Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan primer, sekunder dan tersier (Sukardja, 2000) a. Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV (Sukardja, 2000) b. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear, kolposkopi, servikografi, Pap net (dengan komputerisasi), dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Sukardja, 2000). Pap Smear merupakan standar emas program skrining karena pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa ha id. Selain itu, Pap Smear juga memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO, 2005). Pendeteksian dini dapat menggunakan pulasan Pap Smear sebagai uji penapisan untuk mendeteksi perubahan neoplastik. Deteksi dini dapat dilakukan dengan uji Pap Smear dan diketahui kanker serviks bila hasil Pap Smear disertai adanya displasia, atau sel-sel atipik persisten, yang diikuti dengan hasil biopsi yang mengidentifikasi adanya neoplasia intra- epitel (CIN) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL). Istilah ini digunakan dalam mengklasifikasi lesi servikal premalignant (Brunner & Suddarth, 2001). Pulasan yang abnormal ditindaklanjuti dengan biopsi untuk mendapatkan jaringan yang digunakan untuk pemeriksaan sitologis. Karena serviks mempunyai tampilan normal, kolposkopi digunakan untuk menentukan daerah yang abnormal atau daerah untuk pengambilan contoh jaringan. Dilakukan biopsi tusuk pada daerah yang terpisah atau biopsi kerucut (pengambilan bagian jaringan dengan bentuk kerucut dari serviks yang hampir semuanya termasuk dalam daerah perpindahan) seluruh persambungan skumokolumnar (Price & Wilson, 2005). Bentuk displasia serviks prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat seluruhnya dengan biopsikerucut atau eradikasi menggunakan laser, kauter, atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakuka n setelah pengobatan ini. Evaluasi untuk karsinoma servikal adalah pemeriksaan dengan inspeksi atau palpasi, keadaan biokimia (fungsi hati dan ginjal), foto toraks, sistoskopi, proktosigmoidoskopi, dan CT scan (Price & Wilson, 2005). c. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasiklinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah, terapi radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut (Price & Wilson, 2005)