Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah Pengetahuan Lingkungan

Dampak Negatif PLTP Terhadap


Lingkungan

Nama : Deny Bagus P.


NRP : 111090020

Program Studi Teknik Elektro


Institut Teknologi Indonesia
Serpong
2011
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan


yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah-Nya kepada saya sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Saya bersungguh-sungguh dalam mengerjakan makalah ini. Dimulai
dengan mencari bahan makalah berupa data–data tentang PLTP, menentukan
tema, menentukan judul, mencari referensi, dan berusaha semaksimal mungkin
mengikuti aturan-aturan pembuatan makalah.
Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ayah dan Ibu yang selalu menyayangi dan mengasihi saya dengan segala
ketulusan hati serta pengorbanan yang tidak mungkin saya balas dengan
apapun dalam memberi segala dukungannya.
2) Dra. Sri Yatmani, M.Si Selaku dosen mata kuliah Pengetahuan Lingkungan.
3) Teman-teman yang mengambil mata kuliah Pengetahuan Lingkungan, yang
menjadi motifator sehinggan saya berusaha menyelesaikan makalah ini
sebaik mungkin.
Terima kasih kepada semua pikah yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Serpong, 20 April 2011

Deny Bagus Prasetyo


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode dan Teknik
1.4 BAB II ANALISIS
2.1 Terjadinya Sistem Panas Bumi
2.2 Dampak Negatif Geotermal Terhadap Lingkungan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena
energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas
polusi. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di
mancanegara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia,
Swiss, Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Amerika saat ini bahkan
sedang sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal dengan nama
Enhanced Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department of
Energy (DOE) dan bekerja sama dengan beberapa universitas seperti MIT,
Southern Methodist University, dan University of Utah. Proyek ini merupakan
program jangka panjang dimana pada 2050 geothermal merupakan sumber
utama tenaga listrik Amerika Serikat. Program EGS bertujuan untuk
meningkatkan sumber daya geothermal, menciptakan teknologi terbaik dan
ekonomis, memperpanjang life time sumur-sumur produksi, ekspansi sumber
daya, menekan harga listrik geothermal menjadi seekonomis mungkin, dan
keunggulan lingkungan hidup. Program EGS telah mulai aktif sejak Desember
2005 yang lalu.
Panas yang ada di dalam bumi ini berperan besar pada dinamika bumi
atau proses yang terjadi di planet bumi ini. Panas dapat berpindah secara
konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi disebabkan
interaksi atomik atau molekul penyusun bahan tersebut dalam mantel.
Perpindahan panas secara konveksi diikuti dengan perpindahan massa. Kedua
proses inilah yang sangat dominan di dalam bumi.
Pada kedalaman 100-300 km di bawah permukaan bumi, suhu pada
mantel bumi dapat melelehkan batuan dan membentuk magma yang cair atau
cair sebagian. Magma yang terkumpul dalam dapur magma dapat naik sebagian
melalui zona lemah. Penyebaran gunung api di dunia 95% terletak di batas
lempeng.
Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi
panas bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit
tenaga listrik. Sekitar 54% potensi panas bumi di dunia berada di wilayah
indonesia. Dengan potensi yang sangat besar ini (lebih dari 50%), wilayah
Indonesia sangat cocok untuk menggunakan sumber pembangkit listrik tenaga
panas bumi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah Dampak Negatif PLTP Terhadap
Lingkungan adalah :
1. Untuk mengetahui macam-macam Dampak Negatif PLTP Terhadap
Lingkungan.
2. Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan Dampak Negatif PLTP
Terhadap Lingkungan.

1.3 Metode dan Teknik


Metode dan teknik yang saya gunakan dalam penulisan makalah ini
yaitu metode studi pustaka dan teknik deskriptif.
BAB II
ANALISIS

2.1 Terjadinya Sistem Panas Bumi


Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1),
yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit
bumi adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi,
tetapi umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari
yang terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit
bumi umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya
sekitar 5 kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan
3
keras yang mempunyai density sekitar 2.7 - 3 gr/cm .

Gambar 2.1. Susunan Lapisan Bumi


Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut
selubung bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900
km. Bagian teratas dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai
ketebalan sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan
tekanan yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat
panas yang diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm3.
Diperkirakan temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 60000F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan
litosfir (80 - 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah
litosfir merupakan batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian
dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di
bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari
material-material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7
gr/cm3.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan
merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng
tipis dan kaku (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Lempengan-lempengan Tektonik


Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 –
145 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak
secara perlahan-lahan dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng
bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng
saling mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah
lempeng lainnya (lihat Gambar 2.3). Karena panas di dalam astenosfere dan
panas akibat gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan
mempunyai temperatur tinggi (proses magmatisasi).

Gambar 2.3. Gambaran Pergerakan Lempengan-lempengan Tektonik (Wahl,


1977)
Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer
di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber
panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya
perubahan temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien
temperatur rata-rata sebesar 300C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di
daerah penujaman) harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga
rata-rata tersebut. Hal ini menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut
menjadi lebih besar dari gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat mencapai
70-800C/km, bahkan di suatu tempat di Lanzarote (Canary Island) besarnya
gradien temperatur sangat tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan
dalam 0C/km tetapi dalam 0C/cm.
Pada dasarnya sist em panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan
panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara
konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi
melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena
adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara
konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya
gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan
tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan
terjadi perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air
menjadi lebih ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak
ke atas dan air yang lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi
sirkulasi air atau arus konveksi.

Gambar 2.4. Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan


Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta
karakteristiknya dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga
lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng
India-Australia dan lempeng Eurasia . Tumbukan yang terjadi antara ketiga
lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng
India-Australia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara
mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di
bawah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks
et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses
magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di
bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis
magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis
magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan
kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi
gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan
vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas
bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik,
sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen
dan ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

2.2 Dampak Negatif Geotermal Terhadap Lingkungan


• PLTP selalu dibangun di daerah lapang Panas Bumi dimana terdapat
banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan gas H2S, hal ini akan
menyebabkan kandungan H2S akan meningkat.Kandungan H2S yang
bersifat korosit akan dapat menyebabkan peralatan–peralatan mesin
maupun listrik berkarat.
• Ancaman akan adanya hujan asam.
• Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi dan
amblesan (subsidence). Amblesan juga didukung letak geomorfologi tapak
kegiatan yang berada pada kaldera vulkanik dengan patahan sekelilingnya
sesuai dengan munculnya kerucut resent. Faktor lain yang berpengaruh
adalah posisi Bali secara regional merupakan daerah rawan gempa bumi.
Untuk memantau dampak amblesan, maka di tapak kegiatan harus
dipasang mikro seismograf. Apabila terjadi amblesan maka kegiatan
operasional PLTP harus dihentikan.
• Menyusut dan menurunnya debit maupun kwalitas sumber mata air
tanah maupun danau-danau di sekitar area pembangunan yang akan
menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan menurunkan
kemampuan tanah untuk menahan air.
• Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran hutan
di mana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk mengembalikan fungsi
hutan lindung seperti semula.
• Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air karena
diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO2, C02, CO, NO2 dan H2S.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi cukup menjanjikan.
Apalagi panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui, berpotensi
besar serta sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman
energi. Tetapi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dapat merusak
lingkungan karena potensi panas bumi terdapat di kawasan pegunungan yang
biasanya dijadikan kawasan konservasi sebagai hutan lindung dan adanya
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber-sumber panas bumi di kawasan
tersebut dapat mengganggu daerah konservasi tersebut. Serta kemungkinan
terjadi pencemaran air tanah oleh kontaminan yang terbawa naik fluida panas
bumi.

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui
tentang perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi
alternatif yang ramah terhadap lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

- http://www.kamase.org/pemanfaatan-geothermal-dan-dampaknya-
terhadap-lingkungan/
- http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2005/7/20/b24.htm
- TEKNIK PANAS BUMI oleh Ir. Nenny Miryani Saptadji PH.d ITB
- Info Energi online, “Energi Panas Bumi, Energi Terbarukan”,
http://infoenergi.wordpress.com.

Anda mungkin juga menyukai