Anda di halaman 1dari 6

Nama : Lintang Andini DV Brilianti

NPM : 120410210085

Prodi : Ekonomi Islam

Kesenjangan Pendidikan dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Cara


Mengatasinya Melalui Pembangunan Berkelanjutan yang Sesuai dengan Syariat
Islam

Dewasa ini perkembangan ekonomi islam sangatlah pesat. Setiap bulan, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) mengeluarkan data statistik perbankan syariah yang menunjukkan grafik
perkembangan konsumsi dan minat masyarakat terhadap perekonomian syariah. Karena
perkembangan suatu negara tidak lepas dari kegiatan ekonomi masyarakatnya, maka tak
hanya bidang ekonomi saja yang terpengaruh oleh adanya ekonomi islam. Melainkan bidang-
bidang lain, termasuk bidang pendidikan.

Sejak tahun 1945, Indonesia melalui Menteri pendidikan terus berupaya untuk
membangkitkan pendidikan yang sempat lumpuh terutama setelah Indonesia merdeka dari
penjajah. Persiapan untuk menyongsong dan memperbaiki kualitas pendidikan saat itu
dilakukan dengan berbagai upaya seperti penerbitan kurikulum kebangsaan, perbaikan sarana
dan prasarana sekolah, serta penambahan tenaga pengajar. Seiring berjalannya waktu, sistem
pendidikan di Indonesia diperbaharui secara bertahap dan komperehensif. Inovasi terus
dilakukan oleh Pemerintah dan Kementerian Pendidikan yang bergantian memimpin demi
menuju pendidikan Indonesia yang maju.

Namun, usaha dalam memajukan pendidikan di Indonesia tak sepenuhnya berjalan mulus.
Berbagai permasalahanpun muncul, bahkan terdapat permasalahan pokok pendidikan di
Indonesia yang sampai saat ini tak kunjung teratasi. Masalah tersebut diantaranya tenaga
pendidik yang kurang berkompeten, guru honorer yang diperlakukan tidak layak, kurangnya
sarana dan prasarana di sekolah-sekolah, serta tidak meratanya distribusi atau bantuan
pendidikan. Permasalahan tersebut disebut juga dengan kesenjangan pendidikan.

Kesenjangan pendidikan di Indonesia yang masih ada hingga saat ini menjadi bukti bahwa
belum terciptanya pendidikan yang merata dan dapat ditempuh oleh semua kalangan.
Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Kemendikbud RI pada tahun ajaran
2018/2019 terdapat sebanyak 57,426 anak yang terdaftar dalam daftar anak putus sekolah
pada jenjang SD, jenjang SMP sebanyak 51,190 anak putus sekolah, dan jenjang SMA
sebanyak 52,142 anak putus sekolah. Salah satu contoh kasus putus sekolah tersebut
menunjukkan bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi kesenjangan
pendidikan di Indonesia adalah faktor ekonomi.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2021 ini
tercatat sebanyak 27,54 juta orang. Adanya pandemi turut menyumbang jumlah kemiskinan
di Indonesia, karena lumpuhnya kegiatan perekonomian yang berujung pada PHK dan
dirumahkannya para karyawan yang bekerja. Hal ini tentunya sangat berdampak pada
penghasilan sejumlah keluarga. Untuk bertahan di kondisi ini mereka terpaksa
mengutamakan kebutuhan sehari hari, sehingga harus menekan pengeluaran untuk hal yang
lain. Berdasarkan data statistik pemuda tahun 2019, pada keluarga dengan pengeluaran rata-
rata 40% mereka hanya dapat menempuh pendidikan hingga SMP. Hal tersebut
mengindikasikan adanya pengaruh status ekonomi dan tingkat penghasilan terhadap capaian
pendidikan masyarakat di Indonesia.

Masalah kesenjangan pendidikan yang diakibatkan oleh kemiskinan sebenarnya sudah


menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Hal ini karena fokus pemerintah belum sepenuhnya
tertuju untuk menanggulangi masalah kemiskinan dan pendidikan. Bisa dilihat, bahwa hingga
kini program program pemerintah masih banyak yang meleset. Seperti bantuan BOS dan
BLT yang salah sasaran, hingga kasus korupsi bansos yang marak terutama di era pandemi
seperti sekarang.

Dalam perspektif ekonomi islam, golongan orang yang menghadapi kemiskinan disebut fakir
dan miskin. Dalam Al-Qur’an (Q.S Al-Mudatsir : 42-44) dijelaskan bahwa islam telah
melarang setiap perilaku yang membawa kearah kemiskinan. Ini berarti setiap umat muslim
diwajibkan untuk berpartisipasi dalam mengentaskan kemiskinan dengan cara membantu
fakir miskin, memberi makan kaum dhuafa, menyantuni anak yatim, dan lain lain. Diantara
fakir dan miskin juga terdapat perbedaan, yaitu fakir adalah seseorang yang tidak memiliki
harta dan pekerjaan halal, sehingga ia tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan asasinya dan
kebutuhan dasar orang-orang yang menjadi tanggungannya (istri dan anak), seperti kebutuhan
pangan, sandang, papan. Misalnya seseorang yang tidak mampu mencukupi ½ kebutuhan
pokok. Adapun pengertian miskin menurut jumhur ulama adalah seseorang yang memiliki
harta dan pekerjaan halal, namun belum dapat mencukupi kebutuhan pokok hidupnya.
Misalnya seseorang membutuhkan Rp. 1 juta dalam sebulan, sedangkan yang ia peroleh
hanya Rp. 500 ribu. Penjelasan diatas sesuai dengan tafsir dari Asy-Syaikh Abdurrahman bin
Nashir As-Sa’ yaitu fakir adalah orang yang tidak punya apa-apa atau punya sedikit
kecukupan tapi kurang dari setengahnya. Sedangkan miskin adalah yang mendapatkan
setengah kecukupan atau lebih tapi tidak memadai.

Tak hanya masalah kemiskinan, ekonomi islam juga memperhatikan kesenjangan pendidikan
sebagai suatu masalah yang harus segera diatasi.  Islam memandang pendidikan sangatlah
penting bagi manusia, karena sesungguhnya dengan pendidikan manusia akan mampu
menyadari fitrahnya sebagai makhluk ciptaan Allah. Manusia sebagai orang yang berusaha
menyadari fitrahnya dan berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya, dalam dunia
pendidikan dinamakan peserta didik. Pendidikan dalam Islam dikenal dengan berbagai istilah,
diantaranya: at-tarbiyah, at-ta’lim dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna
tersendiri yang berbeda satu sama lain. Dari makna tersebut di atas maka pengertian
pendidikan  dalam konsep Islam dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan upaya
transformasi pengetahuan dalam diri individu agar dia tidak hanya memiliki kreativitas, tetapi
juga memiliki kesadaran ketuhanan (transendental). Kandungan konsep tersebut menegaskan
adanya penekanan makna pendidikan pada aspek-aspek atau kepentingan-kepentingan yang
bersifat pragmatis. Pendidikan tidak semata-mata mengembangkan ilmu pengetahuan atau
menempatkan fungsi link and match sebagai fungsi yang paling utama, tatapi pendidikan
harus pula mampu menjawab tantangan dan kebutuhan jangka pendek dan juga mencari
jawaban untuk makna-makna kehidupan manusia. Oleh karena itu, dalam ekonomi islam
terdapat salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan pendidikan, yaitu melalui
pembangunan berkelanjutan.

Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut mendukung dan menyepakati program
pembangunan berkelanjutan. Komitmen pemerintah dalam pelaksanaan menyukseskan tujuan
– tujuan yang terdapat pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) terlihat dari penanda
tanganan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 59 Tahun 2017, tentang pelaksanaan
pencapaian SDGs oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 Juli 2017 silam. Perpres
tersebut merupakan dasar hukum yang menetapkan strukturisasi tata kelola pembangunan
berkelanjutan nasional terkait pemantauan dan pelaporan.

Salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan yang tercantum dalam Perpres nomor 59
Tahun 2017, terkait dengan kemiskinan dan kesenjangan pendidikan yaitu :
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk
semua usia.
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan
kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan
kerja yang produktif dan menyeluruh, serta pekerjaan yang layak untuk semua.
6. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industri inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi.

Tujuan dari pembangunan berkelanjutan tersebut sudah mencakup berbagai solusi untuk
mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendidikan di Indonesia. Namun, untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan partisipasi aktif dari pemerintah dan masyarakat sebagai upaya
untuk mengimplikasikan konsep pembangunan berkelanjutan melalui sumber daya
manusia (SDM) yang unggul dengan menyiapkan generasi terdidik yang mampu
melewati zaman sampai menuju generasi emas 2045, sehingga kesenjangan pendidikan
dapat berangsur angsur hilang dan Indonesia mampu terus maju menjadi sebuah bangsa
yang modern dan berkualitas.

Mengatasi masalah kesenjangan pendidikan juga bisa diatasi dengan cara lainnya, yaitu :

1. Penyebaran tenaga pendidik ke wilayah-wilayah terpencil agar masyarakat di daerah


pedalaman juga bisa menikmati bangku sekolah.
2. Pembangunan dan perbaikan gedung sekolah yang kurang layak untuk kegiatan
belajar mengajar.
3. Perbaikan serta penambahan sarana dan prasarana seperti meja,kursi,papan tulis, tiang
bendera, buku, LKS, dll.
4. Meningkatkan kesejahteraan tenaga pendidik terutama guru honorer.
5. Pemberian bantuan materil atau beasiswa kepada siswa yang kurang mampu agar
tidak ada kasus putus sekolah akibat masalah ekonomi. Terutama di masa pandemi
seperti sekarang bantuan handphone dan kuota internet harus diberikan secara merata,
agar semua siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan lancar.
6. Pengadaan kurikulum yang mudah dipahami oleh siswa namun juga bersifat
kompleks agar pemahaman siswa semakin terbuka lebar.
7. Penerapan metode pembelajaran yang menarik dan inovatif sehingga siswa tidak
mudah bosan saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
8. Pemberian subsidi seperti BOS atau keringanan SPP agar biaya pendidikan yang
dikeluarkan oleh orang tua siswa tidak terlalu berat. Program sekolah gratis juga bisa
diterapkan jika kondisi memungkinkan.
9. Penyelenggaraan pembelajaran home schooling,ditujukan bagi siswa yang memiliki
keterbatasan fisik atau lainnya sehingga tidak memungkinkan untuk datang ke
sekolah.
10. Memperbanyak workshop atau sosialisasi tentang pentingnya pendidikan agar orang
tua siswa semakin yakin untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin.

Solusi-solusi tersebut harus dijalankan dengan tepat,tertib, dan berkelanjutan agar masalah
kesenjangan pendidikan dapat benar-benar diatasi dengan maksimal.

Dari penjelasan terkait ekonomi islam,pembangunan berkelanjutan, dan kesenjangan


pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek
terpenting dalam memajukan bangsa, karena pendidikan merupakan tonggak utama yang
memegang peranan strategis dalam meningkatkan pembangunan nasional dan kualitas
sumber daya manusia. Melalui jalur pendidikan formal dan nonformal, manusia dapat
mengerjakan sesuatu dengan tekun dan cermat untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu
pendidikan juga memberikan manfaat pengembangan wawasan pengetahuan, keterampilan,
budaya, serta salah satu penentu kemajuan suatu bangsa dan dapat dijadikan sarana praktis
untuk meningkatkan penanggulangan kemiskinan, meningkatkan keadilan sosial, kualitas
hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat sebagai perwujudan pengembangan maupun
penerapan pembelajaran sepanjang hayat, sehingga dapat mengantarkan bangsa mencapai
kemakmuran.

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus terus mendukung pembangunan berkelanjutan dan
program program pemerintah sebagai upaya untuk meratakan pendidikan dan menghilangkan
kesenjangan pendidikan. Peran kita sangatlah penting. Karena kita sebagai generasi muda
yang terpelajar dan menempatkan pendidikan sebagai aspek terpenting dalam memajukan
bangsa. Semakin banyak warga Indonesia yang berpendidikan tinggi, maka semakin banyak
pula generasi yang berpotensi memiliki masa depan yang cerah. Sebagai bangsa yang besar,
sangatlah penting untuk memberikan akses pendidikan yang luas untuk masyarakatnya. Oleh
karena itu, pendidikan di Indonesia harus sangat diperhatikan karena dengan aspek
pendidikan yang maju, maka aspek-aspek lain seperti aspek sosial dan ekonomi juga akan
ikut berkembang.

Anda mungkin juga menyukai