Dokter Pembimbing:
dr. Jeanne Laurensie Sihombing, Sp.A
dr. Adi Sentosa, Sp.A
Penyusun:
Mira Nur Indah
112019049
Pendahuluan
Campak adalah suatu penyakit akut dengan daya penularan tinggi, yang
ditandai dengan demam, korisa, konjingtivitis, batuk disertai enanthem spesifik
(koplik’s spot) diikuti ruam makulopapular menyeluruh. Komplikasi campak cukup
serius seperti diare, pneumonia, otitis media, eksaserbasi dan kematian. Kematian
akibat campak sering terjadi pada anak dengan malnutrisi terutama di negara
berkembang. Terapi untuk campak dan komplikasinya menyedot banyak sumber daya
medis di sebagaian besar Afrika, Asia dan Amerika Latin.1
Salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang terjadi adalah adanya kasus
campak yang sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat. Campak merupakan
penyakit berbahaya karena dapat menyebabkan cacat dan merupakan salah satu
penyebab kematian anak di Negara berkembang termasuk Indonesia.1
Campak adalah penyakit endemik pada sebagian besar dunia. Campak sangat
menular, sekitar 90% kontak keluarga yang rentan mendapat penyakit. Campak jarang
subklinis. Sebelum penggunaan vaksin campak, puncak insiden pada umur 5-10
tahun, kebanyakan orang dewasa imun. Sekarang di Amerika Serikat, campak terjadi
paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan
orang dewasa yang telah diimunisasi.1
Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap tahun
karena komplikasi yang diakibatkan oleh campak. Ini berarti setiap 20 menit terjadi
satu kematian anak akibat campak. Penyakit ini sangat potensial untuk menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB), bahkan pada penderita dengan gizi buruk akan mudah
terjadi kematian, sehingga menjadi penyebab kematian utama pada anak. Pada tahun
2005 diperkirakan 345.000 kematian diseluruh dunia, sebagian besar diantaranya
adalah anak-anak. Pada tahun 2006 di Jawa Barat dilaporkan 3.748 kasus campak,
45,97% (1.723) di antaranya terjadi pada balita.2
Melihat kenyataan yang ada maka perlu diadakan upaya-upaya untuk
mengurangi serta memberantas penyakit campak, yakni dengan melakukan
imunisasi/pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Biasanya
imunisasi diberikan dengan cara disuntikan maupun diteteskan pada mulut anak
balita.1
Mesikupun imunisasi menurunkan jumlah kematian, namun di negara
berkembang manifestasi penyakit campak seringkali lebih berat, dengan case fatality
rate sebesar 25% serta merupakan penyebab kematian pada 800.000 anak setiap
tahunnya. Laporan dari WHO menyebutkan bahwa selama setahun 1990-1997
didaerah Asia Tenggara (meliputi Banglades, Bhutan, Republik Korea, India,
Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka dan Thailand) jumlah kasus campak
yang dilaporkan dan insiden campak menurun 48% dan 53%. Pada negara dengan
cakupan imunisasi tinggi, yaitu Bhutan, Indonesia, Maldives, Sri Lanka dan Thailand,
lebih 50% kasus terjadi pada anak berusia lebih dari 5 tahun. Amerika serikat pada
tahun 1978 mempunyai inisiatif untuk memulai program eliminasi campak dengan 3
komponen pada programnya yaitu mempertahankan tingkat imunitas yang tinggi
dengan vaksin campak dosis tunggal, memperkuat surveilan dan melakukan kontrol
agresif kejadian luar biasa KLB campak.3
Hasil dari program ini terjadi penurunan kasus, tetapi 60% dari kasus yang ada
terjadi pada anak yang berumur lebih dari 10 tahun. Dari hasil ini, maka kemudian
direkomendasikan pemberian dua dosis vaksin yang mengandung campak, dengan
pemberian dosis kedua sebelum awal masuk sekolah. Pada tahun 1989-1991 terjadi
resurgence campak besar-besaran di Amerika Serikat, yang disertai dengan kematian
yang tinggi di antara antara usia prasekolah yang tidak mendapatkan imunisasi.
Dilakukan berbagai usaha, sampai akhirnya tahun 1996 hanya 508 kasus campak yang
dilaporkan dengan 65 kasus akibat trasnmisi campak dari negara lain.3
Sekarang ini masih banyak variasi yang menunjukkan keberhasilan dari
pelaksanaan PIN campak, tingginya angka kejadian campak, juga banyak hal yang
menyebabkan pelaksaan PiN campak tidak berjalan dengan baik pada beberapa
tempat, mengindikasikan perlunya melakukan Studi Kasus Pelaksanaan PIN campak.3
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Penyakit campak juga termasuk “toea” atau kuni. Catatan ‘dokter’ Rhazes dari
Persia atau dikenal juga sebagai Abu Bakar yang hidup pada abad 10 menceritakan
adanya kasus campak. Namun, catatan tersebut sebenernya hanya meceritakan kasus
yang terjadi pada abad 7 seperti halnya tulisan Al Yehudi, Israel. Rhazes menyebut
campak sebagai ‘hasbah’ dalam bahasa arab maksudnya adalah eruption yakni
pemunculan bintik-bintik kemerahan diseluruh badan.mdalam bahasa latin disebut
Rubeola dan Morbili dari kata Morbus artinya penyakit.3
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Nama lain
penyakit ini adalah campak, measles, rubeola.3
Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan pasien. Virus
morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24
jam setelah timbul bercak dikulit. Banyak kesamaan antara tanda-tanda biologis
campak dan cacar memberi kesan kemungkinan bahwa campak dapat diberantas.
Tanda-tanda ini adalah ruam khas, tidak ada reservoir binatang, tidak ada vektor,
kejadian musiman dengan masa bebas penyakit, virus laten tidak dapat ditularkan,
satu serotip dan vaksin efektif.
Antara satu dari 15 anak yang terkena campak akan menderita radang paru-
paru dan satu dari 1000 akan menderita radang otak (encephalitis). Untuk setiap 10
anak dengan encephalitis campak, satu akan meninggal dunia dan banyak akan
menderita cacat otak permanen. Suatu kondisi langka bersama SSPE (subacute
sclerosing panecephalitis) dapat berkembang beberapa tahun sesudah infeksi campak.
SSPE dengan cepat merusak otak dan selalu menyebabkan kematian. Campak dapat
ditularkan melalui batuk dan bersin dari seseorang penderita sebelum orang tadi
menyadari bahwa dia sakit.3
Definisi campak menurut WHO
Menurut WHO kasus klinis campak adalah kasus dengan gejala bercak
kemerahan ditubuh berbentuk makulo papular didahului panas badan > 38C (teraba
panas) selama 3 hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata
merah.4
Menurut Depkes 2006, kasus konfirmasi campak adalah kasus campak klinis
disertai salah satu kriteria :
2. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh golongan paramyxovirus (Anonim), yaitu virus
RNA dari famili Paramixofiridae, genus Morbilivirus. Hanya satu tipe antigen yang
diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat sesudah ruam tampak,
virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu . Virus campak sangat sensitif
kamar
terhadap temperatur sehingga virus ini menajdi tidak aktif pada suhu 37 derajat
celcius atau bila dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan
pembekuan lambat makan infeksitasnya akan hilang.3
Virion campak berbentuk spehris, pleomorphic dan memnpunyai sampul
(envelope) dengan diameter 100-250 nm. Virion terdiri dari nukleocapsid yaitu helic
dari protein RNA dan sampul yang mempunyai tonjolan pendek pada permukaannya.
Tonjolan pendek ini disebut pepfomer dan teridei dari hemaglutinin (H) pepiomer
yang berbentuk buat fusion (F) peplomer yang berbentuk seperti bel (dumbbell-
shape). Berat molekul dari single stranded rNA adlah 4,5 x 10.3
Virus campak terdiri dari 6 protein struktural, 3 tergabung dalam RNA yaitu
nukleoprotein (N), polymerase protein (P), dan large protein (L), 3 protein lainnya
berhubungan dengan sampul virus. Membran sampul terdiri dari M protein
(glycosylated protein) yang berhubungan dengan bagian dalam lipid bilayer dan 2
glikoprotein H dan F. Glikoprotein H menyebabkan adsorbsi virus pada reseptor host.
CD46 yang merupakan complement regulatory protein dan tersebar luas pada jaringan
primata bertindak sebagai reseptor glikoprotein H. Glikoprotein F menyebabkan fusi
virus pada sel host, penetrasi virus dan hemolisis. Dalam kultur set virus campak
mengakibatkan cytopathic elect yang terdiri dari stellate cell dan virus campak ini
sangat sensitifu pada panas dan dingin, cepat inaktivasi pada suhu 37C dan 20 C.
Selain itu virus juga menjadi inaktif dengan sinar ultraviolet, ether, trypsin dan p-
propiolactone. Virus tetap infektif pada bentuk droplet di udara selama beberapa jam
terutama pada keadaan dengan tingkat kelemahan yang rendah.3
Virus campak dapat diisolasi dalam biakan embrio manusia, perubahan
sitopatik, tampak dalam 5-10 hari, terdiri dari sel raksasa multinukleus dengan inklusi
intranuklear. Antibodi dalam sirkulasi dapat dideteksi bila ruam muncul.3
Penyebaran virus maksimal adalah dengan tetes semprotan selama masa
prodromal (stadium kataral). Penularan terhadap kontak rentan sering terjadi sebelum
diagnosis kasus aslinya, orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10
sesudsh pemajanan (mulai fase prodromal), pada beberapa keadaan awal hari ke 7
sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul.3
3. Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapatkan kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat
menderita morbili. Bila si ibu belum pernah menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2
bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili
pada trimester pertama , kedua atau ketiga maka ia mungkin melahirkan seorang anak
dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir
mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.5
A. Menurut orang
Campak adalah penyakit yang sangat meunlar yang dapat menginfeksi
anak-anak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan
kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan
mencapai proporsi untuk menjadi epidemic setiap 2-4 tahun ketika terdapat
30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan
masyarakat yang lebih kecil, epidemic cenderung terjadi lebih luas dan lebih
berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur
hidup.6
B. Menurut tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat
terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradiksai
belum dapat direalisasikan.
Berdasarkan data yang di laporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus
campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735
kasus campak pada tahun 2006.7
C. Menurut waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada
kelembaban di bawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang
positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat
penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya
dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki
insiden kejadian campak yang relative tinggi pada musim-musim tersebut.
Bagaimanapunn, kejadian campak akan meningkat karena kecenderungan
manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang baik tersebut
sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan
manusia.
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal
musim semi di Negara dengan empat musim dengan puncak kasua terjadi pada
bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di Negara tropis dimana
kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi
populasi yang belum menadapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100%
akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.8
DETERMINANT PENYAKIT CAMPAK
a. Host (penjamu)
Beberapa faktor host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara lain :
a) Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi
bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi
oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai bagian pertama dari tahun
kedua kehidupan. Tetapi, dibeberapa populasi, khususnya Afrika, jumlah
kasus terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun dan angka kematian
mencapai 42% pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Diluar periode ini,
semua umur sepertinya memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi.
Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu dari pada sifat
alamiah virus.
b) Jenis kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak
pada wanita ataupun pria. Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis
besar lebih tinggi dari pada pria. Kejadian campak pada masa kehamilan
berhubungan dengan tingginya angka aborsi spontan.
d) Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih mudah
mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggung jawab terhadap penyakit
yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas
orang tua untuk mendukung perawtan kesehtan yang memadai pada anak,
cenderung memiliki hygiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan.
Frekuensi relative anak dariorangtua yang berpenghasilan rendah 3 kali lebih
besar memiliki risiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan
kematian anak dibandingkan anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan lebih tingi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu
orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagsan baru.
Pendidikan juga mempengaruhi pola berfikirpragmatis dan rasional terhadap
adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk
menerima ide atau masalah baru.
f) Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari
berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari
infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu
mengubah distribusi relative umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang
lebi tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan
agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk terpajan
pada agen tersebut.. anak yang belum diimunisasi akan tumbuh menjadi besar
atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak,
manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur
kurang daru 3 tahun.
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat
menimbulkan serokonveksi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat
mencegah sebagian besar kasus dan kematian.
g) Status gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi,
tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan
penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak terhadap nutrisi
yang dikarenakan penurunan selera makan dan kemampuan untuk mencerna
makanan.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang
menyebabkan kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi vitamin
A. Ketika terjadi deviensi vitamin A, kematian atau kebutaan menyertai
penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya, kematian yang berhubungan
dengan penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi, biasanya lebih dari
10% terjadi pada keadaan malnutrisi.
h) Asi ekslusif
Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis immunoglobulin terdapat didalam
ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan belas
diantaranta berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya ditemukan di dalam
ASI/kolostrum. Immunoglobulin yang terpenting yang ditemukan pada
kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya yang tinggi tetapi juga
karena aktivitas biologiknya.
IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi
terhadap penyakit infeksi. Selain dari pada itu immunoglobulin G dapat
menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di dalam
darah janin/bayi sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan
perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibody yang
dapat ditransfer denga baik melalui plasenta adalah difteri, tetanus, campak,
rubella, parotitis, polio dan stafilokokus.
4. Patofisiologi
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi
sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelaianan ini
terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, dan konjungtiva.5
Penularan : secara droplet terutama selama stadium kataralis. Umumnya
menyerang pada usia 6-5 tahun. Di kulit, reaksi terutama menonjol sekitar kelenjar
sebasea dan folikel rambut. Bercak koplik terdiri dari eksudat serosa dan proliferasi
sel endotel serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada
mukosa bukal dan faring meluas kedalam jaringan limfoid dan membran mukosa
trakeobronkial. Pneumonitis interstitial akibat dari virus campak mengambil bentuk
pneumonia sel raksasa Hecht. Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri sekunder.5
5. Gejala Klinis
Setelah masa tunas selama 10-11 hari penyakit diawali dengan demam dan
malaise. Dalam waktu 24 jam terjadi korisa, konjungtivitis dan batuk. Keluhan
tersebut semakin menghebat hingga mencapai puncaknya pada hari ke 4 dengan
munculnya erupsi kulit. Kira-kira dua sehari sebelum timbul ruam tampak bercak
koplik pada selaput mukosa pipi yang berhadapan dengan molar. Dalam tiga hari lesi
semakin bertambah dan mengenai seluruh mukosa. Demam menurun dan bercak
koplik menghilang pada akhir hati kedua setelah timbul ruam. Ruam berupa erupsi
makulopapular yang kemerahan menjalar dari kepal (muka, dahi, garis batas rambut,
telinga dan leher bagian atas) menuju ke ekstremitas dalam 3 sampai 4 hari. Dalam 3
sampai 4 hari berikutnya ruam memudar sesuai urutan terjadinya.6
Manifestasi klinis campak yang lain adalah campak atipikal dan modified
measles. Campak atipikal adalah campak yang terjadi pada seseorang yang mendapat
vaksinasi virus campak mati. Sesudah masa prodromal panas dan nyeri selama 1 atau
2 hari, muncul ruam yang dimulai dari ekstremitas dan dapat berupa urtikaria,
makulopapular, hemorraghic, vesikular ataupun kombinasi dari beberapa bentuk.
Didapatkan juga panas yang tinggi, edema extremitas, hepatitis dan kadang-kadang
efusi pleura. Pada pemeriksaan serologi campak didapatkan titer antibodi HI yang
tinggi. Penyakit ini cenderung lebih parah dari pada camapk biasa. Patogenesis
campak atipikal ini adalah vaksin virus camapak yang mati tidak dapat menginduksi
antibodi terhadap protein F yang bertanggung jawab menyebarnya virus dari sel yang
satu ke sel yang lain. Vaksin virus campak mati ini digunakan pada tahun 1963
sampai 1967, maka konsekuensinya adalah bahwa penyakit ini kini hanya dapat
dijumpai pada orang dewasa. Modified measles adalah campak yang ringan karena
penderita masih punya kekebalan terhadap virus. Hal ini dapat terjadi pada bayi yang
masih mempunyai antibodi campak dari ibunya atau seseorang yang mendapatkan
gammaglobulin setelah kontak pada penderita campak. Gejala klinis dapat bervariasi
dan beberapa gejala klinis tertentu seperyi periode prodromal, konjungtivitis, bercak
koplik dan ruam mungkin tidak didapatkan.6
Campak yang terjadi pada penderita dengan defiensi imunitas seluler seperti
AIDS, penderita dengan terapi keganasa, ataupun segala bentuk imunodefiensi
kongenital, cenderung lebih parah. Setelah pasien-pasien ini kontak dengan penderita
campak, gejala klinis yang tampak adalah pneumonia giant cell tanpa didahului oleh
timbulnya ruam. Pada kondisi seperti ini diagnosa campak klinis sulit ditegakkan. Karena
penderita dengan immunocompromised kemungkinan juga mempunya respon antibodi
yang buruk, maka isolasi virus merupakan satu-satunya alat diagnosa.6
Masa inkubasi sekitar 10-12 hari jika gejala-gejala prodromal pertama dipilih
sebagai waktu mulai, atau sekitar 14 hari jika munculnya ruam yang dipilih, jarang masa
inkubasi dapat sependek 6-10 hari. Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari
hari infeksi dan kemudia menurun selama 24 jam.6
1. Stadium Kataral
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan disertai panas (38,5C),
malaise, batuk, nasofaring, fotopobia, konjungtivitis, dan koriza. Menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarung dan dikelilinhi oleh etitema . Lokasinya dimukosa
bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah
atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula halus yang kemudian menghilang
sebelum stadium erupsi. Gambaran daerah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan
penderita pernah kontak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.7
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya
eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara
makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga.,
dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-
kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti
terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di
daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare
dan muntah. Variasi dari morbili yang biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili
yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidng, dan traktus digestiv.7
3. Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekss yang berwarna lebih tua (hiperpihmentasi)
yang lama-kelamaan akan hikang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak indonesia
sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai
menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.7
6. Diagnosis
Kasus campak konfirmasi adalah kasus campak klinis disertai salah satu
kriteria yaitu :
7. Penatalaksanaan
Medika mentosa
Tanpa komplikasi
1) Ensefalalitis
Perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi odema
otak, disamping pemberian kortikosteroid, perlu dilakukan koreksi elektrolit dan
gangguan gas darah.
2) Brokopneumonia
Berikan antibiotic ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak
berkurang dan pasien dapat minum obat peroral. Antibiotik diberikan sampai tiga
hari demam reda.
3) Otitis media akut
Sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapatkan
antibiotic kontrimoksazol-sulfametokzasol.
4) Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairanintravena dapat
dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.8
8. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan
tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi. Hal yang tidak dinginkan adalah
terjadinya komplikasi kerna dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan
inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti berikut.
Komplikasi penyakit campak, pada penderita campak dapat terjadi komplikasi yang
terjadi sebagai akibat replikasi atau karena superinfeksi bakteri antara lain :
a. Otitis media akut
Dapat terjadi karena infeksi bakterial sekunder. Otitis media akut dapat
disebabkan invasi virus campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga
biasanya hyperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rudak karena invasi virus terjadi
otitis media purulenta.
b. Ensefalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala
encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah
onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak
akan timbul pada stadium prodromal. Tadana dari enceplaitis yang dapat
muncul adalah: kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas,
twictching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya komplikasi ini antara
lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat virus campak tersebut.
c. Subacute Slcerosing Panecncephalitis (SSPE)
Merupakan suatu proses degenarasi susunan saraf pusat dengan
karakteristik gejala terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang
diikuti kejang. Merupakanpenyulit cam[ak onset lambat yang rata-rata baru
muncul 7 tahun setelah infeksi campak pertama kali. Insiden pada anak laki-
laki 3x lebih sering dibandingkan dengan anak perempuan. Terjadi pada
1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan otak progresif dan fatal. Anak
yang belum mendapatkan vaksinasi memiliki risiko 10x lebih tinggi untuk
terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapatkan vaksinasi.
d. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang
epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-
paru atau pneumonia. Bronkopneumonia dapat disebabkan virus campak
sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang
menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronkopneumonia ini dapat
menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori
protein.
e. Enteritis
Enteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita campak,
penderita mengalami muntah mencret pada fase prodromal. Keadaan ini akibat
invasi ke dalam mukosa usus.9
9. Pencegahan
I. Pencegahan tingkat awal
Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang
masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat
dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan
memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan
tubuh.
II. Pencegahan tingkat pertama
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah
seseorang terkena penyakit campak, yaitu :
a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya
pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.
b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang
diberikan pada semua anak berumur 9bulan sangat dianjurkan karena
dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.9
Imunisasi campak
Vaksin campak
Kesimpulan
Campak adalah salah satu penyakit infeksi menular yang sering menyerang anak-anak
yang angka kejadiannya cukup tinggi didunia. Campak merupakaan penyakit yang
disebabkan oleh virus RNA dari family Paramixiviridae, genus Morbilivirus. Penyakit ini
ditandai dengan demam, korizya, batuk, konjungtivitis, dan tanda koplik. Penularan penyakit
ini dapat terjadi ketika seseorang yang daya tahan tubuhnya menurun menghirup percikan
yang mengandung virus dari secret nasofaring pasien. Pencegahan penyakit campak amat
penting. Di Indonesia sampai saat ini pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
vaksinasi Campak secara rutin yaitu diberikan pada bayi berumur 9-15 bulan. Sebelum era
vaksin setiap anak didunia akan terkena campak. Campak adalah penyakit dengan komplikasi
yang cukup serius. Setelah era vaksin morbiditas dan mortalitas akibat campak dapat
diturunkam. Masih ada beberapa hal yang menghambat secara operasinal dilakukannya
eradikasi campak.
Daftar Pustaka