Anda di halaman 1dari 19

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sehat

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan

manusia. Rumah atau tempat tinggal manusia, dari zaman ke zaman

mengalami perubahan. Pada zaman purba manusia bertempat tinggal

digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat

tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Sampai pada abad modern

ini manusia sudah membangun rumah (tempat tinggalnya) bertingkat

dan diperlengkapi dengan peralatan yang serba modern.sejak zaman

dahulu pula manusia telah mencoba mendesain rumahnya, dengan

ide mereka masing-masing yang dengan sendirinya berdasarkan

kebudayaan masyarakat setempat dan membangun rumah mereka

dengan bahan yang ada setempat (lokal material) pula. Setelah

manusia memasuki abad modern ini meskipun rumah mereka

dibangun dengan bukan bahan-bahan setempat tetapi kadang-kadang

desainya masih mewarisi kebudayaan generasi sebelumnya

(Notoadmojo, 2003).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun suatu

rumah
7

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun

lingkungan sosial.

Maksudnya membangun suatu


6 rumah harus memperhatikan

tempat dimana rumah itu didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi

pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin ataukah di daerah

panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah

gempa) atau di daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah

didaerah pedesaan, sudah barang tentu disesuaikan kondisi sosial

budaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya,

menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa

harus dibuat dengan bahan-bahan yang ringan namun harus

kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa

sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat Hal ini dimaksudkan

rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,

untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu,

kayu atap rumbia dan sebagainya adalah merupakan bahan-bahan

pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa mendirikan rumah

adalah bukan sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan

pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003).

3. Syarat-syarat rumah yang sehat :


8

1. Bahan bangunan

a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi

ekonomi pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah

orang yang mampu di pedesaan, dan inipun mahal. Oleh karena itu,

untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan.

Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau

dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah

yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air

kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan dilakukan

berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang

penyakit.

b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok

sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila

ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah tropis khususnya di

pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun jendela

tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut

dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan

alamiah.

c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah

perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk

daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan


9

masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak

masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun

rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun

asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga

menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum

di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan

lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang bambu

merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini

cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang

digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama

adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah

tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang

diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 didalam rumah

yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya

menjadi meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan


10

menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena

terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan.

Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk

bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)

Fungsi kedua daripada ventilasi adalah untuk

membebaskan udara ruangan-ruangan dari bakteri-bakteri,

terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran

udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara

akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah untuk menjaga agar

ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang

optium.

Ada 2 macam ventilasi, yakni :

a. Fungsi kedua dari pada ventaliasi adalah untuk

membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,

terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran

udara dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini

tidak menguntungkan, karena merupakan jalan masuknya

nyamuk dan serangga lainya ke dalam rumah. Untuk itu

harus ada usaha-usaha lain untuk melindung kita dari

gigitan-gigitan nyamuk tersebut.


11

b. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan

alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut,

misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi

jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di

pedesaan.

Perlu diperhatika disinni bahwa sistem pembuatan ventilasi

harus dijaga agar udara tidak berhenti atau membalik lagi,

harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada

jalan masuk dan keluarnya udara.

a. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak

kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang

masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya

matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan

media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu

banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,

dam akhirnya dapat merusakan mata. Cahaya dapat

dibedakan menjadi 2, yakni :

b. Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya matahari ini

sangat penting, karena dapat membunuh bakteri-bakteri

patogen di dalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh


12

karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan

masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk

cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%

sampai 20% dari luas lantai yang terdapat didalam

ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat

jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung

masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan

lain. Fungsi jendela disini, disamping sebagai ventilasi,

juga sebagai jalan masuk cahaya.

Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan

dusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai

(bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu

harus di tengah-tenan tinggi dinding (tembok).Jalan

masuknya cahaya ilmiah juga diusahakan dengan

geneng kaca. Genteng kaca pun dapat dibuat secra

sederhana, yakni dengan melubangi genteng biasa

waktu pembuatanya kemudian menutupnya dengan

pecahan kaca.

c. Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya

yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik,

api dan sebagainya.

3. Luas bangunan rumah


13

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup

untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lanai bangunan

tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah

penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded).

Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan

kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota

keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular

kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang

optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2

untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

4. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat Rumah yang sehat harus

mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan Tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangan sampah

e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi

(serambi muka atau belakang).


14

Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang

perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni:

a. Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini

dapat merupakan bagian dari rumah tempat tinggal

tersebut, atau bangunan tersendiri.

b. Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah

merupakan bagian hidup dari petani, maka kadang-

kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini

tidak sehat, karena ternak kadang-kadang merupakan

sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan,

ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan

kandang sendiri (Notoadmojo, 2003).

5. Sistem Pembuangan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang

yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-

tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-

bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain

mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan

sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman,

perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan


15

air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada

(Haryoto Kusnoputranto, 1985).

B. Tinjuan Umum tentang Kondisi Fisik Rumah

a. Kelembaban

Rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah rumah

dapat memberikan perlindungan terhadap penghuninya di

antaranya adalah kelembaban di dalam rumah sehingga

penghuni yang tinggal di rumah akan merasa nyaman . rumah

yang memenuhi syarat kesehatan kelembabannya antara 40% -

70%, karena kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan

kuman penyebab penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat

menjadi tempat yang di sukai kuman untuk pertumbuhan dan

perkembangannya kelembaban di dalam rumah di sebabkan

oleh 3 ( tiga ) faktor ( Notoatmojo, 1986).

a. Kelembaban yang naik dari tanah ( rising damp )

b. Merembes melalui dinding rumah ( percolating

damp )

c. Bocor melalui atap ( roof leaks )

Kelembaban yang naik dari tanah di sebabkan oleh

proses kerja osmotif atau tenaga tarik kapiler dari bahan dinding

yang mengadakan kontak dengan tanah yang lembab, di mana

dapat naik ke dinding hingga mencapai ketinggian 3 – 4 meter.


16

Sedangkan rembesan melalui dinding rumah di sebabkan oleh

inflasi hujan yang ke dalam dinding, hal ini dapat di cegah

dengan membuat dua lapis berjarak kurang lebih 5 cm,

sehingga air meresap ke dinding atau menetes ke dalam celah.

Selain cara di atas dapat pula di lakukan dengan cara plesteran

dinding luar dengan adukan semen. Untuk kebocoran atap di

akibatkan tidak semua bahan bahan bersifat tahan air dan

cuaca, sehingga ada celah celah yang dapat merembeskan air

hujan.

Usaha usaha untuk mencegah terjadinya hal hal di atas

dengan pembuatan drainage yang baik di sekitar rumah , lantai

yang kedap terhadap air yang terbuat dari lapisan yang dapat

menahan lembab (damp proof courses ) kelembaban yang baik

untuk pertumbuhan kuman ( optimum ) adalah 50% - 55%

kelembaban di dalam rumah mempengaruhi daya tahan tubuh

terhadap penyakit menular , untuk itu bagian bagian rumah

yang mempengaruhi kelembaban harus di perhatikan.

2. pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak

kurang dan tidak terlalu berlebihan. Kurangnya cahaya yang

masuk ke dalam rumah terutama cahaya matahari selain

menyebabkan kurang nyamannya juga merupakan media atau

tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit bibit


17

penyakit, sebaliknya rumah yang terlalu banyak cahaya akan

menyebabkan silau dan akhirnya merusak mata.

sumber pencahayaan dapat di bedakan menjadi 2 macam,

yaitu (Azwar,1996)

a. pencahayaan alami yaitu cahaya matahari cahaya

yang sangat penting karena selain berguna untuk

mengurangi kelembaban juga dapat mengusir

nyamuk dan dapat membunuh bakteri bakteri

patogen seperti bakteri tuberkolosis, penyakit

mata, dan penyakit saluran pernapasan. Karena

itu di usahakan agar sinar matahari yang masuk

tidak terhalang oleh pohon, bangunan, maupun

tembok yang tinggi, pencahayaan minimal untuk

rumah sehat adalah 60 lux.

b. Pencahayaan buatan yaitu cahaya yang bukan

alamiah seperti cahaya lampu listrik , lampu

minyak tanah . pencahayaan alami yang di

isyaratkan dalam surat keputusan menteri

kesehatan republik indonesia nomor.

829/MenKes/SK/VII/1999 tentang persyaratan

rumah sehat adalah 60 Lux (Depkes RI,1999).

3. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai fungsi , yaitu (Azwar,1995)


18

a. Menjaga air aliran udara di dalam rumah tetap

segar/bersih ini berarti keseimbangan O2 yang di

perlukan oleh penghuni rumah tersebut Tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2

di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat

racun bagi penghuni rumah akan meningkat . di

samping ini tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan

kelembaban.

b. Membebaskan udara ruangan dari bakteri –

bakteri, terutama bakteri patogen, karena terjadinya

aliran udara yang terus menerus sehingga bakteri yang

terbawa udara akan selalu mengalir.

c. Menjaga ruangan rumah selalu tetap di dalam

kelembaban ( humudity ) yang optimum.

Luas ventilasi untuk ruangan dalam rumah harus

cukup , sehingga dapat terjadi pertukaran udara dengan baik (

Cross Ventilation ) dan tidak menimbulkan udara yang tidak

bergerak, besarnya luas ventilasi pada tiap tiap ruangan adalah

10 – 20 % dari luas lantai ruangan masing masing ruangan

(Azwar, 1995) tidak tersedianya ventilasi yang baik pada

ruangan , makin membahayakan kesehatan dan atau kehidupan

jika dalam ruangan tersebut terjadi pencemaran oleh bakteri


19

ataupun dari berbagai zat kimia( Organik dan Anorganik )

(Notoatmojo, 2007)

4. Suhu

Rumah atau bangunan yang sehat dan memenuhi syarat

harus mempunyai suhu yang diatur sedemikian rupa yaitu


o
berkisar antara 18 C sampai dengan 30 0 C. sehingga hingga

suhu badan dapat dipertahankan. Jadi suhu dalam ruangan

harus dapat diciptakan sedemikian rupa sehingga tubuh tidak

terlalu banyak kehilangan panas atau sebaliknya tubuh tidak

sampai kepanasan.jika tubuh terlalu banyak kehilangan panas

akan timbul berbahgai macam kelainan misalnya penyakit

chilblains, trench foot dan frosbite,yang banyak diderita para

pekerja yang berada diruangan yang terlalu dingin. Sebaliknya

jika udara terlalu panas akan timbul pula pelbagai penyakit

seperti heat cramps,heat exhaustion, dan heat stroke.

Sebagai dasar untuk menghitung suhu efektif dipakai

keadaan udara dimana kelembabannya adalah maksimum (jadi

udara tersebut jenuh dan basah serta alirannya antara 37,5 cm

sampai 62,5 cm tiap menit. (Azwar.1995)Adapun alat pengukur

suhu panas yang dipakai ialah termometer dengan skala

celcius.(0 C )
20

5. Kepadatan penghuni rumah ( over Crowding )

Untuk menetapkan luas rumah, jumlah dan ukuran

ruangan harus disesuaikan dengan jumlah orang yang akan

menempati rumah tersebut agar tidak terjadi kelubuhan jumlah

penghuni rumah. Rumah yang dihuni oleh banyak orang dan

ukuran luas rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka

akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan dan

berpotensi terhadap penularan penyakit dan infeksi

(Lubis.P.1985). Kepadatan penghuni rumah (over crowding )

menimbulkan efek-efek yang negatip terhadap kesehatan fisik,

mental, moral dan penyebar penyakit menular. Rumah tinggal

dinyatakan over crowding bila orang-orang yang tinggal dirumah

tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut

(Notoatmojo,.2007):

1. Dua individu atau lebih dari dua

jenis kelamin yang berbeda dan berumur lebih dari 10 tahun

dan bukan berstatus suami istri, tidur dalam satu kamar.

2. Jumlah orang didalam rumah

dibandingkan dengan luas lantai melebihi ketentuan yang

telah ditetapkan, yaitu ruang tidur minimal adalah 8 M 2 dan

tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu

ruang kecuali anak dibawah 5 tahun.

C. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas(ISPA)


21

istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut,mengandung

tiga unsur yaitu Infeksi,Saluran Pernapasan,Akut.Pengertian atau

batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut (Dirjen P2M dan

PLP.1995):

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme

kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan

gejala penyakit.

2. Saluran pernapasan adalah organ pernapasan mulai dari

hidung hingga alveoli beserta organ adneksa seperti sinus – sinus ,

rongga telinga tengah dan pleura . Dengan demikian ISPA

mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan

bagian bawah , ( termasuk jaringan paru- paru ) dan organ adneksa

saluran pernapasan , dengan batasan ini maka jaringan paru- paru

masuk dalam saluran pernapasan ( Respiratory tract )

3. Infeksi akut adalah infeksai yang berlangsung sampai dengan

14 hari . Batas 14 hari ini di ambil untuk menujukan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di golongkan dalam

ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Klasifikasi ISPA

Dalam penentuan klasifikasi penyakit ISPA dapat di bedakan

menjadi 2 ( dua ) kelompok,( dirjen P2M dan PLP .1995) Yaitu :


22

6. Kelompok umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun :

Pnemonia berat : adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai

nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (

chest indrawing ).

a. Pnemonia : adanya batuk dan atau kesukaran

bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas ( nafas cepat )

sesuai umur. Adanya nafas cepat ( fast breating ) ini ditentukan

dengan cara menghitung frekuensi pernafasan. Batas nafas cepat

adalah frekuensi pernafasan sebanyak 60x/menit atau lebih, pada

anak usia kurang dari dua bulan 50 x/menit atau lebih, 40 x/menit

atau lebih pada anak usia lebih pada anak usia 1-< 5 tahun.

b. Bukan Pnemonia : adanya batuk pilek biasa ( common cold )

yang tidak menunjukkan gejala adanya penarikan dinding dada ke

dalam.

7. Kelompok umur kurang dari 2 bulan

a. Pnemonia Berat : napas cepat, yaitu frekuensi pernafasan

sebanyak 60x/menit atau lebih, atau adanya penarikan yang kuat

pada dinding sebelah dada ke dalam ( severe chese indrawing )

b. Bukan Pnemonia : adanya batuk pilek biasa ( common cold )

yang tidak menunjukkan gejala adanya penarikan dinding danda ke

dalam
23

B. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 bakteri, virus, dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus,

Stafilokokus, Pnemokokos, Hemofilus, Bordetella, Kortnebakterium,

sedangkan virus penyebab ISPA antara lain dari golongan Miksovirus,

Adenovirus, Kronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Dirjen

P2M dan PLP,1995)

D. Kerangka Teori
Suatu penyakit akan timbul akibat dari beroperasinya berbagai

faktor dari agen, host, maupun lingkungan.Pendapat ini tergambar di

dalam istilah yang di kenal luas dewasa ini yaitu penyebab

majemuk ( multiple causation of disease ) sebagai lawan dari penyebab

tunggal (Single causatioan of disease) . Didalam usaha para ahli

untuk mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit dan

dasar model – model tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk

menguji sampai dimana kebenaran model tersebut


24

Tiga model timbulnya penyakit yang di kenal saat ini, yaitu (Notoatmojo,

2007)

Model segitiga Epidemiologi ( The Epidemiologi triangle )

Gambar 2.1 Segitiga Epidemiologi

Host

Agent Environment

Sumber : Notoatmojo,.Ilmu Kesehatan Masyarakat,Jakarta tahun


2007

Anda mungkin juga menyukai