PAI SEMESTER 3
RESUME
Ditulis oleh :
3. Sholat Fardhu
Shalat lima waktu adalah salat fardhu (salat wajib) yang dilaksanakan lima kali
sehari. Hukum salat ini adalah Fardhu ‘Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap
Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena
sebab tertentu.Salat Fardu adalah salat dengan status hukumFardu, yakni wajib
dilaksanakan. Salat Fardhu sendiri menurut hukumnya terdiri atas dua golongan
yakni:
Fardhu ‘Ain yakni yang diwajibkan kepada individu. Termasuk dalam salat ini
adalah salat lima waktu dan salat Jumat untuk pria.
Fardhu Kifayah yakni yang diwajibkan atas seluruh muslim namun akan gugur
dan menjadi sunnat bila telah dilaksanakan oleh sebagian muslim yang lain.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah salat jenazah.
Salat lima waktu merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Allah
menurunkan perintah salat ketika peristiwa Isra’ Mi’raj.salat lima waktu tersebut
adalah:
1. Subuh, terdiri dari 2 rakaat. Waktu Shubuh diawali dari munculnya fajar
shaddiq, yakni cahaya putih yang melintang di ufuk timur. Waktu shubuh
berakhir ketika terbitnya Matahari.
2. Zuhur, terdiri dari 4 rakaat. Waktu Zhuhur diawali jika Matahari telah
tergelincir (condong) ke arah barat, dan berakhir ketika masuk waktu Ashar.
3. Asar, terdiri dari 4 rakaat. Waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang
benda melebihi panjang benda itu sendiri. Khusus untuk madzab Imam
Hanafi, waktu Ahsar dimulai jika panjang bayang-bayang benda dua kali
melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Asar berakhir dengan
terbenamnya Matahari.
4. Magrib, terdiri dari 3 rakaat. Waktu Magrib diawali dengan terbenamnya
Matahari, dan berakhir dengan masuknya waktu Isya.
5. Isya, terdiri dari 4 rakaat. Waktu Isya diawali dengan hilangnya cahaya
merah (syafaq) di langit barat, dan berakhir hingga terbitnya fajar
shaddiq keesokan harinya. Menurut Imam Syi’ah, Salat Isya boleh dilakukan
setelah mengerjakan Salat Magrib.
Dalam hadis riwayat Muslim nomor 725, juga disebutkan keutamaan shalat sunat
rawatib. Rasulullah bahkan menyebut bahwa, dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik
dari dunia dan seisinya dan dua rakaat sebelum shubuh lebih dia cintai daripada
dunia seisinya.
Begitupun shalat sunat rawatib sebelum Zhuhur. Nabi Muhammad bersabda,
sebagaimana tercantum dalam hadis at-Tirmidzi Nomor 428, “Barangsiapa yang
menjaga empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah
haramkan api neraka.
Adapun shalat sunat rawatib terbagi dalam dua jenis. Yakni yang dikerjakan
sebelum shalat fardhu disebut qabliyah dan yang dilaksanakan sesudah shalat fadhu
disebut ba'diyah.
Sedangkan berdasarkan anjuran untuk melaksanakannya, shalat sunat ini juga dibagi
menjadi dua. Yakni, shalat rawatib muakkad atau sangat dianjurkan dan ghairu
muakkad atau tidak terlalu ditekankan untuk dilaksanakan.
Untuk shalat rawatib muakkad, sebgaiman tertulis dalam hadist riwayat at-Tirmidzi
nomor 414, berikut jumlah rakaat dan waktu pelaksanaannya:
Sedangkan untuk shalat sunat rawatib yang ghairu muakkad, berikut jumlah rakaat
dan waktu pelaksanaannya:
1. 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar (dikerjakan dua kali salam jika 4
rakaat)
2. 2 rakaat sebelum shalat Maghrib
3. 2 rakaat sebelum shalat Isya
Syekh Muhammad bin Utsaimin berkata: "Shalat sunat rawatib terdapat di dalamnya
salam. Seseorang yang shalat rawatib empat rakaat maka dengan dua salam bukan
satu salam, karena sesungguhnya Nabi bersabda: Shalat (sunah) di waktu malam dan
siang dikerjakan dua rakaat salam dua rakaat salam.” (Majmu' Fatawa, al-Utsaimin
14/288).
Adapun waktu pelaksanaan shalat sunat rawatib ini dijelaskan hadis riwayat al-
Mughni 2/554, yang berbunyi sebagai berikut.
Ibnu Qudamah berkata: "Setiap sunah rawatib qabliyah maka waktunya dimulai dari
masuknya waktu shalat fardhu hingga shalat fardhu dikerjakan, dan shalat rawatib
ba’diyah maka waktunya dimulai dari selesainya shalat fardhu hingga berakhirnya
waktu shalat fardhu tersebut".
5. Jama’ dan Qashar
Shalat jama’ artinya shalat yang dikumpulkan, dilaksanakandalam satu waktu
diantara dua waktu shalat. Shalat jama’ itu ada dua macam, yaitu jama’ taqdim dan
jama’ takdir.
Shalat qashar artinya shalat yang diperpendek atau diringkas. Mengqashar
shalathanya diperbolehkan bagi orang yang bepergian jauh memenuhi musafat
(jarak) untuk mengqashar shalat. Bepergian jauh yang memenuhi musafat qashar
tidak terpancang pada jalan darat saja melainkan termasuk perjalanan laut dan udara.
Jadi tidak hanya pejalan kaki, tetapi yang mengenakan kendaraan baik di laut
maupun di udara. Baik perjalanan itu sebentar atau lama asal sudah memenuhi
musafat qashar dan masih dalam bepergian diperbolehkan mengqashar shalat.
6. Sholat ‘Id
Salat Id adalah ibadah salat sunah yang dilakukan setiap hari raya Idul Fitri dan Idul
Adha. Salat Id termasuk dalam salat sunah muakkad, artinya salat ini walaupun
bersifat sunah, tetapi sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak
meninggalkannya.
Tata Cara Solat ‘Id :
1. Niat sholat idul fitri.
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca Doa Iftitah.
4. Takbir (takbir zawa-id) sebanyak tujuh kali.
5. Setelah akhir takbir ke tujuh, membaca surat Al Fatihah.
6. Dilanjutkan dengan membaca surat lainnya.
7. Ruku' dengan tuma'ninah.
8. I'tidal dengan tuma'ninah.
9. Puasa
Menurut bahasa puasa berarti “menahan diri”.Menurut syara’ ialah menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga terbenam
matahari, karena perintah Allah semata- mata, serta disertai niat dan syarat-syarat
tertentu.
Sedangkan arti shaum menurut istilah syariat adalah menahan diri pada siang hari
dari hal-hal yang membatalkan puasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya
fajar sampai terbenamnya matahari. Artinya ,puasa adalah penahanan diri dari
syahwat perut dan syahwat kemaluan, serta dari segala benda konkret yang
memasuki rongga dalam tubuh (seperti obat dan sejenisnya), dalam rentang waktu
tertentu yaitu sejak terbitnya fajar kedua (yaitu fajar shadiq) sampai terbenamnya
matahari.
Syaratnya yaitu beragama islam, berakal, dan tidak sedang dalam haid dan nifas,
disertai niat yaitu kehendak hati untuk melakukan perbuatan secara pasti tanpa ada
kebimbangan agar ibadah berbeda dari kebiasaan.
10. I’tikaf
Itikaf berarti berhenti atau diam di dalam masjid dengan niat semata untuk
beribadah kepada Allah SWT. I'tikaf bisa dilakukan kapan saja dan hukumnya
sunah bagi seluruh umat Islam. I'tikaf harus dilakukan di masjid dan lebih utama
dilakukan pada seppuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah
dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang tercantum pada sebuah
hadits:
Dari Ubay bin Ka’ab dan A’isyah, Rasulullah saw beritikaf pada sepuluh hari
terakhir di bulan Ramadhan, hingga Allah menjemputnya (wafat).
Melaksanakan i'tikaf di masjid pada malam hari merupakan harapan dan semangat
dalam menunggu turunnya lailatul qadar dengan membaca Al-Quran dan
melantunkan berbagai doa malam lailatul qadar. Karena adanya keutamaan malam
lailatul qadar inilah orang berbondong-bondong melakukan i'tikaf di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadan di malam hari. Padahal sebenarnya Itikaf juga bisa
dilaksanakan pada siang hari bulan Ramadan.
Rukun i'tikaf:
Niat.
Adapun niat saat mengerjakan iktikaf adalah seperti berikut:
Nawaitu an i’tikafa fi hadzal masjidi sunnatal lillaahi ta’ala
Artinya: “ Saya niat berdiam diri di dalam masjid, sunah karena Allah ta’ala”
Berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama tumaninah shalat.
Masjid sebagai tempat iktikaf.
orang yang beriktikaf.
Syarat i'tikaf:
beragama Islam
berakal sehat
bebas dari hadas besar.
Hal-hal yang membatalkan i'tikaf:
berhubungan suami-istri,
mengeluarkan sperma,
mabuk yang disengaja,
murtad,
haid, selama waktu i’tikaf cukup dalam masa suci biasanya,
nifas,
keluar tanpa alasan,
keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda,
keluar disertai alasan hingga beberapa kali, padahal keluarnya karena
keingingan sendiri.
Adab saat mengerjakan I’tikaf:
Berdoa.
Membaca dzikir.
bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Membaca Al Quran ataupun Hadis.
Jangan menyibukkan diri dengan perkataan dan perbuatan tidak bermanfaat.
Mengharap ridho dari Allah disertai niat yang bersih.
Sedikit makan, minum, dan tidur agar lebih khusyu’.
Menjaga kebersihan dan kesucian diri serta tempat itikaf.
11. Zakat
Zakat adalah suatu ibadah umat Islam yang dilaksanakan dengan cara memberikan
sejumlah kepemilikan harta setelah kadarnya terpenuhi kepada orang yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Menurut istilah bahasa
(etimologi), kata zakat berasal dari kata zaka yang artinya tumbuh, berkah, bersih
dan berkembang.
Jenis-jenis Zakat
Zakat dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu zakat fitrah dan zakat maal
(harta). Penjelasan keduanya adalah sebagai berikut:
Zakat Fitrah
Zakat fitrah itu adalah zakat diri atau pribadi dari setiap muslim yang
dikeluarkan menjelang hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah diwajibkan pada tahun
kedua hijriah yaitu pada bulan ramadhan diwajibkan untuk mensucikan diri dari
orang yang berpuasa dari perbuatan dosa, Zakat fitrah itu diberikan kepada
orang miskin untuk memenuhi kebutuhan mereka agar tidak sampai meminta-
minta pada saat hari raya (Hasan, 2006).
Zakat Maal
Zakat maal adalah zakat yang boleh dikeluarkan pada waktu yang tidak tertentu,
mencakup hasil perniagaan, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak serta hasil kerja (profesi) yang masing-masing memiliki
perhitungan sendiri-sendiri yang dikeluarkan dari harta atau kekayaan serta
penghasilan yang dimiliki oleh seorang muslim yang telah mencapai nishab dan
haulnya. Perhitungan zakat maal menurut nishab, kadar, dan haul yang
dikeluarkan ditetapkan berdasarkan hukum agama (Nurhayati dan Wasilah,
2011).
Adapun syarat wajib haji dan umrah yaitu: 1. Beragama islam, 2. Baligh, 3. Berakal,
4. Merdeka, 5. Berkesanggupan. Menurut golongan Imam Syafi’i, Maliki dan
ahmad rukun haji itu terdiri dari : Ihrom, Wuquf di Arafah, Thawaf, Sa’i antara Safa
dan Marwah. Dalam madzhab Syafi’i di tambahkan lagi : Bercukur dan bergunting,
Tertib, berturut menunaikan rukun. Sedangkan menurut golongan Hanafi, rukun haji
itu hanya dua, yaitu : Wuquf di ‘Arafah dan Thowaf haji. Dan rukun umrah itu
terdiri dari : 1. Ihram, niat untuk umrah, 2. Thawaf di keliling Ka’bah, 3. Sa’i antara
Shafa dan Marwah, 4. Tahallul dengan bergunting/bercukur.
13. Do’a
Doa adalah ibadah yang paling utama. Barangsiapa yang berdoa maka dia sedang
meniti keselamatan. Ibadah doa sangat berpengaruh pada kehidupan lahir dan batin,
dunia dan akhirat. (Efri Aditia, 2011:3)
Manusia sebagai seorang hamba mesti berdoa karena manusia lemah dan fakir.
Orang yang tengah mengalami kesulitan akan sangat tahu keadaan ini karena ia
merasakannya. Tak ada manusia di dunia yang tak mengalami kesulitan, tak ada
manusia yang kebal penyakit. Bahkan hanya dengan sebuah virus yang tak terlihat
pun manusia bisa binasa. (Efri Aditia, 2011:5)
Macam-macam Doa
Doa terbagi menjadi beberapa macam, adapun macam-macam Doa adalah sebagai
berikut :
a. Doa untuk kebutuhan sehari-hari, seperti doa makan, doa mau tidur, dan lain
lain. Doa untuk meminta keselamatan dunia dan akhirat.
b. Doa untuk orang tua
c. Dan Lain-lain