Anda di halaman 1dari 34

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA

DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558


201
0

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong
negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain
yang dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori
oleh negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki
perspektif yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai
pembentukan kerja sama ekonomi regional dalam format Free Trade
Area (FTA).
Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak
ketinggalan dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi
regional. Hal ini disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang
bagi ASEAN untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang
pada gilirannya akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan
populasi di kawasan. ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan
Asia Timur seperti China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA.
Dinamika kawasan Asia Timur dipengaruhi oleh faktor
perdagangan di antara negara di daerah. China, Jepang, dan Korea
Selatan sudah memainkan peran berarti di aktivitas perdagangan. China
sendiri sudah menjadi pemain yang paling berpengaruh dalam
membentuk dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang sangat besar di
China tak hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi dalam negerinya,
tetapi juga atas aktivitas perdagangannya dengan bangsa lain. Salah
satu daerah yang sudah teramat penting dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi China adalah kawasan Asia Tenggara.

1
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Dari sudut pandang ASEAN, China juga sudah muncul sebagai


seorang mitra perdagangan yang penting bagi Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) sejak pertenggahan -1990s.1 Sejak Itu, China
tetap penting dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara
Asia Tenggara. Kebanyakan produk ekspor negara ASEAN juga dijual di
China, karena ukuran dan penduduk sangat besarnya, China dipandang
sebagai pasar yang menjanjikan untuk menjual barang-barang setiap
negara di dunia, termasuk negara ASEAN. Untuk China sendiri, Asia
Tenggara juga dipandang sebagai pasar besar dalam menyebarkan
produknya. Oleh karena itu, kerjasama antara China dan ASEAN
sebaiknya menjadi kerjasama yang saling menguntungkan, karena
negara China dan ASEAN memerlukan satu sama lain juga. Kesepakatan
FTA ASEAN-China (ACFTA) juga didasarkan pada kerjasama yang saling
menguntungkan satu sama lain.
Hubungan kerja sama ASEAN-China telah dimulai secara informal
pada tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN
pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996.2 Seiring
berjalannya waktu ASEAN dan China mengikatkan kerjasama ke level
yang lebih tinggi lagi melalui Perjanjian perdagangan bebas (Free Trade
Agreement/FTA) ASEAN - China yang mulai diberlakukan per 1 Januari
2010. Dengan diberlakukannya perjanjian perdagangan bebas ini maka
mulai tahun 2010 perjanjian perdagangan bebas antara Negara-negara
di ASEAN dengan China diberlakukan. FTA ASEAN-China (Free Trade
Agreement) merupakan kesepakatan yang diratifikasi oleh Negara-
negara ASEAN dengan Negara China terkait dengan perdagangan bebas.

1
Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications for ASEAN and
the World. http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, accessed on November 29,
2009, 04.55 PM.
2
Mitra Wacana Penuh Asean, http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id, diakses
9 Januari 2009 Pukul 14.00 WIB

2
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

FTA ini merupakan kerja sama ekonomi yang saling


menguntungkan di antara Negara-negara pesertanya. FTA dibentuk
dengan tujuan untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan (barrier)
dalam perdagangan internasional. Selain itu FTA juga bertujuan untuk
memberikan kepastian ekonomi yang lebih besar, transparansi, dan
mengurangi biaya yang terkait dengan perdagangan international. Juga
untuk meningkatkan investasi di antara Negara negara peserta FTA.
Integrasi yang lebih besar dari China dalam perdagangan
internasional mulai muncul dari penerimaan China World Trade
Organization (WTO) keanggotaan pada tahun 2001. Untuk tingkat
regional, peningkatan dasar intensitas perdagangan China tidak terlepas
dari upaya untuk membentuk ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
kemudian pada tahun 2010 untuk semua negara anggota ASEAN. ACFTA
kemudian mengakibatkan pola restrukturisasi besar perdagangan
melalui bidang spesialisasi produk-produk manufaktur. Hal ini tidak
terlepas dari pembentukan pola di masa lalu model yang serupa. China,
sebagai negara menguasai sebagian besar sumber daya, jelas menjadi
inti dari kegiatan komersial di daerah ini. Ini bukan bagian dari upaya
China telah membuat lompatan besar dari pinggiran pertama inti
jaringan produksi pada periode 1995-2004. Pada akhirnya, pada tahun
bahwa China telah berhasil menjadi titik akhir dari kebangkitan ekonomi
Asia.
Dengan ACFTA, perubahan dinamis dalam pola-pola perdagangan
di antara lima negara pendiri ASEAN, Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Filipina (ASEAN-5). Keberadaan ACFTA telah berhasil
menata ulang arus perdagangan dan interaksi intra-ASEAN dengan
negara-negara anggota lainnya dan juga dengan China.

3
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

B. PERTANYAAN PENELITIAN
Dari latar belakang tersebut munculah rumusan masalah sebagai berikut
:
1. Bagaimana fenomena FTA Asean-China jika dilihat dari konsep
regionalisme?
2. Apa sajakah peluang dan tantangan dari kerjasama FTA ASEAN-
China ?

C. KERANGKA KONSEPTUAL
a. Regionalisme
Region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara
yang memiliki kedekatan geografis karena berada dalam satu
wilayah tertentu. Meskipun demikian, kedekatan geografis saja
tidak cukup untuk menyatukan negara dalam satu kawasan. 3

Meskipun demikian, kedekatan geografis saja tidak cukup untuk


menyatukan negara dalam satu kawasan. Hettne dan Soderbaun
mengemukakan bahwa kedekatan geografis tersebut perlu
didukung adanya kesamaan budaya, keterikatan sosial dan sejarah
yang sama Dengan demikian, syarat terbentuknya satu kawasan
dapat terpenuhi secara geografis dan struktural. Dengan logika ini,
maka seharusnya semua kawasan di dunia dapat menjadi
sekumpulan negara yang mendeklarasikan diri mereka sebagai
satu kawasan yang sama. Namun pada kenyataannya, tidak semua
kawasan memiliki intensitas interaksi dan kemajuan yang sama
antara satu kawasan dengan yang lainnya. Regionalisasi yang
dimaksudkan adalah regionalisasi yang merujuk kepada proses
pembentukan regionalism yang berlangsung secara tidak langsung
melalui interaksi sosial dan ekonomi.
3
Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, The new wave of regionalism p.590

4
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Regionalisme adalah salah satu konsep yang dibahas dalam


kajian Hubungan Internasional. Regionalisme merupakan paham
yang berpandangan bahwa Negara-negara harus memiliki wawasan
yang berorientasi pada kawasan serta pembangunan ekonomi
politik pada level regional. Terdapat argumen bahwa regionalisme
ekonomi dapat menjadi penghambat namun sebaliknya ada juga
pihak yang berpendapat bahwa regionalisme justru mendorong
proses integrasi ekonomi global. Regionalisme ekonomi adalah
suatu kecenderungan yang dianut sekelompok perekonomian
regional secara geografis untuk mencapai integrasi ekonomi
kawasan (regional).
Perdagangan dan investasi internasional terus berkembang
begitu pula dengan integrasi ekonomi dari berbagai kelompok
bangsa juga semakin mendalam. Meskipun jarang bahwa bahwa
hubungan antar negara mengikuti pola yang ditetapkan, integrasi
ekonomi terjadi secara bertahap, mulai dengan menurunkan dan
pemindahan rintangan untuk bertukar dan memuncak di ciptaan
serikat sekerja ekonomi. Berikut tahapan integrasi ekonomi 4
:

1. FTA (Free Trade Agreements)


Derajat pertama integrasi ekonomi adalah pendirian Free
Trade Agreements (FTAs) atau Preferential Trade Agreements
(PTAs). FTAs menghapuskan tarif barang impor serta kuota-
kuota barang impor di antara negara penandatangan.

4
Stages of Economic Integration :From Autarky to Economic Union, http://dsp-
psd.pwgsc.gc.ca/Collection-R/LoPBdP/inbrief/prb0249-e.htm diakses 10 Januari 2010 Pukul
22.30 WIB

5
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Persetujuan ini bisa dibatasi sampai sedikit sektor atau bisa


meliputi semua aspek perdagangan internasional.
FTAs juga bisa memasukkan mekanisme resmi untuk
memutuskan perdagangan internasional. Agar FTA dapat
berfungsi sebagaimana semestinya, negara anggota harus
memperlihatkan peraturan yang pasti bagi semua anggota-
anggota dan barang-barang yang memasuki bidang
perdagangan bebas. Barang-barang yang dihasilkan dalam
bidang perdagangan bebas (dan subyek sampai persetujuan)
dari satu negara ke negara lain mungkin tanpa tarif, tetapi
peraturan-peraturan yang ditentukan tetap harus dipatuhi.

2. Custom Union
Custom Union (CU) dibangun berdasarkan free trade area
yang sudah terbentuk terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dalam
usaha untuk menambah bidang perdagangan bebas, disamping
menyingkirkan hambatan perdagangan, negara-negara juga
bisa mengunakan untuk mengambil menyerasikan kebijakan
perdagangan eksternal mereka. Usaha ini termasuk mendirikan
a common external tariff (CET) dan mengimpor kuota-kuota
atas produk yang memasuki daerah dari negara anggota, serta
pengulangan kebijakan perdagangan yang mungkin mendirikan
seperti politik anti dumping. Agar mendapat keuntungan dari
Custom Union, negara anggota harus menurunkan tingkat
kebebasan kebijakan publik terutama pada kemampuan untuk
menetapkan kebijakan perdagangan yang independen mandiri
perdagangan kebijakan.

6
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

3. Common Market
Common Market melambangkan langkah utama terhadap
integrasi ekonomi yang signifikan. Disamping berisi perbekalan
dari custom union, Common Market (CM) menyingkirkan semua
rintangan hingga mobilitas individu, modal dan sumber daya
lain sama seperti untuk mengeliminasi hambatan non tarrif
dalam perdagangan, seperti peraturan standar produk.
Keuntungan pokok dalam Common Market adalah perolehan
yang diharapkan di efisiensi ekonomi. Dengan mobilitas tanpa
batas, kerja dan modal bisa lebih mudah merespon tanda
ekonomi dalam common market, dan pada akhirnya akan
menggunakan sumber daya yang lebih efisien

4. Economic Union
Bentuk tertinggi dalam integrasi ekonomi, adalah
economic union menambah common market kebutuhan untuk
menyerasikan sejumlah bidang kebijakan pokok. Economic
union memerlukan kebijakan keuangan dan fiskal yang
dikoordinasikan secara formal sebaik sebagai angkatan kerja,
perkembangan daerah, transportasi dan kebijakan industri.
Karena semua negara pada hakekatnya akan saling berbagi
area ekonomi sama, hal ini akan menjadi kontra-produktif
untuk menjalankan kebijakan yang berbeda di bidang itu.
Lembaga supranasional akan diharuskan mengatur
perdagangan dalam Economic Union untuk menjamin
penggunaan peraturan yang seragam. Undang-undang ini
masih akan diurus pada level nasional, tetapi negara akan
menunjuk seseorang untuk mengontrol bidang ini.

7
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum dalam tabel di bawah


ini mengenai kekhasan dari masing-masing tahapan integrasi ekonomi.

BASIC ELEMENTS OF THE STAGES


OF ECONOMIC INTEGRATION

Free Trade Agreement (FTA) Zero tariffs between member


countries and reduced
non-tariff barriers
Common Market (CM) CU + free movement of capital
and labour, some policy
harmonization
Customs Union (CU) FTA + common external tariff
Economic Union (EU CM + common economic
policies and institutions

b. Konsep Liberalis5
Konsep yang dianut oleh para liberalis adalah adanya pasar
terbuka yang terpusat pada bidang-bidang dimana negara-negara
menunjukkan sikap kooperatif dan damai serta persaingan muncul
secara sehat dan harmonis. Melihat ciri-ciri ini perdagangan
internasional dianggap sebagai hal yang saling menguntungkan
Negara anggotanya, bukan perebutan kekayaan yang saling
menjatuhkan.
Perilaku Negara ini diserupakan dengan perilaku individu
yang sejalan dengan pemikiran Adam Smith yang pada intinya
menentang adanya pembatasan bagi perdagangan seperti
dihilangkannya tariff, bea masuk yang dianggap dapat merugikan
salah satu atau kedua belah pihak.
Pandangan serupa juga dicetuskan oleh David Ricardo.
Ricardo menyebutkan bahwa perdagangan harus dilaksanakan

5
Mohtar Mas’oed (1998), Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional, Universitas Gajah
Mada.

8
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

secara bebas dimana tiap Negara penganutnya akan saling


mencurahkan modal dan tenaga kerja mereka. Ricardo juga
menambahkan bahwa penambahan keuntungan tiap Negara
adalah demi kebaikan seluruh anggota atau bersifat universal.
Perangsangan industri, peningkatan kreatifitas, penggunaan SDA
secara efektif dan efisien, dan mendorong distribusi tenaga kerja;
akan meningkatkan produksi dan memperoleh keuntungan, yang
akan mengikat tiap Negara anggota dengan interaksi. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebebasan individu dalam pasar ini dalam
struktur produksi, keuangan, dan pengetahuan akan menciptakan
ikatan saling menguntungkan antar bangsa; yang pada akhirnya
akan menciptakan suatu masyarakat universal yang disatukan oleh
kepentingan nasional masing-masing.

BAB II
PEMBAHASAN

A. AWAL MULA KESEPAKATAN FTA ASEAN-CHINA


ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) perjanjian pada dasarnya
berisi peraturan pada tiga aspek ekonomi. Tiga aspek-aspek
perdagangan dan investasi, perdagangan meskipun telah menjadi aspek

9
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

yang paling menarik bagi negara-negara ASEAN. On ACFTA kesepakatan,


akan ada pengurangan hambatan tarif dan penghapusan antara China
dan negara-negara ASEAN yang dibagi menjadi Normal Track dan
Sensitive Track. Normal Track selanjutnya dibagi menjadi dua model
yang Normal Track I dan Normal Track II, yang di sisi lain Sensitive Track
juga dibagi menjadi dua model; Sensitive List dan High Sensitive
List. Pada dasarnya, ASEAN 6 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand dan Brunei Darussalam) dan Cina akan menghilangkan semua
hambatan tarif menjadi nol pada tahun 2010 sementara anggota baru
(Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam) akan menghilangkan pada tahun
2015.
Normal Track Aku terdiri dari peraturan pengurangan tarif sesuai
dengan batas berikut. Pertama, setiap pihak akan mengurangi sampai 0-
5% tidak kemudian dari 1 Juli 2005, tarif sekurang-kurangnya 40% dari
garis tarif ditempatkan dalam Normal Track . Kedua, masing-masing
pihak akan mengurangi sampai 0-5% tidak kemudian dari 1 Januari 2007
tarif sekurang-kurangnya 60% dari garis tarif ditempatkan dalam Normal
Track. Dan terakhir, masing-masing pihak harus menghapuskan seluruh
tarif untuk ditempatkan di baris tarif Normal Track tidak kemudian dari 1
Januari 2010. Di sisi lain, Normal Track II ijin masing-masing negara
anggota untuk merumuskan tarif Normal Track garis bawah, bukan tarif
melebihi garis, dan akan menghilangkan semua baris tarif tarif tempat
dalam Normal Track II selambat-lambatnya 1 Januari 2012.
Pertemuan perundingan ASEAN-China FTA dimulai sejak
pertemuan ASEAN-China Trade Negotiating Committee (ACTNC) ke-1
pada bulan April 2002. Setelah melewati 25 rangkaian pertemuan
ACTNC, kesepakatan yang diperoleh kemudian ditindaklanjuti dengan
ditandatanganinya “Perjanjian Perdagangan Jasa dalam Persetujuan

10
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Kerangka Kerja Mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara


Negara-Negara Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan
Republik Rakyat China” pada tanggal 14 Januari 2007 di Cebu, Filipina.
Bersamaan dengan penandatanganan persetujuan tersebut, juga telah
ditandatangani Paket Komitmen Pertama oleh para menteri ekonomi
yang mewakili negara-negara anggota ASEAN dan China. 6

Penandatanganan kerangka perjanjian tersebut merupakan


puncak keberhasilan pencapaian amanat dari “Persetujuan Kerangka
Kerja Mengenai Kerja Sama Ekonomi Menyeluruh Antara Negara-Negara
Anggota Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara Dan Republik Rakyat
China” yang sudah ditandatangani sebelumnya di Phnomp Penh,
Kamboja pada tanggal 4 November 2002. Salah satu pasal dalam
Persetujuan Kerangka Kerja tersebut mengamanatkan penyelesaian
secepat mungkin negosiasi perjanjian perdagangan jasa yang
meliberalisasi secara progresif dan menghapuskan secara substansial
semua diskriminasi dan/atau pelarangan tindakan-tindakan diskriminatif
baru atau yang lebih diskriminatif yang berkaitan dengan perdagangan
jasa antara ASEAN dan China. Di samping itu kedua belah Pihak diminta
untuk memperluas kedalaman dan lingkup perdagangan jasa dengan
cakupan sektor yang substansial melebihi yang dilakukan oleh para
negara anggota ASEAN dan Republik Rakyat China berdasarkan
Perjanjian Umum mengenai Perdagangan Jasa (GATS) dari Organisasi
Perdagangan Dunia WTO.
Dengan disahkannya kerangka perjanjian tersebut, maka upaya-
upaya kerjasama di bidang jasa antara kedua belah pihak di masa
datang dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing, serta
menganekaragamkan pasokan dan distribusi jasa pemasok jasa masing-

6
Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bidang Jasa Melalui AFTA,
,http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=11, diakses 10 Januari 2010 Pukul,23.30 WIB

11
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

masing pihak akan semakin nyata, terarah, dan terukur melalui


penetapan kerangka waktu yang disetujui bersama. Dalam pelaksanaan
kerja sama bidang jasa ini, kedua pihak akan bersedia
mempertimbangkan masuknya sektor-sektor jasa tertentu sebagai
sektor-sektor sensitif berdasarkan kepentingan dan tujuan nasional
masing-masing pihak. Sebagai tambahan, bagi negara-negara anggota
ASEAN yang baru, yakni Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam akan
diberikan fleksibilitas dan perlakuan khusus yang berbeda dari pihak-
pihak lain.
Meskipun ASEAN dan China sudah diikat dalam suatu kerangka
perjanjian kerjasama di bidang jasa, namun hal ini tidaklah menghapus
hak kedua Pihak untuk mengatur, dan memberlakukan peraturan-
peraturan baru mengenai pasokan jasa dalam wilayah masing-masing
dalam upaya mencapai tujuan kebijakan nasionalnya. Dinamika ini perlu
terus dijaga mengingat adanya perbedaan tingkat perkembangan
peraturan jasa di masing-masing negara.
Dalam putaran pertama perundingan, kedua belah pihak telah
memberikan offer atau komitmen membuka akses antara lain di sektor-
sektor Construction and Related Engineering Services, Tourism and
Travel Related Services, dan Energy Services. Di lain pihak, China telah
memberikan offer kepada Indonesia dalam 5 sektor jasa yakni sektor
Business Services, Construction and Related Engineering Services,
Environmental Services, Recreational, Cultural, and Sporting Services,
dan Transport Services.
Seiring dengan telah disepakatinya komitmen paket pertama
negara-negara ASEAN dan China dalam putaran pertama negosiasi dan
dalam rangka mengupayakan liberalisasi sektor jasa yang lebih progresif
dalam putaran kedua, ASEAN dan China telah menyepakati dibukanya
kembali mekanisme perundingan request dan offer guna lebih

12
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

memperdalam dan memperluas cakupan komitmen negara-negara


ASEAN dan China. Baik ASEAN dan China memiliki komitmen yang kuat
untuk berpartisipasi dalam mekanisme perundingan berbasis request-
offer guna penyelesaian paket perundingan putaran kedua yang
ditargetkan dapat diselesaikan pada bulan Juli 2008.

B. ACFTA AGREEMENT (ASEAN CHINA FREE TRADE AREA)


ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) perjanjian pada dasarnya
berisi peraturan pada tiga aspek ekonomi. Tiga aspek-aspek
perdagangan dan investasi, perdagangan meskipun telah menjadi aspek
yang paling menarik bagi negara-negara ASEAN. On ACFTA kesepakatan,
akan ada pengurangan hambatan tarif dan penghapusan antara China
dan negara-negara ASEAN yang dibagi menjadi Normal Track dan
Sensitive Track. Normal Track selanjutnya dibagi menjadi dua model
yang Normal Track I dan Normal Track II, yang di sisi lain Sensitive Track
juga dibagi menjadi dua model; Sensitive List dan High Sensitive
List. Pada dasarnya, ASEAN 6 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
Thailand dan Brunei

Darussalam) dan Cina akan menghilangkan semua hambatan tarif


menjadi nol pada tahun 2010 sementara anggota baru (Kamboja, Laos,
Myanmar dan Vietnam) akan menghilangkan pada tahun 2015.
ASEAN-6 AND CHINA 7

7
ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). http://www.mtib.gov.my/repository/acfta.pdf,
diakses 10 Januari , 2009, 23.45 WIB.

13
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

X: Applied MFN ACFTA Preferential Tariff


Tariff Rate Rate (Not later than 1
January)
2005* 2005 2007 200 201
* 9 0
X ≥ 20% 20 12 5 0
15% ≤ X < 20% 15 8 5 0
10% ≤ X < 15% 10 8 5 0
5% < X < 10% 5 5 0 0
X ≤ 5% Standstill 0 0

*The first date of implementation shall be 1 July 2005

Normal Track I terdiri dari peraturan pengurangan tarif sesuai


dengan batas berikut. Pertama, setiap pihak akan mengurangi sampai 0-
5% tidak kemudian dari 1 Juli 2005, tarif sekurang-kurangnya 40% dari
garis tarif ditempatkan dalam Normal Track . Kedua, masing-masing
pihak akan mengurangi sampai 0-5% tidak kemudian dari 1 Januari 2007
tarif sekurang-kurangnya 60% dari garis tarif ditempatkan dalam Normal
Track. Dan terakhir, masing-masing pihak harus menghapuskan seluruh
tarif untuk ditempatkan di baris tarif Normal Track tidak kemudian dari 1
Januari 2010. Di sisi lain, Normal Track II ijin masing-masing negara

14
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

anggota untuk merumuskan tarif Normal Track garis bawah, bukan tarif
melebihi garis, dan akan menghilangkan semua baris tarif tarif tempat
dalam Normal Track II selambat-lambatnya 1 Januari 2012.
Sensitive Track di model, ASEAN 6 dan Cina diperbolehkan untuk
menempatkan tarif 400 garis pada HS 6-digit dan 10% dari total nilai
impor pada tahun 2001 berdasarkan statistik perdagangan dalam
Sensitive Track. Track sensitif memaksakan pihak untuk mengurangi tarif
mereka untuk produk yang ditempatkan dalam Sensitive Track list
sampai 20% tidak lebih dari 1 Januari 2012. Tarif ini akan kemudian
dikurangi menjadi 0-5% tidak lebih dari 1 Januari 2018. Sementara di sisi
lain, garis-garis Tarif ditempatkan oleh ASEAN 6 dan China dalam Highly
Sensitive List seharusnya tidak lebih dari 40% dari total jumlah baris tarif
dalam Sensitive Track atau 100 tariff lines pada HS 6-digit, yang mana
lebih rendah. Tarif MFN yang diterapkan tingkat tarif garis ditempatkan di
masing-masing yang sangat sensitif akan dikurangi Daftar untuk tidak
lebih dari 50% tidak lebih dari 1 Januari 2015 untuk ASEAN 6 dan Cina,
dan 1 Januari 2018 untuk negara-negara anggota baru ASEAN. 18 Selain
peraturan resmi terhadap perdagangan antara pihak-pihak, pada
dasarnya ACFTA juga mengatur investasi, namun belum ada detail resmi
dan peraturan yang telah disepakati antara.
Tujuan Framework Agreement ACFTA adalah :
1. memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan kedua
pihak
2. meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui
pengurangan atau penghapusan tariff
3. mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi
yang saling menguntungkan kedua pihak

15
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

4. memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara


anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di kedua
belah pihak.

C. CHINA SEBAGAI PERLUASAN MITRA DAGANG ASEAN


Perdagangan dan investasi internasional terus berkembang begitu
pula dengan integrasi ekonomi. Agar memperluas integrasi ekonomi
ASEAN selain melakukan kerjasama intra regional sesama anggota
ASEAN, juga melakukan kerjasama mitra dagang dengan negara-negara
lain. Kerjasama ini berbentuk Free Trade Area (FTA), FTA sendiri
merupakan langkah awal dalam tahapan integrasi ekonomi yaitu dengan
mekanisme menghapuskan tarif barang impor serta kuota-kuota barang
impor di antara negara penandatangan. Bersama dengan China dan
Jepang, Korea Selatan merupakan salah satu mitra dagang penting
ASEAN yang termasuk dalam kelompok ASEAN+3. Time frame Asean–
FTA dengan mitra dialog adalah : ASEAN- CHINA, ASEAN –INDIA, ASEAN-
JEPANG, ASEAN –KOREA, ASEAN- Australia dan Newzealand.
China menjadi mitra dagang yang penting bagi Asosiasi Bangsa
Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sejak pertengahan 1990-an. Perdagangan
ASEAN-China telah tumbuh lebih dari lima kali lipat antara tahun 1997
sampai 2005. Pada tahun 2007, volume perdagangan antara ASEAN dan
China telah melewati target US $ 200 miliar. Berdasarkan data yang
diperoleh pada tahun 2006, China peringkat kelima dalam hal negara
tujuan ekspor ASEAN dan peringkat ketiga dalam hal impor dari pasar
ASEAN. Bahkan, intensitas ekspor dari ASEAN ke China telah meningkat,
sangat berbeda dari peningkatan intensitas di antara negara-negara
anggota lainnya.

16
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Perdagangan ASEAN-China berjumlah US $ 39.5 milyar pada tahun


2000. ASEAN berbagi dalam China perdagangan barang luar negeri telah
terus meningkat, meningkat dari 5,8 per persen pada 1.991-8,3 persen
pada tahun 2000. ASEAN sekarang China kelima mitra dagang terbesar.
Sementara itu, pangsa China dalam perdagangan ASEAN telah tumbuh
dari 2,1 persen pada 1994 menjadi 3,9 persen pada tahun 2000.8
Integrasi yang lebih besar dari China dalam perdagangan
internasional mulai muncul dari penerimaan China World Trade
Organization (WTO) keanggotaan pada tahun 2001. Untuk tingkat
regional, peningkatan dasar intensitas perdagangan China tidak terlepas
dari upaya untuk membentuk ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
kemudian pada tahun 2010 untuk semua negara anggota ASEAN. ACFTA
kemudian mengakibatkan pola restrukturisasi besar perdagangan
melalui bidang spesialisasi produk-produk manufaktur. Hal ini tidak
terlepas dari pembentukan pola di masa lalu model yang serupa. China,
sebagai negara menguasai sebagian besar sumber daya, jelas menjadi
inti dari kegiatan komersial di daerah ini. Ini bukan bagian dari upaya
China telah membuat lompatan besar dari pinggiran pertama inti
jaringan produksi pada periode 1995-2004. Pada akhirnya, pada tahun
bahwa China telah berhasil menjadi titik akhir dari kebangkitan ekonomi
Asia.9 Dengan ACFTA, perubahan dinamis dalam pola-pola perdagangan
di antara lima negara pendiri ASEAN, Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Filipina (ASEAN-5). Keberadaan ACFTA telah berhasil

8
Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century, A
Report Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation,
October 2001, hal 1
9
Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications for
ASEAN and the World. http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf,
diakses 9 Desember , 2009, 03.25 WIB

17
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

menata ulang arus perdagangan dan interaksi intra-ASEAN dengan


negara-negara anggota lainnya dan juga dengan China.
China sebagai kekuatan ekonomi daerah dalam kenyataannya
telah berhasil menawarkan stabilitas ekonomi ke seluruh negara-negara
ASEAN di bawah munculnya ide ACFTA. China yang berusaha
memberikan bentuk ini stabilitas melalui perdagangan bebas, dalam
kenyataannya, telah menarik perhatian negara-negara ASEAN dalam
membuat kesepakatan tersebut. Sebagai negara besar dengan
pertumbuhan ekonomi yang besar, dan juga diberi kenyataan bahwa
China sejauh ini yang paling ekonomis negara stabil, China dipandang
sebagai negara yang bisa memberikan stabilitas di kawasan Asia
Tenggara.
Hubungan kerja sama ASEAN-China telah dimulai secara informal
pada tahun 1991. China dikukuhkan menjadi mitra wicara penuh ASEAN
pada ASEAN Ministerial Meeting ke-29 di Jakarta tahun 1996.10 Kerja
sama kemitraan ASEAN dan China semakin meningkat ditandai dengan
diadopsinya berbagai dokumen penting, antara lain: Joint Declaration of
the Heads of State/Government of the Association of the Southeast Asian
Nations and the People’s Republic of China on Strategic Partnership for
Peace and Prosperity pada KTT ke-7 ASEAN-China di Bali, tahun 2003;
Plan of Action of the ASEAN-China Joint Declaration on Strategic for
Partnership for Peace and Prosperity di Vientiane, tahun 2004 serta Joint
Statement of ASEAN-China Commemorative Summit di Nanning, tahun
2006.
Prioritas bidang kerja sama ASEAN dan China meliputi: pertanian,
energi, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), sumber daya manusia,
mutual investment, Mekong development, transportasi, budaya,
10
Mitra Wacana Penuh Asean, http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id,
diakses 9 Januari 2009 Pukul 14.00 WIB

18
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

pariwisata dan kesehatan publik. Para Pemimpin ASEAN dan China pada
KTT ke-11 ASEAN-China, di Singapura, bulan November 2007, sepakat
untuk menambah isu ‘lingkungan hidup’ sebagai prioritas bidang kerja
sama yang ke-11.
Di bidang ekonomi, kerja sama ASEAN dan China mengalami
peningkatan. Volume perdagangan ASEAN dan China meningkat tiga kali
lipat dari USD 59,6 milyar di tahun 2003 menjadi USD 171,1 milyar di
tahun 2007. Dari tahun 2003 sampai 2007, total perdagangan ASEAN-
China mengalami peningkatan 30% per tahun, pertumbuhan ekspor
mencapai 28% dan impor 32%. Sementara itu, pada periode yang sama
kumulatif aliran Foreign Direct Investment (FDI) dari China ke ASEAN
mencapai USD 3,6 milyar. Tahun 2007, investasi ASEAN dan China
meningkat menjadi USD 48,9 milyar. Pada tahun yang sama juga, total
nilai perdagangan ASEAN dan China mencapai 13,7% dari total nilai
perdagangan global atau hampir setengah dari total nilai perdagangan
Asia.
Pada November 2002, ASEAN dan China menandatangani
Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation untuk
mendirikan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). ASEAN dan China
sepakat untuk merealisasaikan ACFTA pada tahun 2010 untuk Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan China,
dan tahun 2015 untuk Kamboja, Laos, Myanmar dan Viet Nam. Negosiasi
Agreement on Trade in Goods dan Trade in Service telah diselesaikan
pada tahun 2004 dan 2006, dan mulai diimplementasikan sejak Juli 2007.
Pada tanggal 31 Desember 2008, China telah menunjuk H.E. Mrs. Xue
Hanqin sebagai Duta Besar China untuk ASEAN. Country Coordinator
hubungan ASEAN-China untuk tahun 2009-20012 adalah Vietnam.11

11
Ibid

19
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Pada KTT ASEANke-13 para Pemimpin ASEAN menekankan


pentingnya kerjasama ASEAN-China yang tentunya akan memberikan
manfaat bagi pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat di kawasan Asia, khususnya ASEAN dan China.
Bukti nyata pertumbuhan ekonomi termaksud ditandai dengan
meningkatnya volume perdagangan ASEAN-China dari US$ 160 miliar
pada tahun 2006 menjadi US$171.1 miliar pada tahun 2007.

D. SIMULASI PERDAGANGAN BEBAS FTA ASEAN-CHINA


Framework FTA ASEAN-China merupakan kerjasama yang
manarik. Inisiatif untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dengan
ASEAN yang diprakarsai oleh China. Dengan keberhasilan China menjadi
anggota WTO, yang menunjukkan bahwa China telah berubah menjadi
sebuah negara yang cukup diperhitungkan dalam negosiasi berbagai
perjanjian perdagangan. Tentu saja, ASEAN harus dapat menempatkan
posisi agar tidak dirugikan dalam perjanjian perdagangan ini.
Pada tahun 2010 pasar ASEAN akan menjadi lebih terbuka daripada
sebelumnya. Enam negara ASEAN utama (Brunei, Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura dan Thailand) akan menambah 7.881 jenis tariff yang
diturunkan menjadi nol. Dengan demikian total jumlah pos tarif yang
yang masuk dalam tariff preferensi efektif untuk perdagangan bebas
ASEAN menjadi 54.457 atau 99,11 persen dari keseluruhan jenis tariff
perdagangan. 12
Untuk melihat strategi yang paling tepat, Danareksa
Research Institute 13
melakukan simulasi perdagangan bebas dengan dua
skenario. Skenario pertama mengasumsikan Indonesia terlibat dalam
AFTA sepenuhnya, sekaligus ikut serta dalam perdagangan bebas AFTA-
China.
12
Purbaya Yudhi Sadewa, Sebaiknya Tidak ikut FTA?, Kompas Bisnis dan Keuangan, 4 Januari
2010
13
ibid

20
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Jadi, tarif impor antarnegara ASEAN dijadikan nol. Tarif impor


antara ASEAN dan China juga nol. Dalam Skenario yang kedua, Indonesia
hanya mengimplementasikan perjanjian perdagangan dengan ASEAN,
tetapi tidak ikut perdagangan bebas dengan China, sedangkan negara-
negara ASEAN yang lain tetap melakukan liberalisasi perdagangan
dengan China.
Untuk menghitung simulasi di atas, digunakan program Global
Trade Analysis Project (GTAP). GTAP adalah program yang
memanfaatkan database perdagangan dunia dalam struktur software
dengan kerangka general equilibrium. GTAP dikembangkan di Purdue
University, Amerika Serikat. GTAP sering untuk menghitung dampak
suatu kebijakan perdagangan bilateral ataupun multilateral.
Database yang digunakan dalam simulasi ini adalah database versi
6. Walau bukan data yang terkini ada di perekonomian, penggunaan data
ini tetap dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang dampak
suatu liberalisasi perdagangan terhadap negara-negara yang terlibat.
TABEL I
PERBANDINGAN DAMPAK TERHADAP EKSPOR

Tabel 1 memperlihatkan dampak perdagangan bebas dengan


kedua skenario yang disebutkan di atas. Hasil simulasi menunjukkan
bahwa secara keseluruhan perjanjian perdagangan bebas dengan kedua
skenario di atas memberi dampak positif terhadap volume ekspor

21
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

negara-negara ASEAN maupun terhadap seluruh negara yang terlibat


dalam perjanjian perdagangan tersebut.
Untuk skenario pertama terlihat bahwa ekspor Indonesia naik 1.365
juta dollar AS. Peningkatan ini terutama didukung oleh kenaikan ekspor
ke China (naik 3.443 juta dollar AS), Malaysia (naik 462 juta dollar AS),
Thailand (naik 1.213 juta dollar AS), dan Filipina (naik 114 juta dollar AS).
Adapun ekspor Indonesia ke Singapura turun 167 juta dollar AS.
Sebagai contoh penurunan ekspor Indonesia ke Singapura
menggambarkan bahwa dengan AFTA, Indonesia tidak lagi harus
mengekspor ke negara ASEAN melalui Singapura. Hal yang juga perlu
diperhatikan di sini adalah kenaikan ekspor Indonesia ke China masih
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan ekspor China ke
Indonesia yang hanya 1.776 juta dollar AS. Jadi, dalam skenario pertama
ini Indonesia mengalami tambahan surplus perdagangan dengan China.
TABEL II
PERBANDINGAN DAMPAK TERHADAP
TERHADAP KESEJAHTERAAN

Simulasi menunjukkan, secara keseluruhan perjanjian AFTA dan


FTA ASEAN-China akan meningkatkan kemakmuran bagi negara-negara
ASEAN. Salah satu ukurannya adalah equivalent variation (EV). Dalam
skenario I semua negara ASEAN mengalami perubahan EV positif (tabel
2), sedangkan China mengalami EV negatif. Artinya, FTA ASEAN-China
akan memberikan peningkatan kemakmuran yang lebih besar kepada
negara ASEAN. Jadi, tidaklah mengherankan bila negara-negara kawasan

22
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

ini tampak tidak ragu-ragu untuk mengimplementasikan perjanjian


perdagangan bebas dengan China.
Dari simulasi, tampak peningkatan kemakmuran negara-negara
ASEAN yang lebih tinggi pada skenario I, di mana EV naik 732 juta dollar
AS dan utilitas rumah tangga (u) naik 0,55. Sementara pada skenario II
peningkatan EV Indonesia hanya 194 juta dollar AS, dengan kenaikan
utilitas rumah tangga hanya 0,15 persen (tabel 2). Jadi, simulasi
perdagangan bebas dengan GTAP menunjukkan bahwa Indonesia lebih
diuntungkan pada skenario I daripada skenario II. Dengan kata lain,
Indonesia lebih diuntungkan bila turut dengan negara ASEAN lainnya
dalam menerapkan perjanjian perdagangan bebas dengan China.

E. PELUANG DAN TANTANGAN KERJASAMA EKONOMI DARI FTA


ASEAN-CHINA
Pembentukan kawasan perdagangan bebas (FTA) antara ASEAN
dan China akan menciptakan wilayah ekonomi dengan 1,7 miliar
konsumen, Regional GDP sekitar US $ 2 triliun dan total perdagangan
diperkirakan mencapai US $ 1,23 triliun. Ini akan menjadi FTA terbesar di
dunia dalam hal ukuran populasi. Ini juga akan menjadi FTA terbesar,
terdiri dari negara-negara berkembang, dalam hal populasi, GDP dan
perdagangan. Penghapusan hambatan perdagangan antara ASEAN dan

23
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

China akan menurunkan biaya, meningkatkan perdagangan intra-


regional dan meningkatkan efisiensi ekonomi. The FTA akan
menyebabkan lebih spesialisasi produksi berdasarkan
keunggulankomparatif. Perdagangan penciptaan terjadi ketika beberapa
produksi dalam negeri dalam satu anggota FTA digantikan oleh impor
dengan biaya lebih rendah dari yang lain anggota. Hal ini akan
meningkatkan pendapatan riil di kedua wilayah tersebut sebagai sumber
daya mengalir ke sektor-sektor di mana mereka dapat menjadi lebih
efisien dan produktif dimanfaatkan. 14

Simulasi yang dilakukan oleh Sekretariat ASEAN menggunakan


Analisis Perdagangan Global Proyek (GTAP) menunjukkan bahwa ASEAN-
China FTA ASEAN akan meningkatkan ekspor ke China oleh 48 persen
dan ekspor China ke ASEAN oleh 55,1 persen. PDB ASEAN meningkat 0,9
persen atau US $ 5.4 miliar sementara GDP riil China berekspansi
sebesar 0,3 persen atau US $ 2,2 miliar secara menyeluruh. Dengan
pembentukan sebuah FTA dan dengan hambatan perdagangan di antara
anggota dihilangkan, perusahaan di setiap anggota harus menjadi lebih
efisien untuk memenuhi persaingan dari perusahaan lain dalam FTA.
Persaingan akan semakin meningkatkan spesialisasi, dan akibatnya
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi. Tidak hanya
akan mengintensifkan persaingan antara ASEAN dan perusahaan-
perusahaan China, tetapi aliansi strategis antara mereka juga akan
dibuat dalam banyak sektor. Perusahaan yang masih hidup karena
memiliki daya juang kompetitif.
Keuntungan-keuntungan dari penerapan FTA ASEAN-China adalah
15
(1) Penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China
14
Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century, A Report
Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation, October 2001
15
FTA ASEAN-China, Sebuah Dilema
http://economy.okezone.com/read/2009/12/22/279/287131/fta-asean-china-
sebuah-dilema, diakses Minggu, 10 Januari 2010 Pukul. 13.00 WIB

24
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

membuka peluang bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan


volume dan nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar
dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. (2)
Penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan terbuka membuka
peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China.
(3) Peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas
membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building,
technology transfer, dan managerial capability. (4) Pemberlakuan FTA
Asean-China untuk melindungi industri dalam negeri, demi memperoleh
bahan baku impor yang lebih murah agar mampu mendongkrak volume
ekspor.
Pembentukan ASEAN-China FTA juga harus menarik lebih banyak
investasi ke dalam daerah. Tidak hanya akan lebih banyak perusahaan-
perusahaan ASEAN dan China yang bersedia untuk berinvestasi dalam
pasar terpadu, karena risiko pasar dan ketidakpastian diturunkan, tetapi
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang perusahaan, yang tertarik membuat
terobosan ke pasar Asia, juga akan tertarik untuk berinvestasi di pasar
terpadu. Integrasi ASEAN dengan China dapat menarik lebih perusahaan
asing, yang masing-masing pasar sendiri tidak dapat sebaliknya menarik.
Dengan dibukanya pasar yang lebih lebar, maka persaingan semakin
ketat, dan juga meningkatkan investasi dan skala ekonomi. Hal itu akan
membuat perusahaan akan berinvestasi lebih banyak dalam penelitian
dan pengembangan, maka meningkatkan teknologi inovasi.
Selain peluang di sisi lain terdapat beragam tantangan yang
timbul dari pembentukan FTA antara ASEAN dan China. Terdapat
kompetisi yang meningkat di setiap wilayah domestik pasar diberikan
kesamaan dalam struktur industri. Lingkungan yang lebih diliberalisasi di
bawah kerangka FTA mungkin memerlukan biaya jangka pendek dalam
bentuk perpindahan pekerja dan rasionalisasi dari beberapa industri dan

25
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

perusahaan. Oleh karena itu harus dilakukan penyesuaian oleh pekerja


dan perusahaan, khususnya usaha kecil dan menengah. Hal yang harus
dicatat bahwa akan ada trade diversion, dalam hal pergeseran dari biaya
rendah FTA bagi negara non-anggota ke biaya lebih tinggi pada negara
anggota FTA, dapat terjadi karena pengurangan tarif preferensial dan
penghapusan antara Anggota FTA.
Pembentukan ASEAN-China FTA akan menciptakan rasa
kebersamaan antara negara anggota ASEAN dan China. Kedekatan
geografis diantara keduanya, ikatan sejarah dan budaya bersama
menjadi dasar yang baik bagi kerjasama lebih lanjut. Rasa solidaritas
yang dilahirkan oleh kerjasama FTA ASEAN-China akan memberikan
kontribusi untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Pasifik.
Belajar dari krisis 1997, membuat kerjasama efektif di kawasan ini untuk
mencegah penularan dan keruntuhan ekonomi. Meskipun krisis melanda
negara-negara ASEAN pada tahap pemulihan, namun lebih efektif karena
mekanisme kerjasama regional diletakkan pada tempatnya.
Kerjasama FTA ASEAN-China akan memberikan mekanisme yang
penting untuk menopang stabilitas ekonomi di Asia Timur dan
memberikan dasar untuk menjaga pertumbuhan ekonomi. Negara
anggota ASEAN dan China adalah semua negara berkembang dengan
kekuatan ekonomi terbatas dan tingginya ketergantungan pada pasar
luar untuk pertumbuhan ekonomi mereka. Perkembangan ekonomi
global dapat berdampak besar pada ekonomi mereka. Kedua daerah juga
memiliki kepedulian yang sama tentang meningkatnya proteksionisme di
negara-negara maju yang timbul dari pembentukan pengaturan regional
seperti Uni Eropa dan NAFTA, dan pembangunan masa depan Free Trade
Area of the Americas (FTAA). Dengan terciptanya kerjasama FTA ASEAN-
China dan mengembangkan lembaga yang tepat untuk melaksanakan

26
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

kerjasama, kedua daerah dapat memiliki posisi yang lebih kuat dalam
urusan perdagangan internasional tentang isu-isu kepentingan bersama.

BAB III
KESIMPULAN

ASEAN dalam perkembangannya selalu mengadakan perubahan


(change) yang merupakan adaptasi dengan lingkungannya. Ada
kecenderungan untuk suatu adjustment atau penyesuaian, tetapi juga ada
yang konsepsinya tetap dipertahankan. Dua contoh di atas, dalam kerangka
membangun konseptualisasi baru ASEAN dalam perspektif regionalisme,
muncul dua perspektif, ASEAN yang semakin meluaskan fungsinya untuk
membaur dengan organisasi yang lebih besar, atau secara eksklusif
membangun kerja sama bilateral dan multilateral dengan negar-negara
lainnya di luar konteks ASEAN dalam hal ini bekerjasama dengan China. Hal
ini merupakan tantangan bagi pengembangan teori organisasi regional,
terutama akan kekhasan ASEAN, yang kita sendiri dewasa ini harus
merasakan “keberadaan”-nya.

27
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

Dalam kerjasama FTA ASEAN-China, potensi untuk lebih memperluas


perdagangan dan investasi ini link adalah jelas jika kita mempertimbangkan
bahwa meskipun pertumbuhan cepat perdagangan ASEAN-China, pasar
utama untuk ekspor terus menjadi negara maju. Selain itu, baik ASEAN dan
China yang besar tujuan untuk investasi langsung asing daripada investor
yang signifikan di masing-masing ekonomi. Baik ASEAN dan China juga
mengidentifikasi langkah-langkah yang sudah ada yang menghambat
mereka perdagangan dan investasi. Jika langkah-langkah yang tepat diambil
untuk membuka peluang pasar, yang potensi perdagangan dan investasi
antara ASEAN dan China dapat sepenuhnya dipenuhi. Kerjasama ini nantinya
akan meningkatkan hubungan ekonomi saat ini antara dua daerah, tetapi
juga akan memetakan masa depan arah hubungan mereka. Mengingat saat
ini kelemahan ekonomi global dan meningkatnya risiko penurunan, adopsi
dari kerangka akan membantu menopang keyakinan, khususnya di Asia
Timur, dan berkontribusi untuk menangkal kekuatan kegelapan.
Keuntungan-keuntungan dari penerapan FTA ASEAN-China adalah (1)
Penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China
membuka peluang bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan volume
dan nilai perdagangan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki
tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. (2) Penciptaan rezim
investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia
untuk menarik lebih banyak investasi dari China. (3) Peningkatan kerja sama
ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan
peningkatan capacity building, technology transfer, dan managerial
capability. (4) Pemberlakuan FTA Asean-China untuk melindungi industri
dalam negeri, demi memperoleh bahan baku impor yang lebih murah agar
mampu mendongkrak volume ekspor.
Penulis merekomendasikan bahwa ASEAN dan China dalam
melaksanakan FTA mengutamakan asas liberalisasi pasar yang adil. Dalam

28
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

artian bahwa ada mekanisme tersendiri ketika negara-negara ASEAN belum


siap akan barang-barang yang sensitive untuk diliberalkan. Kerangka
direkomendasikan adalah baik komprehensif dan memandang ke depan.
Pembentukan ASEAN-Cina FTA dalam sepuluh tahun, dengan khusus dan
perbedaan perlakuan dan fleksibilitas yang diberikan kepada anggota baru
ASEAN.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU
The Political Economi Of Regionalism, Edited By Edward D. Manfield And
Helen V. Milner, Columbia Univesity Press, New York, 1997

Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, The new wave of regionalism


p.590

Mohtar Mas’oed (1998), Liberalisme dalam Ekonomi Politik Internasional,


Universitas Gajah Mada.

SURAT KABAR
Kompas, Purbaya Yudhi Sadewa, Sebaiknya Tidak ikut FTA? 4 Januari 2010

INTERNET
Evelyn Devadason, China’s Future: Pitfalls, Prospects and the Implications
for ASEAN and the World.
<http://ics.um.edu.my/umweb/ics/may2009/evelyn.pdf, diakses November
29, 2009, 04.55 WIB>

Mitra Wacana Penuh Asean

29
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

<http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=2&l=id, diakses 9 Januari


2009 Pukul 14.00 WIB>

Stages of Economic Integration :From Autarky to Economic Union


<http://dsp-psd.pwgsc.gc.ca/Collection-R/LoPBdP/inbrief/prb0249-e.htm
diakses 10 Januari 2010 Pukul 22.30 WIB>

Peningkatan Kerjasama Ekonomi Bidang Jasa Melalui AFTA,


<http://www.pksi.depkeu.go.id/pub.asp?id=11, diakses 10 Januari 2010
Pukul,23.30 WIB>

Forging Closer ASEAN-China Economic Relations in The Twenty-First Century,


A Report Submitted by The ASEAN-China Expert Group on Economic
Cooperation, October 2001

FTA ASEAN-China, Sebuah Dilema


<http://economy.okezone.com/read/2009/12/22/279/287131/fta-asean-
china-sebuah-dilema, diakses Minggu, 10 Januari 2010 Pukul. 13.00 WIB>

30
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

ABSTRAK

Tulisan ini berangkat dari argumen tentang integrasi regional yang


cenderung bertentangan dengan perdagangan bebas tetapi sebaliknya
mendukung perdagangan terbuka global. Regionalisasi, sebagai alternatif
dari globalisasi, dengan demikian dapat dipertimbangkan sebagai langkah
kunci dalam proses multilateral. Melalui integrasi regional ini, kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama perdagangan, investasi, pasar serta
akselerasi terhadap perdagangan bebas global, akan semakin terbuka.
Tulisan ini lebih lanjut akan memaparkan mengenai fenomena FTA ASEAN-
China yang resmi diberlakukan mulai 1 Januari 2009.
Penulis ingin melihat bagaimana fenomena kerjasama ASEAN dengan
China sebagai usaha perluasan mitra dagang dilihat dari sudut pandang
regionalisme. Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong
negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain yang
dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori oleh
negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki perspektif
yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai pembentukan kerja
sama ekonomi regional dalam format Free Trade Area (FTA).
Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak ketinggalan
dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi regional. Hal ini
disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang bagi ASEAN untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang pada gilirannya akan

31
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan populasi di kawasan.


ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan Asia Timur seperti
China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA.

FTA ASEAN- CHINA TUGAS AKHIR REGIONALISME

FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI


PERLUASAN
MITRA DAGANG

Dosen Pengampu : Hanafi Rais, MPP

Disusun Oleh :
ELISABETH KARTIKASARI
08/279735/PSP/3558

32
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

PROGRAM PASCASARJANA HUBUNGAN INTERNASIONAL


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010

ABSTRAKSI

Keyword : Regionalisme, Liberalisasi, FTA ASEAN-China, Mitra Dagang

Tulisan ini berangkat dari argumen tentang integrasi regional yang


cenderung bertentangan dengan perdagangan bebas tetapi sebaliknya
mendukung perdagangan terbuka global. Regionalisasi, sebagai alternatif
dari globalisasi, dengan demikian dapat dipertimbangkan sebagai langkah
kunci dalam proses multilateral. Melalui integrasi regional ini, kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama perdagangan, investasi, pasar serta
akselerasi terhadap perdagangan bebas global, akan semakin terbuka.
Tulisan ini lebih lanjut akan memaparkan mengenai fenomena FTA ASEAN-
China yang resmi diberlakukan mulai 1 Januari 2009.
Penulis ingin melihat bagaimana fenomena kerjasama ASEAN dengan
China sebagai usaha perluasan mitra dagang dilihat dari sudut pandang
regionalisme. Tersendat-sendatnya proses perundingan WTO mendorong
negara-negara anggota WTO untuk mencari alternatif perundingan lain yang
dapat diselesaikan secara efisien dan optimal. Dengan dipelopori oleh
negara-negara maju, berbagai beberapa negara yang memiliki perspektif
yang sama terhadap arti penting liberalisasi memulai pembentukan kerja
sama ekonomi regional dalam format Free Trade Area (FTA).
Sebagai satu komunitas yang dinamis, ASEAN pun tidak ketinggalan
dalam derap prakarsa pembentukan kerja sama ekonomi regional. Hal ini
disebabkan liberalisasi dipandang sebagai suatu peluang bagi ASEAN untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan yang pada gilirannya akan

33
FTA ASEAN-CHINA SEBAGAI UPAYA PERLUASAN MITRA
DAGANG Elisabeth Kartikasari-08/279735/PSP/3558
201
0

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan populasi di kawasan.


ASEAN pun mulai melirik negara-negara di kawasan Asia Timur seperti
China, Jepang dan Korea dalam melakukan FTA.
Dalam tulisan ini juga dipaparkan keuntungan apa saja yang didapat
oleh negara-negara ASEAN dengan bekerjasama dengan China melalui
kerangka FTA. Selain itu FTA ini menuai kontroversi banyak yang meragukan
kesuksesan dari kerjasama ini namun banyak pula yang optimis dengan
adanya kerjasama ini. Dalam tulisan ini penulis juga akan memberikan fakta-
fakta dan skema-skema dari kerjasama FTA ASEAN-China dan bagaimana
memanfaatkan peluang yang ada dan menanggani tantangan yang ada dari
kerjasama FTA ASEAN-China agar tetap mendukung perdagangan antar
negara.

34

Anda mungkin juga menyukai