Anda di halaman 1dari 9

Aktifitas Larvasida Minyak Atsiri Tanaman Pogostemon cablin Benth (nilam)

Yulfi Zetra, Anis Febriati,R.Y.Perry Burhan, Agus Wahyudi dan Arif Fadlan

Unit Riset Geokimia Organik dan Senyawa Prekursor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopermber, Surabaya, Indonesia

Telah dilakukan penelitian tentang aktifitas larvasida minyak atsiri dari proses distilasi uap
daun, batang dan campuran batang-daun spesies Pogostemon cablin Benth yang dikeringkan
dengan panas matahari. Komponen minyak atsiri dianalisa menggunakan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG-SM). Hasil analisa menunjukan bahwa
komponen utama dalam minyak atsiri ini adalah patchouli alkohol. Uji larvasida minyak atsiri yang
dilakukan terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa minyak atsiri dari daun,
batang dan campuran batang-daun aktif sebagai larvasida. Nilai LC 50 untuk minyak atsiri daun
sebesar 94,34 ppm dan campuran batang-daun sebesar 97,46 ppm, sedangkan pada minyak atsiri
batang semua larva mati untuk setiap konsentrasi yang digunakan.

Kata kunci : Pogostemon cablin Benth, Patchouli alkohol, Larvasida

PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara sehingga bau wangi dari parfum atau sabun
penghasil minyak atsiri terbesar di dunia dan tidak mudah hilang dan tahan lama.
minyak ini merupakan komoditi yang Minyak atsiri atau disebut juga volatile
menghasilkan devisa negara. Dari berbagai oilatauessential oil adalah istilah yang
jenis minyak atsiri yang ada di Indonesia, digunakan untuk minyak mudah menguap dan
minyak nilam menjadi primadona karena diperoleh dalam tanaman dengan cara
mempunyai nilai ekspor ± US $ 25 juta (60% distilasi. Minyak atsiri bukanlah senyawa
dari total ekspor minyak atsiri Indonesia) per murni, akan tetapi merupakan campuran
tahunnya (BPS,2005). senyawa organik yang seringkali tersusun
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang lebih dari 25 senyawa atau komponen yang
dihasilkan dari tanaman Pogostemon cablin berlainan. Senyawa-senyawa ini secara umum
Benth (nilam Aceh). Tanaman ini banyak disebut terpenoid.
ditemui di daerah Aceh, Sumatera Utara, Melalui penelitian yang terus berkembang,
Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa minyak atsiri tanaman nilam diketahui memiliki
Barat, jawa Tengah, dan Jawa Timur. Minyak bioaktivitas tertentu. Hal ini dibuktikan oleh
nilam merupakan komponen penting dalam penelitian Anonymous (1976), yang
industri parfum, kosmetika, dan sabun karena menyatakan bahwa minyak nilam mempunyai
mempunyai daya fiksasi yang tinggi yang aktivitas antibakteri terhadap bakteri
dapat mengikat komponen pewangi lain Escherichia coli, Bacterium typhosum,
Staphylococus aureus, Staphylococcus
pyogenes, dan Mycobacterium tuberculosis. inilah peneliti ingin mengetahui karakter dan
Selain itu minyak nilam juga aktif sebagai komponen kimia minyak nilam dari daerah
penolak ngengat dan lintah. yang berbeda yaitu Tempursari,Malang serta
Senyawa patchoulol yang merupakan mengujinya dengan larva instar III nyamuk
komponen terbesar dalam minyak nilam juga Aedes aegypti untuk mengetahui aktifitas
diketahui mempunyai bioaktifitas. Hal ini larvasidanya.
dibuktikan oleh Sonwa (2001) yang dalam
penelitiannya melihat bahwa perpaduan antara PROSEDUR PERCOBAAN
senyawa patchoulol dan α-patchoulene dari 1.Bahan
minyak nilam di Bangalore ,India potensial Bahan-bahan yang digunakan adalah
sebagai antifungal. Penelitian lain dilakukan tumbuhan Pogestemon cablin (nilam) yang dari
oleh Henderson (2003) terhadap minyak nilam Tempursari, Malang, Jawa Timur, air laut,
dari Lousiana, Amerika Serikat. Hasilnya aquades, DMSO, Na2SO4 Anhidrat, n-
menunjukan bahwa senyawa patchoulol dari heksan, etil asetat.
minyak nilam tersebut diketahui aktif dalam 2. Alat-Alat
menghambat pertumbuhan rayap Peralatan destilasi uap tipe Clavenger,
Coptotermes formosanus Shiraki. pipa kapiler, plat KLT, KG-MS, gelas ukur,
Komponen kimia dari tanaman nilam kaca arloji, tabung reaksi, micropipet,
yang tumbuh di daerah yang berbeda bisa alumuniom voil, pinset, dan kotak uji
berbeda pula. Komponen kimia minyak nilam bioaktivitas.
dari Aceh, Indonesia terdiri dari δ –elemen, β- 3. Preparasi dan Distilasi Sampel
patchoulene, trans kariofillen, α-guaiene, γ- Tanaman nilam (Pogostemon cablin
patchoulene, α-humulene, αpatchoulene, Benth.) segar dipanen dari Tempursari,Malang
seikelen, valencen, germacren D, β-selinen, Jawa Timur. Tanaman dipisahkan antara
α-selinen, viridifloren, α-bulnesen, patchouli batang dan daunnya, dipotong-potong,dan
alkohol, dan 7-epi-α-selinen (Harahap,2009). dikeringkan di bawah sinar matahari hingga
Sedangkan komponen kimia minyak nilam kering (kadar air tinggal 15 %),
yang berasal dari China tidak berbeda jauh Sampeldibagi menjadi tiga variasi yaitu
dengan nilam Aceh yaitu β-patchoulene, daun (A), batang (B), campuran batang:daun
kariofilen, α-guaiene, seikelen, patchouli (1:1) (C).75 gram sampel (A) dan (C) didistilasi
alkohol, β-guaien dan δ-guaien, namun ada selama ±8 jam. Sedangkan 100 gram sampel
beberapa senyawa yang tidak ditemukan di (B) didistilasi selama ±10 jam untuk
nilam Aceh yaitu spatulenol dan pogoston mendapatkan minyak yang cukup.
(Hu,2006). Perbedaan ini disebabkan adanya Na2SO4 anhidrat ditambahkan pada
hubungan kimiawi dari komponen kimia dalam
destilat minyak untuk memisahkan minyak dari
minyak atsiri dengan proses metabolisme
airnya lalu dipisahkan. Minyak nilam yang
sekunder yang terjadi di dalam tanaman.
diperoleh dihitung jumlah rendemennya.
Proses ini dipengaruhi oleh ekosistem,
keadaan alam seperti iklim, cuaca, dan
4. Metode Identifikasi Senyawa
kandungan mineral tanah. Karena alasan
4.1 Kromatografi Lapis Tipis
Masing-masing minyak atsiri ditotolkan tetapi tanpa menggunakan sampel. Masing-
pada plat KLT SiO2 F254 sebagai fasa diam masing larutan diambil 2 mL dimasukkan
kemudian dielusi dengan n-heksan:etil asetat kedalam tabung reaksi yang berisi larva
(8:1) sebagai fase gerak. Noda yang nyamuksebanyak 10 ekor. Untuk setiap
dihasilkan diamati menggunakan lampu konsentrasi masing-masing dilakukan 3 kali
ultraviolet (UV) pada λ254 nm dan digunakan pengulangan. Kontrol dilakukan tanpa
iodin untuk penampak noda. penambahan sampel. Larutan didiamkan
4.2 Kromatografi Gas-Spektrokopi Massa selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah
(KG-MS) larva yang mati dan yang masih hidup dari tiap
Minyak atsiri yang diperoleh diidentifikasi tabung. Angka mati dihitung dengan
komponen-komponennya menggunakan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap
Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KG- konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung
SM). Peralatan KG-SM yang digunakan dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam
adalah HP G1800A dengan kolom jenis DB-5 setiap konsentrasi (3 lubang). Akumulasi
(diameter dalam 30 m x 0.25 mm, ketebalan angka hidup dan mati dari setiap konsentrasi
0.25 µm). Temperatur kolom diatur pada suhu dihitung. Persentase larva nyamuk yang mati
°
40 C selama 1 menit dan meningkat 4°C/menit dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
hingga suhu 260°C selama 4 menit.
Temperatur injektor dan sumber ion (EI pada Jumlah larva mati terakumulasi
% Kematian=
70 eV) 250 dan 260°C. Gas pembawa yang Jumlahlog
Grafik dibuat dengan larva
konsentrasi
digunakan adalah Helium (He) dengan sebagai sumbu x terhadap mortalitas sebagai
kecepatan alir 1ml/menit dengan rasio sumbu y. Toksisitas dan aktivitas dilaporkan
kecepatan 1:50. Range scan SM adalah m/z sebagai LC50, yang menunjukkan konsentrasi
45-425. dalam ppm yang menyebabkan 50% kematian
larva selama 24 jam. Nilai LC50 diperoleh
5.Uji Insektisida menggunakan Larva Instar dengan menggunakan persamaan regresi
III Nyamuk Aedes aegypti linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau
Metode ini mengacu pada penelitian toksik bila nilai LC50< 1000 ppm untuk ektrak
Meyer dan Ferrigni dalam jurnal Planta dan < 30 ppm untuk suatu senyawa.
Medica, volume 45 (1982), hal 31-34, dimana
hewan uji diganti dengan menggunakan larva HASIL DAN PEMBAHASAN
instar IIInyamuk Aedes aegypti. Larva yang 1. Hasil Distilasi Minyak Atsiri
digunakan adalah instar III yang didapatkan Hasil distilasi minyak atsiri sampel A,B,
dari TDC-UNAIR. Minyak atsiri diambil dan C terangkum dalam tabel 1. Proses
sebanyak 0,05 mL dan dilarutkan dengan pengeringan sampel yang dilakukan sebelum
pelarut dimetil sulfoksida (DMSO) 0,14 mL. sampel didistilasi bertujuan untuk
Larutan diencerkan dengan aquades hingga menghilangkan kadar air dan mempermudah
25 ml dan dibuat dalam variasi konsentrasi. keluarnya minyak. Hasil minyak atsiri yang
1000; 500; 250; 125; 62,5 dan 31,25 ppm. optimal dipengaruhi oleh suhu pengeringan.
Larutan kontrol dibuat dengan prosedur sama, Suhu optimal untuk pengeringan adalah 40 0C
(Salim,2007). Terik matahari yang digunakan Analisa KG-SM dilakukan untuk
dalam pengeringan terlalu panas sehingga mengetahui komponen senyawa penyusun
membuat sebagian minyak yang ada di minyak atsiri Pogostemon cablin Benth
tanaman menguap terlebih dahulu sebelum (A,B,dan C).Komponen kimia yang terbaca
didistilasi. berdasarkan hasil KG-SM untuk ketiga sampel
2. Analisa Kromatografi Lapis Tipis dapat dilihat dari tabel 3.
Minyak atsiri merupakan campuran
Berdasarkan data tabel 2 dapat dilihat
senyawa organik yang tersusun atas 25 atau
bahwa ketiga sampel tidak menunjukan
lebih senyawa yang berlainan. Sebagian
perbedaan komponen kimia yang signifikan.
diantara tersusun atas karbon dan hidrogen
Komponen kimia pada tabel A dan B yang
atau karbon, hidrogen, dan oksigen.
berasal dari minyak atsiri daun dan batang jika
Perbedaan ini akan menyebabkan campuran
dibandingkan dengan tabel C yang merupakan
senyawa dalam minyak atsiri mempunyai
minyak atsiri campuran batang-daun,
tingkat kepolaran yang berbeda. Minyak atsiri
menunjukan bahwa komponen kimia pada
Pogostemon cablin Benth (A,B,danC) yang
tabel A dan B merupakan bagian dari
berwarna kuning diuji dengan kromatografi
komponen kimia pada tabel C. Sehingga dapat
lapis tipis. Pengujian ini bertujuan untuk
disimpulkan bahwa data dari tabel 2
mengelompokkan senyawa dalam minyak
memperlihatkan persebaran senyawa kimia
atsiri Pogostemon cablin Benth berdasarkan
dalam minyak atsiri tanaman nilam. Komponen
tingkat kepolarannya. Hasil Kromatografi Lapis
mayor dari ketiga sampel adalah senyawa
Tipis dapat dilihat pada gambar 1.
patchouli alkohol. Kandungan patchoulol
Adanya tiga noda yang tampak jelas
dalam minyak atsiri batang lebih banyak jika
dapat disimpulkan bahwa dalam minyak atsiri
dibandingkan dengan minyak atsiri daun dan
sampel A,B,dan C terdapat 3 tiga kelompok
campuran. Aktifitas dari minyak atsiri ini
senyawa yang mempunyai tingkat kepolaran
kemungkinan dipengaruhi oleh senyawa
yang berbeda. Berdasarkan teori “like dissolve
patchouli alkohol. Hal ini sesuai dengan
like”, dengan fasa diam yang bersifat polar dan
penelitian Henderson (2003) yang
fasa gerak yang cenderung non polar, maka
menyebutkan bahwa senyawa patchouli
noda paling atas adalah kelompok senyawa-
alkohol adalah senyawa yang aktif sebagai
senyawa non polar sedangkan noda paling
inhibitor pertumbuhan serangga dan aktif
bawah adalah kelompok senyawa-senyawa
sebagai pengusir ngengat.
polar.
3. Analisa Komponen Minyak Atsiri dengan 4. Uji Insektisida Menggunakan Larva Instar
Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa III Nyamuk Aedes aegypti
(KG-SM) Uji insektisida dilakukan terhadap Larva
Instar III nyamuk Aedes aegypti. Sampel yang
digunakan adalah sampel A,B,dan C yang
dibuat dalam variasi konsentrasi. Variasi
konsentrasi dimulai dari1000, 500, 250, 125,
62,5 dan 31,25 ppm. Pengamatan dimulai
setelah sampel dan larva dibiarkan kontak Berdasarkan hasil perhitungan diatas
selama 24 jam. Hasil pengamatan aktivitas dapat dibuat grafik hubungan antara log
sampel A,B dan C terhadap larva nyamuk konsentrasi dengan % kematian larva.
Aedes aegypti dilihat dari berapa banyak larva Persamaan regresi linier dari grafik digunakan
yang hidup dan yang mati setelah pemaparan untuk menghitung LC50 sampel. Nilai LC50
selama 24 jam. Hasilnya dapat dilihat pada untuk sampel A dan C masing-masing adalah
tabel 2. 94,34 ppm dan 97,46 ppm. Sedangkan untuk
Pada tabel 2, aktifitas minyak atsiri A dan sampel B nilai LC50 tidak dapat dihitung karena
C menunjukan jumlah larva nyamuk yang mati semua larva mati pada setiap konsentrasi
semakin banyak saat konsentrasi larutan uji yang digunakan. Suatu senyawa dikatakan
meningkat. Sedangkan untuk minyak atsiri B aktif jika mempunyai harga LC 50 ≤ 500 ppm
yang berasal batang nilam, semua larva mati dan tidak aktif jika LC50> 500 ppm (Meyer dan
untuk setiap konsentrasi yang digunakan. Ferigini,1982). Hasil uji terhadap larva instar
Nilai hidup terakumulasi dan mati III nyamuk Aedes aegypti menunjukan bahwa
terakumulasi dari masing-masing sampel minyak atsiri sampel A,B,dan C aktif sebagai
minyak atsiri dapat dihitung berdasarkan tabel larvasida. Sehingga berpotensi untuk
2. Hidup terakumulasi dari jumlah larva yang digunakan sebagai insektisida alami.
hidup pada konsentrasi yang diamati ditambah
dengan total larva yang hidup pada KESIMPULAN
konsentrasi sebelumnya. Penjumlahan dimulai
 Minyak atsiri daun, batang, dan
dari konsentrasi tertinggi yaitu 1000 ppm.
campuran batang-daun dari
Hidup terakumulasi 1000 ppm adalah 0,
Pogostemon cablin Benth diperoleh
sedangkan untuk hidup terakumulasi dari 500
dengan metode hidrodistilasi selama
ppm diperoleh dari jumlah yang larva yang
8-10 jam. Minyak yang diperoleh
hidup pada konsentrasi ini ditambah dengan
berwarna kuning dan berbau khas.
jumlah yang hidup pada konsentrasi
Minyak atsiri dari campuran batang-
sebelumnya (1000 ppm),yaitu 0. Perhitungan
daun mempunyai rendemen yang
dilakukan dengan cara yang sama untuk
terbesar yaitu 2,36%, minyak atsiri
konsentrasi selanjutnya. Mati terakumulasi
daun sebesar 1,99%, dan yang
dihitung dengan cara yang sama namun
terkecil adalah minyak atsiri batang
dimulai dari konsentrasi terendah. Nilai
sebesar 0,15%.
mortalitas (%) dihitung dari rasio mati total
 Kandungan senyawa terbesar dalam
dikali 100%. Rasio mati total adalah mati
minyak atsiri ketiga sampel adalah
akumulasi dikurangi dengan mati akumulasi
patchouli alkohol.
blankodibagi dengan jumlah total). Prosentase
 Hasil pengujian insektisida
kematian dihitung dengan perhitungan sebagai
menggunakan larva instar III nyamuk
berikut:
Aedes aegypti menunjukan bahwa
% kematian = Rasio mati total x 100%
minyak atsiri dari daun, batang dan
Jumlah larva total
campuran batang-daun aktif sebagai
insektisida. Aktifitas paling tinggi
terdapat pada batang karena dapat Hu,L.F,2006, GC-MS Fingerprint of
membunuh semua larva nyamuk Pogostemon cablin in China, Institut of
sampai konsentrasi terendah dari Chinese Medical Sciences,University of
larutan uji yang digunakan. Macau, Taipa, Macau SAR, China

UCAPAN TERIMA KASIH Meyer, Laughlin & Ferrigini, 1982, Brine


Shrimp: Convenient General Bioassay for
DAFTAR RUJUKAN Active Constituent, Planta Medica,45, 31 – 34

Salim, Takiyah,2007,Pengaruh Suhu


Harahap,Faizal,2009, Karakterisasi Simplisia Pengeringan Daun Nilam Terhadap
dan Isolasi serta Analisis Komponen dari Rendemen Penyulingan dan Kualitas Minyak
Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogostemon cablin yang Dihasilkan,Balai Besar Pengembangan
Benth ) Asal Aceh Tenggara, Fakultas Teknologi Tepat Guna-LIPI, Bandung
Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan
Sonwa, 2001, Isolation and structure
Henderson, Gregg, 2003, Toxicity and elucidation of essential oil constituents:
Repellency of Patchouli Alcohol Against comparative study of the oils of Cyperus
Formosan Subterranean Termites alopecuroides, Cyperus papyrus and Cyperus
Coptotermes Shiraki (Isoptera : rotundus. Hamburg:2000. Dissertation for the
Rhinotermitidae), Departement of Entomology, fulfillment of the requirements for the degree of
Louisiana Agricultural Experiment Station, doctor from Mbamougong Cameroo
LouisianA

LAMPIRAN

Tabel 1. Prosentase rendemen minyak nilam

Sampel Massa Rendemen


(gram) (%)
A 14,937 1,99
B 0,1541 0,15
C 17,691 2,36

Tabel 2. Jumlah larva Instar III nyamuk Aedes aegypti yang mati akibat larutan uji sampel A,B dan C

Konsentra Hidup Mati Rata-rata Rata-rata


si hidup mati
1000 0 0 0 10 10 10 0 10
500 0 0 0 10 10 10 0 10
250 2 1 2 8 8 9 2 8
125 5 5 4 5 5 4 5 5
62.5 6 6 6 4 4 4 6 4
31.25 7 7 7 3 3 3 7 3
(A)

Konsentra Hidup Mati Rata-rata Rata-rata Konsentra Hidup Mati Rata-rata Rata-rata
si hidup mati si hidup mati
1000 0 0 0 10 10 10 0 10 1000 0 0 0 10 10 10 0 10
500 0 0 0 10 10 10 0 10 500 0 0 0 10 10 10 0 10
250 0 0 0 10 10 10 0 10 250 0 2 2 10 8 8 2 8
125 0 0 0 10 10 10 0 10 125 3 4 4 7 6 6 4 6
62.5 0 0 0 10 10 10 0 10 62.5 5 7 6 5 3 4 6 4
31.25 1 0 0 9 10 10 0 10 31.25 7 9 8 3 1 2 8 2

(B) Puncak RT (C)% area Nama


(retensi
time)
1 6,575 0,23 α-pinene
2 7,962 0,55 β-pinene
3 15,658 0,23 δ-elemene
4 15,655 2,47 β-patchoulene
5 15,742 1,47 β-elemene
6 16,1 0,41 Seychellene
7 16,217 2,89 Trans
caryophylene
Puncak RT % area Nama 8 16,483 7,84 α-guaine
(retensi 9 16,633 5,67 Seychellene
time)
1 15,456 1,35 β- 10 16,825 7,48 α-patchoulene
Tabel 3 Komponen Kimia Minyak Atsiri A,B dan C
patchoule 11 17 0,43 α -guaiene
ne
2 15,558 0,99 β-elemene 12 17,075 0,26 α -Bulnesene
(A) 13 17,183 (C)0,6 β-selinene
3 15,908 0,31 Seychellen
e 14 17,3 1,59 α-guaine
4 16,030 2,40 Trans 15 17,467 11,67 δ-guaine
caryophyl
ene 16 17,625 0,26 -
5 16,312 9,38 α-guaine 17 17,783 0,36 -
6 16,450 6,17 Seychellen
e
18 18,008 0,15 -
7 16,641 6,47 α- 19 18,242 1,34 -
patchoule
ne
20 18,533 0,73 spathulenol
8 16,808 0,28 α-guaine 21 19,142 2,66 -
9 16,992 0,45 1H-
22 19,267 0,34 -
cyclopop-
azulene 23 19,35 0,33 -
10 17,126 2,26 1H-
24 19,608 17,77 Patchouli alkohol
cyclopop-
azulene
11 17,286 14,52 δ-guaiene 25 19,775 31,83 Patchouli alkohol
12 17,445 0,15 -
13 18,047 0,39 -
14 18,335 0,77 - 26 19,875 0,16 -
15 18,981 0,39 -
16 19,447 26,92 Patchouli
27 20,15 4,37 Pogostone
alkohol 28 20,367 0,63 elesmol
17 19,603 26,57 Patchouli
alkohol
29 20,975 0,21 Gamma-1-
18 20,778 0,22 Gamma-1- cadinene-aldehid
cadinene
aldehid
30 22,567 0,19 Asam stearat
(B)

Puncak RT % area Nama


(retensi
time)
1 6,4 1,73 α-pinene
2 7,5 4,77 β-pinene
3 15,442 2,05 Diepi-alpha-
cendren
4 16,002 1,27 Caryophyllene
5 16,226 5,87 α -guaiene
6 16,383 5,68 Seychellene
7 16,458 0,26 -
8 16,575 1,84 α-patchoulene
9 17,19 8,62 δ-guaiene
10 18,025 5,43 Isopatchoulene
11 19,183 1,97 -
LAMPIRAN
12 19,333 58,59 Patchouli alkohol

13 20.008 1,91 Pogostone

Gambar 1. KLT sampel A,B,C,D,E dan F dengan fasa diam silika Merck 60 F254 dan fasa gerak n-
heksana:etil asetat (8:1)

Anda mungkin juga menyukai