Anda di halaman 1dari 2

2.2.5.

Pencegahan dan Pengobatan Kanker Serviks


Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan
primer, sekunder dan tersier (Sukardja, 2000)
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau
menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah
terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks
dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko serta
dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV
(Sukardja, 2000)
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini
kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.
Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap
Smear, kolposkopi, servikografi, Pap net (dengan komputerisasi), dan
inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Sukardja, 2000). Pap Smear
merupakan standar emas program skrining karena pemeriksaan ini mudah
dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan setiap saat, kecuali
pada masa ha id. Selain itu, Pap Smear juga memiliki sensitivitas dan
spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk mencegah
kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO, 2005).
Pendeteksian dini dapat menggunakan pulasan Pap Smear sebagai uji
penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Deteksi dini dapat
dilakukan dengan uji Pap Smear dan diketahui kanker serviks bila hasil
Pap Smear disertai adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten, yang
diikuti dengan hasil biopsi yang mengidentifikasi adanya neoplasia intra-
epitel (CIN) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL). Istilah
ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi servikal premalignant (Brunner
& Suddarth, 2001). Pulasan yang abnormal ditindaklanjuti dengan biopsi
untuk mendapatkan jaringan yang digunakan untuk pemeriksaan sitologis.
Karena serviks mempunyai tampilan normal, kolposkopi digunakan untuk
menentukan daerah yang abnormal atau daerah untuk pengambilan contoh
jaringan. Dilakukan biopsi tusuk pada daerah yang terpisah atau biopsi
kerucut (pengambilan bagian jaringan dengan bentuk kerucut dari serviks
yang hampir semuanya termasuk dalam daerah perpindahan) seluruh
persambungan skumokolumnar (Price & Wilson, 2005). Bentuk displasia
serviks prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya
dengan biopsikerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau
bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang
penting dilakuka n setelah pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma
servikal adalah pemeriksaan dengan inspeksi atau palpasi, keadaan
biokimia (fungsi hati dan ginjal), foto toraks, sistoskopi,
proktosigmoidoskopi, dan CT scan (Price & Wilson, 2005).
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah
komplikasiklinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks
invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan
adalah dengan eksisi bedah, terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi
metode-metode tersebut (Price & Wilson, 2005)

Anda mungkin juga menyukai