Anda di halaman 1dari 111

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA

SKRIPSI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI


KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI
PERIZINAN KOTA MAKASSAR

Oleh
ANSYAR
E 211 06 031

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Sosial dalam bidang Ilmu Administrasi
MAKASSAR , 2010

i
Karya kecil ini persembahan untuk :

ALLAH S.W.T, Pemberi Rahmat bagi Manusia

Muhammad S.A.W, Utusan Penyempurna Akhlaq

Ayahnda Jamaluddin, Sabar dan Teguh-mu menjadi kekuatan buatku


dan
Bundaku tersayang Rohani, Darah, air mata,air susu, dan
keringatnya ada ditubuhku

Seluruh keluarga ATSMOSPER 06 yang telah memberikan banyak


semangat dan motivasi.

Dan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam pembuatan skripsi ini...

ii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA

ABSTRAK

Ansyar (E 211 06 031), Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor


Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar. XIV + 89 + 1 tabel + 5
gambar + 24 buku (1985-2007). Dibimbing oleh Dr. Alwi, M.Si dan Drs. H.
Nurdin Nara, MS.i

Komunikasi pada kebanyakan organisasi merupakan proses dinamika.


Penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman terhadap informasi dari
pengirim ke penerima tidak hanya vital dalam perumusan tujuan-tujuan organisasi
tapi juga merupakan peralatan dan sarana penting dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan organisasi. Koordinasi masing-masing unit kerja menjadi kegiatan yang
semakin kompleks karena pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
ditempuh dan pengelompokan kegiatan-kegiatan dibedakan. Semua ini dapat
dicapai melalui komunikasi. Melalui organisasi juga terjadi pertukaran informasi,
gagasan, dan pengalaman diantara anggota organisasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Komunikasi Organisasi


Di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan
teknik pengumpulan data wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas komunikasi organisasi pada


Kantor Administrasi Perizinan Kota Makassar dalam mencapai tujuan organisasi
masih belum efektif, hal ini disebabkan karena situasi/kondisi kantor yang padat
dan dan atasan hanya sering menggunakan komunikasi formal dengan bawahan,
kepuasan dalam menerima berita/informasi terkait dalam hal atasan belum cepat
dalam mengatasi masalah bawahan dan seringnya pegawai menghilang pada jam
kerja tanpa memberitahukan kepada pegawai lain, serta saluran media yang
digunakan dalam berkomunikasi masih belum efektif ini dikarenakan masih
kurangnya penggunaan media seperti mesin fotocopy dan belum maksimalnya
penggunaan LAN dalam komunikasi antar pegawai. Sehingga dalam pertukaran
informasi dalam organisasi dapat menghambat kinerja organisasi.

iii
UNIVERSITY HASANUDDIN
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
ADMINISTRATIVE SCIENCE DEPARTMENT
GRADUATE PROGRAM

ABSTRACT

Ansyar (E 211 06 031), Organisational Communication Effectiveness in the


Office of Administrative Services Licensing Makassar. XIV + 89 + 1 table + 5
Picture + 24 book (1985-2007). Supervised by Dr. Alwi, M. Si, and Drs. H.
Nurdin Nara, MS.i

Communication in most organizations is a dynamic process. Submission of


accurate information and understanding of information from sender to receiver is
not only vital in the formulation of organizational objectives but also the
equipment and facilities necessary in the implementation of the activities of the
organization. Coordination of each work unit into activities that are increasingly
complex because of delegation of authority and responsibility of the grouping
adopted and differentiated activities. All this can be achieved through
communication. Through organizations also exchanged information, ideas and
experiences among the member organizations.

The purpose of this study is to determine effectiveness of Communication


Organization Administrative Services Office of Licensing in Makassar. This study
uses qualitative methods with qualitative and descriptive approach with data
collection interviews and observation.

The results showed that the effectiveness of organizational communication at the


Administrative Office of Licensing Makassar in achieving organizational goals
have not been effective, this was due to circumstances / conditions that office and
the boss just dense and frequent use of formal communication with subordinates,
satisfaction in receiving news / relevant information in the employer has not been
quick in addressing subordinates and employees often disappear during working
hours without letting the other employees, as well as the media channels used in
communication have not been effective is because the lack of media use such as
copying machines and not the maximum use of LANs in communication among
employees. Thus, in the exchange of information within the organization can
hinder organizational performance.

iv
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama :ANSYAR

Nim : E211 06 031

Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

ORGANISASI DI KANTOR PELAYANAN ADMNISTRASI PERIZINAN

KOTA MAKASSAR” benar-benar merupakan hasil karya pribadi dan seluruh

sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Makassar, Mei 2010

Yang Membuat Pernyataan

ANSYAR
E211 06 031

v
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama :ANSYAR
Nim : E211 06 031
Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI
KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI
PERIZINAN KOTA MAKASSAR

Telah diperiksa oleh Ketua Program Sarjana dan Pembimbing serta dinyatakan
layak untuk diajukan ke sidang Skripsi Program Sarjana Jurusan Ilmu
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2010

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Alwi, M.Si Drs. H. Nurdin Nara,MS.i


Nip. 196310151989031006 Nip. 131 866 084

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Prof. Dr. Sangkala, MA


Nip. 196311111991031002
vi
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
PROGRAM SARJANA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama Penulis :ANSYAR

Nomor Pokok : E211 06 031

Program Studi : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI

KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI

PERIZINAN KOTA MAKASSAR

Telah dipertahankan dihadapan sidang Penguji Skripsi Program Sarjana Jurusan

Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,

pada Hari tanggal Mei 2010

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : Dr. Alwi, M.Si ( …...............)

Sekretaris Sidang : Drs. H. Nurdin Nara, M.Si (....................)

Anggota : Prof. Dr. Sangkala, MA ( ...................)

Drs. Nelman Edy, M.Si ( ...................)

Dr. H. Baharuddin, M.Si ( ...................)

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt Yang

selalu memberikan nikmat yang luar biasa kepada penulis, yang telah memberikan

kekuatan bagi penulis, dan tak lupa juga pada junjungan Nabi besar kita

Muhammad SAW yang telah memberi kita cahaya dalam perjalanan hidup kita,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Efektivitas

Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota

Makassar”.

Terselesaikannya skripsi ini bukan semata-mata karena usaha penulis

sendiri, melainkan berkat dukungan moril dan doa yang penulis peroleh dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. DR. dr. Idrus A.Paturusi, Sp.B. Sp.Bo selaku Rektor Universitas

Hasanuddin

2. Dedy T. Tikson, P.hd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

3. Prof. Dr. Sangkala, MA dan Dr. Muhammad Rusdi, M.Si selaku

Pimpinan Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin

viii
4. Dr. Alwi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. H. Nurdin Nara,

MS.i selaku Dosen Pembimbing II dan sebagai Penasehat Akademik, yang

telah memberikan pengarahan, bantuan dan bimbingan kepada penulis

5. Prof. Dr. Sangkala, MA, Drs. Nelman Edy, M.Si, dan Drs. H. Baharuddin,

M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan masukan-masukan kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini

6. Bapak dan Ibu dosen-dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah

memberikan ilmunya kepada penulis selama melakukan studi

7. Bapak A. Pangerang Patarai selaku Kasi Penerbitan Izin, Bapak Muh Saad

Selaku Sub/Bagian Tata Usaha, dan seluruh pegawai Kantor Pelayanan

Administrasi Perizinan Kota Makassar yang telah membantu dan

meluangkan waktu untuk wawancara dengan penulis

8. Seluruh staf Akademik Fakultas dan Pegawai jurusan ilmu administrasi

yang banyak membantu pengurusan surat-surat kelengkapan selama

kuliah, seminar proposal, seminar hasil hingga ujian meja (K’Rini, bu’Aji,

K’Amra, K’Achi, P’lili)

9. Saudara-saudara seperjuanganku ATSMOSPER 06 Nhany, Uchi, Cece,

Wanny, Ina, Tika, Irpar, Dian, Danti, Evi, Incy, indah, Nimo, Vira, Izmy,

Ome, Ika, Amel, Vina, Deby, Tary, Tri, Henny, Piska, Riri, Mitha, Lina,

Wana, Pitto, Uni, Aruan Sarina, Jani, Itha, Arma, Irbon, Ary, Opal, Danda,

Di2k, Endha, Anto, Matho, Ghanil, Ichal, Bony, Habibi, Syafri, Fandi,

Fuad, Made, Ewind, Ekung, Ivhan dan Jo. Terimakasih untuk

persahabatan yang sudah terjalin, terimakasih untuk warna hidup dan

ix
kebersamaan kita, yang akan menjadi kenangan yang tak terlupakan dalam

kehidupan. Canda tawa dan tangis yang sama-sama kita rasakan tak akan

ada yang bisa gantikan. Love U All my Brother N Sister.

10. Kanda-kanda Mahasiswa ilmu administrasi FISIP UH, Mawar 03, Peace

04, Ksatria 05.

11. Dinda-Dinda Mahasiswa ilmu administrasi FISIP UH, Creator 07, Bravo

08 dan CIA 09.

12. Supervisor, Amiruddin (Kades), Hariati (Ibu ke-2 ku di Engrekang) dan

teman-teman KKN Gelombang Khusus 2009 Kab. Engrekang,

Kec.Maiwa, khususnya Desa Salo Dua, Posko Salo Dua Jamil (kordes),

Andy (Manusia Ikan), Ary (bendes), Erna (Biduan Desa), Tati (Koki SD),

terima kasih atas kebersamaan kita, doa serta pengalaman hidup yang luar

biasa selama KKN

Secara khusus penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sangat

besar kepada kedua orang tua ku yang tercinta, Jamaluddin dan Rohani untuk

kasih sayang dan cinta yang besar dan tak terhingga yang diberikan bagi penulis.

Terimah kasih atas dorongan dan doa yang selalu menyertai penulis dalam

menjalani hidup. Buat saudara-saudaraku yang tercinta yang telah banyak

memberikan dukungan moral yang sangat membantu penulis, khususnya K’Umar

dan K’Tima dan Adikku-adikku. Terimakasih atas semua dukungan dan doa

selama ini. Buat semua pihak yang telah membantu dan yang tidak sempat penulis

sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan banyak terimakasih.

x
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak

terlepas dari Kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan

hati dan sikap terbuka menerima masukan-masukan berharga demi kesempurnaan

dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Sekian dan Terimakasih,

Wassalam….

Makassar, Mei 2010

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………... i


ABSTRAK ............................................................................................ ii
ABSTRACT ………………………………………………………… iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ………………………… iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ……………………………. v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ……..……………………… vi
KATA PENGANTAR …………………………..…………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………....... xi
DAFTAR TABEL ……………………..…………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR …………………….………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah ………………………………….. 1
I.2. Rumusan Masalah ………………………………………… 7
I.3. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 7
I.4. Manfaat Penelitian ………………………………………… 7

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN


II.1 Landasan Teori ………………………………………... 9
II.2 Konsep Komunikasi …………………………………... 10
II.2.1 Definisi Komunikasi …………….…………….. 10
II.2.2 Proses Komunikasi ……………………….…... 11
II.2.3 Media Komunikasi ............................................ 13
II.3 Konsep Organisasi …………………,.…….….………. 13
II.4 Konsep Komunikasi Organisasi ……………....……... 17
II.4.1 Persepsi Komunikasi ........................................ 18
II.4.2 Arti Penting dan Ruang Lingkup ...................... 19
Komunikasi Organisasi
II.4.3 Fungsi Komunikasi …………...….……….….... 26
II.4.4 Gaya Komunikasi .............................................. 28
II.4.5 Komunikasi yang efektif …………………..…... 33
xii
II.4.6 Aliran Komunikasi ………...……….………….. 34
II.4.7 Pola Jaringan Komunikasi Dalam ...................... 40
Organisasi
II.4.8 Efektifitas Jaringan Kerja ................................ 44
Komunikasi Organisasi
II.4.9 Hambatan-Hambatan Dalam .......................... 46
Komunikasi Organisasi
II.5 Kerangka Pemikiran ……………...………….……….. 49

BAB III METODE PENELITIAN


III.1 Pendekatan Penelitian ………………………………… 50
III.2 Jenis/Tipe Penelitian ………………...………………… 51
III.3 Unit Analisis ………………………………………….. 51
III.4 Teknik Pengumpulan Data ………….…......…………. 51
III.4.1 Jenis dan sumber data ....................................... 51
III.4.2 Tehnik Pengumpulan data ………......….……. 52
III.5 Informan ……………………...……….……………… 53
III.6 Operasionalisasi Konsep ……………….…………….. 53
III.7 Teknik Analisis Data ……………...…………………. 55
III.8 Keterbatasan Penelitian ................................................ 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Gambaran Umum Lokasi ……………………………… 56
IV.1.1 Sejarah Singkat ……………………………….. 56
IV.1.2 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ……… 57
IV.1.3 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ………… 58
IV.1.4 Jenis Pelayanan Perizinan …………………… 64
IV.2 Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor …….….. 66
Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar
1. Kepercayaan (Credibility) ……………………… 68
2. Perhubungan/Pertalian (Context) ..……………… 71
xiii
3. Kepuasan (Content) ………………………………. 73
4. Kejelasan (Clarity) ………………………………… 75
5. Kesinambungan dan Konsistensi ……………….. 77
(Continuity and Consistency)
6. Kemampuan Pihak Penerima Berita ……………. 79
(Capability of Audience)
7. Saluran Pengiriman Berita ……………………….. 81
(Channels of Distribution)

BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan …………………………………………….. 83
V.2 Saran …………………………………………..………. 84

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 86


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………..……………. 88
LAMPIRAN …………………………………………………………. 89

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Nama-nama sumber informasi (informan) …………… 67

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Pola Komunikasi Bentuk Rantai (Chain) …………….… 41

Gambar 2 : Pola Komunikasi Bentuk Lingkaran (Circle) ………….. 42

Gambar 3 : Pola Komunikasi Bentuk Roda (Wheel) …….…………. 43

Gambar 4 : Pola Komunikasi Bentuk Saluran Total ……………….. 44

(Free Channel)

Gambar 5 : Kerangka Pemikiran …………………………..……….. 49

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Manusia didalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya

memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk

saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar

pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama

kelompok dan masyarakat. Didalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat

bentuk kepemimpinan yang merupakan maslah penting untuk kelangsungan

hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan.

Diantara kedua belah pihak harus ada two-way-comunications atau

komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan

adanya kerjasama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita

pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Kerja

sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan

sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya

suatu keinginan masing-masung induvidu, untuk memperoleh suatu hasil

yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang

berkelanjutan.

Sebuah organisasi memerlukan suatu sistem yang dapat menunjang

kinerja organisasi tersebut. Pencapaian tujuan organisasi memerlukan

1
kerjasama yang baik antar komponen di dalamnya. Kerjasama terbentuk

karena adanya kesatuan persepsi tentang apa yang akan dicapai. Untuk itu

diperlukan adanya komunikasi yang baik antaranggota didalamnya.

Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam kehidupan kerja.

Hal ini mudah dipahami sebab komunikasi yang tidak baik bisa mempunyai

dampak yang luas terhadap kehidupan organisasi, misal konflik antar

pegawai, dan sebaliknya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling

pengertian, kerjasama dan juga kepuasan kerja. Mengingat yang

bekerjasama dalam suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan

merupakan sekelompok sumber daya manusia dengan berbagai karakter,

maka komunikasi yang terbuka harus dikembangkan dengan baik. Dengan

demikian masing-masing pegawai dalam organisasi mengetahui tanggung

jawab dan wewenang masing masing. Keberhasilan organisasi dalam

mencapai tujuannya, tidak terlepas dari pegawainya, karena pegawai bukan

semata-mata menjadi obyek dalam mencapai tujuan organisasi tetapi juga

menjadi subyek atau pelaku. Mereka dapat menjadi perencana, pelaksana,

dan pengendali yang selalu berperan aktif dalam mewujudkan tujuan

organisasi serta mempunyai pikiran, perasaan, dan keinginan yang dapat

mempengaruhi sikapnya terhadap pekerjaannya. Sikap ini akan menentukan

prestasi kerja, dedikasi, dan kecintaan terhadap pekerjaan dan tanggung

jawab yang dibebankan kepadanya.

Komunikasi pada kebanyakan organisasi merupakan proses dinamika.

Penyampaian informasi yang akurat dan pemahaman terhadap informasi

2
dari pengirim ke penerima tidak hanya vital dalam perumusan dan

implementasi tujuan-tujuan organisasional tetapi juga merupakan peralatan

dan sarana penting dimana kegiatan-kegiatan organisasional lainnya

dilaksanakan. Koordinasi keluaran (output) masing-masing unit kerja

menjadi kegiatan yang semakin kompleks karena pendelegasian wewenang

dan tanggung jawab ditempuh dan pengelompokan kegiatan-kegiatan

dibedakan. Semua ini dapat dicapai melalui komunikasi. Melalui organisasi

terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman.

Pada hakikatnya, komunikasi organisasional secara langsung

berhubungan dengan tujuan, fungsi, dan struktur organisasi. Keberhasilan

organisasi sampai tingkatan tertentu ditentukan oleh efektivitas komunikasi

organisasional.

Komunikasi organisasi terdiri atas komunikasi internal dan

komunikasi eksternal. Keefektifan komunikasi internal organisasi sama

pentingnya dengan komunikasi eksternal organisasi, seperti diantaranya

dengan para klien, customer, supplier, dan publik umum (Bonner dalam

Panuju1). Memperbaiki komunikasi dalam sebuah organisasi berarti

memperbaiki kinerja karyawan. Komunikasi meningkatkan keharmonisan

kerja antar anggota organisasi. Sebaliknya, apabila komunikasi tidak efektif,

maka koordinasi akan terganggu. Akibatnya adalah disharmonisasi yang

akan mengganggu proses pencapaian target dan tujuan organisasi.

1
Redi Panuju, 2001, Komunikasi Organisasi, Yogkarta:Pustaka Pelajar, Hal 24

3
Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat

terbuka dan jujur serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara

atasan dan bawahan. Komunikasi dua arah menunjukkan adanya sikap

keterbukaan dan saling pengertian antara kedua belah pihak. Dengan

komunikasi dua arah, bawahan lebih memahami apa yang diinginkan atasan.

Sebaliknya, atasan lebih memahami apa yang terjadi dan apa yang

dinginkan oleh bawahan. Dengan demikian, dapat dihindari terjadinya salah

persepsi di antara keduanya. Komunikasi membangun saling pengertian

bersama. Komunikasi dua arah akan menumbuhkan perasaan saling dapat

percaya dan berdampak pada peningkatan perasaan tanggung jawab.

Pimpinan tidak ragu memberikan delegasi tugas kepada bawahan karena

tahu bahwa bawahannya bertanggung jawab. Sementara itu, bawahan

dengan senang hati menerima delegasi tugas karena percaya bahwa

atasannya menghargai kemampuannya.

Komunikasi itu tidak hanya penyampaian informasi dan pengertian

yang diterima oleh penerima pesan, tetapi lebih jauh lagi yaitu dapat

membentuk perilaku organisasional yang diharapkan semua fungsionaris

organisasi tahu akan tugas pokok, wewenang serta tanggung jawabnya

dalam menjalankan roda organisasi. Komunikasi akan memelihara dan

menggerakkan kehidupan kelompok, juga sebagai penggerak untuk

menggambarkan aktivitas manusia. Jadi komunikasi yang baik antara atasan

dan bawahan (pelaksana) akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap

kinerja.

4
Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan

perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota

organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk

mengikatkan diri mereka dengan organisasi , untuk bersikap jujur dalam

bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat,

untuk mengdukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk

melaksanakan tugas secara kreatif dan untuk menawarkan gagasan-gagasan

inovatif bagi penyempurnaan organisasi dan operasinya, semua ini

dipengaruhi oleh iklim komunikasi. Iklim yang negative dapat benar-benar

merusak keputusan yang dibuat oleh anggota organisasi mengenai

bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi.

Pada tahun 2005 pemerintah walikota Makassar mengeluarkan

peraturan No.14 dan 13 tahun 2005 tentang tatacara pemberian izin pada

pemerintah kota Makassar dan tentang pembentukan susunan organisasi dan

tata kerja Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan berubah nama menjadi

Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan (KPAP), mekanisme pemberian

izin berawal dan berakhir pada kantor pelayanan administrasi perizinan.

Yang mempunyai kedudukan sebaga unsur pendukung dalam melaksanakan

tugas tertentu, dipimpin oleh seseorang kepala kantor yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah.

Sebagai kantor yang menangani masalah-masalah pelayanan

perizinan, komunikasi organisasional pada Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar (KPAP), seharusnya berjalan efektif dan optimal

5
agar organisasinya berjalan dengan baik, terutama dalam ketepatan kerja

internal organisasi, ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dan yang

paling penting pencapain tujuan organisasi. Tetapi dalam kenyataan

dilapangan masih ada ditemukan pegawai yang kurang tahu dan kurang

menyadari akan pemahaman tentang visi, misi dan tujuan organisasi

sehingga dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya akan cenderung timbul

ketimpangan-ketimpangan dalam menjalankan tugasnya, kurang

menghargai waktu, kedisiplinan kerja dan perilaku para pegawai yang tidak

mematuhi aturan yang ada, seperti menghilang pada saat jam kerja dan

meninggalkan pekerjaannya tanpa memberitahukan atau izin sebelumnnya

pada pegawai yang ada. Yang mengakibatkan proses pencapain tujuan

organisasi akan mengalami gangguan. Hal ini disebabkan ketidaksamanya

persepsi antara atasan dan bawahan dalam melakukan komunikasi, yang

mengakibatkan bawahan merasa kurang motivasi dan tidak merasa puas

dalam menerima informasi dari atasan, sehingga sedikit banyaknya akan

berpengaruh terhadap hasil kerja dari anggota organisasi. Ketiadaan saluran-

saluran formal masih menjadi hambatan. Organisasi harus menyediakan

komunikasi ke atas, ke bawah, dan horizontal yang memadai dalam bentuk

survey pegawai, kebijaksanaan pintu terbuka, memo, angket tugas, dan

personel penghubung. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi

maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam

pencapain tujuan organisasi.

6
Alasan penulis memilih judul ini untuk diteliti karena komunikasi

adalah saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh, mekanisme

perubahan, dan alat untuk mendorong dan mempertinggi motivasi, serta

berfungsi sebagai perantara dan sarana yang memungkinkan suatu

organisasi untuk mencapai tujuannya. Tanpa komunikasi tak akan ada

interaksi. Karena pada hakekatnya komunikasi merupakan suatu bidang

penting dalam manajemen organisasi dan komunikasi juga merupakan suatu

bagian dan sentral dari segala sesuatu yang kita lakukan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, penulis merumuskan

masalah menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut; Bagaimana

Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar ?

I.3 Tujuan Penelitian

Dengan melihat rumusan masalah sebelumnya maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; untuk mengetahui Bagaimana

Efektivitas Komunikasi Organisasi Di Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

Manfaat dari segi akademis adalah dapat membantu civitas akademika

yang ingin mengetahui Efektivitas Komunikasi Organisasi Di Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar.

7
2. Manfaat Praktis

Penyusun berharap agar penelitian ini dapat memberikan sumbangan

informasi yang terkait dengan komunikasi organisasi untuk meningkatkan

kinerja pegawai. Dengan kata lain membantu pihak organisasi dalam hal

menyadari pentingnya iklim komunikasi organisasi yang kondusif dalam

mewujudkan suatu kinerja yang baik di antara para anggota organisasi.

8
BAB II

KERANGKA PEMIKIRAN

II.1 Landasan Teori

Hasil penelitian Navy O’Reilly dan Robert2 mendukung dengan

kuat bahwa ada hubungan kualitas dan kuantitas komunikasi dengan kinerja

organisasi. Hasil studi Schuler dan Blank3 mengatakan bahwa ada hubungan

yang positif antara ketepatan komunikasi yang berkenaan dengan tugas,

komunikasi kemanusian dan komunikasi pembaruan dengan kepuasan kerja

dan hasil yang dicapai oleh pekerja. Tingkah laku komunikasi mengarahkan

pada perkembangan iklim organisasi. Iklim organisasi dipengaruhi oleh

bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan

berkomunikasi. Iklim komuikasi yang penuh persaudaraan mendorong para

anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah

dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan

anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa

persaudaraan.

Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan

perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota

organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk

2
Dr.Arni Muhammad.1995. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 90
3
Ibid, Arni, Hal 90
9
mengikatkan diri pada organisasi (Gusley,1992)4 untuk meraih kesempatan

dalam organisasi secara bersemangat (kebutuhan aktualisasi diri), untuk

mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya (kebutuhan sosial),

untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan untuk menawarkan gagasan-

gagasan inovatif bagi penyempurnaan organisasi, semua ini dipengaruhi

oleh komunikasi organisasi.

II.2 Konsep Komunikasi

Komunikasi dalam bahasa inggris “communication” berasal dari

bahasa latin “communication” yang artinya adalah sama atau kesamaan.

Dalam pengertian ini yang dimaksud adalah sama atau kesamaan pengertian

atau kesamaan pendapat. Dalam perkembangan selanjutnya komunikasi

diartikan sebagai sebagai proses mentransfer fakta, data atau informasi yang

dikemas sebagai pesan dari satu pihak, yang biasa disebut pengirim, kepada

pihak lain sebagai penerima. Dengan diterimanya pesan tersebut diharapkan

oleh pengirim, agar penerima dapat memahami, dapat menerima atau

menyetujui pesan yang ditransfer dan terjadi persamaan pendapat antara

“pengirim” dan “penerima”.

II.2.1 Definisi Komunikasi

1. Murphy (1957)5 mengatakan; komunikasi adalah seluruh proses

yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud

orang lain.

4
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 2001, Komunikasi Organisasi (terjemahan), Bandung:Rosdakarya, Hal 155
5
Drs. Lg. wursanto, 1987, Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta: Kanisius, Hal 31
10
2. Sedangkan Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995)6 mendefinisikan

“komunikasi sebagai the process by which people attempt to share

meaning via the transmission of symbolic messages”. (Komunikasi

adalah proses dimana seseorang berusaha untuk memberikan

pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis.

Komunikasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung, dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang

tersedia)

3. Hovland, Janis dan Kolley seperti dikutip Forsdale (1981)7.

Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang

biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang

lain. Pendapat ini memandang komunikasi sebagai suatu proses.

4. William J. seller (1988)8.“Komunikasi adalah proses dimana mana

simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima, dan diberi arti.

5. Fred luthan (dalam Rue & Beyers 1977:282)9. Mengemukakan

komunikasi dapat diartikan sebagai pengiriman informasi yang

biasanya mempunyai makna tertentu.

II.2.2 Proses Komunikasi

1. Tahap Pemikiran

Tahap pemikiran adalah proses ketika pengiriman mengciptakan

gagasan untuk dijadikan pesan, atau dalam kejadian lain ketika pengirim

6
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen, Jakarta:Kencana, Hal 295
7
Arni, Op.cit, Hal 2
8
Ibid, Hal 4
9
Mintorogo, Antonius, Pengantar ilmu administrasi, Jakarta, STIA-LAN Press, Hal 127
11
setelah menerima informasi dari suatu sumber, pengirim berpikir apakah

informasi itu mempunyai makna jika disampaikan kepada pihak lain.

2. Tahap Encoding

Tahap encoding adalah tahap terjadinya proses menyusun fakta, data

atau gagasan secara sistematik dan dirangkai sehingga siap menjadi pesan

yang akan disampaikan atau dikirim.

3. Tahap Pengiriman

Tahap pengiriman adalah proses pengiriman atau penyampaian fakta,

data atau gagasan yang telah melewati tahap encoding melalui media

dengan cara tertentu.

4. Tahap Penerimaan

Setelah melalui proses pengiriman dengan menggunakan media dan

cara tertentu, maka pesan yang dikirim tersebut sampai pada penerima dan

saat pesan diterima itu terjadi proses “penerimaan”. Penerimaan ini dapat

melalui proses mengdengarkan, membaca, mengamati, melihat, dan

merasakan.

5. Tahap decoding

Adalah proses setelah melalui tahap penerimaan, penerima

menginterpetasi, menganalisis dan mengartikan isi pesan yang diterima itu

sampai mempunyai pengertian.

6. Aksi atau Tindakan

Setelah penerima mengerti isi pesan, penerima mengadakan tanggapan

atau respon terhadap pesan yang dikirimkan oleh pengirim. Respon ini

12
merupakan aksi atau tindakan dari penerima terhadap informasi yang telah

diterima dan telah melalui proses decoding.

II.2.3 Media Komunikasi

Pengiriman pesan dalam proses komunikasi tidak langsung, yaitu

yang dilakukan tidak secara tatap muka diantara pengirim dan penerima,

maka pengirim dalam proses pengiriman pesan dapat memilih berbagai

sarana dan peralatan untuk berkomunikasi yang disebut media komunikasi.

Media komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan atau menyalurkan

pesan itu dapat berupa:

1. Media Tulisan; Berupa surat, telegram, papan pengumuma,

majalah, surat kabar dan lain-lain.

2. Media Visual; berbentuk gambar, grafik, foto dan lain-lain

3. Media Audio; berupa suara seperti telepon, radio dan lain-lain

4. Media Audio Visual; berupa kombinasi gambar dan suara,

contohnya televisi dan film.

II.3 Konsep Organisasi

Pada prinsipnya, organisasi dibangun, dibentuk, dioperasikan dan

dikembangkan oleh dan untuk kepentingan manusia yang terdapat

didalamnya. Warna dan sifat organisasi dipengaruhi oleh tingkah laku dan

perilaku manusia yang ada didalamnya.

Konsep klasik tentang organisasi yang dikemukakan oleh Chester

Barnard10 menekankan tentang orang-orang sebagai anggota dari system

10
Miftah Toha, 2007, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hal 114
13
tersebut. Barnard menyatakan bahwa organisasi itu adalah suatu system

kegiatan-kegiatan yang terkoordinir secara sadar, atau suatu kekuatan dari

dua manusia atau lebih. Dengan demikian Barnard menyumbangkan

pendapatnya mengenai unsure kekayaan dari suatu organisasi, antara lain;

1. Organisasi terdiri dari serangkaian kegiatan yang dicapai lewat

suatu proses kesadaran, kesengajaan dan koordinasi yang

bersasaran.

2. Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang untuk

melaksanakan kegiatan yang bersasaran tersebut.

3. Organisasi memerlukan adanya komunikasi, yakni suatu hasrat dari

sebagian anggotanya untuk mengambil bagian pencapaian tujuan

bersama anggota lainya. Dalam hal ini Barnard menekankan

peranan seseorang dalam organisasi, diantaranya ada sebagian

anggota yang harus diberi informasi atau dimotivasi, dan sebagian

lainnya yang harus membuat keputusan.

Konsepsi organisasi sebagai kolektivitas, dikemukakan oleh Richard

Scoot11. Menurut konsepsinya organisasi itu diciptakan sebagai suatu

kolektivitas yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan khusus

tertentu yang sedikit banyak didasarkan pada asas kelangsungan. Menurut

Scoot, adalah akan lebih jelas persoalannya bahwa organisasi itu

bagaimanapun adanya, mempunyai gambaran prospek yang jelas, dan

11
Ibid, Miftah thoha, Hal 116
14
berbeda dari sekedar kekhususan tujuan atau kelangsungan aktivitas.

Perbedaan gambaran itu meliputi hal-hal berikut ini;

1. Adanya batas-batas yang jelas

2. Adanya aturan-aturan yang normative

3. Adanya jenjang otoritas

4. Adanya suatu system komunikasi

5. Adanya suatu system insentif yang mampu mendorong berbagai

tipe partisipasi dalam usaha bekerja sama mencapai tujuan tertentu.

Menurut Reitz (1991)

“An organization is a social unit deliverately designed to achieve

some spesific goal or goals“. “Suatu organisasi adalah suatu unit sosial yang

dibentuk untuk mencapai tujuan atau beberapa tujuan“.

Sedangkan menurut Everett Rogers

“Organisasi adalah suatu sistem individu yang stabil yang bekerja

bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu hierarki dan

pembagian kerja. Tata hubungan diantara anggota organisasi relatif,

kestabilan susunan organisasi menjadikan organisasi berfungsi secara efektif

dalam mencapai tujuan tertentu. Susunan organisasi memantapkan dan

dapat meramalkan komunikasi antara orang-orang, dan karenanya

mempermudah tercapainya tugas-tugas administrasi“12.

Secara umum, organisasi memiliki karakter diantaranya adanya

struktur hierarkis dan berjangka waktu yang panjang. Organisasi adalah

12
Everett M. Rogers, dan Rekha Agarwala Rogers, Communication in Organization Hal 109, dalam Miftah Toha, 2007,
Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Hal 187
15
suatu kesatuan yang terdiri atas bagian atau orang untuk mencapai tujuan

besama dan bersifat formal. Keformalan ini ditunjukkan dengan adanya

struktur yang bersifat baku, adanya pembagian tugas yang jelas, dan

melembaga.13

Pada hakikatnya, setiap organisasi modern adalah birokrasi. Konsep

birokrasi pertama kali diperkenalkan oleh Max Weber. Weber mengatakan

birokrasi adalah a modern officialdom yang memiliki fungsi-fungsi dalam

hal-hal khusus yaitu: para anggotanya (staf) secara pribadi bebas dan hanya

melakukan tugas-tugas impersonal dari jabatan-jabatannya, terdapat hierarki

yang jelas, fungsi-fungsi jabatan diperinci dengan jelas, para pejabat

diangkat berdasarkan kontrak, aparat diseleksi atas dasar kualifikasi

profesional yang secara ideal diperkuat dengan diploma yang diperoleh

melalui ujian, aparat digaji dengan uang dan biasanya mempunyai hak-hak

pensiun, terdapat suatu struktur karier dan kenaikan pangkat baik melalui

senioritas maupun prestasi dan penilaian atasan, pejabat tidak boleh

mengambil kedudukannya sebagai milik pribadi begitu pula sumber-sumber

yang menyertainya, dan pejabat tunduk pada pengendalian yang

dipersatukan dan kepada sistem discipliner.14

Menurut Stephen Robbins (1995)15 organisasi yang sehat adalah

organisasi yang:

a. Mendefinisikan dirinya sebagai sistem

13
Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004, Komunikasi Pemerintahan, Jakarta:Elex Media Komputindo Hal 63
14
HG Surie, 1987, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta:Gramedia, Hal 248
15
Stephen Robbin (alih bahasa Jusuf Udaya), 1995, Teori Organisasi, Jakarta:Arcan
16
b. Mempunyai sistem penginderaan yang kuat untuk menerima

informasi terbaru.

c. Mempunyai rasa tujuan yang kuat.

d. Beroperasi dalam mode bentuk mengikuti fungsi.

e. Menggunakan manajemen tim sebagai mode yang dominan

f. Menghormati pelayanan pada masyarakat

g. Manajemen digerakkan oleh informasi

h. Keputusan dibuat di tingkat yang paling dekat dengan pelanggan

i. Mempertahankan komunikasi yang relatif terbuka diseluruh sistem

j. Pegawai dan tim kerja dinilai dari kinerja dan kemajuan yang

dihasilkan

k. Organisasi beroperasi dalam suatu mode pembelajaran

l. Toleransi yang tinggi dalam hal-hal yang berbeda, tetapi

menghargai inovasi dan kreativitas

m. Memperhatikan kesejahteraan pegawai.

n. Memiliki agenda sosial yang eksplisit

o. Memberi perhatian pada pekerjaan yang efisien.

II.4 Konsep Komunikasi Organisasi

Menurut Redding dan Sarborn (dalam Pace dan Faules)16

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi

dalam organisasi yang kompleks, termasuk didalamnya komunikasi

internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi

16
Arni muhammad, Op.cit, Hal 65
17
downward (komunikasi dari atasan ke bawahan), komunikasi upward

(komunikasi dari bawahan ke atasan), komunikasi horizontal (sama level),

keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan

komunkasi evaluasi program.

Sedangkan menurut Wiryanto17 “komunikasi organisasi merupakan

pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok

formal maupun informal dari suatu organisasi”

II.4.1 Persepsi Komunikasi

Persepsi Komunikasi18 antara lain;

1. Persepsi Katz dan Kahn Komunikasi organisasi merupakan arus

informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.

2. Persepsi Zelko dan Dance Komunikasi organisasi adalah suatu

sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan

komunikasi eksternal.

3. Persepsi Thayer Dia memperkenalkan tiga sistem komunikasi

dalam organisasi yaitu :

- berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas-

tugas atau beroperasinya organisasi;

- berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan

dan petunjuk;

17
Wiryanto, 2004, Pengantar Iimu Komunikasi, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana, Hal 54
18
Arni Muhammad, Op.cit, Hal 65
18
- berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi

(hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan

dan latihan)

4. Persepsi Greenbaunm Bidang komunikasi organisasi termasuk

arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Dia membedakan

komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi

terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah

menggiatkan aktivitas.

II.4.2 Arti Penting dan Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi.

1. Arti Penting Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi merupakan suatu kekuatan dominan dalam suatu

organisasi karna terdapat interaksi soisal yang dilandasi adanya pertukaran

makna untuk mengintegarsikan tindakan-tindakan individu. Suatu organisasi

apapun bentuk dan bidang kegiatannya, baik bersifat profit ataupun social

akan selalu melibatkan komunikasi dalam upaya pertukaran dan penyebaran

informasi sebagai langkah untuk mencapai tujuan utama organisasi.

Pentingnya komunikasi dalam organisasi ditunjang oleh pernyataan

Robbins dan Jones dalam Soemirat19 yang mengunkapkan bahwa:

“organisasi Moderen adalah suatu struktur yang kompleks dari

berbagai ragam kegiatan yang hanya dengan komunikasi, kegiatan-kegiatan

tersebut dapat diatur dan dipersatukan untuk mencapai suatu tujuan”.

19
Soemirat, Saleh dkk. 1999. Komunikasi Organisasi. Makassar, Universitas Terbuka, Hal 213
19
Dari paparan tersebut dapat dikatakan bahwa komunikasi

merupakan hal penting dalam organisasi seperi dalam penysunan kerja,

pembagian tugas bagi orang-orang yang terlibat didalamnya melalui pola

pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

Effendi20 menyatakan keterkaitan komunikasi dengan organisasi

melalui pernyataannya:

“korelasi kedua hal ini (komunikasi dan organisasi) terletak pada

peninjauan yang terfokus pada manusia yang terlbat dalam mencapai tujuan

organisasi itu. Komunikasi mempertanyakan apa yang sedang berlangsung

dalam komunikasi, metode apa yang digunakan, media apa yang dipakai,

bagaimana prosesnya, factor-faktor apa yang menghambat dan lain

sebagainya”.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka jelas bahwa

komunikasi sangat berperan dalam organisasi. Komunikasi membuat

dinamis suatu system kerja sama dalam organisasi dalam mengembangkan

tujuan organisasi pada partisipasi orang-orang didalamnya. Oleh karena itu

komunikasi dengan segala kegiatannya merupakan hal yang sangat penting

untuk diperhatikan oleh seluruh elemen organisasi. Melalui komunikasi

yang efektif, kerjasama yang harmonis dapat ditumbuhkan, dipelihara dan

dikembangkan.

20
Effendi, Onong. 2001, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Hal 145
20
2. Ruang lingkup Komunikasi Organisasi

1. Komunikasi internal

Komunikasi internal adalah komunikasi yang berlangsung dalam

ruang lingkup suatu organisasi atau perusahaan tersebut saja.

Effendi21 mendefinisikan komunikasi internal sebagai berikut:

“interchange of idea among the administrator and is particular

structure (organization) and interchange of ideas horizontly and vertically

within the firm which gets work done (operation and management).

(pertukaran gagasan antara administrator dan karyawan dalam suatu

perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan struktur yang khas

(organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertical dalam

perusahaan yang mennyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan

manajemen”.

Golddhaber (1986)22 memberikan definisi komunikasi organisasi

adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan

hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi

lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengertian

tersebut mengandung konsep-konsep sebagai berikut:

1. Proses.

Suatu organisasi adalah suatu sistem terbuka yang dinamis yang

menciptakan dan saling menukar informasi diantara anggotanya. Karena

21
Effendi. Ibid, Hal 122
22
Arni Muhammad,Op.cit, Hal 67
21
gejala menciptakan dan menukar informasi ini berjalan terus menerus dan

tidak ada hentinya, maka dikatakan sebagai suatu proses.

2. Pesan

Pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang orang, obyek,

kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Dalam

komunikasi organisasi kita mempelajari ciptaan dan pertukaran pesan dalam

seluruh organisasi. Pesan dalam organisasi dapat dilihat menurut beberapa

klasifikasi yang berhubungan dengan bahasa, penerima yang dimaksud,

metode difusi, dan arus tujuan dari pesan. Pengklasifikasian pesan menuntut

bahasa dapat dibedakan pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal dalam

organisasi misalnya; surat, memo, pidato, dan percakapan. Sedangkan pesan

nonverbal dalam organisasi terutama sekali yang tidak diucapkan atau

ditulis seperti; bahasa gerak tubuh, sentuhan, nada suara, ekspresi wajah, dll.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki

posisi atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan

dari orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang

dinamakan jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin

mencakup hanya dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi.

Hakikat dan luas dari jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara

lain; hubungan peranan, arah dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan,

dan isi dari pesan.

22
4. Keadaan Saling Tergantung.

Konsep kunci komunikasi organisasi keempat adalah keadaan yang

saling tergantung satu bagian dengan bagian lainnya. Hal ini telah menjadi

sifat dari suatu organisai yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu

bagian dari organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada

bagian lainnya dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi.

Implikasinya, bila pimpinan membuat suatu keputusan dia harus

memperhitungkan implikasi keputusan itu terhadap organisasinya secara

menyeluruh.

5. Hubungan.

Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi adalah

hubungan. Karena organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem

kehidupan sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada

manusia yang ada dalam organisasi. Dengan kata lain jaringan melalui mana

jalannya pesan dalam suatu organisasi dihubungkan oleh manusia. Oleh

karena itu hubungan manusia dalam organisasi yang memfokuskan kepada

tingkah laku komunikasi dari orang yang terlibat suatu hubungan perlu

dipelajari. Sikap, skill, moral dari seseorang, mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh hubungan yang bersifat organisasi. Hubungan manusia

dalam organisasi berkisar mulai dari yang sederhana yaitu hubungan

diantara dua orang sampai kepada hubungan yang kompleks. Jadi dalam

organisasi terjadi hubungan yang sifatnya individual, kelompok, dan

hubungan organisasi.

23
6. Lingkungan.

Lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang

diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu

sistem. Yang termasuk lingkungan internal adalah personal/anggota, tujuan,

produk, dll. Sedangkan lingkungan eksternal adalah; langganan, saingan,

teknologi, dll. Komunikasi organisasi terutama berkenaan dengan transaksi

yang terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang terdiri dari

organisasi dan kulturnya, dan antar organisasi dengan lingkungan

ekternalnya. Yang dimaksud dengan kultur organisasi adalah pola

kepercayaan dan harapan dari anggota organisasi yang menghasilkan

norma-norma yang membentuk tingkah laku individu dan kelompok dalam

organisasi. Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi

dengan lingkungan eksternal seperti; teknologi, ekonomi, undang-undang,

dan faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah, maka organisasi

memerlukan informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi perubahan

dalam lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan baik secara

internal dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap kepentingan umum

secara eksternal.

7. Ketidakpastian.

Ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang tersedia dengan

informasi yang diharapkan. Misalnya; organisasi memerlukan informasi

tentang Undang-undang yang baru untuk disosialisaikan kepada

anggotanya, kalau informasi tersebut didapatkan maka tidak masalah, tetapi

24
kalau informasi itu tidak didapatkan maka terjadi ketidakpastian. Untuk

mengurangi faktor ketidakpastian ini organisasi menciptakan dan menukar

pesan diantara anggota, melakukan suatu penelitian pengembangan

organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks dengan integrasi

yang tinggi. Ketidakpastian dalam suatu organisasi juga disebabkan oleh

terjadinya banyak informasi yang diteima daripada sesungguhnya

diperlukan untuk menghadapi lingkungan mereka. Jadi ketidakpastian dapat

disebabkan oleh terlalu sedikit informasi yang didapatkan dan juga karena

terlalu banyak yang diterima.

Griffin23 menyadur tiga pendekatan untuk membahas komunikasi

organisasi. Ketiga pendekatan itu adalah pendekatan system, pendekatan

budaya, dan pendekatan kritik.

Pendekatan sistem. Karl Weick (pelopor pendekatan sistem informasi)

menganggap struktur hierarki, garis rantai komando komunikasi, prosedur

operasi standar merupakan musuh dari inovasi. Ia melihat organisasi sebagai

kehidupan organis yang harus terus menerus beradaptasi kepada suatu

perubahan lingkungan dalam orde untuk mempertahankan hidup.

Pengorganisasian merupakan proses memahami informasi yang samar-

samar melalui pembuatan, pemilihan, dan penyimpanan informasi. Weick

meyakini organisasi akan bertahan dan tumbuh subur hanya ketika anggota-

anggotanya mengikutsertakan banyak kebebasan (free-flowing) dan

komunikasi interaktif. Untuk itu, ketika dihadapkan pada situasi yang

23
Em Griffin, 2003, A First Look at Communication Theory, McGrraw-Hill Companies
25
mengacaukan, pimpinan harus bertumpu pada komunikasi pada aturan-

aturan.

Pendekatan budaya. Asumsi interaksi simbolik mengatakan bahwa

manusia bertindak tentang sesuatu berdasarkan pada pemaknaan yang

mereka miliki tentang sesuatu itu. Mendapat dorongan besar dari antropolog

Clifford Geertz, ahli teori dan ethnografi, peneliti budaya yang melihat

makna bersama yang unik adalah ditentukan organisasi. Organisasi

dipandang sebagai budaya. Suatu organisasi merupakan sebuah cara hidup

(way of live) bagi para anggotanya, membentuk sebuah realita bersama

yang membedakannya dari budaya-budaya lainnya.

Pendekatan kritik. Stan Deetz, salah seorang penganut pendekatan ini,

menganggap bahwa kepentingan-kepentingan perusahaan sudah

mendominasi hampir semua aspek lainnya dalam masyarakat, dan

kehidupan kita banyak ditentukan oleh keputusan-keputusan yang dibuat

atas kepentingan pengaturan organisasi-organisasi perusahaan, atau

manajerialisme.

II.4.3 Fungsi Komunikasi

Adapun fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Sendjaja24

adalah sebagai berikut:

1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem

pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi

berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan

24
Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Hal 15

26
tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota

organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang

dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu

kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam

organisasi. Sedangkan pegawai (bawahan) membutuhkan informasi untuk

melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan

keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan

yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh

terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang

berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan

untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi

perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan

sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif

pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan

kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk

dilaksanakan.

3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan

kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang

diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka

untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab

pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh pegawai akan menghasilkan

27
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering

memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan

saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan

pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat

mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti

penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan

laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti

perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan

olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan

menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri

karyawan terhadap organisasi.

II.4.4 Gaya Komunikasi

Gaya Komunikasi25 (communication style) didefinisikan sebagai

seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam

suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are

used in a given situation).

Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku

komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu

dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi

yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan

25
Perilaku Organisasi/herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id. htpp//google.com. diundu pada tanggal 11/12/2009 pkl 1:34
Wita

28
harapan dari penerima (receiver). Gaya Komunikasi yang dimaksud adalah

sbb:

1. The Controlling style

Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan

adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan

mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang

menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu

arah atau one-way communications.

Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini,

lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya

mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan

dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa

ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau

feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para

komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif

orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan

untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.

Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha

‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha

menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling

style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain

supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam

bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat

29
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan

orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

2. The Equalitarian style

Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan.

The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya

arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang

bersifat dua arah (two-way traffic of communication).

Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara

terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan

ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam

suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai

kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna

kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang

tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain

baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The

equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam

organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,

khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu

permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin

berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota

dalam suatu organisasi.

30
3. The Structuring style

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan

verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus

dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.

Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk

mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan

organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi

tersebut.

Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio

State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif,

yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill

dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang

efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal

guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan

memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

4. The Dynamic style

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,

karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan

pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic

style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun

supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).

Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi

atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan

31
lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi

persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa

karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk

mengatasi masalah yang kritis tersebut.

5. The Relinguishing style

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima

saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk

memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk

memberi perintah dan mengontrol orang lain.

Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim

pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang

berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung

jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

6. The Withdrawal style

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya

tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang

memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada

beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh

orang-orang tersebut.

Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan:

“Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini

bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi

juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi

32
dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam

konteks komunikasi organisasi.

II.4.5 Komunikasi yang efektif

Menurut Scoot M. Cultip dan Allen H. Center26 dalam bukunya

Effective Public Relation, mengemukakan factor-faktor yang menyebabkan

komunikasi yang efektif. Factor-faktor itu disebut dengan The Seven’s

Communication, sebagai berikut;

1. Credibility (kepercayaan)

Dalam komunikasi antara komunikator dengan komunikan harus

saling mempercayai. Kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi

tidak akan berhasil tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat

komunikasi.

2. Context (perhubungan,pertalian)

Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau

kondisi lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung. Misalnya situasi

atau keadaan yang sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat

sehingga komunikasi tidak berhasil.

3. Content (kepuasan)

Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua

belah pihak, kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti

oleh pihak komunikan atau memberikan reaksi atau respon kepada pihak

komunikator.

26
Drs. Lg. wursanto, Op.cit, Hal 68
33
4. Clarity (kejelasan)

Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan yang meliputi

kejelasan akan isi berita, kejelasan akan tujuan yang hendak dicapai,

kejelasan istilah-istilah yang dipergunakan dalam pengoperan lambang-

lambang.

5. Continuity and Consistency (kesinambungan dan konsistensi)

Komunikasi harus dilakukan secara terus-menerus dan informasi yang

disampaikan jangan dengan bertentangan dengan informasi yang terdahulu.

6. Capability of Distribution (kemampuan pihak penerima berita)

Pengiriman berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan

pengetahuan pihak penerima berita, janganlah mempergunakan istilah-

istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh pihak penerima berita.

7. Channels of Distribution (saluran pengiriman berita)

Agar komunikasi berhasil, hendaknya dipakai saluran-saluran

komunikasi yang sudah biasa dipergunakan dan dikenal oleh umum. Saluran

komunikasi yang sering dipergunakan, biasa melalui media cetak

(surat,bulletin,majalah) atau melalui radio, televise dan radio.

II.4.6 Aliran Komunikasi

Aliran komunikasi dalam struktur formal pada hakikatnya dibedakan

atas tiga dimensi yaitu vertikal ke bawah (downward), vertikal ke atas

(upward), dan horizontal. Seperti yang dikatakan Muhyadi27 komunikasi

organisasi adalah proses penyampaian pesan-pesan yang berlangsung antara

27
Muhyadi, 1989, Organisasi Teori Struktur dan Proses, Jakarta : Depdikbud, Hal 164
34
anggota organisasi, dapat berlangsung antara pimpinan dengan bawahan,

pimpinan dengan pimpinan maupun bawahan dengan bawahan.

1. Komunikasi Downward (komunikasi ke bawah)

Aliran komunikasi vertikal mencakup seluruh kegiatan yang meliputi

informasi ke bawah yang terjadi antara atasan kepada bawahan dalam

organisasi yang mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki

resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Transmisi informasi ke bawah

biasanya dipandang sebagai hal yang terjadi bersamaan dengan aliran

wewenang organisasi, yang diberikan dari eselon tertinggi ke eselon

terendah. Komunikasi downward dapat berbentuk lisan maupun tulisan.

Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa dan dalam bentuk

pertemuan kelompok. Komunikasi tulisan dapat berupa memo, manual

pelatihan, kotak informasi, papan pengumuman, buku petunjuk maupun

buletin.

a. Implementasi tujuan dan strategi.mengomunikasikan berbagai

strategi dan tujuan baru memberikan informasi tentang target-target

tertentu dan perilaku-perilaku yang diharapkan. Hal ini

memberikan petunjuk bagi tingkat organisasi yang lebih rendah.

b. Instruksi-instruksi pekerjaan dan dasar rasional. Hal ini berisi

petunjuk mengenai caraa mngerjakan tugas tertentu dan bagaimana

pekerjaan tersebut berhubungan dengan aktivitas-aktivitas

organisasional yang lain.

35
c. Prosedur dan praktek. Hal ini adalah pesan-pesan yang

mendefinisikan kebijaksanaan, kaidah, peraturan, tunjangan kerja,

dan susunan struktural.

d. Umpan balik kinerja. Pesan-pesan ini menghargai seberapa baik

para individu dan departemen dalam melakukan pekerjaan mereka.

e. Indoktrinasi. Pesan-pesan ini didesain untuk memotivasi para

pegawai supaya menggunakan misi dan nilai budaya organisasi dan

berpartisipasi dalam kegiatan khusus28.

Salah satu kelemahan komunikasi downward adalah kemungkinan

terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditujukan pada

bawahan.

2. Komunikasi Upward (komunikasi ke atas)

Komunikasi ke atas yang formal meliputi pesan-pesan yang mengalir

dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki

organisasi. Para pegawai harus melampiaskan keluhan, melaporkan

kemajuan, dan memberikan umpan balik perihal inisiatif manajemen. Lima

tipe informasi yang dikomunikasikan ke atas adalah:

a. Masalah dan pengecualian. Pesan-pesan ini mendeskripsikan

masalah-masalah serius dan pengecualian-pengacualian kinerja

rutin guna membuat para atasan sadar akan kesulitan-kesulitannya.

28
Richard L. Daft, 2006, Management, Jakarta: PT Salemba Empat, Hal 426
36
b. Saran perbaikan. Pesan-pesan ini adalah ide-ide untukmemperbaiki

prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tugas guna

meningkatkan kualitas dan efisiensi.

c. Laporan-laporan kinerja. Pesan-pesan ini meliputi laporan-laporan

periodik yang menginformasikan kepada manajemen tentang

bagaimana para individu dan departemen bekerja.

d. Keluhan dan perselisihan. Pesan-pesan ini merupakan keluhan dan

konflik karyawan yang menaiki hierarki untuk didengarkan dan

mendapat pemecahan yang mungkin.

e. Informasi finansial dan akuntansi. Pesan-pesan ini menyangkut soal

keuangan dan biaya yang dibutuhkan untuk sebuah kegiatan, dll.

Salah satu kelemahan komunikasi upward adalah adanya

kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi (laporan) yang

baik-baik saja (ABS/Asal Bapak Senang) sedangkan informasi yang

mempunyai kesan negatif cenderung disimpan. Hal ini dilakukan untuk

menyelamatkan posisi serta mendapatkan rasa aman dalam organisasi

tersebut.

Komunikasi dua arah secara timbal balik dalam organisasi sangat

penting karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan,

roda organisasi tidak akan berjalan efektif. Pimpinan perlu mengetahui

laporan, tanggapan, atau saran para pegawai sehingga suatu keputusan atau

kebijaksanaan dapat diambil untuk mencapai tujuan yang diingiinkan.

Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan

37
tertinggi dengan seluruh pegawai, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon

yang banyaknya bergantung pada besarnya dan kompleksnya organisasi.

3. Aliran Komunikasi Horizontal

Aliran komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan-pesan secara

lateral atau diagonal diantara teman-teman sekerja atau sesama pekerja.

Komunikasi ini bisa muncul dalam atau lintas departemen. Aliran

komunikasi ini muncul mengingat bahwa prinsip dasar yang digunakan

dalam menggerakkan roda suatu organisasi adalah kerja sama dan bukan

kompetisi, organisasi harus dipandang sebagai suatu sistem. Tujuan dari

komunikasi horizontal tidak hanya untuk memberi informasi, tetapi juga

meminta dukungan dan mengordinasi berbagai aktivitas. Komunikasi

horizontal dibagi dalam tiga kategori, yaitu;

a. Penyelesaian masalah intradepartemental. Pesan-pesan ini terjadi di

antara para anggota dari departeman yang sama danberkenaan

dengan penyelesaian tugas.

b. Koordinasi interdepartemental. Pesan-pesan interdepartemental

memudahkan penyelesaian berbagai proyek atau tugas bersama.

c. Mengubah inisiatif dan perkembangan. Pesan-pesan ini didesain

untuk berbagi informasi diantara berbagai tim dan departeman yang

dapat membantu organisasi berubah, tumbuh, dan berkembang.

4. Aliran Komunikasi Diagonal

Dalam komunikasi ini, arus komunikasi mengalir melintasi

departemen dan berbagai fungsi dalam suatu organisasi/perusahaan, atau

38
komunikasi yang terjadi didalam lingkup organisasi atau perusahaan

diantara orang-orang yang menpunyai kedudukan yang lebih tinggi maupun

lebih rendah tingkatannya dalam organisasi atau perusahaan.

Pesan yang mengalir menurut informasi dalam organisasi diarahkan

secara diagonal mengandung keadaan saling tergantung antar departemen

yang ruwet dan kepada hal-hal yang berhubungan dengan percepatan arus

informasi, menambah pengertian, koordinasi tugas-tugas.

Untuk membedakan komunikasi organisasi dengan komunikasi yang

ada di luar komunikasi yang ada di luar organisasi adalah struktur hierarki

yang merupakan karakteristik dari setiap organisasi.perilaku orang-orang

yang berada di luar organisasi dalam berkomunikasi tidaklah mengikat

karena tidak ada struktur hierarki. Pendapat ini sejalan dengan yang

dikatakan oleh Everett Rogers a critical reason for studying organizational

communication is that it occur in a highly structured context. An

organization’s structure tends to affects the communication process: thus,

communication from a subordinary to a superior is very different form

communication between equals (suatu alasan yang penting untuk

mempelajari komunikasi organisasi ialah bahwa komunikasi tersebut

terjadinya sangat tergantung pada struktur. Suatu struktur organisasi

cenderung untuk mempengaruhi proses komunikasi: dengan demikian

komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat berbeda dengan

komunikasi antar sesama29.

29
Miftah Toha, Op.cit., Hal 187
39
II.4.7 Pola Jaringan Komunikasi Dalam Organisasi.

Bila diamati pola komunikasi dalam sejumlah organisasi atau

perusahaan, maka akan dijumpai pola komunikasi tersebut tersusun

berdasarkan hubungan kerja. Pola komunikasi terbentuk karena struktur

hirarkinya yang ketat, jarak fisik yang jauh dari orang-orangnya, perbedaan

yang besar dalam kompetensinya dan berbagai tugas khusus yang harus

diselesaikan.

Jaringan komunikasi menurut DeVito30 adalah saluran yang

digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain.

Menurutnya, jaringan ini dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama,

kelompok kecil sesuai sumber daya yang dimilikinya akan mengembangkan

pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan

komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistem

komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam

mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya.

Kedua, jaringan komunikasi dapat dipandang sebagai struktur yang

diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi

organisasi.

Menurut jiwanto31, ada empat jenis jaringan kerja komunikasi yang

banyak dijumpai dalam setiap organisasi, yaitu:

1. Jaringan Kerja Rantai (Chain)

30
DeVito, Joseph. A. 1997, Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan: Ir. Agus Maulana MSM, Edisi ke lima, Jakarta:
Profesional Books. Hal 344
31
Jiwanto, Gunawan, 1985. Komunikasi dalam Organisasi, Yogyakarta: Pusat Pengembangan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada dan Andi Offset, Hal 66
40
2. Jaringan Kerja Lingakaran (Circle)

3. Jaringan Kerja Roda (Wheel)

4. Jaringan Kerja Saluran Total (Free Channel)

Berikut ini akan dibahas satu persatu jaringan (pola) komunikasi

organisasi tersebut.

1. Pola Jaringan Kerja Bentuk Rantai (Chain)

Gambar 1. Pola Komunikasi Bentuk Rantai

Pola komunikasi atau jaringan komunikasi bentuk rantai

memerlukan sistem komunikasi birokratik yang pada umumnya mengikuti

pola komunikasi formal. Komunikasi berlangsung melalui sistem yang

sudah tertentu mengikuti sistem hierarki organisasi secara ketat. Jika

karyawan A ingin berkomunikasi dengan E, maka terlebih dahulu harus

melalui B, C dan D secara berurutan. Demikian halnya, jika E menjawab

41
atau menanggapi A, dia harus melalui D, C dan B secara berurutan pula.

Jadi A tidak dapat berkomunikasi lansung dengan E.

2. Jaringan Kerja Bentuk Lingkaran (Circle)

E B

D C
Gambar 2. Pola Komunikasi Bentuk Lingakaran

Pola komunikasi bentuk lingkaran hanya merupakan “penyambung”

rantai awal dan akhir jaringan kerja komunikasi rantai. Jumlah saluran yang

harus dilewati karyawan A menjadi lebih pendek, karena didapat langsung

berkomunikasi dengan E, tanpa harus melewati B, C dan D seperti yang

terjadi pada pola komunikasi bentuk rantai. Demikian pula, jika A ingin

berkomunikasi dengan D cukup hanya melewati B dan C atau E saja.

42
3. Jaringan Kerja Bentuk Roda (Wheel)

C B

D E

Gambar 3. Pola Komunikasi Bentuk Roda

Pola atau jaringan kerja komunikasi bentuk roda ini sangat berbeda

dengan pola rantai karena dalam jaringan kerja komunikasi ini tingkatan

hierarki organisasi diikurangi. Jika E ingin berkomunikasi dengan D, maka

cukup melalui A saja. Demikian halnya anggota lain dalam komunikasi ini

cukup melalui A saja untuk berkomunikasi dengan anggota-anggota lain.

Pola roda ini diterapkan pada organisasi besar dengan bentuk suatu bagian

sebagai pusat komunikasi yang mengendalikan jaringan komunikasinya.

43
4. Jaringan Kerja Bentuk Saluran Total (Free Channel)

E B

D C

Gambar 4. Pola Komunikasi Bentuk Saluran Total

Pola komunikasi bentuk saluran total merupakan suatu bentuk

jaringan yang menjamin terjadinya komunikasi antara setiap anggota-

anggota organisasi. Setiap anggota kelompok dapat secara langsung

berkomunikasi dengan anggota-anggota lain tanpa harus melalui perantara.

Ini menunjukkan bahwa bekerja tidak ada tingkatan hierarki dan setiap

anggota tidak merasa dibatasi oleh aturan yang boleh atau tidak boleh

digunakan dalam berkomunikasi dengan anggota lain.

II.4.8 Efektivitas Jaringan Kerja Komunikasi Organisasi

Suatu jaringan kerja komunikasi memiliki persyaratan dalam

penerapan pada sebuah organisasi. Ada organisasi yang memiliki pola atau

jaringan kerja komunikasi yang sangat baik, dilain pihak adapula organisasi

yang menghadapi berbagai macam masalah yang rumit untuk dipecahkan.

Justru hal itu perlu diketahui kriteria yang dapat digunakan untuk

mengetahui efektifitas suatu pola jaringan kerja komunikasi.

44
Menurut Wexley dan Yukl32, ada empat Kriteria yang dapat

digunakan untuk mengetahui atau mengukur efektifitas pola jaringan kerja

komunikasi, antara lain:

 Efisien Jaringan kerja

 Keekonomisan jaringan kerja

 Kepuasan anggota-anggota organisasi

 Konstribusi total jangka panjang terhadap pencapaian tujuan

organisasi.

Kriteria pertama menunjukkan bahwa jaringan kerja komunikasi yang

efektif adalah suatu jaringan kerja yang dapat menyiapkan informasi-

informasi yang tepat dan jelas atau relevan terhadap orang yang

membutuhkan informasi tersebut.

Kriteria yang kedua menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh

melalui jaringan kerja komunikasi kemudian didistribusikan dengan

menggunakan biaya seminimal mungkin.

Kriteria yang ketiga menunjukkan bahwa pola jaringan kerja

komunikasi memuaskan orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut

dibandingkan dengan jaringan kerja komunikasi yang lain.

Kriteria yang keempat menunjukkan suatu kriteria bersifat umum

sehingga lebih sulit dibandingkan dengan kriteria efisien, keekonomisan dan

kepuasan anggota-anggota organisasi. Akan tetapi, kriteria ini lebih baik

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi jangka panjang.

32
Wexley, Kenneth N, dan Gary A. Yukl. 1988, Perilaku Komunikasi dan Psikologi Personalia, Jakarta, Bina Aksara, Hal 84
45
II.4.9 Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Organisasi

Komunikasi tidak selamanya berjalan lancar seperti yang

diharapkan. Banyak faktor yang dapat menjadi penghambat atau penghalang

dalam komunikasi. Hal ini dapat pula terjadi pada komunikasi yang bersifat

kompleks seperti dalam organisasi. Menurut Wursanto, bahwa hambatan

dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi enam macam,yaitu:

1. Rintangan yang bersifat Teknis, antara lain;

a. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan oleh organisasi

b. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya komunikasi

yang efektif.

2. Rintangan Perilaku, seperti;

a. Pandangan yang bersifat apriori

b. Prasangka yang didasarkan kepada emosi

c. Suasana yang otoriter

d. Ketidakmauan untuk berubah

e. Sifat yang ego-sentris

3. Rintangan Bahasa

Yang dimaksud bahasa disini adalah semua bentuk yang dipergunakan

dalam penyampaian berita, yaitu bahasa lisan, bahasa tertulis, gerak-gerik

dan sebagainya. Bahasa yang dipergunakan menunjukkan tingkat

intelektualitas seseorang, sehingga orang cenderung menggunakan bahasa

yang tinggi, tanpa menhiraukan kemampuan orang yang diajak berbicara,

sehingga menimbulkan salah pengertian (miscommunication)

46
4. Rintangan Struktur

Rintangan struktur dapat disebut juga rintangan organisasi, yaitu

rintangan yang disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat, perbedaan

pekerjaan atau tugas dalam suatu organisasi. Kadang-kadang seorang

bawahan merasa takut, atau merasa malu apabila berinteraksi dengan

pimpinannya bila pimpinan yang bersangkutan adalah seorang yang

berwibawa dan disegani. Karena adanya rasa malu, maka komunikasi antara

bawahan dengan atasan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.

5. Rintangan Jarak

Rintangan jarak disebut juga rintangan geografis. Dari segi jarak atau

geografis, komunikasi akan lebih mudah berlangsung apabila antara kedua

belah pihak yang sedang mengadakan interaksi itu berada disuatu tempat

yang tidak berjauhan. Akan tetapi, tidak selamanya para karyawan/pegawai

itu berada disuatu tempat tertentu. Apabila suatu organisasi mempunyai

cabang-cabang yang tersebar diberbagai tempat atau wilayah komunikasi

dalam organisasi itu mengalami kesulitan apabila tidak ditunjang dengan

peralatan komunikasi yang memadai. Hal ini dapat mengakibatkan

keterlambatan berita yang disampaikan.

6. Rintangan Latar Belakang

Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Perbedaan latar belakang dapat menimbulkan suatu rintangan dalam proses

komunikasi ringtangan latar belakang dapat diibedakan menjadi;

47
a. Latar belakang sosial

b. Latar belakang pendidikan

48
II.5 Kerangka Pemikiran

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF


ARAH  Credibility (kepercayaan)
KOMUNIKASI  Context
ORGANISASI (perhubungan,pertalian)
 Content (kepuasan)
 Komunikasi  Clarity (kejelasan)
Vertical ke  Continuity and Consistency
bawah (kesinambungan dan
 Komunikasi konsistensi)
Vertical keatas  Capability of Distribution
 Komunikasi (kemampuan pihak penerima
Horizontal berita)
 Komunikasi  Channels of Distribution
Diagonal (saluran pengiriman berita)

Gambar 5, Kerangka Pemikiran

49
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu.33Ini berarti untuk mendapatkan data

yang valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional,

empiris, dan sistematis. Untuk memperoleh semuanya itu maka dalam bab

ini akan dijabarkan metode yang digunakan untuk memperoleh data

penelitian yang valid. Metode penelitian tersebut terdiri atas pendekatan

penelitian, Tipe/jenis penelitian, Jenis dan sumber data, Populasi dan

sampel, Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data, dan keterbatasan

penelitian.

III.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis, menggunakan pendekatan kualitatif.

Yaitu untuk mengolah data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian,

dimana data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan

gambar34. Dengan mengacu pada konsep yang digunakan, Untuk

mengetahui dan memahami Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar.

33
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta,Hal 1
34
Ibid, Hal 14
50
III.2 Jenis / Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif,

yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang

diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau

tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

variabel lain35. Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data

yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Efektivitas

Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota

Makassar.

III.3 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah “ Organisasi”, dalam hal

ini kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar. Penetapan unit

analisis ini didasarkan pada tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar sebagai pelaksana dan bertanggung jawab

terhadap proses penyelenggaraan perizinan kepada masyarakat.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

III.4.1 Jenis dan sumber data :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari para informan

yang akan ditentukan melalui teknik sampling di lokasi penelitian melalui

pengamatan langsung dan penyebaran kuisioner.

35
Ibid,Hal 11
51
2. Data sekunder

Yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh dari,

literatur, dokumen, serta laporan yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti. Yakni berupa data gambaran umum kantor.

III.4.2 Tehnik Pengumpulan data

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian

ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal

yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden

dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara

mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang

dianggap penting yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi

yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian.

c. Wawancara

Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau

lebih secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data guna

kelengkapan data-data yang diperoleh sebelumnya. Wawancara dilakukan

penulis dengan pimpinan dan staff/pegawai yang ada dalam Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar sehingga data yang

diperoleh penulis merupakan hasil dari wawancara.

52
III.5 Informan

Penelitian mengenai Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar. Ini memerlukan

informan yang mempunyai pemahaman yang berkaitan langsung dengan

masalah penelitian guna memperoleh data dan informasi yang lebih akurat.

Oleh sebab itu, informan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

- Kepala Kantor

- Sub/bag. tata usaha

- Seksi Penelitian Administrasi

- Seksi Penerimaan dan pembukuan

- Seksi Penerbitan Izin

III.6 Operasional Konsep

Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan penukaran

informasi dalam organisasi sehingga dapat mewujudkan suatu bentuk

kerjasama yang baik diantara anggota organisasi secara timbal balik untuk

mencapai target yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.

1. Credibility ( kepercayaan)

Menganggap atau meyakini bahwa memang benar dan menganggap

dengan pasti dan jujur apa yang disampaikan, Dalam komunikasi antara

komunikator dengan komunikan harus saling mempercayai.

2. Context (perhubungan,pertalian)

Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau

kondisi lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung.

53
3. Content (kepuasan)

Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua

belah pihak, kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti

oleh pihak komunikan atau memberikan reaksi atau respon kepada pihak

komunikator.

4. Clarity (kejelasan)

Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan yang meliputi

kejelasan akan isi berita, kejelasan akan tujuan yang hendak dicapai,

kejelasan istilah-istilah yang dipergunakan dalam pengoperan lambing-

lambang.

5. Continuity and Consistency (kesinambungan dan konsistensi)

Komunikasi harus dilakukan secara terus-menerus dan informasi yang

disampaikan jangan dengan bertentangan dengan informasi yang terdahulu.

6. Capability of Distribution (kemampuan pihak penerima berita)

Pengiriman berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan

pengetahuan pihak penerima berita.

7. Channels of Distribution (saluran pengiriman berita)

Agar komunikasi berhasil, hendaknya dipakai saluran-saluran

komunikasi yang sudah biasa dipergunakan dan dikenal oleh umum. Saluran

komunikasi yang sering dipergunakan, biasa melalui media cetak

(surat,bulletin,majalah) atau melalui radio, televise dan radio.

54
III.7 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menjawab permasalahan penelitian, maka Analisis data

dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu suatu analisis yang

berusaha mancari pola, model, tema, hubungan, persamaan, dan makna dari

data yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan-pernyataan, tafsiran-tafsiran

setelah menggali data dari beberapa orang informan kunci yang

ditabulasikan dan dipresentasekan sesuai dengan hasil temuan (observasi)

dan wawancara mendalam penulis dengan para informan, hasil

pengumpulan data tersebut diolah secara manual, direduksi selanjutnya hasil

reduksi tersebut dikelompokkan dalam bentuk segmen tertentu (display

data) dan kemudian disajikan dalam bentuk content analisis dengan

penjelasan-penjelasan, selanjutnya diberi kesimpulan, sehingga dapat

menjawab rumusan masalah, menjelaskan dan terfokus pada representasi

tehadap fenomena yang hadir dalam penelitian.

III.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam setiap penelitian pasti ada hambatan untuk menuju

kesempurnaan karena keterbatasan penulis dalam hal dana, tenaga maupun

kondisi lingkungan. Adapun hambatan yang dihadapi penulis dalam

penelitian ini diantaranya adalah sulitnya mendapatkan data dikarenakan

kesibukan dari pegawai dan kurang fokusnya perhatian staff/pegawai yang

lebih terhadap penulis.

55
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Lokasi

IV.1.2 Sejarah Singkat

Pada tahapan awal pemberian izin dalam Kota Makassar masih

dilaksanakan oleh intansi tehnis masing-masing. Pada tahun 2001 dibentuk

kantor pusat (pelayanan satu atap) mekanisme pemberian izin diatur melalui

keputusan Walikota Makassar No.32 tahun 2001 yang mana pemberian izin

dalam Kota Makassar berawal pada kantor pusat dan pada saat itu

penandatanganan izin masih dilakukan oleh bapak Walikota.

Pada tahun 2002 melalui Peraturan Daerah Kota Makassar No.15

tahun 2002 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Teknis Daerah dibentuk Kantor Pelayanan Perizinan dan

mekanisme pemberian izin dalam Kota Makassar diatur dengan keputusan

Walikota Makassar No.03 tahun 2002 tentang penetapan kembali Tata Cara

pemberian izin dalam Kota Makassar dan Keputusan Walikota Makassar

No.40 tentang Tata Cara pemberian izin dibidang perindustrian dan

perdagangan, ketenagakerjaan dan izin operasional perfilman percetakan

dan grafika. Pada keputusan Walikota Makassar ini kepala Kantor

Pelayanan Perizinan diberikan kewenangan untuk menandatangani perizinan

dalam Kota Makassar.

56
Dengan dikeluarkannya peraturan Walikota Makassar No.14 tahun

2005 tentang Tata Cara pemberian izin pada pemerintah Kota Makassar,

mekanisme pemberian izin berawal dan berakhir pada Kantor Pelayanan

Perizinan. Dengan berlakunya peraturan daerah Kota Makassar No.13 tahun

2005 tentang pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar maka Kantor Pelayanan

Perizinan berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan

(KPAP).

IV.1.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

IV.1.3.1 Kedudukan

Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan merupakan unsur

pendukung dalam melaksanakan tugas tertentu, dipimpin oleh seorang

Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota

melalui Sekretaris Daerah.

IV.1.3.2 Tugas

Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan mempunyai tugas

merumuskan, membina dan mengendalikan kebijakan dibidang pelayanan

administrasi perizinan meliputi perumusan kebijakan, koordinasi dan

pengendalian di bidang pelayanan administrasi penelitian dan penerbitan

izin, penerimaan dan pembukuan serta pelaporan.

IV.1.3.3 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan

menyelenggarakan fungsi :

57
a. penyusunan rumusan kebijaksanaan pelaksanaan bidang

pelayanan administrasi perizinan dan peningkatan pelayanan

izin-izin kepada masyarakat;

b. penyusunan rumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan bidang

penerbitan izin-izin yang telah mendapat rekomendasi dari

instansi terkait;

c. penyusunan rumusan kebijaksanaan pelaksanaan pengelolaan

pungutan biaya perizinan dan pembukuan;

d. penyusunan bimbingan dan pengendalian pelaksanaan

pengkoordinasian dan penyusunan program pendataan izin dan

pembuatan laporan izin yang telah diterbitkan;

e. pengelolaan administrasi urusan tertentu.

IV.1.4 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

IV.1.4.1 Kepala Kantor

(1) Kepala Kantor mempunyai tugas melaksanakan merumuskan,

membina dan mengendalikan kebijakan dibidang pelayanan

administrasi perizinan meliputi perumusan kebijakan, koordinasi dan

pengendalian di bidang pelayanan administrasi penelitian dan

penerbitan izin, penerimaan dan pembukuan serta pelaporan.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Kepala Kantor menyelenggarakan fungsi

58
a. penyusunan rumusan kebijaksanaan pelaksanaan bidang

pelayanan administrasi perizinan dan peningkatan pelayanan

izin-izin kepada masyarakat;

a. penyusunan rumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan bidang

penerbitan izin-izin yang telah mendapat rekomendasi dari

instansi terkait;

b. penyusunan rumusan kebijaksanaan pelaksanaan pengelolaan

pungutan biaya perizinan dan pembukuan;

c. penyusunan bimbingan dan pengendalian pelaksanaan

pengkoordinasian dan penyusunan program pendataan izin dan

pembuatan laporan izin yang telah diterbitkan;

d. pengelolaan administrasi urusan tertentu.

IV.1.4.2 Sub/Bagian Tata Usaha

(1) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas menyusun rencana kerja,

melaksanakan tugas teknis, mengelola administrasi kepegawain,

keuangan, perlengkapan serta melaksanakan urusan kerumahtanggan

kantor.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Subbagian Tata Usaha menyelenggarakan

fungsi :

a. Menyusun rencana dan program kerja Sub Bagian Tata Usaha

b. Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan

meliputi surat-menyurat, kearsipan, surat perjalanan dinas,

mendistribusi surat sesuai bidang.


59
c. Melaksanakan urusan kerumahtanggan unit kerja

d. Melaksanakan usul kenaikan pangkat, mutasi dan pensiun

e. Melaksanakan usul gaji berkala, usul tugas belajar.

f. Menghimpun dan mensosialisasi peraturan perundang-undangan

di bidang kepegawaian dalam lingkup unit kerja.

g. Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi meliputi bidang

kepegawaian, pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan.

h. Mengumpulkan dan mengkoordinasikan penyusunan Rencana

Program Satuan Kerja Perangkat daerah.

i. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan Rencana

Strategis (Renstra), Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)

dan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) dari masing-

masing seksi sebagai bahan konsultasi perencanaan ke Bappeda.

j. Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan admnistrasi

perbendaharaan unit kerja.

k. Menyusun keuangan unit kerja

l. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan Laporan Akuntabilitas

Instansi dari masing-masing seksi.

m. Menyusun Rencana Kebutuhan Barang Unit (RKBU).

n. Membuat Daftar Kebutuhan Barang (DKB)

o. Membuat Rencana Tahunan Barang Unit (RTBU).

p. Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan untuk tahun anggaran

dan bahan penyusunan APBD.

60
q. Melaksanakan tugas pembinaan terhadap anggota Korpri.

r. Melakukan koordinasi pada Sekretariat Korpri Kota Makassar.

s. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

IV.1.4.3 Seksi Penelitian Administrasi

(1) Seksi Administrasi Penelitian dan Penerbitan Izin mempunyai tugas

menyusun rencana, meneliti berkas pemohon dan melakukan

koordinasi sesuai ketentuan yang ditetapkan.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Seksi Penelitian Administrasi

menyelenggarakan fungsi :

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait agar terjalin

kerjasama yang sinergik dalam pemberian pelayanan perizinan

yang prima kepada pemohon.

c. Melakukan penelitian berkas izin dan kelengkapannya yang

diajukan oleh pemohon sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Memberikan informasi pelayanan perizinan dan melayani

keberatan-keberatan yang diajukan oleh pemohon atas

penolakan berkas yang tidak lengkap.

e. Menelaah peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya

dibidang pelayanan perizinan.

f. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

61
IV.1.4.4 Seksi Penerimaan dan Pembukuan

(1) Seksi Penerimaan dan Pembukuan mempunyai tugas menyusun

rencana, menelaah, meneliti dan melaksnakan kegiatan penerimaan

dan pembukuan biaya perizinan berdasarkan Surat Tanda Setoran

serta melakukan koordinasi sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Seksi Penerimaan dan Pembukuan

menyelenggarakan fungsi :

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait agar terjalin

kerjasama yang sinergik dalam pemungutan biaya pelayanan

perizinan dan pemohon.

c. Menelaah peratuaran perundang-undangan dan ketentuan

lainnya dibidang penetapan biaya perizinan.

d. Meneliti kebenaran penetapan biaya perizinan dari instansi

teknis sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Menerima Surat Tanda Setoran pembayaran biaya izin menurut

jenisnya sesuai ketetapan tarif yang berlaku.

f. Menyelenggarakan administrasi pembukuan biaya perizinan.

g. Membuat laporan realisasi penerimaan berdasarkan Surat Tanda

Setoran secara berkala sebagai pertanggung jawaban

pelaksanaan tugas.

h. Menyusun laporan hasil pelaksaan tugas.


62
IV.1.4.5 Seksi Penerbitan Izin

(1) Seksi Penerbitan Izin mempunyai tugas melaksanakan proses

penerbitan izin yang telah mendapat rekomendasi dari intansi teknis.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Seksi Penerbitan Izin menyelenggarakan

fungsi :

a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan

fungsinya.

b. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait agar terjalin

kerjasama yang sinergik dalam pemberian pelayanan perizinan

yang prima kepada pemohon.

c. Melakukan pengecekan terhadap rekomendasi yang telah

diterbitkan instansi teknis terkait.

d. Melaksanakan proses penerbitan izin yang telah mendapat

rekomendasi dari instansi teknis dan bentuk perizinan yang telah

ada yang dikelolah berdasarkan peraturan Walikota.

e. Menelaah peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya

dibidang pelayanan perizinan.

f. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

IV.1.4.6 Kelompok Jabatan Fungsional

(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan teknis dan administrasi sesuai bidang

keahlian masing-masing.

63
(2) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional

senior selaku Ketua Kelompok yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala Kantor.

(3) Pembentukan Kelompok Jabatan Fungsional serta pengaturannya

lebih lanjut akan ditetapkan dengan Peraturan Walikota sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

IV.1.5 Jenis Pelayanan Perizinan

(1) Izin Mendirikan Bangunan selanjutnya disingkat IMB adalah Izin

Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Daerah Kota Makassar Nomor 15 Tahun 2004.

(2) Izin Pemasangan Reklame adalah Izin yang diberikan atas

pemasangan Reklame dalam wilayah Kota Makassar berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Izin Gangguan adalah Izin Gangguan sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2004.

(4) Izin Trayek adalah Izin Trayek sebagaimana dimaksud dalam

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 14 Tahun 2002.

(5) Izin Usaha Kepariwisataan adalah Izin Usaha Kepariwisataan

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Makassar

Nomor 2 Tahun 2002.

(6) Izin Pemakaian Kekayaan Daerah untuk Penggalian Jalan adalah

Izin Pemakaian Kekayaan Daerah Untuk Penggalian Jalan

64
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Makassar

Nomor 4 Tahun 2004.

(7) Pajak Reklame adalah Izin Pajak Reklame sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II

Ujungpandang Nomor 4 Tahun 1998.

(8) Izin Usaha Industri adalah Izin Usaha Industri sebagaimana

dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun

2002.

(9) Izin Usaha Perdagangan (IUP) Kecil adalah Izin Usaha

Perdagangan yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan

kegiatan usaha Perdagangan dengan Modal kekayaan bersih (netto)

Perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000(Dua Ratus

Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan.

(10) Izin Usaha Perdagangan (IUP) Menengah adalah Izin Usaha

Perdagangan yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan

kegiatan usaha Perdagangan dengan Modal kekayaan bersih (netto)

seluruhnya diatas Rp.200.000.000(Dua Ratus Juta Rupiah) sampai

dengan Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan.

(11) Izin Usaha Perdagangan (IUP) Besar adalah Izin Usaha

Perdagangan yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan

kegiatan usaha Perdagangan dengan Modal kekayaan bersih (netto)

65
seluruhnya diatas Rp.500.000.000 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan.

(12) Izin Penyelenggaraan Latihan dan Izin Operasional Bursa Kerja

Khusus adalah Izin sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah

Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2002.

(13) Izin Perfilman,Pameran ,Percetakan/Grafika adalah Izin

Perfilman,Pameran ,Percetakan/Grafika sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2002.

IV.2 Efektivitas Komunikasi Organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar

Untuk memperoleh hasil penelitian tentang efektivitas komunikasi

organisasi di Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar,

telah dilakukan penelitian dalam rangka untuk menemukan atau

menelusuri subtansi dari permasalahan yang terkait dengan efektifitas

komunikasi organisasi. Adapun hasil penelitian ini merupakan data yang

diolah sesuai dengan tehnik analisis data.

Sedangkan cara penulis dalam memperoleh data didasarkan pada

instrument penelitian seperti wawancara langsung dengan beberapa orang

pegawai Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar

(KPAP), yang dianggap layak memberi informasi yang relevan dengan

kebutuhan judul penelitian.

Selanjutnya dari data yang diperoleh tentang efktivitas komunikasi

organisasi pada obyek penelitian tersebut, secara otomatis menjadi muatan

66
pembahasan pada penulisan skripsi ini. Keterkaitan dengan hal tersebut,

penulis akan memaparkan hasil penelitian yang terkait langsung dengan

efektivitas komunikasi organisasi pada ruang lingkup kerja di Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar, dimana ruang lingkup

yang dimaksudkan merupakan ruang gerak dari organisasi tersebut, atau

adanya sistem kerja yang berjalan sesuai dengan manajemen organisasi

yang bersangkutan.

Sebagai rujukan pembahasan yang bersifat penjelasan atau

pengurai dari hasil penelitian, maka berikut ini, penulis menampilkan data

dan sumber data yang terkait langsung dengan melakukan observasi

langsung dan wawancara mendalam, adapun nama-nama yang menjadi

sumber informasi (informan) penulis adalah sebagai berikut; (Tabel 1)

No Nama Jabatan Pendidikan

Hj. Nadjmah Emma, SE,


1. Kepala Kantor S2
M.Si

A. Rahmah, SH, MM Kasi Penerimaan Dan


2. S2
pembukuan
3. Muhammad Saad Kasub/Bag Tata Usaha S1

A. Asfianti Syamsu Alam,


4. Kasi Penelitian Administrasi S2
SE, M.Si
5. Drs. A. Pangerang Patarai Kasi Penerbitan Izin S1

Sumber; Kantor Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar, Tahun 2010

Sesuai dengan tingkat kebutuhan pembahasan terhadap data yang

penulis peroleh dari hasil penelitian, maka penulis akan memilih hasil

67
wawancara terhadap pegawai yang ada di Kantor Pelayanan Administrasi

Perizinan Kota Makassar. Ini dimaksudkan agar pembahasan tidak

dilakukan berulang-ulang, karena jawaban atas pertanyaan yang termasuk

dalam lembaran hasil wawancara pada umumnya memiliki kemiripan

bahkan ada yang sama. Atas dasar itulah sehingga penulis melakukan

penilaian dan mencari jawaban yang paling signifikan dengan pokok

permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Seperti yang diuraikan

berikut ini.

1. Kepercayaan (Credibility)

Dalam komunikasi antara komunikator dengan komunikan harus

saling mempercayai. Kalau tidak ada unsur saling mempercayai, komunikasi

tidak akan berhasil tidak adanya rasa saling percaya akan menghambat

komunikasi. Sering dikatakan bahwa hubungan antara atasan dan bawahan

adalah jantung pengelolaan yang efektif. Agar hubungan ini berhasil harus

ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan. Suatu

pemahaman factor yang mengarahkan bawahan mengubah komunikasi

keatas adalah suatu prasyarat dalam menangani masalah. Salah satu alasan

yang sering dikemukakan untuk menyembunyikan atau pengubahan itu

adalah bahwa bawahan sering percaya atasannya akan menghukum mereka

dengan berbagai cara kalau mereka mengemukakan pendapat, perasaan dan

kesulitan mereka. Berhubungan dengan kepercayaan ini, keinginan bawahan

yang memasuki organisasi dengan tujuan pribadi untuk mengubah

kedudukan kepada yang lebih baik secepat mungkin, pencapaian kestabilan,

68
menambah penghasilan yang lebih tinggi, maka dalam mencapai tujuan itu

mereka menilai tindakan mereka, mana salah satu yang terbaik dalam

mencapai tujuan tersebut dan mana yang menghalanginya mereka hindari.

Karena kurang kepercayaan kepada atasan menyebabkan keterbukaan

komunikasi terbatas. Kepercayaan ini tentu saja mungkin tidak didasarkan

kenyataan karena atasan mungkin tidak sungguh-sungguh menghukum

terhadap pemberi informasi yang tidak disenanginya. Masalahnya bagi

bawahan mungkin ketidaktepatan persepsi mengenai atasan. Jika bawahan

percaya bahwa atasan mereka akan menghukum mereka maka mereka lebih

suka mengubah perasaan mereka yang sebenarnya secara sadar atau tidak

disadari.

Dalam usaha yang berkenaan dengan masalah atasan, pertama sekali

hendaklah disadari, bahwa bawahan cenderung menyeleksi komunikasi

keatas, tetapi ini tidak akan menghilangkan masalah, jika atasan

mengharapkan orang-orang yang bersifat terbuka dan membagi kesulitan

mereka, maka atasan hendaklah sanggup meyakini bawahan bahwa

informasi tidak akan digunakan menengtang mereka kemudiannya. Di

dalam organisasi system penghargaan dapat berubah sehingga orang yang

dihargai karena keterbukaan dirinya, paling kurang mereka yakin bahwa

mereka tidak akan dihukum. Penyelesaian itu terletak pada hubungan yang

dibuat yang membuat orang merasa bahwa mereka tidak akan dihukum

keterbukaannya.

69
Seperti yang dijelaskan oleh Kasi Penerbitan Izin, mengatakan

bahwa;

“sudah semestinya kami harus selalu saling mempercayai, karna


tanpa ada rasa saling percaya kita akan semakin sulit untuk
mengdelegasikan wewenang dan akan membuat pekerjaan menjadi
terganggu, karna bagaimanapun juga bawahan adalah bagian dari tim.
Jadi kepercayaan memang harus terbina diantara kami”(wawancara, 5
April 2010)

Sehubungan dengan hal ini, Sub/bagian Tata Usaha, mengatakan

bahwa;

“harus itu, kalau bawahan tidak mempercayai kami dan begitupun


juga sebaliknya bisa-bisa pekerjaan jadi berantakan, apalagi bagian tata
usaha yang notabene pekerjaanya membutuhkan kepercayaan, karna salah
satu tugas kami mengumpulkan bahan konsultasi dari setiap seksi-seksi
yang sama sekali butuh kerja sama antar pegawai”.(Wawancara, 5 April
2010)

Hal ini diperkuat oleh tanggapan kepala kantor, yang berkaitan

dengan menumbuhkan rasa kepercayaan antara pegawai, berpendapat

bahwa;

“dengan seringnya memberikan tugas pada bawahan akan


menumbuhkan rasa percaya bawahan kepada atasan karna mereka akan
merasa diperhatikan dan merasa lebih dilibatkan di dalam organisasi”
(wawncara, 6 April 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan

maka dapat di gambarkan bahwa kepercayaan yang dimiliki antara atasan

dan bawahan dalam KPAP sudah terbina dengan baik, ini dapat dilihat

bahwa setiap anggota organisasi sudah merasa saling mempercayai, hal ini
70
menjadi salah satu faktor penting yang dipertahankan oleh anggota

organisasi KPAP, yaitu tetap menjaga kerjasama yang harmonis tanpa ada

rasa saling mencurigai satu sama lain, sehingga dalam pemberian dan

penerimaan informasi yang terjadi antara atasan dan bawahan dapat

berjalan lancar.

2. Perhubungan/Pertalian (Context)

Keberhasilan komunikasi berhubungan erat dengan situasi atau

kondisi lingkungan pada waktu komunikasi berlangsung. Misalnya situasi

atau keadaan yang sedang kacau, maka komunikasi akan terhambat

sehingga komunikasi tidak berhasil. Yang dimaksud dengan lingkungan

adalah semua totalitas secara fisik dan faktor sosial yang diperhitungkan

dalam pembuatan keputusan mengenai individu dalam suatu sistem. Yang

termasuk lingkungan internal adalah personal/anggota, tujuan, produk, dll.

Sedangkan lingkungan eksternal adalah; langganan, saingan, teknologi,

dll. Komunikasi organisasi terutama berkenaan dengan transaksi yang

terjadi dalam lingkungan internal organisasi yang terdiri dari organisasi

dan kulturnya, dan antar organisasi dengan lingkungan ekternalnya. Yang

dimaksud dengan kultur organisasi adalah pola kepercayaan dan harapan

dari anggota organisasi yang menghasilkan norma-norma yang

membentuk tingkah laku individu dan kelompok dalam organisasi.

Organisasi sebagai suatu sistem terbuka harus berinteraksi dengan

lingkungan eksternal seperti; teknologi, ekonomi, undang-undang, dan

faktor sosial. Karena faktor lingkungan berubah-ubah, maka organisasi

71
memerlukan informasi baru. Informasi ini harus dapat mengatasi

perubahan dalam lingkungan dengan menciptakan dan pertukaran pesan

baik secara internal dalam unit-unit yang relevan maupun terhadap

kepentingan umum secara eksternal.

Berkaitan antara komunikasi dengan situasi dan kondisi

lingkungan, Kasi Penerimaan dan Pembukuan, mengatakan bahwa;

“hal yang paling sering dilakukan dalam rangka komunikasi


antara pimpinan maupun bawahan yang biasa dilakukan di sini bersifat
formal, yaitu berupa rapat koordinasi dan rapat urgent (rapat untuk
membahas masalah-masalah yang dianggap penting) yang dilaksanakan
tiap hari senin, jadi yang bersifat informal hanya membicarakan masalah
keseharian saja”(wawancara, 5 April 2010)

Sejalan dengan yang diatas, Kasi Penerbitan Izin, berpendapat

bahwa;

“lingkungan kantor dalam hal komunikasi masih belum maksimal,


ini dikarenakan kami tidak sendiri dalam menggunakan gedung, kantor
yang kami gunakan di tempati juga oleh beberapa instansi lain, hal ini
pasti menimbulkan kebisingan, jadi agak susah juga”(wawancara, 5 April
2010)

Sedangkan menurut Bapak J, beliau mengatakan bahwa;

“sebenarnya saya lebih memilih yang informal, kalau formal


suasananya terlalu resmi yang membuat saya merasa canggung untuk
mengajukan pertanyaan atau masalah” (wawancara, 7 April 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan

maka penulis dapat menggambarkan bahwa situasi/kondisi dan lingkungan

dalam hal komunikasi antara anggota organisasi masih belum mengdukung

72
terjadinya komunikasi yang efektif, hal ini dikarenakan lingkungan kantor

yang lumayan padat yang menimbulkan kebisingan, sedangkan suasana

dalam berkomunikasi masih belum optimal karna atasan lebih sering

berkomunikasi dengan suasana yang formal yang membuat bawahan

merasa enggan untuk mengutarakan keinginannya.

3. Kepuasan (Content)

Komunikasi harus dapat menimbulkan rasa kepuasan, antara kedua

belah pihak, kepuasan ini akan tercapai apabila isi berita dapat dimengerti

oleh pihak komunikan atau memberikan reaksi atau respon kepada pihak

komunikator. Yang dimaksud dengan kepuasan komunikasi organisasi

adalah semua tingkat kepuasan seseorang karyawan mempersepsi

lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini

memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mengcakup kepuasan anggota

organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian

ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia

memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi

informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana diterima,

diproses dan apa respon orang yang menerima. Iklim komunikasi jelas

dipengaruhi oleh persepsi bagaimana baiknya aktivitas komunikasi dari

suatu organisasi memuaskan tuntutan pribadi. Kepuasan komunikasi

adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia

harapkan. Kepuasan komunikasi tidaklah terikat kepada konsepsi

efektivitas pesan, jika pengalaman komunikasi memenuhi satu persyaratan

73
adalah mungkin dihargai sesuatu yang memuaskan, meskipun komunikasi

tersebut tidak efektif menurut strandar tertentu. Kita dapat saja

mengharapkan memperoleh informasi diberikan dengan cara tertentu, jika

informasi dikomunikasikan dengan cara yang konsisten dengan apa yang

diharapkan, kita akan mengalami kepuasan dengan komunikasi.

Berdasarkan rasa kepuasan komunikasi antara anggota organisasi,

Kepala Kantor, menyatakan bahwa;

“kalau masalah puas atau tidak puas, disini bukan berdasarkan


informasi lengkap atau tidak lengkap tapi yang kami standarkan
berdasarkan kinerja dari orang itu sendiri, jadi kalau kinerjanya bagus
tentu kami merasa puas” (wawancara, 6 April 2010)

Sedangkan menurut Bapak R, beliau mengatakan bahwa;

“dalam menyampaikan masalah kami, atasan cuma menampung


keluhan-keluhan kami dulu terus diseleksi mana masalah yang paling
urgent untuk diselesaikan, sehingga memakan waktu yang agak lama,
jadinya dalam penyelesaiannya otomatis butuh waktu juga” (wawancara, 7
April 2010)

Hal yang tidak jauh juga dipaparkan oleh Nyonya N, yang

mengatakan bahwa;

“biasanya ada pegawai yang menghilang tanpa ada


pemberitahuan atau izin sebelumnya, tadinya dia ada di ruangannya tapi
beberapa saat kemudian dia menghilang, entah dia keluar atau apalah,
yang tentunya kalau saya ada keperluan di bagiannya harus menunggu,
tentu pekerjaan saya dan dia jadi terganggu” (wawancara, 7 April 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, kepuasan atas informasi atau

74
komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi belum optimal, ini

disebabkan respon atasan dalam menyelesaikan masalah bawahan belum

cepat, sehingga bawahan masih harus menunggu dalam penyelesaian

masalahnya. Dan seringnya pegawai menghilang pada saat jam kerja tanpa

memberitahukan sebelumnnya pada pegawai lain yang mengakibatkan

penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat.

4. Kejelasan (Clarity)

Kejelasan yang dimaksud disini adalah kejelasan yang meliputi

kejelasan akan isi berita, kejelasan akan tujuan yang hendak dicapai,

kejelasan istilah-istilah yang dipergunakan dalam pengoperan lambang-

lambang.

Setiap pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan haruslah jelas agar maksudnya tidak disalah tafsirkan

oleh si komunikan. Pesan informasi yang tidak jelas tentulah dapat terjadi

karena berbagai sebab umpamanya dalam lingkungan suatu instansi atau

perusahaan, personal yang ditunjuk untuk menyampaikan suatu pesan

tidak mampu menyampaikannya sesuai dengan maksud yang sebenarnya.

Namun pada sisi yang lain dapat juga terjadi karena pesan yang

disampaikan oleh komunikator ditafsirkan lain oleh komunikan karena

kemampuannya terbatas untuk menangkap makna yang terdapat dalam

pesan yang disampaikan. Dalam rangka menangkap makna tersebut bahasa

menempati peran yang penting, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Oleh sebab itu penggunaan bahasa dalam rangka penyampaian pesan

75
perlu singkat dan sederhana, tidak berbelit-belit. Kedua, mempergunakan

kata-kata yang tepat dan istilah-istilahya serasi, tidak berlebih-lebihan.

Ketiga, mempergunakan kata-kata dapat dimengerti oleh si penerima

pesan.

Berkaitan kejelasan komunikasi antar anggota organisasi, Kasi

Penelitian administrasi, mengatakan bahwa;

“saya kira dalam penggunaan bahasa/istilah, atasan sudah sangat


jelas dalam memberikan instruksi atau informasi, karna setiap kami
selesai memberikan informasi kami selalu menanyakan kepada bawahan
apakah informasi yang kami berikan cukup jelas dan dapat dimengerti,
nanti pada evaluasi baru kita tahu apakah bawahan benar-benar mengerti
apa yang diberikan padanya” (wawancara, 6 April 2010)

Dalam kesempatan lain, penulis melakukan wawancara dengan

Bapak J, beliau mengatakan bahwa;

“apa yang disampaikan atasan kepada kami saya kira cukup jelas,
karna setiap diberikan informasi atau instruksi pada saya, atasan pasti
menanyakan pada saya, apakah saya dapat mengerti apa yang
disampaikan pada saya, jadi kalau ada yang tidak jelas pasti atasan
langsung menjelaskan kembali” (wawancara, 7 April 2010)

Dalam kesempatan lain, penulis melakukan wawancara dengan

Nyonya N, yang mengatakan bahwa;

“biasanya informasi yang diberikan kepada kami itu berbentuk


tulisan, yang jadi masalah adalah pada saat saya menemukan tulisan yang
tidak jelas atau istilah yang tidak saya ketahui, saya langsung bertanya
pada atasan atau teman yang mengetahui akan hal itu” (wawancara, 7
April 2010)

76
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan

bahwa dapat digambarkan yang berkaitann tentang kejelasan dari

pemberian informasi atau instruksi sudah dilakukan dengan baik, ini dapat

dilihat dari terbukanya antara anggota organisasi dalam

mengkomunikasikan informasi atau instruksi yang tidak jelas, sehingga

akan mengurangi ketidakpastian bagi anggota organisasi dalam melakukan

isi dari informasi atau instruksi bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut.

5. Kesinambungan dan Konsistensi (Continuity and Consistency)

Komunikasi harus dilakukan secara terus-menerus dan informasi

yang disampaikan jangan dengan bertentangan dengan informasi yang

terdahulu.

Pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan

yang secara berulang atau bersambung tidak boleh bertentangan satu sama

lain, tetapi haruslah saling menunjang dan saling melengkapi sehingga

merupakan satu kebulatan. Dengan perkataan lain, pesan dari satu sumber

haruslah secara consistency bilamana disampaikan lebih dari satu kali

yaitu pesan kedua dan seterusnya haruslah memperjelas pesan

sebelumnya. Dapat saja terjadi bahwa pesan atau informasi ulangan

merupakan pembetulan atau koreksi terhadap pesan sebelumnya. Pesan

atau informasi yang disampaikan oleh komunikator kepada kornunikan

yang secara consistency dalam lingkungan suatu instansi atau perusahaan

tentulah sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan efisiensi untuk

pencapaian tujuan.

77
Berkaitan dengan Kesinambungan dan Konsistensi tentang apa

yang disampaikan dan diputuskan oleh atasan, Kasi Penerimaan dan

Pembukuan, mengatakan bahwa;

“sepanjang tugas sudah sesuai aturan maka tidak bisa diubah lagi,
kalaupun kondisi tidak memungkinkan seperti ada aturan baru dari atas
maka kita harus mengikuti aturan baru tersebut, tentunya bawahan juga
harus diberitahu agar dapat menyesuaikan diri. Intinya di kondisikan
sajalah” (wawancara, 5 April 2010)

Dalam kesempatan lain, penulis melakukan wawancara dengan

Kasi Penerbitan Izin, beliau mengatakan bahwa;

“iya, setiap ada masalah kami rutin dalam mengkomunikasikan


masalah tersebut, kepala kantor pasti memanggil setiap kepala seksi untuk
membicarakan masalah-masalah apa yang sedang dihadapi disetiap
masing-masing seksi” (wawancara, 5 April 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan,

maka peneliti dapat menggambarkan bahwa yang berkaitan dengan

kesinambungan dan konsistensi terhadap apa yang disampaikan

sebelumnya sudah berjalan sebagaimana mestinya, hal ini dapat dilihat

bahwa atasan rutin dalam mengkomunikasikan masalah yang dihadapi

oleh setiap seksi, juga apa yang dilakukan tetap konsisten terhadap apa

yang ditetapkan sebelumnya meskipun ada saatnya mengalami perubahan

tapi dapat diatasi dengan mengsosialisasikan perubahan tersebut kepada

setiap anggota organisasi agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya.

78
6. Kemampuan Pihak Penerima Berita (Capability of Audience)

Pengiriman berita harus disesuaikan dengan kemampuan dan

pengetahuan pihak penerima berita, janganlah mempergunakan istilah-

istilah yang kemungkinan tidak dimengerti oleh pihak penerima berita.

Cara berkomunikasi harus disesuaikan dengan tingkatan bahasa

para pendengarnya (komunikan). Jangan menggunakan bahasa yang sulit

dimengerti, dalam penggunaan bahasa, komunikator harus memperhatikan

latar belakang pendidikan pada komunikan atau yang menerima berita,

agar penerima berita dapat mengerti dan memahami apa yang ingin

disampaikan pihak pengirim berita. Cara berkomunikasi kita juga harus

disesuaikan dengan tingkatan kelas social para pendengar. Tingkatan

social juga berpengaruh dalam berkomunikasi karna apa yang

dikomunikasikan belum tentu menarik bagi komunikan contoh,

Sekelompok petani didesa tentunya tidak mengerti dan tidak tertarik pada

pembicaraan tentang perdagangan saham, valuta asing (valas) dari seorang

sarjana ekonomi. terakhir yang perlu diperhatikan oleh komunikator

sebelum menyampaikan berita atau informasi adalah harus memahami

latar belakang serta nilai-nilai yang dianut oleh para pendengar, semakin

sama latar belakang seseorang dalam berkomunikasi maka semakin efektif

komunikasi itu.

Berkaitan dengan kemampuan dan pengetahuan pihak penerima

berita dalam berkomunikasi, Kasi Penelitian Administrasi, beliau

mengatakan bahwa;

79
“tentunya dalam memberikan instruksi kita harus memperhatikan
tingkat pengetahuan bawahan, contohnya, beda memberikan instruksi
pada bawahan yang tingkat pendidikannya lebih rendah dibandingkan
dengan yang lebih tinggi. Kami juga tahu kapan dan pada siapa
menggunakan istilah atau bahasa yang tepat untuk digunakan dalam
berkomunikasi kepada bawahan” (wawancara, 6 April 2010)

Dalam kesempatan lainnya, peneliti melakukan wawancara dengan

Bapak R, beliau mengatakan bahwa;

“atasan sudah mengetahui bahasa dan istilah apa yang digunakan


untuk berbicara kepada saya begitu juga dengan teman-teman yang lain.
Cuma pada saat rapat atasan lebih banyak menggunakan bahasa baku
untuk berbicara kepada kami, kalau yang informal cara berbicara kepada
kami santai-santai saja” (wawancara, 7 April 2010)

Dalam kesempatan lain, peneliti melakukan wawancara dengan

Kasi Sub/bagian Tata Usaha, beliau mengatakan bahwa;

“untuk mengatasi bawahan yang sulit untuk memahami bahasa


ataupun istilah, biasanya saya menyuruh untuk mengulangi apa yang saya
berikan kepadanya agar bawahan bisa mengerti, yang bahaya itu kalau
dia menerjemahkan sendiri perintah yang dia tidak mengerti. Jadi harus
memberikan pengertian dengan cara berulang-ulang sampai dia bisa
mengerti” (wawancara, 5 April 2010)

Berdarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan,

maka dapat digambarkan bahwa yang berkaitan dengan kemampuan dan

pengetahuan pihak penerima berita dalam melakukan komunikasi sudah

berjalan dengan baik, karna atasan sudah memperhatikan kemampuan dan

pengetahuan bawahan dalam berkomunikasi, atasan sudah tahu kapan dan

siapa harus menggunakan istilah-istilah atau bahasa untuk berkomunikasi


80
dengan bawahan, atasan juga memberikan pengertian dengan berulang-

ulang agar pihak penerima berita bisa mengerti apa yang dimaksudkan

oleh atasan.

7. Saluran Pengiriman Berita (Channels of Distribution)

pengiriman pesan dapat memilih berbagai sarana dan peralatan

untuk melakukan proses komunikasi, peran media dalam berkomunikasi

sangat penting untuk mengefektifkan komuniksai yang dilakukan,

berkomunikasi hendaknya dipakai saluran-saluran komunikasi yang sudah

biasa dipergunakan dan dikenal oleh umum.

Saluran adalah jalan yang dilalui pesan dari si pengirim dengan

sipenerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalah gelombang

cahaya dan suara yang dapat kita lihat dan dengar. Akan tetapi alat dengan

apa cahaya dan suara itu berpindah mungkin berbeda-beda. Misalnya bila

dua orang berbicara tatap muka gelombang cahaya dan suara di udara

berfungsi sebagai saluran. Tetapi jika pembicaraan itu melalui surat yang

dikirimkan maka gelombang cahaya sebagai saluran yang memungkinkan

kita dapat melihat huruf pada surat tersebut. Kertas dan tulisan itu sendiri

sebagai alat untuk menyampaikan pesan. Kita dapat menggunakan

bermacam-macam alat untuk menyampaikan pesan pesan seperti buku,

radio, film, televise dan surat kabar tetapi saluran pokoknya adalah

gelombang suara dan cahaya. Disamping itu kita juga dapat menerima

pesan melalui alat indera penciuman, alat pengecap dan peraba.

81
Berkaitan dengan saluran pengiriman berita dalam melakukan

komunikasi antar setiap anggota komunikasi, Kasi penerimaan dan

pembukuan, mengatakan bahwa;

“memang dalam penggunaan media komunikasi kami sudah


menggunakan komputer LAN yang menghubungkan setiap computer
dalam organisasi, tapi itupun masih tidak efektif karna tidak semua
ruangan difailitasi dengan Komputer, jadi kalau ingin berkomunikasi
dengan seksi lain saya sendiri yang kesana atau saya mengutus orang
lain” (wawancara, 5 April 2010)

Dalam kesempatan lain, peneliti melakukan wawancara dengan

Bapak R, beliau mengatakan bahwa;

“media komunikasi dalam kantor masih belum mengdukung karna


masih ada beberapa alat kantor yang semestinya mengdukung komunikasi
masih belum diadakan, seperti mesin fotocopy. Jadi kalau untuk
menggandakan suatu informasi sulit dilakukan karna untuk fotocopy saja
harus keluar kantor” (wawancara, 7 April 2010)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti, maka peneliti dapat digambarkan bahwa yang berkaitan dengan

saluran pengiriman media dalam menyalurkan komunikasi antar setiap

pegawai masih belum memadai, ini disebabkan oleh masih kurangnya

penggunaan media dalam menunjang komunikasi antar pegawai, seperti

masih belum adanya mesin fotocopy dan penggunaan komputer masih

belum maksimal digunakan oleh beberapa pegawai yang mengakibatkan

komunikasi berjalan lambat.

82
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya

dapat menyimpulkan bahwa Efetivitas Komunikasi Organisasi di Kantor

Pelayanan Administrasi Perizinan Kota Makassar masih tergolong belum

efektif ini dikarenakan ditemukan beberapa aspek yang tidak optimal

dalam berkomunikasi antar anggota organisasi, yaitu sebagai berikut;

1. Pertalian/perhubungan (Context), situasi/kondisi dan lingkungan

dalam hal komunikasi antara anggota organisasi masih belum

mengdukung terjadinya komunikasi yang efektif, hal ini

dikarenakan lingkungan kantor yang lumayan padat yang

menimbulkan kebisingan, sedangkan suasana dalam berkomunikasi

masih belum optimal karna atasan lebih sering berkomunikasi

dengan suasana yang formal yang membuat bawahan merasa

enggan untuk mengutarakan keinginannya.

2. Kepuasan (Content), kepuasan atas informasi atau komunikasi yang

terjadi diantara anggota organisasi belum optimal, ini disebabkan

respon atasan dalam menyelesaikan masalah bawahan belum cepat,

sehingga bawahan masih harus menunggu dalam penyelesaian

masalahnya. Dan seringnya pegawai menghilang pada saat jam

83
kerja tanpa memberitahukan sebelumnnya pada pegawai lain yang

mengakibatkan penyelesaian pekerjaan menjadi terhambat

3. Saluran Pengiriman Berita (Channels Of Distribution), berkaitan

dengan saluran pengiriman media dalam menyalurkan komunikasi

antar setiap pegawai masih belum memadai, ini disebabkan oleh

masih kurangnya penggunaan media dalam menunjang komunikasi

antar pegawai, seperti masih belum adanya mesin fotocopy dan

penggunaan komputer masih belum maksimal digunakan oleh

beberapa pegawai yang mengakibatkan komunikasi berjalan lambat

V.2 Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, saran yang dapat

diajukan penulis adalah sebagai berikut;

1. Perlunya atasan berkomunikasi dengan bawahan dalam keadaan

informal agar bawahan merasa dihargai oleh atasan dan merasa

diperhatikan tanpa memandang tingkat jabatannya.

2. Perlunya perhatian yang lebih terhadap penyelesaian masalah bagi

pegawai, agar pegawai merasa tidak terbebani karena memikirkan

masalahnya, agar dalam mengerjakan pekerjaannya pegawai bisa

fokus untuk menyelesaikannya.

3. Perlunya penambahan sarana dan prasarana kantor dalam hal ini

media komunikasi untuk mengdukung kelancaran komunikasi

seperti tempat fotocopy serta pemanfaatan system on-line pada

84
komputer perlu diperkenalkan pada bawahan agar dapat

mempermudah komunikasi.

85
DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph. A. 1997, Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan: Ir. Agus


Maulana MSM, Edisi ke lima, Jakarta: Profesional Books

Dr.Arni Muhammad.1995. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Drs. Lg. wursanto, 1987, Etika Komunikasi Kantor, Yogyakarta: Kanisius,

Effendi, Onong. 2001, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya

Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, 2005, Pengantar Manajemen,


Jakarta:Kencana

Everett M. Rogers, dan Rekha Agarwala Rogers, Communication in


Organization

HG Surie, 1987, Ilmu Administrasi Negara, Jakarta:Gramedia,

Jiwanto, Gunawan, 1985. Komunikasi Dalam Organisasi, Yogyakarta: Pusat


Pengembangan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
dan Andi Offset

Miftah Toha, 2007, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada

Mintorogo, Antonius, Pengantar Ilmu Administrasi, Jakarta, STIA-LAN Press

Muhyadi, 1989, Organisasi Teori Struktur dan Proses, Jakarta : Depdikbud

Redi Panuju, 2001, Komunikasi Organisasi, Yogkarta:Pustaka Pelajar

Riant Nugroho Dwidjowijoto, 2004, Komunikasi Pemerintahan, Jakarta:Elex


Media Komputindo

Richard L. Daft, 2006, Management, Jakarta: PT Salemba Empat

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 2001, Komunikasi Organisasi (terjemahan),


Bandung:Rosdakarya

86
Robbins, James G, dan Barbara S. Jones. 1995. Komunikasi Yang Efektif untuk
pemimpin, pejabat dan usahawan. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya.

Sendjaja, 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka

Stephen Robbin (alih bahasa Jusuf Udaya), 1995, Teori Organisasi, Jakarta:Arcan

Soemirat, Saleh dkk. 1999. Komunikasi Organisasi. Makassar, Universitas


Terbuka

Wexley, Kenneth N, dan Gary A. Yukl. 1988, Perilaku Komunikasi dan


Psikologi Personalia, Jakarta, Bina Aksara

Wiryanto, 2004, Pengantar Iimu Komunikasi, Jakarta:PT Gramedia Widiasarana

Buku Metodologi
Bungin, Burhan. 2001, Metode Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan
Kualitaif. Airlangga University Pres, Surabaya.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta

Muhadjir, Prof. Dr. H. Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake


Sarasin. Yogyakarta.

Referensi Internet.
kinerja%20organisasi/definisi-kinerja-dan-pengukuran-kinerja-akuntansi-sektor-
publik.htm. http//google.com. diunduh pada tanggal 22/01/2010 pkl 10.10 Wita.

kinerja%20organisasi/analisis-kinerja-birokrasi-pemerintah-1.htm.
htpp//google.com. diunduh pada tanggal 22/01/2010 pkl 10.41 Wita.

Komunikasi Dalam Organisasi (KDO) [ kuuliaaaah nya omith ].htm.


http//google.com. diunduh pada tanggal 11/12/2009 pkl 11:02 Wita.

Perilaku Organisasi/herwanparwiyanto.staff.uns.ac.id. htpp//google.com. diunduh


pada tanggal 11/12/2009 pkl 1:34 Wita.

Peraturan Perundang-undangan.
Peraturan daerah kota Makassar No.13 Tahun 2005 tentang pembentukan susunan
organisasi dan tata kerja kantor pelayanan administrasi perizinan.

Peraturan Walikota Makassar No.14 Tahun 2005 tentang tatacara pemberian izin
pada pemerintah kota Makassar.

87
88
89
CURRICULUM VITAE

Ansyar

E211 06 031

DATA PRIBADI
Tempat & Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 04 November 1984

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Orang Tua : Ayah : Jamaluddin

Ibu : Rohani

ALAMAT
Jl. Pongtiku I lr. 4 No. 10 Kel. La’latang, Kec. Tallo, Makassar

NOMOR TELEPHONE
HP : 085 299 432 325

PENDIDIKAN
SD : MI Muhammadiyah 6 syuhada Makassar (1992-1997)

SMP : MTs. Muhammadiyah Syuhada Makassar(1997-2000)

SMA : SMK Negeri 5 Makassar (2000-2004)

Strata 1 Jurusan Ilmu Administrasi FISIPOL UNHAS (2006-2010)

PENGALAMAN ORGANISASI
 Ketua Divisi Pengolahan Data Humanis FISIP UNHAS
periode 2008/2009.
 Koordinator Steering Safari Ramadhan HUMANIS FISIP
UNHAS 2009/2010
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Credibility ( kepercayaan)
a. Apakah antara atasan dan
bawahan sudah terbina rasa
saling mempercayai satu sama
lain dalam mengkomunikasikan
kinerjanya ?
b. Bagaimana upaya atasan dalan
meningkatkan rasa percaya
bawahan terhadap informasi yang
diberikan ?
2. Context
(perhubungan,pertalian)
a. Apakah suasana yang formal
lebih baik dari informal untuk
berkomunikasi antara
bawahan/atasan ?
b. Apakah sarana dan prasarana
kantor sudah mengdukung
terjadinya komunikasi antara
setiap anggota organisasi ?
3. Content (kepuasan)
a. Apakah antara atasan dan
bawahan sudah merasa puas
terhadap isi instruksi/hasil kinerja
“EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN KOTA MAKASSAR”. Oleh: ANSYAR
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

yang diberikan satu sama lain ?


b. Apakah dalam memberikan
keluhan, atasan langsung
merespon dengan segera untuk
mengatasi keluhan karyawan
tersebut ?
4. Clarity (kejelasan)
a. Apakah istilah-istilah dan bahasa
yang digunakan oleh
atasan/bawahan dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak ?
b. Bagaimana upaya atasan dalam
memberikan kejelasan terhadap
pencapaian tujuan dan petunjuk
mengenai instruksi-instruksi
pekerjaan kepada bawahan ?
5. Continuity and Consistency
(kesinambungan dan
konsistensi)
a. Apakah atasan tetap konsisten
terhadap apa yang diputuskan
sebelumnya kepada bawahan ?
b. Apakah antara atasan dan
bawahan rutin dalam
berkomunikasi untuk

“EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN KOTA MAKASSAR”. Oleh: ANSYAR
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI

menyelesaikan suatu masalah ?


6. Capability of Distribution
(kemampuan pihak penerima
berita)
a. Metode apa yang diterapkan
atasan jika pihak penerima
berita/informasi yang sulit untuk
memahami informasi apa yang
diberikan kepadanya ?
b. Apakah atasan dalam
memberikan informasi sudah
sesuai dengan tingkat
pengetahuan yang dimilliki
bawahan ?
7. Channels of Distribution
(saluran pengiriman berita)
a. Media apa saja yang digunakan
organisasi untuk mengefisienkan
komunikasi diantara seluruh
anggota organisasi ?
b. Apakah dalam penggunaan media
komunikasi sudah efektif dalam
memberikan informasi bagi
seluruh anggota organisasi ?

“EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DI KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN KOTA MAKASSAR”. Oleh: ANSYAR
STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN

KOTA MAKASSAR

KEPALA
KANTOR

SUB/BAGIAN TATA
USAHA

SEKSI PENELITIAN SEKSI PENERBITAN SEKSI PENERIMAAN


ADMINISTRASI IZIN DAN PEMBUKUAN
BAGAN ARUS PROSEDUR PERIZINAN KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN KOTA
MAKASSAR BERDASARKAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NO. 14 TAHUN 2005

LOKET I LOKET II LOKET III LOKET IV

PEMOHON Pengambilan formulir Pengambilan Pembayaran Kas Penerbitan dan


dan Penomoran Rekomendasi dan Daerah Penyerahan Izin
berkas SKRD oleh Pemohon

4 Hari

Dinas Tehnis
melakukan kajian 2 hari
membuat BAP
mengeluarkan
rekomendasi SKRD

Berkas tidak
lengkap

Anda mungkin juga menyukai