan)
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
Alternatif proses yang dapat dipilih dalam pengolahan vanili meliputi proses enzimatik dengan depol, proses
ekstrtaksi dengan maserasi, proses ekstraksi denga perkolasi, dan proses ekstraksi dengan bantuan ultrasonic dan
microwave sebelum maserasi. Ekstrkasi vanilin menggunakan alkohol dilakukan dengna proses perkolasi. Vanili kering
diperkolasi dalam ekstraktor stainless steel menggunakan etanol dan air kira-kira 57% volume selama 2 minggu.
Perkolasi dikumpulkan dan dihaluskan kemudian disimpan sampai penuaan tertentu lalu disaring atau disentrifugasi.
Penggunaan pelarut alkohol dengan konsentrasi kurang dari 35% akan menyebabkan terekstraknya gum sehingga
mempersulit penyaringan. Penggunaan alkohol dengan konsentrasi lebih dari 70% akan menghasilkan ekstrak dengan
kandungan fixed oil tinggi, yang akan mengendap pada bagian bawah ekstrak.
Alasan pemilihan metode perkolasi sebagai alternatif cara untuk mengekstrak vanili adalah sebagai berikut: (1)
total waktu proses yang digunakan paling singkat, yaitu sekitar 6 bulan, (2) tanpa melalui proses curing, sehingga lebih
menghemat warehousing, (3) kondisi proses tunak, yaitu suhu dan tekanan yang digunakan relatif dan konstan (38-50
0
C), (4) lebih efisien dari segi biaya, hanya menggunakan pelarut etanol, (5) kelemahan metode enzimatis, harganya
mahal dan tidak ekonomis, sedangkan metode perkolasi tidak menggunakan enzim tambahan (enzim hidrolisis berasal
dari buah vanili secara alamiah), (6) kelemahan metode maserasi, waktu tunggunya 1 tahun, sedangkan metode
perkolasi hanya 2 minggu, (7) kelemahan metode enzimatik adalah memerlukan enzim depol, pengeringan lambat,
penggunaan bahan baku tidak efisien karena selain menggunakan enzim digunakan pula etanol untuk ekstraksi, dan (8)
kelemahan metode microwave dan ultrasonik, harga relatif mahal, dan membutuhkan proses curing.
Total energi yang digunakan adalah 122,325 x 106 joule. Pendirian rancangan industri pengolahan vanili
membutuhkan biaya investasi sebesar Rp 2.217.450.000. Biaya tetap yang dikeluarkan adalah Rp. 495.100.000 dan
total biaya tidak tetap adalah Rp. 115.693.850.000. Berdasarkan analisis ekonomi yang telah dilakukan, diperoleh IRR
sebesar 40%. Nilai IRR ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang berlaku saat ini yaitu 16%.
Parameter ekonomi yang lain adalah pay back peroad (PBP) selama 0,03 tahun dan net B/C rasio 1,01. Berdasarkan
parameter tersebut, dapat disimpulkan bahwa rancangan industri vanili ini layak untuk dioperasikan.
B. Rekomendasi
Pihak perusahaan yang ingin mengembangkan industri ekstrak vanilin ini direkomendasikan untuk mencari
metode untuk meningkatan rendemen vanilin menjadi lebih tinggi. Perusahaan pengembang industri vanilin sebaiknya
mencari alternatif proses lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan budget awal industri. Selain itu, perusahaan
pengembang harus menyediakan lahan untuk bertanam vanili di sekitar industri, agar suplai bahan baku terjaga dan
transportasi bahan baku yang dikeluarkan lebih sedikit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini sudah sepatutnya apabila kami, tim penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwijaya, DEA dan Dr.Ir. Hj. Erliza Noor selaku dosen Mata Kuliah
Perancangan Pabrik.
2. Perpustakaan LSI-IPB, PITP-IPB, dan perpustakaan TIN-IPB yang telah menyediakan literatur serta akses
dalam membantu tim penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Teman-teman TIN 44 yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan semangat kepada tim penulis.
4. Teman-teman TIN 43 serta pihak-pihak lain yang turut membantu dan memberikan bimbingan kepada tim
penulis.
Kami menyadari bahwa tugas perancangan pabrik vanili masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikannya. Semoga tugas perancangan pabrik vanili ini dapat
bermanfaat bagi pihak manapun yang memerlukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Aguilera, J.M. 1999. Mikro Structural Principles of Food Processing An Enginering, second Edition. Aspen
Publisher, Inc. GAITHERESBURG.
Anonim. 2005. Sistem Informasi Usaha Kecil Tanaman Vanili. Bank Indonesi, Jakarta.
Ariyoto, K. 1990. Feasibility Study. Mutiara. Jakarta.
Boyce,M.C, P.R. Haddad, T.Sostaric. 2003. Determination of Flavour Component An Natural Vanila Extract and
Synthetic Flavourings by Mix Micellar Electrokinetic Cappilarry Chromatografi. Analitical Chemical Acta 485
(2003): 179-186.
Burri. J, M. Grafe, P. Lambelet dan J. Loiger. 1989. Vanilin: More Than of Flavouring Agent- of Potent Antioxidant.
J. Food Science. 48: 49-56.
Cerutti, P dan Al Zammura,S. 1997. Vanillin SN Antimicrobial for Producing Self-Stable Strowbery Pure. J. Food
Science. 62: 608-610.
Chalot, C.H. 1920. Culture et Prepration De la Vanilli. Emile La Rose. Librire Editeur. Paris. 215p. Di dalam Nuriani
Y.Monograf Vanili Nomor 4. Hlm: 18-26.
Chemistry Department. 2000. The Determination of Vanilin in Vanila Extract. Analitical Chemistry Practical III.
University of Malta. Page 1-5.
Cowlwy, E. 1973. Vanilla and Its Uses. Proceedings of The Conference of Spices Tropical Product Institute. London
Departemen Pertanian. 2004. Vanili (Vanilla planifolia Andrews); Pedoman Teknologi Pengolahan. Deptan Dirjen
Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.
Dignum, M. J., W. J. Kerler, dan R. Verpoorte. 2001. Vanilla Curing Under Laboratory Conditions. Einsteinweg,
Netherland. Journal Of Food Chemistry 79: 165-171
Djamin, Z. 1992. Perencanaan dan Analisa Proyek. FE-UI. Jakarta.
Edris, M. 1993.Penuntun Menyusun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru. Bandung.
Hadipoentyanti, E, dan Udarno, 1998. Botani Vanili. Di dalam Monoaf Panili. Monograf Nomor 4 Bogor: Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Handayani, E. dan E. Fatimah. 2002. Teknik Penentuan Kadar Vanilin Secara Spectrofotometric. Buletin Teknik
Pertanian. Vol 5. No 01. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Havkin, The danvFrenkle. 2004. Interrelation af Curing and Butany Vanilla (Vanilla Planifolia A.) Bean. Proc
XXVI IHC-Future for Medicional and Aromatics Plants. CANT. INT TEV. Agnecy (CIDA)
Heath, H.B. 1978. Flavour Technology: Profile, Product Aplication. The AVI Publishing Co. Inc Westsport
Connecticut.
http ://agroindonesia.com/vanilla [17 Januari 2010]
Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Penerbit UPP AMP YKPN. Yugyakarta.
Kadariah, L., Karlina, dan C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi, FE-UI Jakarta.
Ketaren, S. dan Swastawa, I. G. M. 1994. Pengaruh Tingkat Mutu Buah Panili (Vanilla planifolia A.) dan Nisbah
Bahan dengan Pelarut Terhadap Rendemen dan Mutu Oleoresin yang Dihasilkan. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Vol 5 (3).hal 161-171. Fateta. IPB. Bogor
Mukhopadhyay, M. 2002. Natural Extracts Using Super Critical Carbon Dioxide. CRC Press, London, New York.
Wangsington DC.
Odoux, E. 2003.Changes An Vanilin and Glucovanilin Consentration During the Various Stage of The Process
Traditionally Used for Curing Vanilla Fragrants Beans in Reunion. Jurnal of Food Agricutural and Chemestry
55.2 119-125.
Paar, A. 2000. Microwave Assisted Extraction. http ://Wikipedia/microwave [17 Januari 2010]
Purseglove, J. W., E. G Brown, C. L. Green dan S.R.J. Robins. 1981. Spices Vol 2. Lomen. London, New York.
Ranadive, A. S. 1994. Vanillin and Related Flavour Compounds in Vanilla Extracts Made From Various Global
Origins. Journal Agricultural of Food Chemistry 40 (10) :1922-1924.
Rao, S. R. dan G. A. Revishankar. 2000. Vanilla Flavour : Production by Conventional and Biotechnical Routes.
Jurnal Science Of Food Agricultural. 80: 289-304
Rismunandar dan Sukma, E.S. 2003. Bertanam Panili. Penebar Swadaya, Jakarta.
Setyaningsih, D. 2006. Peranan Aktivitas Enzim β- Glukosidase Pada Pembentukan Komponen Flavor Panili
Selama Proses Kuring. Disertasi. Jurusan Biologi, FMIPA, IPB. Bogor.
Sudjaji, 1985. Metode Pemisahan. Kanisius, Yogyakarta.
Sutojo, S. 1993. Studi kelayakan proyek. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Umar, H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam penentuan lokasi pabrik, yaitu peraturan dan kebijakan, pembobotan
relatif, interaksi antar berbagai faktor (input dan pasar), dan pertimbangan lokasilainnya. Penentuan lokasi pabrik
merupakan salah satu tahapan dalam perancangan industri vanili. Studi ini diperlukan untuk memperoleh keputusan
yang tepat dalam pemilihan lokasi industri, dimana lokasi landasan dasar dalam konsep penentuan lokasi adalah
prospek jangka panjang industri vanili di Indonesia.
Pada dasarnya terdapat lima komponen yang harus diperhatikan dalam strategi penentuan lokasi pabrik. Kriteria
yang dipakai dalam pemilihan lokasi pabrik vanili yang layak adalah:
1. Iklim dan tenaga kerja
2. Kedekatan dengan akses pasar
3. Kedekatan supplier bahan baku
4. Sarana serta infrastruktur transportasi dan komunikasi
5. Utilitas (energi, air, dan lainnya).
Pemilihan alternatif lokasi dilakukan dengan memilih tiga daerah yang memiliki potensi suplai bahan baku dan
kedekatan dengan pasar. Daerah pengembangan vanili di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Daerah sentra produksinya adalah Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Berdasarkan daerah penghasil vanili ini maka daerah yang potensial sebagai lokasi industri vanili adalah Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pemilihan tiga daerah inisebagai alternatif lokasi industri vanili berdasarkan
kapasitas produksi yang besar pada ketiga lokasi tersebut.Penentuan lokasi industri menggunakan factor rating method.
Faktor yang penentu yang dijadikan sebagai alternative dalam penentuan lokasi industri vanili meliputi:
kedekatan dengan bahan baku, keamanan dan lokasi politik daerah, biaya tenaga kerja, dan akses pasar. Kriteria
kedekatan dengan bahan baku memiliki bobot yang paling besar yaitu 0.40 (40%), akses pasar memiliki bobot sebesar
0.30 (30%), bobot untuk tenaga kerjasebesar 0.20 (20%), dan bobot untuk keamanan dan kondisi politik sebesar 0.10
(10%).
Berdasarkan perhitungan menggunakan factor rating method diperoleh lokasi yang tepat untuk pendirian industri
vanili adalah JawaTimur. Total skor bobot untuk Jawa Timur adalah 67.5. Jawa Barat memiliki total bobot sebesar 58
sedangkan Sulawesi Selatan memiliki total bobot sebesar 44. Pemilihan Jawa Timur sebagai lokasi industri vanili
sangat strategis, karena lokasi sumber bahan baku untuk industri vanili tersebar dari Sumatera sampai Sulawesi,
sehingga pemilihan Jawa Timur sebagai lokasi industri vanili sangat cocok.
Perencanaan tata letak adalah suatu perencanaan untuk menentukan dan mengatur mesin dan peralatan pada suatu
tempat atau lokasi yang paling baik, untuk memberikan aliran bahan yang tercepat dengan tingkat penanganan yang
paling rendah dalam memproses suatu produk, sejak dari penerimaan bahan baku sampai pengiriman produk
akhir.Perencanaan tata letak juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan keterkaitan antar pekerja, aliran bahan, aliran
informasi dan metode yang dibutuhkan.Perencanaan tata letak juga mencakup luasan kerja, pelayanan konsumen dan
luasan penyimpanan.
Tata letak pabrik mnerupakan salah satu strategi wilayah yang akan menentukan efisiensi operasi dalam jangka
panjang. Tujuan strategi tata letak adalah untuk mengembangkan suatu tata letak yang ekonomis. Penempatan fasilitas
yang baik akan mempengaruhi efisiensi perusahaan, pembentukan laba perusahaan dan kelangsungan perusahaan.
Perancangan tata letak fasilitas yang produktif harus memperhatikan aspek penanganan dan penyimpanan bahan,
karena biaya penanganan bahan merupakan kriteria penting yang menentukan keberhasilan suatu perancangan tata letak
fasilitas. Hampir tiap perusahaan menghabiskan sekitar 20-30 persen biaya tenaga kerja langsung mereka pada
penanganan bahan, tetapi umumnya hal ini tidak disadari karena biaya penanganan bahan tersembunyi dalam biaya
yang lain. Karena hal tersebut, maka sebaiknya dilakukan pengawasan oleh perusahaan untuk memonitor biaya-biaya
tersebut dan mencoba memperbaiki prosedur penanganan bahan yang ada.
Berdasarkan diagram alir proses maka tahapan selanjutnya adalah melakukan analisis keterkaitan aktivitas untuk
menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat yang digunakan dalam menganalisis dan merancang keterkaitan aktivitas
disebut sebagai Peta Keterkaitan Antar Aktivitas atau Activity Relationship (AR)-chart. Dalam merancang hubungan
antar kegiatan, harus dipertimbangkan faktor penting yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk kegiatan atau
ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas eksternal, dan kemungkinan perluasan.
Bagian bangunan yang diperlukan dalam pengolahan vanili meliputi gudang bahan baku, ruangan sortasi,
perajangan, ruangan tabung perkolasi, bak penampung air, bak penampung alkohol, ruangan aging, ruang penyaringan,
pengemasan, dan penyimpanan. Diagram ketekaitan antar ruang pada industri vanilidapat dilihat pada Gambar 9.
GudangBahan Baku 2
A 3
RuangSortasi A 4
A O 5
RuangPerajangan I U 6
7
A O U
E U X 8
RuangPerkolasi X X
I 9
E
X X U 10
Ruang Aging A
U X U U
A
X U 1
Penyaringan X U
U X 2
O X
Tabung Air dan Boiler U 3
O U
O U U 4
X U 5
X X 6
7
X
9
TabungAlkohol
RuangPengemasan
RuangPenyimpanan
Gambar 9.HubunganKeterkaitanAntarRuangBangunanIndustriVanili
Berdasarkan diagram keterkaitan antar ruang di atas dapat dibuat analisis TCR (Total Closeness Rate). Analisis
TCR dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan analisis TCR, maka dapat ditentukan tata letak bangunan industri dengan luas bangunan total 970 m 2
dan luas lahan 1.200 m2. Tata letak pabrik vanili dapat dilihat pada Gambar 10.
II
VII VI III IX
IV
X
VII V
Gambar 10. Tata LetakIndustri Vanili dan Aliran Proses Produksi
Keterangan:
I : GudangBahan Baku VI : Penyaringan
II : Sortasi VII : Pengemasan
III : Perajangan VIII : Penyimpanan
IV : Perkolasi IX : Penampung air dan boiler
V : Aging X : Tangki Alkohol
2. Optimasi Penjadwalan Produksi
Proses produksi flavor dimulai pada Juni karena waktu panen buah vanili
berkisar antara Mei sampai Juli, sedangkan umur simpan dari vanili sendiri sekitar 60
hari tanpa adanya perlakuan. Dengan penyimpanan pada tempat dingin dan tertutup,
umur simpan vanili dapat terjaga sampai dengan 6 bulan. Oleh karena umur simpan 6
bulan maka kegiatan atau proses produksi dapat dilakukan sebanyak 12 kali selama
satu tahun dengan melakukan proses produksi 2 minggu sekali.
Pada Juni minggu pertama dilakukan proses sortasi. Selanjutnya dilakukan
proses perajangan yang membutuhkan waktu 2 jam, dimana dengan waktu 2 jam
dapat merajang 1 ton buah vanili. Perajangan dilakukan selama 6 jam sebanyak 3 ton
dengan 3 kali diagram alir proses produksi. Setelah melakukan perajangan, dilakukan
perkolasi pada minggu pertama dan kedua selama 2 minggu dengan total vanili
sebanyak satu ton. Diperlukan 3 tanki perkolasi, sehingga proses perkolasi dapat
optimal dengan total buah vanili yang diproses sebanyak 3 ton. Sesudah proses
perkolasi, vanili akan di aging selama 6 bulan yang dilakukan pada Juni minggu
kedua. Selanjutnya proses penyaringan hasil aging dilakukan pada minggu kedua
bulan Desember selama 3 jam. Terakhir adalah proses mixing yang dilakukan pada
minggu kedua bulan Desember juga. Proses ini akan terus berlanjut sampai minggu
keempat pada Mei tahun berikutnya.
Dari penjadwalan tersebut, terdapat 12 kali proses produksi dalam 1 tahun.
Dalam 1 kali proses produksi tersebut dibutuhkan bahan baku buah vanili sebanyak 3
ton atau 3000 kg, sehingga dibutuhkan 36 ton atau 36000 kg bahan baku buah vanili
untuk 1 tahun. Berdasarkan neraca massa proses pembuatan flavor vanili, dari 1 ton
bahan baku buah vanili dihasilkan flavor vanili sebanyak 7868 kg . Jadi, dengan 12
kali produksi dalam 1 tahun flavor vanili dapat dihasilkan sebanyak 283248 kg atau
337631,616 L.
Berikut ini merupakan perhitungan hasil flavor vanili yang dihasilkan dari
penjadwalan pada tabel 10:
Keterangan:
a = Jumlah buah vanili yang digunakan dalam 1 kali proses produksi (ton)
b = Jumlah proses produksi flavor vanili yang dilakukan dalam periode 1 tahun
- Total bahan baku yang digunakan dalam 1 tahun
= a x b = 3 ton x 12 = 36 ton = 36000 kg
- Flavor vanili yang dihasilkan dalam 1 tahun (Konversi 1000 kg buah vanili
menjadi flavor vanili sebesar 7868 kg)
= 36000 kg buah vanili x (7868 kg flavor vanillin / 1000 kg buah vanili)
= 283248 kg = 337631,616 L flavor vanillin
(1 kg flavor vanillin = 1192 L flavor vanilin)
Tabel 10. Penjadwalan Produksi
JUNI JULI
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Proses Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
Sortasi 1 2 3 4
Perajangan 1 2 3 4
Perkolasi 1 1 2 2 3 3 4 4
Aging 1 1,2 1,2,3 1,…,4
Penyaringan
Mixing