Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN NEONATAL INFECTION

DIRUANG MAWAR RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

TANGGAL 31 JANUARI S/D 19 FEBRUARI 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Anak

OLEH :
FRANSISKA RENOVANIE
NIM. 21.300.0158

UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN NEONATAL INFECTION

DIRUANG MAWAR RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Palangka Raya, 2022

Mengetahui,

Preseptor Akademik/CT Preseptor Klinik/CI

( ) (Dessy Mariasanthy, S.Kep, Ners )


NEONATAL INFECTION (INFEKSI NEONATUS)

1. DEFINISI
Infeksi neonatal adalah sindrom klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama
satu bulan pertama kehidupannya. Infeksi neonatus adalah infeksi bakteri pada aliran
darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005). Infeksi
neonates adalah sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan
pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi
baru lahir. (DEPKES 2007).
Penyebab infeksi neonatus biasanya adalah infeksi bakteri: Ketuban pecah sebelum
waktunya / ketuban pecah dini dan perdarahan atau infeksi pada ibu. Penyebab yang
lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri, jenis bakteri bervariasi
tergantung tempat dan waktu, seperti Streptococus group B (SGB), akteri enterik dari
saluran kelamin ibu, Virus herpes simplek, Enterovirus, E. Coli, Candida, dan
stafilokokus.

2. PATOFISIOLOGI
Masuknya bakteri dan mengontaminasi sirkulasi sistemik. Bakteri melepaskan
endotoksin dan menyebabkan terganggunya proses metabolisme secara progresif. Pada
keadaan fulminan (tiba-tiba berat) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel
karena aktivasi sepsis dengan komplemen. Hasilnya menyebabkan penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, serta syok yang menyebabkan disseminated intravaskular
coagulatian (DIC) dan kematian. Patogenesis dapat terjadi pada:
a. Antenatal
Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus plasenta, antara lain: virus
rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang lain.
b. Intranatal
Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks naik
mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan korionitis, selanjutnya
kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain saat persalinan, cairan amnion
yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi
pada janin melalui kulit bayi saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman.
c. Pascanatal
Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi nasokomial
dari lingkungan di luar rahim,(misal: melallui alat-alat, penghisap lendir, selang
endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat juga terjadi melalui luka umbillikus.

Zat-zat patogen (bakteri, virus, jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

Sistem imunologi

Aktivasi makrofag Sekresi berbagai Aktivasi Komplemen


Sitokinin dan Mediator Neutrofil

Disfungsi dan kerusakan endotel

Aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan


&disfungsi organ multiple

Infeksi neonatus
d. Phatway
Kalsifikasi Infeksi neonatus
Kalsifikasi Infeksi neonatus dapat di bagi dalam dua golongan besar:
a. Infeksi berat
1) Sifilis congenital; biasanya terjadi pada masa antenatal, yang disebabkan oleh
treponema pallidum.
2) Sepsis neonatorum; dapat terjadi pada antenatal dan postnatal. Infeksi berat pada
neonatus dgn gejala-gejala sistemik. Faktor risiko:
a) Infeksi/febris pd ibu
b) Air ketuban bau, warna hijau
c) KPD, lebih dr 24 jam
d) Prematuritas & BBLR
e) Partus lama
f) Gawat janin atau depresi neonatus
3) Meningitis; biasanya didahului sepsis, penyebab utamanya adalah E.Coli,
pneomokokus, stafilokokus, dan sebagainya.Biasanya didahului oleh sepsis.
Gejala: awalnya seperti sepsis kemudian disertai kejang, UUB menonjol, kaku
kuduk. Pengobatan : Sama dgn pengobatan sepsis neonatorum, hanya berbeda
dalam lama pengobatan, yaitu 21 hari.
4) Pneumonia kongenital, Terajdi intrauterin karena inhalasi likuor amnion yg septik.
Gejala : Apneu neonatal, dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau
Pengobatan : Resusitasi pada bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh, beri
antibiotika spektrum luas (ampisilin dan gentamisin)
5) Pneumonia aspirasi. Terjadi pada masa postnatal, merupakan penyebab kematian
utama pada bayi BBLR (berat badan lahir rendah), terjadi aspirasi pada saat
pemberian makanan karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna.
6) Pneumonia karena airborn infection. Infeksi terjadi karena berhubungan dengan
orang dewasa yang menderita infeksi saluran pernapasan.
7) Pneumonia stafilokokus. Biasanya terjai pada neonatus yang lahir di rumah sakit.
8) Diare epidemic. Infeksi yang menyebabkan kematian yang tinggi,disebabkan oleh
E.colli yang bersifat pathogen, Gastroenteritis E.colli, Salmonelosis
9) Pielonefritis. Infeksi yang mengenai ginjal bayi.
10) Ostitis akut, Penyebab utama adalah Staphylococcus aureus. Gejala: Suhu tbh
tinggi, bayi tampak sakit berat, terdapat pembengkakan & bayi menangis saat
bagian yang terkena digerakkan (biasanya pada maksila dan pelvis). Pengobatan:
pemberian antibiotika (kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara parenteral, Lokal
ditemukan aspirasi pada pus.
11) Tetanus neonatorum, tjd pd bayi br lahir krn infeksi pd luka pemotongan tali
pusat. Gejala : bayi tdk dpt menetek, kejang2, leher&rahang kaku, serta sulit
menelan.Tindakan :
a) Segera bawa ke RS
b) Berikan obat penenang IM _ diazepam/luminal tiap 4 jam
c) Usahakan jln napas terbuka, hindarkan dr cahaya, sentuhan atau pemindahan
d) Penuhi kebutuhan nutrisi&eliminasi sesuai kondisi pasien
Pencegahan : pastikan ibu hamil mendapat suntikan TT, gunakan alat steril saat
menolong persalinan.
b. Infeksi ringan
1) Pemfingus neonatorum; gelombang jernih yang berisi nanah yang kemudian
kemerahan pada kulit disebabkan oleh stafilokokus.
2) Oftalmia neonatorum; infeksi genokokus pada konjungtiva waktu melewati jalan
lahir. Infeksi mata oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir.
Gejala :
a) Konjungtiva hiperemis, edema palpebra, ada pus, mengeluarkan sekret
kental kehijauan/kekuningan
b) Stadium lanjut, yaitu: korne terserang sampai bias menyebabkan buta
c) Diagnosis ditegakkan dgn pemeriksaan sekret mata
3) Infeksi pusat; disebabkan oleh Stafilokokus aureus sehingga menimbulkan
nanah, edema, dan kemerahan pada ujung pusat.
4) Moniliasis; Kandida albikans merupakan jamur yang sering ditemukan pada
bayi yang dapat menyebabkan stomatitis, diare, dermatitis, dan lain-lain.Tidak
menimbulkan gejala. Pada kondisi tubuh yg menurun atau pada penggunaan
antibiotika/kortikosteroid yg lama dapat terjadi pertumbuhan jamur berlebihan
 stomatitis  kematian.

3. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dari infeksi neonatus di mulai tanpa gejala, tanda-tanda ringan,
menggigit, iritabel, letargi, gelisah, dan keinginan menyusu yang kurang dapat menjadi
tanda-tanda utama. Selain itu terdapat tanda-tanda sebagai berikut:
a. Temperatur yang tidak stabil dapat meninggi atau kurang dari normal (biasanya
hipotermia terjadi pada bayi BBLR).
b. Perubahan warna kulit
c. Lambatnya waktu pengisian kapiler
d. Perubahan denyut jantung, frekuensi nafas
e. Berat badan tiba-tiba turun
f. Pergerakan kurang
g. Muntah dan diare menjadi nyata pada keadaan penyakit yang progresif
h. Edema
i. Salerema purpura atau perdarahan
j. Ikterus
k. Hepatosplenomegali
l. Kejang
m. Data laboratorium yang tidak stabil (khususnya hipoglikemia) dan neptropenia.

4. KOMPLIKASI
a. Hipoglikemia, asidosis metabolik.
b. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial.
c. Ikterus.
d. Dehidrasi
e. Anemia
f. Hiperbilirubinemia
g. Meningnitis
h. DIC.

5. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium pada infeksi neonates adalah sebagai berikut:
a. Kultur untuk mengidentifikasi bakteri patogen
1) Kultur darah (Baku emas diagnosis bakteremia), dilakukan dengan cara:
a) Tambahkan sedikitnya 0,5 -1,0 ml darah yang didapat melalui venipuncture
steril ke dalam botol kultur
b) Sebagian besar bakteria akan tumbuh dalam waktu 24 sampai 48 jam
c) Lakukan komunikasi dengan petugas lab mikrobiologi setiap hari, jangan
menunggu laporan tertulis.
d) Sebelum terapi antibiotik
e) Bila hasil positip, ulang 48 jam kemudian
2) Fungsi lumbal, Sepsis Kemungkinan meningitis 25-30%. Bayi dengan
meningitis mungkin tidak menunjukkan gejala yang spesifik. 15% bayi dengan
meningitis akan menunjukkan kultur darah negatif
3) CSS, nilai CSS normal pada neonates adalah:
a) Jumlah leukosit: 0 - 32 WBC/mm3
b) Kadar glukose : 24 - 119 mg / dl
c) Kadar Protein: 20 - 170 mg / dl
4) Urine
a) Berguna bagi neonatus yang mengalami sepsis awitan lambat
b) Spesimen steril didapat melalui kateterisasi steril atau melalui aspirasi
suprapubik kandung kemih
b. Pemeriksaan hematologis
1) Hitung leukosit, Nilai normal 4500-10000 sel/mm 3, sedangkan pada Neonatus
9000-30000 sel/mm3. Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik
infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Leukosit rendah (disebut juga
leukopenia) dapat disebabkan oleh infeksi atau sepsis hebat.
2) Hitung platelet/Hitung trombosit. Nilai normal pada anak 150.000-450.000
sel/mm3. Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada sepsis.
Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
3) Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)/Laju endap Darah (LED). Nilai normal
anak <10 mm/jam pertama. LED yang meningkat menandakan adanya infeksi
atau inflamasi.
4) Pemeriksaan lainnya (C- reactive protein)
a. Peningkatan globulin pada fase infeksi aktif serial setiap12 jam,sangat sensitif
b. 97-100% sepsis , CRP meningkat
c. Normal: < 0,5 mg/ dl
d. Peningkatan palsu dengan adanya asfiksia, aspirasi mekonium, KPD
e. Mungkin tidak positif pada awalnya (sensitivitasnya hanya 60%)
f. Tes berulang akan lebih berguna (sensitivitasnya hingga 84%)
g. Nilai Prediktif Negatif: 90%

6. MASALAH KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Biodata bayi
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Sistem saraf pusat : Fontanel yang menonjol, letargi, temperatur yang tidak
stabil, hipotonia, tremor yang kuat.
b) Sistem pencernaan : hilangnya keinginan untuk menyusui, penurunan intake
melalui oral, muntah, diare, distensi abdomen.
c) Sistem integument: kuning, adanya lesi, ruam.
d) Sistem pernapasan: apnea, sianosis, takipnea, penurunan saturasi oksigen, nasal
memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.
e) Sistem kardiovaskular: takikardi, penurunnya denyut perifer, pucat.
1) Riwayat kesehatan keluarga (Apakah ada anggota keluarga yang menderita
sifilis)
2) Data psikologi
a) Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.
b) Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.
b. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : - Penyakit (proses Hipertermi
DO : infeksi)
- Suhu tubuh dalam rentang
normal
- Perubahan Suhu tubuh
- Pakaian yang tidak sesuai
dengan lingkungan
- Nadi dan RR dalam
rentang normal
2. DS: - Disfungsi Pola napas tidak
DO : neuromuskular efektif
- Bayi tidak sesak lagi
- Bayi tenang
- Sekret di saluran napas
tidak ada lagi
- Menunjukkan jalan nafas
yang paten (tidak ada
suara nafas abnormal)
- Tanda-tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
3. DS: - Kehilangan cairan Kekurangan
aktif (diare) volume cairan
DO:
- N = 120 x/menit T =
36,1oC
R = 35 x/menit
- mukosa bibir pucat,
tampak pecah-pecah
(kering)
- Bayi terlihat lemas
- Bayi tampak terus tidur
- BB Bayi menurun

4. DS: - Faktor biologi Ketidakseimbangan


DO : (diare, anoreksia, nutrisi : kurang
- BB bayi kurang dan muntah), dari kebutuhan
- Refleks hisap lemah
faktor psikologis tubuh
- Bayi tampak terpasang OGT
(malas minum)
- Bayi tampak tidak mau minum
asi
5. DS: - Gangguan rasa
DO: nyaman
- Tidak ada tanda-tanda nyeri
- Bayi nampak tenang

c. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi b.d penyakit (proses infeksi).
2) Pola napas tidak efektif b.d disfungsi neuromuskular
3) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologi
(diare, anoreksia, dan muntah), faktor psikologis (malas minum).
4) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare).
5) Gangguan rasa nyaman.
d. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1 Hipertermi b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever treatment
selama 1x4 jam, suhu tubuh bayi kembali 1. Monitor suhu setiap 4 jam
normal, dengan kriteria hasil: 2. Monitor penurunan tingkat kesadaran
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Berikan antipiretik
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
5. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil

Vital sign Monitoring


1. Monitor nadi, suhu, dan RR
2. Monitor kualitas dari nadi
3. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
4. Monitor suara paru
5. Monitor pola pernapasan abnormal

2 Pola napas tidak efektif b.d disfungsi Setelah melakukan tindakan keperawatan Airway Management
neuromuskular selama 1x24 jam, ketidakefektifan pola 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernapasan dapat diatasi, dengan kriteria 2. Keluarkan sekret dengan suction
hasil: 3. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
1. Bayi tidak sesak lagi tambahan
2. Bayi tenang 4. Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu
3. Sekret di saluran napas tidak ada lagi 5. Monitor respirasi dan status O2
4. Menunjukkan jalan nafas yang paten
(tidak ada suara nafas abnormal) Oxygen Therapy
5. Tanda-tanda vital dalam rentang normal 1. Pertahankan jalan nafas yang paten
(tekanan darah, nadi, pernafasan) 2. Atur peralatan oksigenasi
3. Monitor aliran oksigen
4. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi

Vital sign Monitoring


1. Monitor nadi dan suhu
2. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
3. Monitor pola pernapasan abnormal
4. Monitor sianosis perifer

3 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh b.dfaktor biologi selama 2x24 jam, gangguan pemenuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
(diare, anoreksia, dan muntah), faktor nutrisi dapat diatasi dengan kriteria hasil: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
psikologis (malas minum) 1. Diare, anoreksia, muntah berhenti jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
2. Bayi mau disusui 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Tanda-tanda malnutrisi tidak ditemukan 4. Anjurkan pada ibu untuk tetap memberikan ASI
4. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 5. Auskultasi bising usus
berarti
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
5. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor adanya muntah
8. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

4 Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fluid management


selama 2x60 menit, volume cairan kembali 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
normal, dengan kriteria hasil: 2. Monitor vital sign
1. Suhu dan nadi dalam batas normal 3. Lakukan terapi IV
2. membran mukosa dan kulit tidak kering 4. Berikan cairan
3. Tanda-tanda dehidrasi tidak ditemukan, 5. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
elastisitas turgor kulit baik, membran muncul meburuk
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 6. Anjurkan pada ibu tetap memberikan ASI
yang berlebihan 7. Awasi masukan dan pengeluaran, catat dan ukur
frekuensi diare, dan kehilangan cairan

5 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
selama 1x24 jam, bayi tidak rewel, dengan 2. Jelaskan proses terjadinya infeksi kepada keluarga
kriteria hasil: klien.
1. Tidak ada tanda-tanda nyeri 3. Beri lingkungan tenang dan nyaman
2. Bayi nampak tenang
7. MASALA KOLABORASI
Penatalaksanaan pasien dengan infeksi neonatus adalah sebagai berikut:
a. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam
i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin
(Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati
penggunaan Netylmycin dan Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus
diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam pelan-pelan).
b. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine,
lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas
indikasi), pungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia,
pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP kuantitatif).
c. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah,
analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
d. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika
diberhentikan pada hari ke-7.
e. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi,
CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis
atau Meropenem dengan dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan
dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
f. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian
antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21
hari.Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi
mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi,
transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar
DAFTAR PUSTAKA

Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar
keperawatan pediatrik volume 1. Jakarta: EGC, 2008.

Bobak, Irene M, Deitra LL, Margaret DJ. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005.

Blackwell W. Nursing Diagnosis Definition and Classification 2009-2011. USA:


NANDA International. 2009.
Nurarif, Amin Huda, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus, Edisi Revisi Jilid
2.Jogjakarta.: Mediaction Jogja.

NANDA International. 2015. Diagnoses: Definitions & Classification 2015 – 2017


Ed. 10. Jakarta: EGC
Moorhead S, et all. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby
Elsevier. 2004.
Bulechek GM, Howard KB, and Joanne MC. Nursing
Interventions Classification (NIC). USA : Mosby Elsevier. 2004.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BAYI NY. Y DENGAN
INFEKSI NEONATUS
DI RUANG MAWAR RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
TANGGAL 31 JANUARI S/D 19 FEBRUARI 2022

OLEH :
FRANSISKA RENOVANIE, S.Kep
NIM. 21.300.0158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BAYI NY. Y DENGAN


INFEKSI NEONATUS
DI RUANG MAWAR RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
TANGGAL 31 JANUARI S/D 19 FEBRUARI 2022

OLEH :
FRANSISKA RENOVANIE, S.Kep
NIM. 21.300.0158

Palangka Raya, 2022

Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

( ) (Dessy Mariasanthy, S.Kep, Ners)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. Y

Nama Bayi : Bayi Ny. Y Tanggal dirawat : 31-01-2022


Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Desa Sampul
Tgl Lahir/Usia : 31-01-2022
Nama orang tua : Ny.Y/Tn.T
Pendidikan ayah/ibu : SD/SD
Usia ayah/ibu : 40/28 tahun
Diagnose medis : Neonatus Infenction

Riwayat Bayi
Apgar Score : 5/7/9
Usia gestasi : 38-39 minggu
Berat Badan : 4200 gram Panjang Badan : 59 cm

Komplikasi Persalinan :
*Tidak ada ( ) *Ada (  )
a. Aspirasi Mekonium ( - )
a. Denyut jantung janin abnormal ( - )
b. Masalah lain : Ketuban pecah dini
c. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( - )
d. Ketuban pecah dini ( ) : berapa lama : kurang lebih 1 jam

Riwayat Ibu
*Usia : *Gravida : *Partus : *Abortus :
28 Tahun G4 P2 A1

Jenis Persalinan
*Pervagina (-)
*Sectio cesaera (  ) : Alasan : Inpartu kala 1 fase aktif + PEB + Obesitas +
letak sungsang
Komplikasi kehamilan
 Tidak ada ( ) Ada ( )
 Perawat antenatal ( )
 Ruptur plasenta/plasenta prepia ( )
 Pre exlamsia/ toxsemia (  )]suspect sepsis ( )
 Persalinan premature/post matur ( )
 Masalah lain : Obesitas

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI

1. Tanda-tanda Vital :
T : 36,5 oC
RR : 78 x/mnt
HR : 150 x/mnt

2. Aktivitas fisik
a. Aktif () Tenang () Latergi () Kejang ()
b. Menangis Keras () Lemah () Melengking () Sulit Menangis ()
Data Lain : Nafas cepat, sesak, nafas cuping hidung dan retraksi

3. Kulit
a. Warna pink ( ) Pucat () jaundice ()
Sianosis ekstremitas ( ) Sirkumoral ( )
b. Tanda lahir :
c. Turgor kulit : Elastis () Tidak elastis ( ) Edema ( )
Data lain : Warna tubuh pucat, ekstremitas sianosis. kulit kering dan terkelupas.

4. Kepala/Leher
a. Fontanel anterior Lunak () Tegas ()
Datar () Menonjol () Cekung (0
b. Sutura Sagitalis Tepat () Terpisah ()
Cekung () Tumpang tindih ()
c. Gambaran wajah Simetris () Asimetris ()
Data Lain : rentang bergerak sendi bebas, bentuk simetris dan pendek, tiroid di
garis tengah
5. Mata
Bersih ( ) Sekresi ()
Data Lain : pupil bereaksi bila ada cahaya, reflek mengedip ada,

6. Telinga
Normal ( ) Abnormal ()
Data Lain : posisi telinga berada garis lurus dengan mata, kulit tidak kendur,
pembentukan tulang rawan yaitu pinna terbentuk dengan kokoh.

7. Hidung
Simetris () Asimetris ( )
Data Lain : posisi di garis tengah, nares utuh dan bilateral, bernafas melalui hidung

8. Dada
a. Simetris () Asimetris ( )
b. Klavicula Normal () Abnormal ( )

9. Genital
Perempuan normal ( ) laki-laki normal () abnormal ( )
Data lain :

10. Ekstremitas
Gerakan bebas () ROM terbatas () tidak terkaji ()
Ekstremitas atas Normal () Abnormal ()
Data lain : rentang pergerakan sendi bahu, klavikula, siku normal, terdapat
sepuluh jari.
Ektremitas bawah Normal () Abnormal ()
Data lain : panjang sama kedua sisi dan sepuluh jari kaki, gerakan aktif

11. Reflek :
Dapat menggenggam lemah, reflek mengisap baik, kaget bila dikejutkan.
RIWAYAT SOSIAL

Struktur keluarga (genogram )

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

/ : Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
: Segaris keturunan

- Suku : Dayak
- Budaya : Dayak
- Agama : Islam
- Bahasa Utama : Bahasa IBU
- Perencanaan Makanan Bayi : ASI
- Masalah sosial yang penting :-
- Hubungan orang tua dan bayi : Baik
IBU TINGKAH LAKU AYAH
 Menyentuh 
Memeluk
Berbicara
Berkunjung
Memanggil nama
Kontak mata

- Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayah/ibu


- Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya ( ) Tidak ( )
Respon : orang tua bayi setiap hari mengunjungi bayi dan menanyakan
perkembangan bayi nya
- Orang tua berespon terhadap hospitalisasi : Ya (  ) Tidak ( )
Respon : orang tua bayi mentaati peraturan dirumah sakit

Riwayat Anak lain


Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat Imunisasi
Perempuan Spontan Lengkap
Laki-Laki Spontan Lengkap
Laki-lai Spontan -

- Pemeriksaan Diagnostik
Hasil Laboratorium : Tanggal 31-01-2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 18.5 g/dl 10.5-18 g/dl Meningkat
PLT 132 150-400 Normal
Hematrokrit 59.1 vol % 37.00-48.00 vol % Meningkat
< 200 mg/dl
Glukosa Sewaktu 65 4,50-11.00 Normal
Leukosit 29,12 Meningkat

- Terapi
a. Injeksi Ampicilin 2x100 mg  1 ml (H2) (iv)
b. Injeksi Gentamicin 1x17 mg  0.425 ml (H2) (iv)
c. Infus D10% 11 ml/jam
d. Diit ASI 8x10-15 ml

- Resume Hasil Pengkajian


Keluhan Utama : RDS Berat
Riwayat masuk hingga saat ini : bayi baru lahir dari ruang VK bersalin
dengan berat badan 4200 gram Panjang badan 59 cm, lingkar kepala 36 cm,
dengan lama kehamilan 38-39 minggu, bayi tidak segera menangis, bayi
rawat incubator, Suction +, nafas dengan bantuan CPAP Fio2 40% PEEP 5
O2 8 Lpm, Sesak +, Retraksi dada +, Afgar Score 5/7/9, ketuban hijau, tapi
segar, reflek menghisap masih lemah, belum mampu mandiri, bayi terpasang
OGT dan terapi infus D10 % 11 ml/jam.

Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
DS: - maturitas pusat Pola nafas tidak
    pernafasan, efektif
DO: Bayi terpasang CPAP FiO2 keterbatasan
40% Peep 6 O2 Lpm, Bayi perkembangan otot,
menangis lemah, nafas cepat, penurunan
sesak, retraksi, kulit tampak energy/kelelahan,
pucat, ektremitas sianosis, TTV ketidakseimbangan
HR: 150 x/mt, RR: 78x/mt, SB: metabolik
36.5 Spo2: 94%.

DS: - Faktor Resiko Resiko Infeksi


DO:
Leukosit : 29,12 (10’3/ul)
- T : 36,8ºC
- N : 145 x/mnt

- Prioritas Masalah
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik
b. Infeksi berhubungan dengan Faktor Resiko

RENCANA KEPERAWATAN
Tgl Pengkajian : 10-02-2022 Nama Klien : By. Ny. Y Alamat Rmh : Jl. Desa
Nama Mahasiswa : Fransiska Renovanie Umur : 10 hari Sampul
Ruang Praktek : Ruang Bayi JK : Laki-laki Nama ibu/ayah :
NRM : 39*** Ny.Y/Tn.T
Dx Medis : Neontatus
Infection

No Dx Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention


(NOC) Claficattion
(NIC)
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan AIRWAY
efektif keperawatan selama 1 x 24 jam MANAGEMENT
berhubungan diharapkan pola napas tidak efektif (Manajemen Jalan
dengan maturitas dapat teratasi Napas)
pusat pernafasan, Kriteria Hasil: 1. Observasi K/U dan
keterbatasan Indikator IR ER TTV tiap jam
perkembangan otot, 2. Atur posisi bayi
1. Frekuensi 3 5
penurunan pernapasan yang
energy/kelelahan, sesuai yang
diharapkan 3 5 memungkinkan
ketidakseimbangan 2. Irama napas pengembangan
metabolik sesuai yang
diharapkan 3 5 rongga dada
3. Kedalaman
3 5 3. Bersihkan saluran
inspirasi
4. Ekspansi dada 4 5 nafas, dengan
simetris melakukan suction
4 5
5. Bernapas mudah
6. Tidak didapatkan (K/P)
penggunaan otot- 4. Observasi
otot tambahan
7. Tidak didapatkan 5 5 pernafasan :
kontraksi dada Kecepatan, irama,
8. Tidak didapatkan
suara napas 5 5 kedalaman dan
tambahan upaya pernafasan,
pergerakan dada,
penggunaan otot
bantu serta retraksi
supraklavikular dan
interkosta
5. Kolaborasi dalam
pemasangan CPAP
sesuai advice
6. Observasi intake
dan output untuk
mengatuhui balance
cairan pasien
7. Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
8. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
9. Kolaborasi dalam
pemberian obat dan
terapi lain nya
2.
Resiko Infeksi Setelah dilakukan tidakan 1. Monitor tanda dan
keperawatan dalam 1 x 24 jam resiko
berhunbungan gejala infeksi
infeksi tidak terjali lagi
dengan factor Kriteria hasil : sistemik dan lokal
resiko. 2. Pertahankan teknik
Indikator IR ER
 Klien bebas dari isolasi
tanda dan gejala 3 5
3. Jaga kebersihan
infeksi
 Menunjukkan pasien dan area yang
kemampuan 3 5
terpasang alat invasif
untuk mencegah
timbulnya infeksi (Infus, OGT)
 Jumlah leukosit 4. Batasi pengunjung
dalam batas
normal bila perlu
 Menunjukkan 3 4
5. Edukasi keluarga
perilaku hidup
sehat pasien untuk cuci
tangan sebelum dan
2 4
sesudah menjenguk.
6. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat pelindung saat
3. Keluhan sedang
berkunjung
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan 7. Berikan diet
ASI/PASI sesuai
advice
8. Observasi residu
9. Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
yang beresiko
10. Kolaborasi dalam
pemberian infus dan
antibiotic

IMPLEMENTASI KEPERAWATA

Diagnosa
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. Pola napas tidak 10 Februari 2022 AIRWAY MANAGEMENT


efektif Jam 08.00 WIB (Manajemen Jalan Napas)
berhubungan AIRWAY 1. Observasi K/U dan TTV
dengan MANAGEMENT tiap jam
maturitas pusat (Manajemen Jalan 2. Atur posisi bayi yang
pernafasan, Napas) memungkinkan
keterbatasan 1. Memposisikan pengembangan rongga
perkembangan pasien untuk dada
otot, penurunan memaksimalkan 3. Bersihkan saluran nafas,
energy/kelelaha ventilasi dengan melakukan
n, Hasil: pasien suction (K/P)
ketidakseimban dalam posisi 4. Observasi pernafasan :
gan metabolik terlentang Kecepatan, irama,
Jam 08.30 WIB kedalaman dan upaya
2. Mengauskultasi pernafasan, pergerakan
suara napas, catat dada, penggunaan otot
adanya suara bantu serta retraksi
tambahan supraklavikular dan
Hasil: tidak ada interkosta
suara napas 5. Kolaborasi dalam
tambahan pemasangan CPAP sesuai
Jam 08.45 WIB advice
3. Memberikan 6. Observasi intake dan
terapi O2 sesuai output untuk mengatuhui
indikasi balance cairan pasien
Hasil: Nafas 7. Lakukan fisioterapi dada
dengan bantuan jika perlu
CPAP FiO2 40% 8. Atur intake untuk cairan
Jam 09.00 WIB mengoptimalkan
4. Memonitor keseimbangan
respirasi dan 9. Kolaborasi dalam
status O2 pemberian obat dan terapi
Hasil: RR: 78 x/menit, lain nya.
SPO2: 94%
2. Resiko Infeksi Jam 08.00 WIB 1. Monitor tanda dan gejala
berhunbungan 1. Menganjurkan infeksi sistemik dan lokal
dengan factor keluarga cuci 2. Pertahankan teknik isolasi
resiko tangan setiap 3. Jaga kebersihan pasien dan
melakukan area yang terpasang alat
kegiatan, seperti invasif (Infus, OGT)
memberikan 4. Batasi pengunjung bila
makanan atau ASI perlu
Jam 08.15 WIB 5. Edukasi keluarga pasien
2. Batasi jumlah dan untuk cuci tangan sebelum
jam berkunjung dan sesudah menjenguk.
Jam 08.30 WIB 6. Gunakan baju, sarung
3. Menganjurkan tangan sebagai alat
untuk lebih pelindung saat berkunjung
banyak 7. Berikan diet ASI/PASI
memberikan sesuai advice
asupan makanan 8. Observasi residu
atau cairan 9. Pertahankan teknik asepsis
Jam 09.00 WIB pada pasien yang beresiko
4. Berkolaborasi 10. Kolaborasi dalam
pemberian pemberian infus dan
antibiotic: antibiotic
Ampicilin 2x100
mg dan
gentamycin 1x17
mg
CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl Pengkajian : 11-02-2022 Nama Klien : By. Ny. Y Alamat Rmh : Jl. Desa
Nama Mahasiswa : Fransiska Renovanie Umur : 10 hari Sampul
Ruang Praktek : Ruang Bayi JK : Laki-laki Nama ibu/ayah :
NRM : 39*** Ny.Y/Tn.T
Dx Medis : Infeksi
Neonatus

Hari/
Diagnosa
Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Jam
Jum’at/11 Pola napas tidak AIRWAY S:-
MANAGEMENT
Februari efektif O:
(Manajemen Jalan
2022/08.00 berhubungan 1. TTV:
Napas)
WIB dengan T = 36,8 oC
1. Memposisikan
maturitas RR = 78 x/menit
pasien untuk
pusat N = 145 x/menit
memaksimalkan
pernafasan, SPO2 = 94%
ventilasi
keterbatasan 2. Terpasang CPAP
Hasil: pasien
perkembanga Suport Fio2 21%,
dalam posisi
n otot, Peep 6, O2 8 Lpm.
terlentang
penurunan 3. tampak Nafas cepat,
2. Mengauskultasi
energy/kelela sesak
suara napas,
han, 4. Respirasi spontan
catat adanya
ketidakseimba namun di bantu
suara tambahan
ngan dengan CPAP
Hasil: tidak ada
metabolik 5. Dada retraksi
suara napas
tambahan
A: Pola napas tidak efektif
3. Memberikan
belum teratasi
terapi O2 sesuai
indikasi
Hasil: Nafas
dengan bantuan
CPAP FiO2 40% Kriteria Hasil:
4. Memonitor Indikator IR ER

respirasi dan 1. Frekuensi 3 5


pernapasan
status O2 sesuai yang
Hasil: RR: 40 diharapkan 3 5
2. Irama napas
x/menit, SPO2: sesuai yang
94% diharapkan
3. Kedalaman
3 5
inspirasi
4. Ekspansi 3 5
dada
simetris
5. Bernapas 4 5
mudah
6. Tidak
didapatkan 4 5
penggunaan
otot-otot
tambahan
7. Tidak
5 5
didapatkan
kontraksi
dada
5 5
8. Tidak
didapatkan
suara napas
tambahan

P: Intervensi dilanjutkan
1. Buka jalan napas,
gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu
2. Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan napas
buatan
3. Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan
4. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
5. Monitor respirasi dan
status O2
Jum’at/11 Infeksi S: -
Februari berhunbungan 1. Menganjurkan O :
2022/10.00 dengan factor keluarga cuci - T : 36,8ºc
WIB resiko tangan setiap - N : 145 x/mnt
melakukan - Leukosit : 29,12
kegiatan, seperti (10’3/ul)
memberikan A : Masalah infeksi tidak
makanan atau terjadi lagi
ASI
2. Batasi jumlah Indikator IR ER
dan jam  Klien
bebas dari 5 5
berkunjung tanda dan
3. Menganjurkan gejala
infeksi
untuk lebih  Menunjukk 4 5
banyak an
kemampua
memberikan n untuk
asupan makanan mencegah
timbulnya
atau cairan infeksi
4. Berkolaborasi  Jumlah
leukosit 4 5
pemberian dalam
antibiotic: batas
normal
Ampicilin
 Menunjuka
2x100 mg (H2) n perilaku 5 5
iv dan hidup sehat
Intervensi dipertahankan :
gentamycin
1. Anjurkan cuci tangan
1x17 mg (H2)
tiap melakukan
iv
kegiatan
2. Anjurkan lebih
banyak asupan
makanan dan cairan
3. Berkolaborasi
pemberian antibiotic.

LOG BOOK
PEMBERIAN OBAT INTRA VENA (IV) DI RUANG MAWAR
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
FRANSISKA RENOVANIE, S.Kep
NIM. 21.300.0158
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

LEMBAR PENGESAHAN
LOG BOOK
PEMBERIAN OBAT INTRA VENA (IV) DI RUANG MAWAR
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :
FRANSISKA RENOVANIE, S.Kep
NIM. 21.300.0158

MENGETAHUI,
Palangka Raya, 2022

Clinical Teacher/CT Clinical Instructur/CI

( ) (Dessy Mariasanthy, S.Kep, Ners)


ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN / LOG BOOK
1. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Pemberian obat melalui injeksi intravena (IV)

2. Nama klien : By. Ny. Y

3. Diagnosa medis : Neonatus Infection

4. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy/kelelahan,
ketidakseimbangan metabolik
b. Infeksi berhubungan dengan Faktor Resiko

5. Justifikasi tindakan
a. Definisi injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
b. Tujuan
1) Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan
injeksi parenteral lain
2) Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3) Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.
c. Tempat injeksi
1) Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2) Pada tungkai (vena sephenous)
3) Pada leher (vena jugularis)
4) Pada kepala (vena prontalis dan pena temporalis)
5) Pada selang infus (bolus)

6. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional


a. Prinsip : steril dan bersih
Rasional : mencegah terjadinya resiko inveksi
b. Prinsip : tindakan sesuai prosedur atau SOP
Rasional : mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan tindakan
c. Prinsip : aman
Rasional : memberikan rasa aman dan nyaman serta transparan kepada klien
tentang tindakan yang akan dilakukan
d. Persiapan alat dan persiapan klien
1) Peralatan
a) Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b) Alkohol swab
c) Sarung tangan bersih
d) Obat injeksi yang sesuai dengan terapi klien
e) Spuit 2 ml-5 ml (sesuai dengan kebutuhan)
f) Bak spuit
g) Baki obat
h) Perlak pengalas
i) Bengkok
2) Prosedur kerja
a) Cuci tangan
b) Siapkan obat dengan prinsip 10 benar
(1) Benar obat
(2) Benar dosis
(3) Benar waktu pemberian
(4) Benar cara dan tempat pemberian
(5) Benar klien
(6) Pendidikan untuk klien
(7) Benar dokumentasi
(8) Benar hak klien untuk menolak
(9) Benar pengkajian penilaian efek dari obat
(10) Benar evaluasi hasil penilaian dan efek obat terhadap klien
c) Identifikasi klien
d) Beritahu orangtua pasien dengan menjelaskan prosedur yang akan
diberikan
e) Atur klien pada posisi yanng nyaman
f) Pakai sarung tangan bersih
g) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter
sekitar 5cm dan tunggu sampai kering
h) Off kan tetesan cairan infus
i) Klem selang infus
j) Pada karet yang ada diselang infus terdapat tanda seperti bulatan
yaitu untuk titik penyuntikan atau ada juga terdapat lubang buka
tutup khusus untuk membolus
k) Jika menggunakan lubang buka tutup khusus langsung memisahkan
spuitdengan jarum/nedelnya kemudian spuit dimasukkan dan diputar
sampai pas, jika sudah lalu dorong spuuit secara perlahan dan selalu
komunikasi dengan klien agar klien merasa rileks dan sambil
mengusap bagian atas kulit yang searah dengan pembuluh darah
klien agar obat masuk dengan lancar.
l) Jika menggunakan karet yang ada diselang infus maka harus mencari
titik penyuntikan yang sudah diberi tanda dengan lingkaran, jika
sudah ketemu tusukkan perlahan jarum dan spuit dikaret lalu dorong
spuit secara perlahan sambil berkomunikasi dengan kliendan sambil
mengusap pembuluh darah vena klien agar klien merasa lebih
nyaman.
m)Cabut spuit atau jarum dan bersihkan kembali dengan alkohol
n) Kembalikan posisi klien.
o) Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
p) Buka sarung tangan
q) Cuci tangan
r) Dokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan
7. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahannya :
a. Bahaya
1) Klien alergi terhadap obat (misalnya menggigil, urticaria, syok, collaps,
dll)
2) Pada bekas suntikan dapat terjadi abses, nekros atau hematoma
3) Efek toksik mudak terjadi karena keadaan obat yang tinggi segera
mencapai darah dan jaringan.

b. Pencegahan
1) Obat-obatan suntikan yang diberikan harus sesuai dengan proogram
pengobatan
2) Sebelum menyiapkan obat suntikan bacalah dengan teliti petunjuk
pengobatan yang ada dalam catatan medik atau status klien yaitu nama
obat, dosis, waktu dan cara pemberiannya.
3) Perhatikan teknik septik dan antiseptiknya
4) Spuit dan jarum suntik tidak boleh digunakan untuk menyuntik klien
yang lain.
5) Spuit yang retak atau bocor dan jarum suntik yang sudah tumpul,
berkarat atau ujungnya bengkok tidak boleh dipakai lagi
6) Klien yang telah mendapat suntikan harus diawasi untuk beberapa
waktu sebab ada kemungkinan timbul reaksi alergi.

8. Tujuan tindakan tersebut dilakukan


a. Mempercepat proses penyerapan obat, untuk memberikan dosis obat
ddalm jumlah yang lebih besar
b. Menghindari kerusakan jaringan

9. Hasil yang didapat dan maknanya


Klien mendapatkan terapi pengobatan dengan melakukan tindakan injeksi
intravena melalui selang infus (bolus), kebutuhan klien terhadap pemenuhan
medikasi didalam tubuhnya sudah dapat dipenuhi.

10. Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk


mengatasi masalah/diagnosa tersebut (mandiri dan kolaborasi)
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital
b. Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan
intravena sesuai kebutuhan.

PEMBERIAN OBAT INTRA VENA


No: Dokumen No: Revisi Halaman
.......... ..................

STANDARD Tanggal Penetapan Ditetapkan oleh,


OPERSIONAL Ka. Laboratorium Keperawatan
PROSEDUR
Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung
PENGERTIAN
ke dalam pembuluh darah vena
TUJUAN Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan secara intra
KEBIJAKAN
vena (I.V)
PETUGAS Perawat
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
3. Jarum 1 (steril)
4. Bak spuit 1
5. Alcohol swab
6. Desinfektan (zalf atau cair)
PERALATAN 7. Torniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Obat sesuai program terapi
10. Bengkok 1
11. Hypafix
12. Plester dan gunting
13. Buku injeksi/daftar obat
PROSEDUR
PELAKSANAAN A. Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan

C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
2. Memasang perlak dan alasnya
3. Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4. Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
5. Memakai hand schoon
6. Membersihkan kulit dengan alcohol swab (melingkar
dari arah dalam ke luar) biarkan kering
7. Mempertahankan vena pada posisi stabil
8. Memegang spuit dengan sudut 30 derajat
9. Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang
jarum menghadap ke atas
10. Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit
11. Membuka tourniquet
12. Memasukkan obat secara perlahan
13. Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas
14. Menutup daerah tusukan dengan hypafix
15. Membuang spuit ke dalam bengkok

D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN


PEMBERIAN OBAT INTRA VENA
NILAI
NO ASEK YANG DINILAI
0 1 2
A ALAT
1 Sarung tangan 1 pasang
2 Spuit sesuai kebutuhan
3 Jarum 1 (steril)
4 Bak spuit 1
5 Kapas alcohol dalam kom (secukupnya)
6 Desinfektan (zalf atau cair)
7 Torniquet/manset
8 Perlak dan pengalas
9 Obat sesuai program terapi
10 Hypafix
11 Bengkok 1
12 Plester dan gunting
13 Buku injeksi/daftar obat
B Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan obat sesuai prinsip
4 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
C Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
D Tahap kerja
1 Mengatur posisi pasien dan pilih vena dari arah distal
2 Memasang perlak dan alasnya
3 Membebaskan daerah yang akan di injeksi
4 Meletakkan tourniquet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
5 Memakai hand schoon
6 Membersihkan kulit dengan kapas alcohol (melingkar dari arah
dalam ke luar) biarkan kering
7 Mempertahankan vena pada posisi stabil
8 Memegang spuit dengan sudut 30 derajat
9 Menusuk vena dengan kemiringan 300, dan lubang jarum
menghadap ke atas
10 Melakukan aspirasi dan pastikan darah masuk spuit
11 Membuka tourniquet
12 Memasukkan obat secara perlahan
13 Mencabut spuit sambil menekan daerah tusukan dengan kapas
14 Menutup daerah tusukan dengan hypafix
15 Membuang spuit ke dalam bengkok
E Tahap Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Berpamitan dengan klien
3 Membereskan alat-alat
4 Mencuci tangan
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
TOTAL

Nilai : Penguji,

(……………………….)
Keterangan :
1 : Tidak Dilakukan.
2 : Dilakukan Tidak Sempurna.
3 : Dilakukan Dengan Sempurna.

Rumus :
Nilai :
x
N: x 100%
2y
Keterangan :
N : Total nilai
x  : Total skore
y  : Jumlah tindakan

A = 85 – 100
Range Nilai : B = 75 – 84

NB : kelulusan apabila 75% dari jumlah keseluruhan kegiatan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai