Anda di halaman 1dari 39

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka terdiri dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian yang akan dilakukan. Bagian kedua adalah landasan teori

yang didapat dari buku jurnal, maupun skripsi. Kumudian bagian yang terakhir

adalah bagian kerangka pemikiran yang merupakan asal muasal penelitian

dilakukan hingga menghasilkan kesimpulan. Adapun beberapa hal yang perlu

diuraikan dalam tinjauan pustaka yaitu; penelitianterdahulu, landasan teori.dan

kerangka pemikiran.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi untuk memperkuat

penelitian yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang

digunakan sebagai referensi dalam penelitian. Penelitian mengenai Dan tujuan

dibuat tabel ini adalah untuk mengidetifikasi perbedaan yang terdapat pada

penelitian kita dan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu

tentang pengembangan wilayah dengan konsep agropolitan dapat dilihat di Tabel

2.1 pada halaman berikutnya.

16
17

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian Analisis
1. Ardiansya Analisis Peranan 1)Menganalisis 1) Koefisein 1. Koefisien penyebaran sektor tanaman pangan sebesar 0825, lebih rendah
(2018) Sektor Tanaman dampak penyebaran Penyebaran dibandingkan kepekaan penyebaran sebesar 1.533. Yang menunjukan
Pangan Terhadap sektor tanaman 2) Kepekaan bahwa sektor tanaman pangan memiliki pengaruh yang kuat.
Perekonomian pangan terhadap Penyebaran 2. Dari hasil analisis ini diketahui bahwa sektor tanaman pangan memiliki
Provinsi Jawa Timur sektor perekonomian 3) Analisis nilai yang lebih kuat pada keterkaitan kedepan berarti bahwa sektor
lainnya Pengganda tanaman pangan mampu mendorong sektor hilirnya lebih kuat
2)Menganalisis besar dibandingkan sektor hulu
keterkaitan kedepan 3. menunjukan bahwa sektor tanaman pangan memiliki pengaruh yang kuat
dan kebelakang sektor terhadap sektor hilirnya, namun memiliki pengaruh yang lemah terghadap
tanaman pangan sektor hulunya. Dengan sektor padi sebagai sektor dengan angka
terhadap sektor kepekaan penyebaran tertinggi pada sektor tanaman pangan.
perekonomian lainnya. 4. Sektor tanaman pangan memiliki angka pengganda output sebesar 1.316,
3.Menganalisis angka pengganda pendapatan sebesar 0.340 dan pengganda tenaga
dampak penyebaran kerja sebesar 0.025.
sektor tanaman 5. Berdasarkan hasil analisis, sektor tanaman pangan memilki nilai kepekaan
pangan terhadap penyebaran yang tinggi dengan nilai diatas satu akan tetap nilai koefisien
sektor perekonomian penyebaran sektor tanaman pangan tergolong rendah
4.Menganalisis
seberapa besar
dampak permintaan
akhir yang ditimbulkan
sektor tanaman
pangan
5.Mengidentifikasi
sektor unggulan
tanaman pangan.
2. Jocom Dampak 1.menganalisis 1)Analisis location 1. Program agropolitan basis jagung meningkatkan perekonomian wilayah melalui
(2009) Pengembangan dampak quotient (LQ), pergeseran struktur perekonomian wilayah. Secara komparatif, pengembangan
Agropolitan Basis pengembangan multiplier short run agropolitan basis jagung mampu menarik atau menggerakkan sektor lain
Jagung Dan agropolitan tterhadap (MS), multiplier long 2. Program agropolitan meningkatkan pendapatan usaha tani petani di kawasan
Partisipasi Masyarakat perekonomian run(ML) agropolitan dengan pendapatan usaha tani di kawasan agropolitan di kawasan
Di Provinsi Gorontalo: (2) menganalisis 2.Analisis shift share agropolitan lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan usaha tani nonagropolitan,
Kasus Kabupaten dampak uji t-student yaitu sebesar Rp 10 080 016.00/ha/thn dan Rp 5 506.966.00/ha/thn.
Pohuwato pengembangan 3) Kualitatif 3. Tingkat partisipasi masyarakat di kawasan agropolitan berdasarkan tingkat
agropolitan terhadap menurut tangga partisipasi Arnstein berada pada tingkat konsultasi. Hal ini berarti bahwa
pendapatan petani, partisipasi Arnstein partisispasi masyarakat masih sebatas pada taraf pelaksana saja karena
3. Mengkaji tingkat 4.) Analisis masyarakat masih belum banyak dilibatkan dalam taraf perencanan program.
18

partisipasi masyarakat Heksagonal danPEL 4. Status PEL di Kabupaten Pohuwato digolongkan dalam kategori baik
dalam pengembangan - RALED
kawasan agropolitan.
4. Merumuskan
strategi
pembangunan yang
dapat mendorong
pengembangan
ekonomi
3. Agustina dan Evaluasi Implementasi untuk mengetahui Logic model Menunjukkan bahwa rencana program dan kegiatan pengembangan kawasan
Artiningsih(20 Masterplan Kawasan kinerja rencana agropolitan Ciwidey memiliki dampak positif dan negatif.
17) Agropolitan Ciwidey program dan kegiatan
Menggunakan Logic pengembangan
Models kawasan agropolitan
Ciwidey
4. Martadona, Strategi 1)Menganalisis 1)Analisis Location 1)Padi merupakan komoditi unggulan untuk dikembangkan dalam pelaksanaan
Purnamadew, Pengembangan komoditi unggulan Quotient (LQ) agropolitan di Kota Padang. Hal ini terlihat dari nilai LQ yang didapat komoditi padi
Najib (2014) Kawasan Agropolitan tanaman pangan di 2)Analisis lebih besar dari satu, sedangkan jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah,
Berbasis Tanaman Kota Padang, Skalogram masih belum berpotensi untuk dikembangkan atau belum basis dimana nilai untuk
Pangan Di Kota 2)Memilih wilayah 3)Analisis Diamond komoditi tersebut kecil dari pada satu.
Padang pengembangan Porter 2) Kecamatan Kuranji mempunyai potensi yang lebih besar untuk dikembangkan
agropolitan melalui 4)Analisis SWOT sebagai wilayah pusat pertumbuhan atau pusat pelayanan dalam pengembangan
ketersediaan sarana kawasan agropolitan di Kota Padang karena mempunyai jenis dan jumlah fasilitas
dan prasarana pendukung yang lebih lengkap.
(3) Merumuskan 3) Pembangunan sarana dan prasarana pertanian dan penguatan kelembagaan
strategi-strategi permodalan untuk peengembangan komoditi unggulanmerupakan strategi yang
pengembangan paling tepat untuk pengembangan kawasan agropolitan di Kota Padang
kawasan agropolitan
di Kota Padang.

5. Suroyo dan Pengembangan tujuan untuk mengkaji Regresi Linear Peningkatan produktivitas tanaman melalui inovasi teknologi pertanian penggunaan
Handayani Kawasan Agropolitan keberhasilan inovasi teknologi berupa aplikasi Benih Unggul Baru (BUB). Dengan harapan BUB
(2014) di Kabupaten pengembangan dapat memperhatikan benih sepanjang waktu dengan memperhatikan sasaran
Kulonprogo, Daerah Kawasan Agropolitan penyediaan benih sesuai ketentuan baku yaitu prinsip 7 tepat : 1) tepat
Istimewa Yogyakarta di Kabupaten varietas/jenis, 2) tepat mutu, 3) tepat waktu, 4) tepat lokasi penyediaan, 5) tepat
Kulonprogo. jumlah, 5) tepat harga (dapat terjangkau) dan 7) tepat target.
6. .Alhowaish(20 Location Quotient penelitian ini akan 1.Location Quotient a) kegiatan seperti "pendidikan, seni, pariwisatapertanian, perikanan dan
13) Technique and menghasilkan 2. Multiplier Effect kesehatan"memberikan indikasi bahwa wilayah tersebut memiliki unsur pariwisata
Economy Analysis of beberapa baik.
Regions: Tabuk rekomendasi yang b) Wilayah Tabuk menghadapi dua kemungkinan: a) mendukung sektor-sektor
Province of Saudi akan memandu pelayanan dan membuat ekonomi wilayah Tabuk lebih terspesialisasi.)
Arabia as a Case perencana ekonomi mendukung ekonomi produktif dan membuat perekonomian daerah Tabuk
19

Study untuk fokus dan beragam.


mendukung kegiatan
unik yang akan
meningkatkan
ekonomi Tabuk
7. Makmur(2013 Strategi Untuk mengetahui Analisis Desriptif Pola Pemanfaatan Ruang Kecamatan Balusu dibagi ke dalam 3 (tiga) Yaitu sentral
) Pengembangan struktur ruang yang kegiatan primer sentral kegiatan sekunder dan tersier.
Kawasan Agropolitan berpengaruh dalam
Di Kecamatan Balusu proses
Kabupaten Barru pengembangan
kawasan agropolitan
di Kecamatan Balusu.
8 D.Kartikawati, The role of agriculture, Penelitian ini bertujuan Sift share Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di
Kartikawati, forestry and fishery untuk mengungkap Location quotient Kabupaten Malinau adalah sektor non-basis dengan rata-rata LQ <1 dari 0,76.
D. sector in the peran, perubahan
Darsono development of peran di masa depan,
Sundari, M. T. Malinau District dan faktor-faktor
(2019) (location quotient and penyebab perubahan
shift share approach) ini di sektor ini dan
masing-masing
subsektor Pertanian,
Kehutanan dan
Perikanan di
Kabupaten Malinau
9. Rahmawati Pengaruh 1)Mendeskripsikan 1.Deskriptif 1Pelaksanaan agropolitan di Kawasan Merapi-Merbabu masih banyak menemui
(2008) Pelaksanaan pelaksanaan 2. shift share kendala terutama yang berkaitan dengan pengadaan modal, pengadaan
Agropolitan Terhadap agropolitan Merapi- 3. Analisis teknologi dan sumberdaya pelaku atau petani yang kurang berkembang.
Perkembangan Merbabu di Kabupaten scalogram 2. Setelah pelaksanaan agropolitan, kawasan yang memiliki peningkatan
Ekonomi Di Tujuh Magelang sampai 4. (AHP) pertumbuhan ekonomi untuk sektor pertanian adalah Kecamatan Dukun,
Kawasan Agropolitan tahun 2008. Kecamatan Sawangan, Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Pakis, Kecamatan
Kabupaten Magelang 2. Menganalisis Grabak dan Kecamatan Ngablak.
pengaruh 3. Setelah pelaksanaan agropolitan, ketersediaan fasilitas publik di tujuh kawasan
pelaksanaan agropolitan mengalami peningkatan terutama peningkatan pada fasilitas
agropolitan Merapi- industri dan pengangkutan.
Merbabu 4. Strategi prioritas pengembangan agropolitan Borobudur yang dipilih oleh
di tujuh kawasan responden adalah pengembangan sumberdaya pelaku agribisnis dan
agropolitan agrowisata.
3. Menganalisis
ketersediaan fasilitas
publik setelah
pelaksanaan
agropolitan
20

4. Menganalisis
strategi
pengembangan
agropolitan kawasan
agropolitan Borobudur
10 Wati dan Analisis Location Menganalisis sub sub 1. Analisis LQ Sub sektor pertanian basis di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2013-2017
Arifin 2019 Quotient dan Shift- sektor pertanian bais 2.Analisis Shift yaitu tanaman perkebunan dan jasa pertanian dan perburuan, sedangkan yang
Share Sub dan Share bukan basis yaitu tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan,
Sektor Pertanian Di Bukan basis, kehutanan dan penebangan kayu, dan perikanan. Perubahan dan pergeseran
Kabupaten perubahan dan sub sektor pertanian di Kabupaten Pekalongan memiliki rata-rata nilai yang
Pekalongan Tahun pergeseran positif, dan memiliki keunggulan kompetitif untuk tanaman hortikultura,
2013-2017 pertumbuhan sub perikanan, dan kehutanan dan penebangan kayu. Sub sektor pertanian
sektor pertanian, unggulan di Kabupaten Pekalongan tahun 2013-2017 yaitu tanaman
Dan sub sektor perkebunan.
pertanian yang
menjadi unggulan di
Kabupaten
Pekalongan.
11 Sari 2016 Pemberdayaan Tujuan untuk Deskriptif kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program sudah berjalan dengan
Masyarakat Melalui menjelaskan baik yang didukung oleh komponenkomponen yang sesuai berupa pengembangan
Pengembangan Desa bagaimana sumber daya masnusia, kemitraan atau kerja sama, promosi, dan kerja sama
Wisata Agropolitan pelaksanaan program dengan pihak universitas. Pendapatan keluarga didukung oleh komponen berupa
Sebagai Upaya pemberdayaan terpenuhinya kebutuhan pokok keluarga,memiliki penghasilan yang bisa menopang
Menambah masyarakat melalui kebutuhan keluarga, dan ketersediaan cadangan uang atau tabungan. Keberhasilan
Pendapatan Keluarga pengembangan desa tersebut terbukti dari dengan pengembangan desa wisata agropolitan dapat
di Desa Karangsono wisata agropolitan dan menambah pendapatan keluarga di desa Karangsono. Potensi Desa Karangsono
Kecamatan Kanigoro bagaimana memberikan dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat
Kabupaten Blitar pendapatan setempat
masyarakat setelah
ada kegiatan
pemberdayaan
masyarakat melalui
pengembangan desa
wisata agropolitan.
12 Dinikawati Pengaruh 1. Untuk mengetahui Deskriptif Dengan ditetapkan sebagai kawasan agropolitan, kecamatan Kalibawang
2002 pengembangan latar belakang wilayah mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan masuknya program kawasan
agropolitan terhadap Kalibawang sebagai agropolitan. Masuknya program kawasan agropolitan akan berpengaruh pada
peningkatan kawasan agropolitan sosial-ekonomi terhadap peningkatan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat
kehidupan sosial- dan desa Banjararum Kalibawang.
ekonomi masyarakat sebagai pusat
Kalibawang, kawasan
kabupaten kulon agropolitan.
21

Progo, Yogyakarta 2. Untuk mengetahui


tahun 2002 pengaruh
pengembangan
agropolitan terhadap
peningkatan
kehidupan sosial-
ekonomi masyarakat
di Kalibawang.
22

Tabel 2.1 merupakan tabel ringkasan dari berbagai penelitian sejenis

yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai pengembangan wilayah

dan juga pengembangan agropolitan memeberikan dampak terhadap

perkembangan ekonomi dari suatu wilayah.

Kebanyakan dari penelitian yang dilakukan tentang agropolitan adalah

menemukan strategi yang tepat dalam pengembangan agroplitan di suatu

daerah dimana sudah diterapkan pada daerah tersebut dan mengalami kendala

yang bersifat teknis maupun ekonomi agar berjalan dengan semestinya. Selain

itu terdapat juga penelitian agropolitan secara keseluruhan yaitu perekonmian

wilayah, partisipasi masyarakat, pendapat dan juga strategi pengembangan.

Penelitian ini berangkat dari program agropolitan di Kabupaten

Tulungagung yang sudah bejalan selama 15 tahun. Dimana dalam

pelaksanaannya terdapat permasalahan dari sisi ekonomi dimana pertumbuhan

pertanian sektor mengalamifluktuasi yang diakibatkan berbagai penyebab yaitu

yang bersifat teknis maupun non teknis. Dalam penelitian ini berfokus kepada

pendeskripsian agropolitan secara khusus melalui kegiatan di kawasan

agropolitan serta bagaimana kegiatan pemberdayaan di kawasan tersebut. Serta

dampak terhadap perekonomian wilayah baik sebelum dan sesudah adanya

agropitan di kabupaten Tulungaung karena dengan adanya program agropolitan

diharapkan muncul pusat pertumbuhan baru dimana daerah tersebut dapat

diterapkan program agropolitan.

2.2. Landasan Teori.

2.2.1 Pengertian Aropolitan

Agropolitan berasal dari kata Agro yang berarti ‘pertanian’ dan Polis/Polit

an yang berarti ‘kota’. Agropolitan didefinisikan sebagai kota pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis

sehingga mampu melayani, mendorong, menarik, serta menghela kegiatan


23

pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya.(Departemen Pertanian, 2002)

Kawasan Agropolitan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari

adanya hirarki keruangan desa yang ditandai dengan ke beradaan pusat

agropolitan dan desa-desa di sekitarnya sehingga terbentuklah Kawasan

Agropolitan Program ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

dan percepatan pengembangan wilayah yang berbasis pada potensi lokal dan

pemberdayaan masyarakat, yang pada gilirannya, upaya tersebut akan berujung

pada peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat (Kementrian

Pekerjaan Umum, 2012)

Konsep agropolitan di Indonesia, Agropolitan adalah kota pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta

mampu melayani dan mendorong kegitaan pembangunan pertanian di wilayah.

Agropolitan adalah konsep pembangunan perdesaan yang mengintegrasikan

pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan

masyarakat merupakan konsep pembangunan yang mengutamakan partisipasi

(participation) dan kemitraan (partnership) yang mengarah pada pembangunan

dari dan untuk rakyat.(Jocom 2009). Agropolitan didasari pada konsep

pengembangan wilayah dengan menekankan pada pembangunan infrastruktur,

kelembagaan, dan permodalan/investasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

pengembangan agropolitan meliputi pengembangan agribisnis komoditas

unggulan, pembangunan agroindustri, dan konservasi sumber daya alam dan

lingkungan. Sasarannya adalah infrastruktur pendukung produksi pertanian,

pengolahan hasil, dan pemasaran, serta permukiman yang terbangun secara

memadai dan setara infrastruktur kota; kelestarian lingkungan terjaga; penguatan

kelembagaan; perekonomian perdesaan yang tumbuh berkembang; produktivitas

pertanian yang meningkat (Jocom,2009).


24

Mahi (2014) mengatakan bahwa secara luas pengembangan agropolitan

berarti mengembangkan perdesaaan dengan cara memperkenalkan fasilitas kota

yang disesuaikan dengan lingkungan perdesaaan). Apabila hal ini dapat dicapai,

akan terbentuk kota di daerah perdesaan dengan sarana dan prasarana

permukiman setara kota dengan kegiatan pertanian sebagai kekuatan penggerak

perekonomian perdesaan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dikemukakan bahwa kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri

atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem

produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan

oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

pemukiman dan sistem agribisnis.

Secara umum tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan

pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing

berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan

(Provinsi Jawa Timur, 2017)

Visi dari agropolitan adalah terwujudnya kawasan pertanian modern

sebagai penggerak perekonomian perdesaan yang mampu mensejahterakan

masyarakat sedangkan misi dari program agropolitan adalah:

1. Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian

2. Membuka lapangan pekerjaan baru khusus bagi masyarakat perdesaan

sehingga dapat mengurangi urbanisasi

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan

4. Mewujudkan tata ruang antara perkotaan dan perdesaan yang saling

mendukung, melengkapi dan memperkuat


25

2.2.2 Tujuan Agropolitan

Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal

48, dinyatakan bahwa penataan ruang kawasan perdesaan pada dasarnya

ditujukan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan, pertahanan

kualitas lingkungan setempat dan wilayah didukungnya, konservasi sumber daya

alam, pelestarian warisan budaya lokal, pertahanan kawasan lahan abadi

pertanian pangan untuk ketahanan pangan, dan penjagaan keseimbangan

pembangunan perdesaan-perkotaan. Keenam arah yang dituju dalam penataan

ruang kawasan perdesaan tersebut, berkaitan erat dengan pengembangan

Kawasan Agropolitan karena Kawasan Agropolitan merupakan salah satu wujud

dari penataan kawasan perdesaan.

Lebih lanjut pada pasal 54, ayat 2, UU No. 26 Tahun 2007 Tentang

Penataan Ruang disebutkan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan

ruang kawasan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kawasan

agropolitan yang berada dalam satu kabupaten diatur dengan peraturan daerah

kabupaten, untuk kawasan agropolitan yang berada pada dua atau lebih wilayah

kabupaten diatur dengan peraturan daerah provinsi, dan untuk kawasan

agropolitan yang berada pada dua atau kebih wilayah provinsi diatur dengan

peraturan pemerintah. Dan pasal 54, ayat 4, menyebutkan bahwa penataan

ruang kawasan agropolitan diselenggarakan dalam keterpaduan sistem

perkotaan, wilayah dan nasional.

Kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk pengembangan

wilayah (perdesaan) sehingga tidak terjadi lagi penurunan potensi-potensi

perdesaan khususnya sumber daya alam dan sumber daya manusianya.

Kawasan agropolitan disini diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang

ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yakni dengan adanya pusat

agropolitan dan desa-desa disekitarnya membentuk kawasan agropolitan. Hirarki


26

keruangan diperlukan sebagai aspek penunjang agribisnis dalam proses

pengembangan kawasan agropolitan (Iqbal et al. 2018).

Suroyo dan Handayani (2014) mengatakan tujuan dari pengembangan

kawasan agropolitan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan wilayah dan

peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong berkembangnya

sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan,

berkelanjutan, dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan. Konsep

pengembangan kawasan agropolitan tersebut memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut memperoleh

pendapatan dari kegiatan pertanian agribisnis;

2. Sebagian besar kegiatan di kawasan tersebut didominasi oleh kegiatan

pertanian atau agribisnis, termasuk di dalamnya usaha industri

(pengolahan) pertanian, perdagangan hasilhasil pertanian (termasuk

perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu

(sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa pelayanan;

3. Hubungan antara kota dan daerah-daerah hinterland atau daerah-daerah

sekitarnya di kawasan agropolitan bersifat interpendensi/timbal balik yang

harmonis dan saling membutuhkan, dimana kawasan pertanian

mengembangkan usaha (on farm) dan produk olahan skala rumah tangga

(off farm), sebaliknya kota menyediakan fasilitas untuk berkembangnya

usaha budidaya agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian, modal,

teknologi, informasi pengolahan hasil dan penampungan (pemasaran)

hasil produksi pertanian;

4. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan mirip dengan suasana

kota karena keadaan sarana yang ada di kawasan agropolitan tidak jauh

berbeda dengan yang di kota.


27

Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pembangunan

wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dengan kota (Pemprov Jawa Timur,

2017). Wujudnya yaitu dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha

agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan (tidak

merusak lingkungan), dan terdesentralisasi (wewenang berada pada pemerintah

daerah dan masyarakat) (Pemprov Jawa Timur, 2017).

Kawasan agropolitan adalah salah satu upaya mempercepat

pembangunan perdesaan dan pertanian, dimana kota sebagai pusat kawasan

dengan ketersediaan sumber dayanya, tumbuh dan berkembang mengakses,

melayani, mendorong dan menghela usaha agribisnis di desa-desa kawasan dan

desa-desa sekitarnya (hinterland) (Basri dan Arifin 2010).

Secara umum tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan

pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing

berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan agropolitan

(Provinsi Jawa Timur, 2017)

Visi dari agropolitan adalah terwujudnya kawasan pertanian modern

sebagai penggerak perekonomian perdesaan yang mampu mensejahterakan

masyarakat sedangkan misi dari program agropolitan adalah:

1. Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian

2. Membuka lapangan pekerjaan baru khusus bagi masyarakat perdesaan

sehingga dapat mengurangi urbanisasi

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan

4. Mewujudkan tata ruang antara perkotaan dan perdesaan yang saling

mendukung, melengkapi dan memperkuat


28

2.2.3 Konsep Agropolitan

Agropolitan berasal dari kata Agro yang berarti ‘pertanian’ dan Polis/Polit

an yang berarti ‘kota’. Agropolitan didefinisikan sebagai kota pertanian yang

tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis

sehingga mampu melayani, mendorong, menarik, serta menghela kegiatan

pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kawasan Agropolitan sebagai

sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan

desa yang ditandai dengan ke beradaan pusat agropolitan dan desa-desa di

sekitarnya sehingga terbentuklah Kawasan Agropolitan

Program ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan

percepatan pengembangan wilayah yang berbasis pada potensi lokal dan

pemberdayaan masyarakat, yang pada gilirannya, upaya tersebut akan berujung

pada peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Agropolitan atau

Kota Pertanian dapat merupakan Kota Menengah, Kota Kecil, Kota Kecamatan,

Kota Perdesaan, atau Kota Nagari yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan

ekonomi. Sebagai pusat pertumbuhan, Kota Pertanian ini pun mampu

mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa di wilayah

sekitarnya (hinterland) melalui pengembangan berbagai sektor, mulai dari

pertanian, industri kecil, jasa pelayanan, hingga pariwisata (Kementrian

Pekerjaan Umum, 2012).

Di Indonesia, Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan

berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu

melayani dan mendorong kegitaan pembangunan pertanian di wilayah.

Agropolitan adalah konsep pembangunan perdesaan yang mengintegrasikan

pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan

masyarakat merupakan konsep pembangunan yang mengutamakan partisipasi


29

(participation) dan kemitraan (partnership) yang mengarah pada pembangunan

dari dan untuk rakyat (Jocom, 2009)

Agropolitan adalah Kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena

berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong,

menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya

(Deptan, 2002). Konsep agropolitan adalah sebuah kebijakan pemerintah pusat

yang merupakan pendekatan terpadu dari beberapa departemen bidang ekonomi

untuk pembangunan di pedesaan (khususnya pertanian) dengan jalan

melengkapi infrastruktur, memperluas akses terhadap kredit usaha untuk

meningkatkan pendapatan petani dan mendorong pertumbuhan industri guna

meningkatkan nilai tambah sektor pertanian. Program ini dirancang dan

dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk

mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,

berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Deptan, 2002).

Pengembangan kawasan Agropolitan tidak bisa terlepas dari

pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan nasional (RTRWN) dan sistem

pusat kegiatan pada tingkat Propinsi (RTRW Propinsi) dan Kabupaten (RTRW

Kabupaten). Hal ini disebabkan, rencana tata ruang wilayah merupakan

kesepakatan bersama tentang pengaturan ruang wilayah. Terkait dengan

Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), maka pengembangan kawasan

agropolitan harus mendukung pengembangan kawasan andalan. Dengan

demikian tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan (Djakapermana,2003)

Ciri-Ciri Kawasan Agropolitan

a. Sebagian besar kegiatan masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh

kegiatan pertanian (dalam arti luas) dan atau agribisnis dalam suatu

kesisteman yang utuh dan terintegrasi mulai dari:


30

1. Subsistem usaha tani/ pertanian primer (on farm agribusiness) yang

mencakup usaha: tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan,

dan peternakan.

2. Subsistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang mencakup:

mesin, peralatan pertanian pupuk, dan lain-lain.

3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness) yang meliputi:

industri-industri pengolahan dan pemasarannya termasuk perdagangan

untuk kegiatan ekspor.

4. Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi

agribisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan

pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan

pemerintah

b. Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang

bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan, di mana

kawasan pertanian di perdesaan mengembangkan usaha budi daya (on

farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm) sebaliknya kota

menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budi daya dan agribisnis

seperti penyediaan sarana pertanian antara lain: modal, teknologi, informasi,

peralatan pertanian, dan lain sebagainya.

c. Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didomonasi oleh

kegiatan pertanian atau agribisnis termasuk didalamnya usaha industri

(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk

perdagangan untuk kegiatan ekspor bila dimungkinkan), perdagangan

agribisnis hulu (sarana pertanian dan permodalan), agrowisata dan jasa

pelayanan.
31

d. Kehidupan masyarakat di kawasan agropolitan sama dengan suasana

kehidupan di perkotaan, karena prasarana dan infrastruktur yang ada di

kawasan agropolitan diusahakan tidak jauh berbeda dengan di kota.

Persyaratan Kawasan Agropolitan

Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan harus

dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki komoditas unggulan yang sudah berkembang dengan prioritas

untuk didukung oleh sektor hilirnya.

b. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk

mengembangkan komoditi pertanian (yaitu komoditi unggulan tersebut).

c. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung

pengembangan sistem dan usaha agribisnis khususnya pangan, seperti

misalnya: jalan, sarana, irigasi/pengairan, sumber air baku, terminal, jaringan

telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan

agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum

serta fasilitas sosial lainnya.

d. Memiliki sumberdaya manusia yang mau dan berpotensi untuk

mengembangkan kawasan agropolitan secara mandiri.

e. Usaha agribisnis yang dimiliki masyarakat tani di kawasan kawasan mampu

dikembangkan lebih baik lagi serta berdampak luas terhadap pertumbuhan

ekonomi di kawasan dan daerah sekitarnya.

Konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup tercapai guna menjamin budi

daya kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun

ekosistem yang berkelanjutan dalam RTRK/ RDTRK yang disepakati.


32

Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang dikemukakan bahwa kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri

atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem

produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan

oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem

pemukiman dan sistem agribisnis.

Basuki (2012) mengatakan, konsep dari agropolitan sendiri adalah suatu

kawasan strategis dan prospektif yang dibentuk guna memicu kegiatan agribisnis

dalam rangka peningkatan perekonomian wilayah. Adapun pengembangan

agropolitan yaitu pengembangan pedesaan dengan cara memperkenalkan/

mendekatkan fasilitas kota ke pedesaan yang disesuaikan dengan karakteristik

pedesaan. Kawasan agropolitan adalah suatu kawasan agribisnis yang memiliki

fasilitas perkotaan. Perkembangan fasilitas yang ada, akan mendorong

masyarakat untuk tinggal di daerah. Hal ini karena kebutuhan dasar mayarakat

akan terpenuhi seperti lapangan pekerjaan, fasilitas kesehatan, pendidikan,

sosial-ekonomi serta lainnya. Agropolitan memiliki fungsi sebagai terminal

kegiatan pelayanan arus input maupun output pertanian. Berbagai kegiatan

pelayanan keluar masuknya input maupun output pertanian dilakukan melalui

sistem ini. Fasilitas pelayanan dalam agropolitan seperti, kemudahan input

sarana produksi (pupuk, bibit, obat-obatan, peralatan, dan lain-lain), sarana

penunjang produksi (lembaga perbankan, koperasi, listrik, dan lain-lain), sarana

pemasaran (pasar, terminal angkutan, sarana transportasi, dan lain-lain).

Berdasarkan issue dan permasalahan pembangunan perdesaan yang

terjadi, pengembangan kawasan agropolitan merupakan alternatif solusi untuk

pengembangan wilayah (perdesaan). Kawasan agropolitan disini diartikan

sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki

keruangan desa yakni dengan adanya pusat agropolitan dan desa-desa di


33

sekitarnya membetuk Kawasan Agropolitan. Kawasan agropolitan ini juga

dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang karena

berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang diharapkan

dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di

wilayah sekitarnya

Gambar 2.1 Skema Agropolitan

Sumber : Strategi Pengembangan Kawasan Agropolitan dalam Kemenrian


Pekerjaan Umum 2012

Struktur Tata Ruang Kawasan Agropolitan Struktur tata ruang kawasan

agropolitan secara teoritis didasarkan pada konsep core-periphery area, konsep

ini memandang wilayah sebagai suatu hubungan sosial ekonomi antara pusat

dan daerah pinggiran, dalam konteks agropolitan, hubungan dimaksud adalah

hubungan antara kota inti dengan desa-desa lainnya yang ada di kawasan

agropolitan. Struktur tata ruang ini akan mengintegrasikan lokasi-lokasi kegiatan


34

on-farm dan off-farm sedemikian rupa sehingga tujuan pengembangan kawasan

agropolitan dapat tercapai, dan dibentuk untuk:

a) Menciptakan dan memudahkan hubungan antara desa-desa sentra

produksi on-farm maupun desa-desa potensial di kawasan agropolitan

dengan kota inti sebagai sentra kegiatan off-farm.

b) Menciptakan kemudahan bagi penduduk yang berdiam di desa-desa

yang ada di kawasan agropolitan untuk dapat menikmati fasilitas dan

prasarana sosial ekonomi pendukung kegiatan agribisnis yang ada di kota

inti.

c) Menciptakan sistem atau pola distribusi sarana sosial ekonomi yang

berjenjang (hirarki) sehingga menjangkau seluruh desa di kawasan

agropolitan.

d) Menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman yang lebih kuat

sehingga mampu memutar roda perekonomian yang berbasis agribisnis

yang lebih efisien.(Basri dan Arifin, 2010)

Kedudukan Kabupaten Tulungagung Kabupaten Tulungagung memiliki

posisi cukup strategis dalam Pengmbangan Agropolitan Propinsi Jawa Timur.

Posisi Strategis Tersebut Meliputi:

1. Secara Geografis terletak di pantai selatan diantara Kabupaten

Trenggalek dan KabupatenBlitar. Kedua kabupaten iini memiliki

pendapatan pokok di bidang pertanian.

2. Dilewati Jalur Transportasi darat nasional yang menghubungkan kota

kota besar di Jawa Timur yaitu Madiun, Kediri dan Malang, Selain itu

juga dilwati jalur jalur kereta api. Keberadaan jalu tersebut membuka

peluang bagi Kawasan Agropolitan Sendang lebih berkembang.

Terutama sektor yang membutuhkan transportasi seperti pertanian,

perdagangan, jasa, industry dan Pariwisata.


35

3. Adanya kebijakan Provinsi untuk meningkatkan aksesbilitas kabupaten

disekitarnya. Sehingga kedudukan Kabupaten Tulungagung cukup

Besar untuk ekspor keluar wilayah tersebut. (Bapeda Kabupaten

Tulungagung, 2017)

Kuncoro (2002) mengatakan pendekatan agropolitan sebagai aktivitas

pembangunan yang terkonsentrasi di wilayah perdesaan dengan jumlah

penduduk antara 50 ribu sampai 150 ribu jiwa sangat penting. Salah satu ide

pendekatan pengembangan perdesaan yang dikemukakan adalah mewujudkan

kemandirian pembangunan perdesaan yang didasarkan pada potensi wilayah

desa tersebut. Keterkaitan dengan perekonomian kota harus bisa diminimalkan,

sehingga terbentuk kemandirian desa dalam pertumbuhan ekonominya.

Untuk itu penetapan kawasan agropolitan dirancang secara lokal dengan

memperhatikan realitas perkembangan agrobisnis yang ada di setiap daerah.

Pada akhirnya, konsep gerakan agropolitan dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif konsep pembangunan kawasan yang mampu mendorong

perekonomian daerah,baik pada tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi

menciptakan sinergitas pembangunan antar wilayah yang lebih berimbang;

mengatasi masalah-masalah pembangunan wilayah perdesaan; dan pengelolaan

pertanian.

2.2.4 Pembangunan Pertanian

Pembangunan seringkali diartikan pada pertumbuhan dan perubahan.

Jadi, pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi

pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan

masyarakat tani dari kurang baik menjadi yang lebih baik.Seperti diketahui sektor

pertanian di Indonesia dianggap penting. Hal ini terlihat dari peranan sektor

pertanian terhadap penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyumbang

devisa Negara melalui ekspor dan sebagainya (Soekartawi, 1995).


36

Pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah pendayagunaan

secara optimal sumberdaya pertanian dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan, yaitu: (1) membangun sumber daya manusia aparatur

profesional, petani mandiri dan 12 kelembagaan pertanian yang kokoh; (2)

meningkatkan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara berkelanjutan; (3)

memantapkan ketahanan dan keamanan pangan; (4) meningkatkan daya saing

dan nilai tambah produk pertanian; (5) menumbuh kembangkan usaha pertanian

yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan; dan (6) membangun sistem

manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani (Apriyanto,

2005)

Menurut Saragih (dalam Asriani, 2003) dalam upaya perwujudan konsep

pembangunan pertanian berkelanjutan di Indonesia, diperkirakan akan terwujud

melalui pendekatan strategi pembangunan agribisnis

1. pembangunan agroindustri sebagai motor penggerak agribisnis.

2. Pengembangan strategi pemasaran. Pembangunan sektor agribisnis

yang berorientasi pasar menyebabkan strategi pemasaran menjadi

sangat penting, bahkan paling menentukan keberhasilan.

3. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Agar sektor agribisnis mampu

menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan

pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan

pengembangan teknollogi, serta pembangunan kemampuan sumber

daya manusia agribisnis sebagai actor pengembangan sektor agribisnis.

4. Penataan dan pengembangan struktur agribisnis. Struktur agribisnis

nasional yang terkotak-kotak telah menciptakan transmisi dan margin

ganda, yang secara keseluruhan akan merugikan perkembangan sektor

agribisnis nasional. Oleh sebab itu, penataan dan pengembangan sektor

agribisnis perlu memperoleh perhatian yang serius. Penetaan dan


37

pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran

pokok, yaitu (1) mengembangakan struktur agribisnis yang terintegrasi

secara vertikal mengikuti satu aliran produk (produk line) sehingga

subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis pertanian primer dan

subsistem agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen; (2)

mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani agar dapat merebut

nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan subsistem

agribisnis hilir.

5. Pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis. Selama ini, lokasi

perkembangan agroindustri nasional umumnya berorientasi pada

konsentrasi konsumen seperti sektor perkotaan dan di pulau jawa yang

merupakan pusapusat konsumen. Di masa yang akan datang, orientasi

lokasi agroindustri tersebut telah diubah. Dari orientasi pusat-pusat

konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku.

6. Pengembangan infrastruktur agribisnis. Untuk mendukung

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis tersebut,

diperlukan pengembangan infrastruktur agribisnis, seperti jaringan jalan

dan transportasi (laut, udara, sungai dan darat) jaringan listrik, air,

pelabuhan perikanan dan peternakan, pelabuhan ekspor dan lain-lain

2.2.5 Ekonomi Wilayah

Ilmu ekonomi regional atau ilmu ekonomi wilayah adalah suatu cabang

dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan

potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Sebetulnya sangat sulit meletakkan

posisi ilmu ekonomi regional dalam kaitannya dengan ilmu lain, terutama dengan

geografi ekonomi (economic geography). Geografi ekonomi adalah ilmu yang

mempelajari keberadaan suatu kegiatan di suatu lokasi, dan bagaimana wilayah

di sekitarnya bereaksi atas kegiatan tersebut. Geografi ekonomi mempelajari


38

gejala-gejala dari suatu kegiatan yang bersangkut-paut dengan tempat atau

lokasi sehingga ditemukan prinsip-prinsip penggunaan ruang yang berlaku

umum. Prinsip ini dapat dipakai dalam membuat kebijakan pengaturan

penggunaan ruang wilayah yang efektif dan efisien berdasarkan tujuan umum

yang hendak dicapai (Priyarsono dan Sahara, 2007)

Perekonomian suatu daerah sangat tergantung dari sumber daya

alam dan faktor produksi yang dimilikinya dan besarnya PDRB atau

perekonomian di suatu daerah atau kabupaten/kota terbentuk dari berbagai

macam aktivitas atau kegiatan ekonomi yang timbul pada suatu daerah

(Wahyudi, et al, 2016)

2.2.6 Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah diartikan sebagai semua upaya yang dilakukan

untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ditandai dengan pemerataan

pembangunan dalam semua sektor dan pada seluruh bagian wilayah.

Pertumbuhan ekonomi dapat terjadi secara serentak pada semua tempat dan

semua sektor perekonomian, tetapi hanya pada titik-titik tertentu dan pada

sektor-sektor tertentu pula. Wilayah yang memiliki potensi berkembang lebih

besar akan berkembang lebih pesat, kemudian pengembangan wilayah tersebut

akan merangsang wilayah sekitarnya. Bagi sektor yang memiliki potensi

berkembang lebih besar cenderung dikembangkan lebih awal yang kemudian

diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial (Amalia, 2012).

Pengembangan wilayah merupakan suatu proses untuk mengarahkan

segala potensi wilayah yang bersangkutan untuk didayagunakan secara terpadu

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Proses pendayagunaan itu biasanya

berupa kombinasi dari pengerahan beberapa faktor yang saling menunjang

terhadap satu sama lain sehingga dapat diperoleh hasil tertentu (Nugraha, 2012).
39

Pengembangan Wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis

dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponen wilayah

tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga batasan

wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis.

Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam, sumberdaya

buatan (infrastruktur), manusia serta bentukbentuk kelembagaan (Rustiadi,

2006). Pengembangan kawasan terkait dengan pengembangan fungsi tertentu

dari suatu unit wilayah, mencakup fungsi sosial, ekonomi, budaya, politik maupun

pertahanan dan keamanan. Sementara itu, pengembangan wilayah seharusnya

mempunyai cakupan yang lebih luas yaitu menelaah keterkaitan antar kawasan

(Rustiadi, 2011). Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk

mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui

pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial,

dan budaya. Pengembangan agropolitan juga berorientasi pada kekuatan pasar

yang dilaksanakan melalui pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan

agribisnis hulu sampai dengan hilir (Kementrian Pekerjaan Umum, 2012)

2.2.7 Bantuan Alsintan Pertanian

Alsintan atau alat mesin pertanian adalah sebutan untuk semua alat dan

mesin yang digunakan dalam usaha bidang pertanian. Alsintan ini mutlak sangat

dibutuhkan dalam pembangunan pertanian. Peningkatan teknologi tepat guna

melalui alsintan ini sangat dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi

pertanian. Peran alsintan dalam pengembangan pertanian bukan sebatas proses

budidaya dan pascapanen, tapi juga bagi upaya pengembangan proses hasil

panen menjadi aneka produk pangan tambahan. Adanya alsintan ini menjadi

pemicu transformasi teknologi kepada petani menuju pertanian yang lebih

modern, efektif, dan ramah lingkungan. Teknologi mekanisasi tersebut harus


40

mencakup dari hulu sampai hilir sehingga tidak hanya meningkatkan produksi,

akan tetapi kesejahteraan petani.

Peran strategis mekanisasi pertanian melalui alsintan adalah proses

menjadi lebih cepat. Dengan mekanisasi, kita dapat melaksanakan pengolahan

lahan, panen, dan pascapanen dengan cepat. Selain itu proses akan lebih efisien

karena kebutuhan ongkos akan lebih rendah dibandingkan secara tradisional

atau manual, baik untuk olah lahan maupun untuk panen. Alsintan juga menekan

kehilangan hasil dan meningkatkan nilai tambah, misalnya penggunaan mesin

thresser (perontok) yang efektif akan dapat menurunkan kehilangan hasil.

Namun, kelebihan alsintan ini juga perlu menuntut prasyarat kelengkapan dan

kesiapan kelembagaan dan sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan

itu sendiri.

Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan produk-tivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu

dan nilai tambah produk, serta pemberdayaan petani. Pada hakekatnya,

penggunaan mesin di pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja

manusia dalam proses produksi pertanian, di mana setiap tahapan dari

proses produksi tersebut dapat menggunakan alat dan mesin pertanian

(Sukirno 1999). Dengan demikian, mekanisasi pertanian diharapkan

dapat meningkatkan efisiensi tenaga manusia, derajat dan taraf hidup

petani, kuantitas dan kualitas produksi pertanian, memungkinkan

pertumbuhan tipe usaha tani dari tipe subsisten (subsistence farming)

menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming), serta

mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat

industri (Wijanto 2002).

2.2.8. Pengembangan Industri Olahan


41

Menurut Hanggana (2006) bahan baku adalah sesuatu yang digunakan

untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi satu dengan barang

jadi. Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan penolong memiliki arti

yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya proses produksi sampai

hasil produksi. Pengelompokan bahan baku dan bahan penolong bertujuan untuk

pengendalian bahan dan pembebanan biaya harga pokok produksi.

Pengendalian bahan diprioritaskan pada bahan yang nilainya relative tinggi yaitu

bahan baku.

Menurut Assauri (1998), bahan baku merupakan bahan yang harus

diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku

yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber di dalam

perusahaan dan kelancarannya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku

merupakan salah satu faktor penting yang dapat memperlancar suatu proses

produksi.Menurut (Sunaryo, 1990) pengembangan produk akan lebih efektik

menggunakan sarana/media yang sudah ada, dibandingkan membuat

media/sarana yang baru Teknologi tepat guna, cara pengolahan, pengetahuan

bahan baku, kandungan gizi produk, perlu terus disosialisasikan, dilatihkan dan

dipraktekkan kepada kelompok-kelompok tersebut agar pengetahuan dan

keterampilan anggotanya terus bertambah. Dengan bertambahnya pengetahuan

dan keterampilan, maka akan memotivasi untuk mengolah bahan mentah

menjadi makanan siap saji, produk industri rumah tangga dalam upaya perbaikan

gizi maupun peningkatan pendapatan keluarga. Jika pangan olahan banyak

dijumpai di desa, maka banyak tersedia pilihan-pilihan untuk dikonsumsi

keluarga. Ketika pangan olahan banyak alternatif produknya, maka akan

dibutuhkan banyak pula bahan baku untuk memenuhi kebutuhan pengolahan

tersebut (Sudar yanto dan Basuno, 2002)

2.2.9 Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian


42

Penyuluhan Pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama

serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan

produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(Permentan No 47 Tahun 2016)

Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh petani menjadi salah

satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian, karena penyuluhan hadir

sebagai pemacu pembangunan pertanian. Sekarang peranan penyuluhan lebih

dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri

dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong

mereka mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masingmasing

pilihan yang ada melalui pertemuan rutin tiap minggu/bulannya. Sesuai dengan

Permentan No. 82 Tahun 2013 Pengembangan poktan diarahkan pada

a penguatan poktan menjadi kelembagaan petani yang kuat dan mandiri

b peningkatan kemampuan anggota dalam pengembangan agribisnis

c. peningkatan kemampuan poktan dalam menjalankan fungsinya (Wijianto,A.

Saputri,R.D dan Anantanyu, S. 2012)

Penyuluhan pertanian telah memainkan peranan penting dalam

peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Perjalanan pengembangan

penyuluhan pertanian sejak dulu mengalami pasang surut dan liku-liku yang

dinamik sesuai dengan perkembangan zaman dan berperan penting dalam

pembangunan pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

serta merupakan proses transformasi dari pertanian tradisional menjadi pertanian

tangguh yang mampu memanfaatkan sumber daya secara optimal, mampu

melakukan penyesuaian diri dalam pola dan struktur produksinya terhadap


43

perubahan sikap, perilaku, pengetahuan dan keterampilan petani dan

keluarganya sebagai hasil dari proses belajar mengajar (Abdul Hamid A.Yusra,

Nurliza, Sundari, 2015).

2.2.10 Konsep Agribisnis

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari

proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan

dengan kegiatan pertanian. Agribisnis sebagai sistem adalah keseluruhan

aktivitas produksi input, produksi dan produksi pengolahan dari hasil suatu

pertanian (Soekartawi, 2003). Agribisnis diartikan sebagai kegiatan pertanian

yang ditunjukkan untuk mendapatkan keutungan usaha, tenaga kerja, rencana

penggunaan tanah, biaya penggunaan tanah, sarana dan kebutuhan lain yang

penting. Dengan demikian, agribisnis merupakan konsep yang utuh mulai dari

proses produksi, pengolahan hasil dan aktivitas lain yang berkaitan dengan

kegiatan pertanian (Nurani, 2007).

Agrondustri hulu dan agriservis berperan sebagai input dalam sistem

agribisnis berturut-turut sebagai pemasok barang input dan jasa input. Input-input

tersebut dipadukan dalam proses menghasilkan produksi primer di komponen

alamiah ditransformasikan menjadi produk primer. Berdasarkan produk primer,

agriproduksi mengalami perpindahan secara ruang dan perpindahan

berlangsung oleh jasa agriniaga. Soekartawi (2005) menyatakan bahwa produk

primer ada yang langsung dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen adapun

yang diolah terlebih dahulu di agriindustri hilir dan menghasilkan produk antara

(intermediate product) atau produk akhir

Suryanto (2004) mengatakan agribisnis adalah usaha pertanian dalam

arti luas mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan dan penyaluran

sarana produksi sampai pada kegiatan budidaya produksi usaha tani, kegiatan

pengolahan hasil, dan kegiatan pemasarannya. Kegiatan agribisnis secara utuh


44

mencakup: (1) subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu kegiatan

ekonomi yang menghasilkan dan menyalurkan sarana produksi; (2) subsistem

usaha budidaya usahatani (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang

menggunakan saprodi untuk menghasilkan produksi primer; (3) subsistem

agribisnis hilir yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer

menjadi produk olahan yang siap dikonsumsi; (4) subsistem pemasaran

marketing agribusiness kegiatan memasarkan hasil pertanian primer dan produk

olahannya. Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai

dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang

berkaitan dengan kegiatan pertanian. Agribisnis sebagai sistem adalah

keseluruhan aktivitas produksi input, produksi dan produksi pengolahan dari hasil

suatu pertanian (Soekartawi, 2003).

Kegiatan agribisnis merupakan kegiatan yang berbasis pada keunggulan

sumberdaya alam (on farm agribusiness) dengan penerapan teknologi dan

sumberdaya manusia. Kegiatan dari skala usaha kecil hingga skala usaha yang

besar mempercepat pertumbuhan sektor agribisnis dengan petani yang lemah

(modal, skill, pengetahuan, dan penguasaan lahan yang terbatas) akan dapat

ditempuh melalui penerapan sistem agribisnis. Pengembangan sistem agribisnis

merupakan suatu model (model, sistem, pola) yang mampu memberikan

keuntungan bagi pelaku-pelaku agribisnis (petani, peternak, perkebun, nelayan,

pengusaha kecil menengah, dan koperasi) dalam peningkatan pendapatan dan

perluasan kesempatan kerja.

Sistem dan usaha agribisnis yang dikembangkan harus berkerakyatan yang

dicirikan dengan keterlibatan rakyat dan usaha agribisnis, berlandaskan

sumberdaya yang dimiliki rakyat baik sumberdaya alam, teknologi, kearifan lokal,

budaya ekonomi lokal, dan menjadikan organisasi ekonomi rakyat pelaku utama

agribisnis
45

2.2.13. Analisis Shift Share

Menurut Budiharsono dalam Rahmawati (2008), analisis shift share

pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et all pada tahun 1960. Analisis shift

share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi

sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi tenaga

kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis shift share dapat diketahui

bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan

secara relatif dengan sektor-sektor lainnya, apakah bertumbuh cepat atau

lamban.

Shift-Share merupakan teknik analisis untuk mengetahui kinerja

perkembangan sektor dengan melakukan perbandingkan laju pertumbuhan

wilayah,menunjukkan adanya penyimpangan dari perbandingan tersebut, dan

menemukan adanya pergeseran (shift) hasil pembangunan suatu wilayah atau

daerah dengan nasional (Soepono,1993). Metode ini menggunakan

pengisolasian faktor yang menyebabkan perubahan struktur dari satu ke yang

lain dalam kurun waktu tertentu (Tarigan, 2004).

Analisis ini memberikan informasi tentang kinerja perekonomian kedalam

3 (tiga) bidang yang berhubungan satu sama lainnya, yaitu pertumbuhan

ekonomi, pergeseran proporsional dan pergeseran diferensial. Pertumbuhan

ekonomi (economic growth) daerah yang diukur dengan cara menganalisis

perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan

pada sektor yang sama diperekonomian yang menjadi acuan / referensi. Dengan

kata lain, komponen ini dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional

(wilayah yang lebih luas). Pergeseran proporsional (proportional shift), yang

mengukur perubahan relatif, tumbuh lebih cepat atau lebih lambat, suatu sektor

di daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan

acuan (nasional). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah


46

perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor – sektor yang tumbuh lebih

cepat ketimbang perekonomian nasionalnya. Pergeseran differensial (differensial

shift) yang akan membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing

sektoral suatu daerah dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan

(Mahrita,2016).

2.2.14 Peberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam

pembangunan yang bersifat peoplecentered, participatory, empowerment and

sustainable (Chamber, 1995). Lebih jauh Chamber menjelaskan bahwa konsep

pembangunan dengan model pemberdayaan masyarakat tidak hanya semata-

mata memenuhi kebutuhan dasar (basic need) masyarakat tetapi lebih sebagai

upaya mencari alternative pertumbuhan ekonomi lokal.

Noor (2011) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat

(empowerment) sebagai strategi alternative dalam pembangunan telah

berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran walaupun dalam

kenyataannya belum secara maksimal dalam implementasinya. Pembangunan

dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal banyak dibicarakan masyarakat

karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini kedepan apalagi

apabila dikaitkan dengan skill masyarakat yang masih kurang akan sangat

menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Sari (2016) mengatakan pemberdayaan merupakan proses

meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat untuk berdaya yang

dilakukan secara demokratis agar mampu membangun diri dan lingkunganya

dalam meningkatkan Adisasmita (2006) Pemberdayaan Masyarakat adalah

upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan yang

lebih efektif dan efesien, seperti :


47

a. Aspek masukan atau input (SDM, dana, peralatan sarana, data rencana,serta

teknologi);

b. Aspek proses (pelaksanaan, monitoring dan pengawasan);

c. Aspek keluaran dan out put (pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi).

Pemberdayaan merupakan konsep kehidupan proses alamiah, kehidupan itu

perlu dan harus di manjemeni. Konsep manajemeni berbeda dengan rekayasa

karena manajemen lebih fokus pada meningkatkan niai tambah suatu aset. Jadi

pemberdayaan bukanlah semata mata konsep politik melaikan pada konsep suatu

manajemen dan pada akhirnya pemberdayaan akan mempunyai indikator akan

keberhasilan.

Community dalam bahasa yunani adalah ‘’persahabatan’’. Sebagai refleksi

dari kata tersebut, aristotes mengungkapkan bahwa manusia yang hidup bersama

dalam masyarakat karena mereka menikmati ikatan yang saling bekerja sama

untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka dan untuk menentukan makna

kehidupan. Masyarakat dalam konteks pemberdayaan adalah masyarakat yang

tinggal dalam suatu daerah tertentu yang memiliki kebudayaan dann sejarah yang

sama. Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah

berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana

yang menunjang. Sehingga tercipta kerjasama antar masyarakat dan pemerintah

untuk mencapai tujuan pembangunan nasional

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam

suatu lingkup kehidupan bersama untuk melakukan pembangunan dalam yang

terarah. Masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah

geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di

daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat

sebagai “kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan

kebudayaan dan identitas


48

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) sering kali sulit

dibedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena

mengacu pada pengertian yang tumpang tindih dalam penggunaannya di

masyarakat. Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat (community

empowerment) dan pembangunan masyarakat (community development)

dimaksudkan sebagai pemberdayaan masyarakat yang sengaja dilakukan

pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan

Menurut Kartasasmita pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat. Salah satu upaya

yang dilakukan oleh berbagai pihak tersebut adalah dengan jalan pemberdayaan

masyarakat. hal tersebut juga disebutkan oleh Widayanti mengemukakan bahwa

pemberdayaan masyarakat menjadi concern publik dan dinilai sebagai salah satu

pendekatan yang sesuai dalam mengatasi masalah sosial, terutama kemiskinan,

yang dilaksanakan berbagai elemen mulai dari pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat melalui Organisasi Masyarakat Sipil. Aksi pemberdayaan

masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberikan daya atau kekuatan

bagi masyarakat untuk dapat keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Aksi

pemberdayaan masyarakat juga dimaksudkan untuk memandirikan masyarakat

agar dapat menghadapi berbagai tantangan di kehidupannya.

Pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai strategi alternative

dalam pembangunan telah berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran

walaupun dalam kenyataannya belum secara maksimal dalam implementasinya.

Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal banyak

dibicarakan masyarakat karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa

ini kedepan dikaitkan dengan skill masyarakat yang masih kurang akan sangat

menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.


49

Untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional,

maka perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan

seseorang itu berdaya atau tidak. Sehingga ketika sebuah program

pemberdayaan diberikan, segenap upaya dapat dikonsentrasikan pada aspek-

aspek apa saja dari sasaran perubahan.

Lima dimensi sebagai tolak ukur keberhasilan pemberdayaan masyarakat,

terdiri dari kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Lima

dimensi tersebut adalah kategori analisis yang bersifat dinamis, satu sama lain

berhubungan secara sinergis, saling menguatkan dan melengkapi. Berikut

adalah uraian lebih rinci dari masing- masing dimensi:

1. Kesejahteraan, Dimensi ini merupakan tingkat kesejahteraan masyarakat

yang diukur dari tercukupinya kebutuhan dasar seperti sandang, papan,

pangan, pendapatan, pendidikan dan kesehatan.

2. Akses, Dimensi ini menyangkut kesetaraan dalam akses terhadap

sumber daya dan manfaat yang dihasilkan oleh adanya sumber daya.

Tidak adanya akses merupakan penghalang terjadinya peningkatan

kesejahteraan. Kesenjangan pada dimensi ini disebabkan oleh tidak

adanya kesetaraan akses terhadap sumber daya yang dipunyai oleh

mereka yang berada di kelas lebih tinggi disbanding mereka dari kelas

rendah, yang berkuasa dan dikuasai, pusat dan pinggiran. Sumber daya

dapat berupa waktu, tenaga, lahan, kredit, informasi, keterampilan, dan

sebagainya.

3. Kesadaran. Kesenjangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat

bukanlah tatanan alamiah yang berlangsung demikian sejak kapanpun

atau semata- mata memang kehendak Tuhan, melainkan bersifat

struktural sebagai akibat dari adanya diskriminasi yang melembaga.

Keberdayaan masyarakat pada tingkat ini berarti berupa kesadaran


50

masyarakat bahwa kesenjangan tersebut adalah bentukan sosial yang

dapat dan harus diubah.

4. Partisipasi, Keberdayaan dalam tingkat ini adalah masyarakat terlibat

dalam berbagai lembaga yang ada di dalamnya. Artinya, masyarakat ikut

andil dalam proses pengambilan keputusan dan dengan demikian maka

kepentingan mereka tidak terabaikan.

5. Kontrol dalam konteks ini adalah semua lapisan masyarakat ikut

memegang kendali terhadap sumber daya yang ada. Artinya, dengan

sumber daya yang ada, semua lapisan masyarakat dapat memenuhi hak-

haknya, bukan hanya segelintir orang yang berkuasa saja yang menikmati

sumber daya, akan tetapi semua lapisan masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat dapat mengendalikan serta mengelola sumber daya yang

dimiliki.

2.3 Kerangka Pemikiran

Agropolitan sendiri merupakan program dari Provinsi Jawa Timur.

Provinsi Jawa Timur pertama kali menerapkan program ini pada tahun 2002.

Tahun 2005 menunjuk Kabupaten Tulungagug area yang menjadi Kawasan

Agropolitan. Kawasan agropolitan di Kabupaten Tulungagung adalah berada di

Kawasan Kecamatan Sendang sebagai Pusat Pertumbuhan. Sedangkan

Kawasan Hinterland Agropolitan Kabupaten Tulungagung. berada di 3

Kecamatan sekitarnya yaitu Kauman, Pagerwojo dan Karangejo .(Bapedda

Kaupaten Tulungagung, 2017)

Penunjukan Kabupaten Tulungagung Sebagai Kawasan Agropolitan

didasarkan pada Surat Gubernur Jawa Timur tanggal 30 September 2005 No.

520/5684//201.2/2005. Sedangkan pemilihan area Kecamatan Sendang sebagai

Kawasan Agropolitan berdasarkan Surat Keputusan Bupati tanggal 18 Juni 2004


51

No 522 tentang Penetapan Lokasi Kawasan Agropolitan (Bapedda Kaupaten

Tulungagung, 2017). Secara umum tujuan pengembangan kawasan agropolitan

adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui

percepatan pengembangan wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota

dengan mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya

saing berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi di kawasan

agropolitan (Provinsi Jawa Timur, 2017)

Sebagai sebuah program tentunya memilik visi dan misi agar suat

program itu dapat tercapai. Visi sendiri merupakan gambaran umum dari harapan

yang ingin dicapai dari program yang akan dilaksanakan. Sedangkan misi adalah

upaya atau langkah langkah agar mencapai visi misi tersebut. Visi dari

agropolitan adalah terwujudnya kawasan pertanian modern sebagai penggerak

perekonomian perdesaan yang mampu mensejahterakan masyarakat.

Sedangkan misi dari program agropolitan ada beberapa antara lain adalah

sebagai berikut :

1. Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian

2. Membuka lapangan pekerjaan baru khusus bagi masyarakat perdesaan

sehingga dapat mengurangi  urbanisasi

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan

4. Mewujudkan tata ruang antara perkotaan dan perdesaan yang saling

mendukung, melengkapi dan memperkuat

Dengan adanay visi misi tersebut diharapkan mampu menjalankan program

tersebut dan mencapai apa yang diharapkan.

Selama praktik pelaksanaan agropolitan di Kabupaten Tulungagung

mengalami fluktuasi di terutama di sekor pertanian. Hal ini tentu sangat

menghawatirkan mengingat bagaimana program ini dapat berjalan dengan baik

dan atau mengalami kendala. Dalam Konsep Pelaksanaanya, Program


52

agropolitan terdiri dari pengembangan wilayah dan juga pemberdayaan

masyarakat. Pengembangan wilayah yang dimaksud adalah semua kegiatan

Pengembangan wilayah yang dimaksud disana adalah bagaimana aktifitas yang

ada di kawasan agropolitan dari hulu hingga hilir. Serta bagaimana kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang ada disana.

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pelaksanaan

Program Agropolitan di Kabupaten Tulungagung. Dalam pelaksanaanya terdapat

beberapa dinas terkait yang menjadi pelaksana dalam program ini. tentu

didasarkan pada beberapa program kegiatan yang menunjang program

agropolitan. Program program yang berkaitan sebagai penunjang program

Agropolitan terdapat di RPJIM Agropolitan Kabupaten Tulungagung. Adapun

kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bantuan Alsintan Pertanian

2. Pengembangan Industri Olahan

3. Pelatihan anggota Kelompok Tani

Dari sisi pembedayaan masyarakat, tolak ukur keberhasilan nya dilihat dari

beberapa indikator. Indikator tersebut terdiri dari lima dimensi sebagai tolak ukur

keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Indikator tersebut antara lain terdiri dari

kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Kelima aspek

tersebut menjadi indikator keberhasilan program kegiatan yang diterapkan atau

tidak. Sasaran yang menjadi indikator program ini adalah masyarakat khususnya

para petani. Input dan output ini tentunya ditujukan kepada masyarakat

pedesaan kawasan Agropolitan apakah kegiatan tersebut memberi perubahan

ataupun tidak.

Hasil tersebut diharapkan memberikan gambaran secara di lapangan

bagaimana implementasi program agropolitan berjalan. Dengan adanya temuan


53

dilapangan dari hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai evaluasi agar

program tersebut dapat berjalan dengan baik ataupun tidak. Tercapai atau

tidaknya didasarkan pada input dan output dari program kegiatan yang

dilaksanakan terhadap masyarakat desa dterutama petani. Mengingat

pentingnya program ini dapat dijadikan sebagai upaya untuk membangun

daerah. Dengan keberhasilan tersebut maka visi dan misi dari program dapat

terealisasi.

Kemudian dilihat dari sisi ekonomi. Pengembangan wilayah yang

dimaksud adalah semua kegiatan Pengembangan wilayah yang dimaksud disana

adalah bagaimana aktifitas yang ada di kawasan agropolitan dari hulu hingga hilir.

Kemudian apakah program agropolitan yang diterapkan memiliki dampak

terhadap perekonomian Kabupaten Tulungagung. indikator ada tidaknya dampak

adalah dengan melihat PDRB Dari kabupaten Tulungaung dan juga Provinsi

Jawa Timur secara time series sebelum dan sesudah dari pelaksanaan

agropolitan. Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak dilakukan

dengan menggunakan analisis adalah analisis shift share untuk mengetahui

apakah ada pergeseran kegiatan perekononomian mejadi lebh baik ataupun

lebih buruk ataupun tidak. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan

perekonomian sebelum dan sesudah pelaksanaan agropolitan di Kabupaten

Tulungagung dengan data time series dari PDRB kabupaten Tulungagung dan

provinsi Jawa Timur.


54

Program Agropolitan Provinsi Jawa Timur


 

Meningkatkan Pendapatan Dan Kesejahteraan Masyarakat Melalui


Percepatan Pengembangan Wilayah

Visi : Terwujudnya kawasan pertanian modern


sebagai penggerak perekonomian perdesaan yang
mampu mensejahterakan masyarakat

Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan


ekonomi berbasis pertanian
Membuka lapangan pekerjaan baru khusus bagi
masyarakat perdesaan sehingga dapat
mengurangi  urbanisasi
Meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan
Mewujudkan tata ruang antara perkotaan dan
perdesaan yang saling mendukung, melengkapi
dan memperkuat

Menurunya pertumbuhan sektor pertanian

Program Agropolitan

Pengembangan Ekonomi Pemberdayaan masyarakat


Wilayah

Implementasi Pelaksanaan Program


Analisis Shift Share Agropolitan terhadap masyarakat

RPJIM Kabupaten Tulungagung

Program kegiatan penunjang.


Bantuan Alsintan Pertanian
Pengembangan Industri Olahan
Pelatihan anggota Kelompok Tani
 

Dampak Ekonomi 1.Kesejahteraan


2.Akses
3.Kesadaran
4.Partisipasi
5.Kontrol

Dampak pengembangan Agropolitan di


Kabupaten tulungagung

Evaluasi

Gambar 2.2 Kerangaka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai