Anda di halaman 1dari 11

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS TANGAN MELALUI

KETERAMPILAN MEMBUAT PAPER CLAY PADA SISWA TUNAGRAHITA


KATEGORI SEDANG KELAS III SDLB DI SLB WIYATA DHARMA 2 TEMPEL
SLEMAN YOGYAKARTA

JURNAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan guna untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Dian Maya Puspitasari
NIM 09103244025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

i
ii
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS TANGAN


MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT PAPER CLAY PADA
SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III
SDLB DI SLB WIYATA DHARMA II TEMPEL SLEMAN
YOGYAKARTA
THE SOFT HAND MOTORIC IMPROVEMENT THROUGH MAKE PAPER
CLAY SKILL OF THIRD GRADE MENTALLY RETARDED STUDENT IN
MIDDLE CATEGORY OF SDLB IN SLB WIYATA DHARMA II TEMPEL
SLEMAN YOGYAKARTA
Penulis 1 : Dian Maya Puspitasari
Penulis 2 : Dr. Sari Rudiyati M.Pd

Pendidikan Luar Biasa

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
tangan anak tunagrahita kategori sedang kelas III SDLB melalui keterampilan
membuat paper clay di SLB Wiyata Dharma II Tempel, Sleman Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian


tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini dilakukan dalam satu
siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah 4
siswa tunagrahita kategori sedang kelas 3 SDLB di SLB Wiyata Dharma II
Sleman Yogyakarta. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan
tes kemampuan motorik halus, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis
menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keterampilan membuat paper clay


dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada siswa tunagrahita sedang
kelas 3 SDLB. Peningkatan kemampuan motorik halus dapat dilihat dari siswa
dalam menggunakan tangan untuk peningkatan kemampuan motorik halus siswa
melalui kegiatan menggunting, menyobek, dan meremas kertas dengan baik.
Subyek penelitian dapat melakukan gerak motorik halus secara cepat, dapat
melakukan koordinasi mata dan tangan ketika melakukan gerak motorik halus dan
dapat melakukan gerak motorik halus secara lentur selama pembuatan
keterampilan paper clay. Peningkatan kemampuan motorik halus juga dapat
dilihat dari perbandingan skor yang diperoleh sebelum dan sesudah membuat
keterampilan paper clay. Perolehan skor pra tindakan pada ERN memperoleh skor
52 (kategori cukup), SPT memperoleh skor 50 (kategori cukup), SLM
memperoleh skor 42 (kategori sedang), dan SYL memperoleh skor 36,5 (kategori
sedang). Kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang melalui
keterampilan membuat paper clay mengalami peningkatan setelah diberikan
tindakan pada siklus I. Peningkatan masing-masing siswa dapat dilihat dari skor
(pasca tindakan I), ERN memperoleh skor 77 (kategori baik), SPT memperoleh
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)2

skor 75 (kategori baik), SLM memperoleh skor 61,5 (kategori cukup), dan SYL
memperoleh skor 58 (kategori cukup). Berdasarkan skor tes yang diperoleh semua
siswa tunagrahita sedang kelas 3 SDLB dalam kemampuan motorik halus berada
dalam kategori cukup dan sedang. Sehingga keempat subjek telah mencapai
indikator keberhasilan.

Kata Kunci: Kemampuan Motorik Halus, Paper Clay, Anak Tunagrahita Sedang

ABSTRAK
This study aims to improve mentally retarded third grade student’s soft
hand motoric in middle category of SDLB through paper clay skill in SLB Wiyata
Dhrma II Tempel, Sleman, Yogyakarta

This study used quantitative approach with classroom action research type
of research. This research was done in one cycle out of three meetings. Subject
from this research was the mentally retarded third grade students of SDLB in SLB
Wiyata Dharma II Sleman Yogyakarta. The students consisted of three pupils. The
data collecting methods in this research used observational method, soft hand
motoric test, and documentation. This research used observation guideline, soft
hand motoric test, and documentation as the instruments. Data analysis used
descriptive quantitative analytical technique and comparative technique.

The results of this research showed that student’s paper clay skill can
improve mentally retarded third grade student’s soft hand motoric in middle
category in SDLB. This improvement was caused by the paper clay skill, students
were invited to cut, torn, and squeeze the paper. These activities improve the
student’s ability in soft hand motoric indirectly. It was proofed by the previous
student’s soft hand motoric ability before making paper clay: ERN get 52, SPT get
50, SLM get 42, and SYL get 36.5 for each of the score. Student’s ability in
making paper clay improved after the first cycle was given to the students. Each
of the student’s improvement could be seen from this data, ERN get 77, SPT get
75, SLM get 61.5, and SYL get 58 for each of the score. Based on test score
earned by 3rd students in smooth motoric ability, is included into mediocre and
medium category. So, the four subjects have reached success.

Keyword: Soft Hand Motoric Skill, Paper Clay, Mentally retarded Middle
Students
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)3

PENDAHULUAN
Anak tunagrahita sedang mengalami Penguasaan motorik halus pada anak
hambatan dalam perkembangan mentalnya, tunagrahita kategori sedang mengalami
sehingga berdampak pada seluruh aspek keterlambatan 2-4 tahun dibanding anak
kehidupannya yang menjadikan mereka normal pada umumnya (Delphie, 1996;3).
mengalami ketergantungan kepada Sebagai akibat dari keterlambatan yang
lingkungannya. Jika mereka tidak dialaminya, anak tunagrahita menjadi sulit
mendapatkan pendidikan yang tepat, maka ketika melakukan aktifitas yang
mereka akan sangat kesulitan untuk membutuhkan kerja motorik halus misalnya
menolong dirinya sendiri agar dapat hidup menulis, menangkap bola, menggunting,
lebih mandiri. melipat dan serta aktifitas lain yang
membutuhkan keterlibatan kerja otot-otot
Anak tunagrahita kategori sedang di kecil yang terdapat di jari tangan. Anak
dalam kehidupan sehari-hari masih tunagrahita mengalami kesulitan didalam
membutuhkan perawatan yang terus- gerak yang membutuhkan kelenturan otot-
menerus. Anak tunagrahita kategori sedang otot kecil atau motorik halus. Pada dasarnya
sangat sulit belajar secara akademik seperti kesulitan yang dialami anak tunagrahita
menulis, membaca serta berhitung, namun kategori sedang dikarenakan terdapat
anak masih dapat menulis hal-hal yang kekakuan pada otot-otot tersebut. Oleh
sederhana misalnya nama. Dengan kata lain karena itu anak tunagrahita kategori sedang
pendidikan bagi anak tunagrahita kategori membutuhkan latihan-latihan untuk
sedang lebih ditekankan pada latihan mengembangkan motorik halusnya.
keterampilan yang berhubungan dengan
aktivitas sehari-hari, seperti mengurus diri Begitu pentingnya motorik halus
sendiri, mandi, berpakaian, makan, minum didalam kehidupan sehari-hari, maka
hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga diperlukan pelatihan yang dapat
yang sederhana. meningkatkan kemampuan motorik halus
anak tunagrahita. Banyak cara yang dapat
Anak tunagrahita memiliki hambatan dilakukan guna meningkatkan kemampuan
yang sangat kompleks, namun dalam diri motorik halus anak tunagrahita sedang,
anak tunagrahita masih terdapat potensi antara lain dengan melalui permainan paper
yang dapat dikembangkan yaitu motorik clay
halusnya. Meskipun menurut Hurlock
(1992;244), kemampuan motorik halus Hasil pengamatan yang sudah
sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, dilakukan di SLB Wiyata Dharma 2
sehingga menyebabkan anak tunagrahita Tempel ,ditemukan masalah pada siswa kelas
kategori sedang dalam bergerak menjadi 3 SDLB berupa kurangnya kemampuan dan
kaku dan tidak harmonis, akan tetapi secara kesulitan dalam motorik halusnya. Anak
potensial motorik halus anak tunagrahita tersebut masih mengalami kesulitan dalam
masih dapat dikembangkan. Menurut menggunakan pena, karena anak masih belum
Sujiono.dkk (2009:1.14) Motorik halus dapat memegang pena dengan benar. Ketika
adalah gerakan yang melibatkan bagian– anak diminta menebalkan bentuk lingkaran,
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan segitiga serta huruf-huruf dan angka , tampak
oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan anak masih kurang rapi dan titik garis yang
menggunakan jari jemari tangan dan dihubungkan masih kurang jelas. Berdasarkan
gerakan pergelangan tangan yang tepat. informasi dari guru kelasnya, anak tersebut
Gerakan ini tidak terlalu membutuhkan ketika mewarnai masih keluar dari gambar
tenaga, namun membutuhkan koordinasi serta tidak rapi. Dalam melakukan kegiatan ini
mata dan tangan yang cermat. anak juga masih membutuhkan waktu yang
lama, dikarenakan kelemahan pada jari-jari
tangan
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)4

anak serta gerak motorik halus anak yang METODE PENELITIAN


masih kurang baik.
Penelitian ini merupakan penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, tindakan kelas (PTK) atau “Classroom
maka perlu diadakan usaha untuk Action Research”. Penelitian tindakan kelas
meningkatkan motorik halus anak yaitu merupakan salah satu cara yang dapat
antara lain dengan menggunakan media digunakan oleh guru untuk memperbaiki
paper clay atau bubur kertas. Pelatihan layanan pendidikan yang diselenggarakan di
motorik halus tangan diberikan kelas dan meningkatkan kualitas program
menggunakan paper clay karena merupakan sekolah secara keseluruhan (Zainal Aqib
media yang sangat menarik dan unik dimana 2007:18).
anak menggunakan jari jemari dalam
membuat adonan, membentuk serta Peneliti menggunakan jenis
mewarnai objek hasil akhir karya dari bubur penelitian tindakan kelas, bertujuan untuk
kertas agar hasilnya lebih menarik dan anak meningkatkan kemampuan motorik halus
akan merasa senang dalam membuatnya. anak tunagrahita kategori sedang kelas 3
Dengan pelatihan menggunakan media SDLB di SLB C Wiyata Dharma melalui
paper clay ini diharapkan anak tunagrahita keterampilan membuat paper clay. dalam
kategori sedang mampu menggunakan penelitian ini peneliti bekerja sama dengan
tangan dan jemarinya untuk meremas-remas guru kelas.
dan menyobek-nyobek kertas.
Subyek penelitian ini sebanyak tiga
Pelatihan motorik halus tangan orang siswa tunagrahita kategori sedang
dengan paper clay ini memiliki kelebihan kelas 3 SDLB di SLB Wiyata Dharma 2
untuk meningkatkan kemampuan motorik Sleman Yogyakarta. Alasan memilih siswa
halus anak tunagrahita kategori sedang yaitu kelas 3 dan berjumlah 4 orang adalah ada
dengan mendorong minat dan motivasi anak anak yang motorik halusnya masih rendah
dalam kegiatan pembelajaran dikelas agar dan perlu ditingkatkan.
anak dapat konsentrasi dan dapat
Data dalam penelitian ini diungkap
menggunakan tangannya untuk melakukan
melalui metode tes, observasi dan
kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang
dokumentasi. Tes yang digunakan adalah tes
lain, serta dapat meningkatkan imajinasi dan
perbuatan yaitu melakukan ketepatan gerak
kreativitas yang dimiliki anak. Hal yang
tangan, koordinasi mata dan tangan,
menarik bagi anak dalam melakukan
kelenturan gerak tangan. Melalui tes
kegiatan pelatihan dengan paper clay ini
perbuatan tersebut peneliti mengetahui
adalah anak dapat membentuk adonan paper
kemampuan sekaligus kesulitan yang
clay dan mewarnai hasil objek berbentuk
dihadapi siswa berkaitan dengan
binatang atau bunga sesuai dengan
keinginan dan kreativitas anak. kemampuan motorik kasar. Jenis observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kenyataan di lapangan penerapan observasi yang dilakukan secara parsitipatif
media ketrampilan paper clay belum banyak (partisipant observation). Dalam hal ini
digunakan untuk meningkatkan motorik proses pengamatan yang dilakukan peneliti
halus anak tunagrahita kategori sedang. Oleh dengan ikut terlibat dalam kegiatan
karena itu penelitian tentang “ Peningkatan peningkatan motorik halus tangan dengan
Kemampuan Motorik Halus Melalui subyek yang sedang diteliti. Hal ini
Keterampilan Paper Clay Pada Anak Siswa dilakukan untuk memperoleh data atau
Tunagrahita Kategori Sedang Kelas 3 SDLB informasi yang lengkap, mendalam dan
di SLB Wiyata Dharma 2 Tempel Sleman terinci. Metode dokumentasi yang
Yogyakarta” penting dilakukan. digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menganalisis dokumen-dokumen
yang ada yaitu antara lain dokumen hasil
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)5

pembelajaran, foto pada saat anak Deskripsi Kemampuan Motorik Halus


melakukan proses pembelajaran Pra Tindakan
Kemampuan awal motorik halus
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: subjek dilakukan dengan memberikan
160) “instrumen adalah alat bantu yang dipilih tes terhadap subjek sebelum diberikan
dan digunakan peneliti dalam kegiatannya perlakuan kepada subjek tersebut. Tes
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut kemampuan motorik halus yang terdiri
menjadi sistematis dan mudah dalam mengolah dari 13 item, untuk mengungkapkan
data”. kemampuan motorik halus subjek yaitu
ketepatan gerak tangan, koordinasi mata
Suatu data yang telah dikumpulkan
dengan tangan, dan keluwesan/
dalam penelitian akan menjadi tidak
kelenturan gerak tangan. Ketepatan
bermakna apabila tidak dianalisis yakni
gerak tangan berupa menghubungkan
diolah dan diinterpretasikan. Menurut Wina
titik-titik dengan pola garis lurus,
Sanjaya (2009: 106) analisis data adalah
menghubungkan titik-titik dengan pola
suatu proses mengolah dan mengintepretasi
garis miring, menghubungkan titik-titik
data dengan tujuan untuk mendudukkan
berbagai informasi sesuai dengan fungsinya dengan pola garis lengkung,
hingga memiliki makna dan arti yang jelas memasukkan koin ke dalam celengan,
sesuai dengan tujuan penelitian. dan memasukkan kerikil ke dalam kotak.
Koordinasi mata dengan tangan berupa
Hasil tes kemampuan motorik halus menyusun menara 4 kubus, memasukkan
pra tindakan dan pasca tindakan siklus 1 manik-manik besar pada benang, dan
dibandingkan agar dapat diketahui adanya memasukkan manik-manik sedang pada
peningkatan kemampuan motorik halus yang benang. Keluwesan/ kelenturan tangan
dilakukan oleh masing-masing anak berupa menebalkan garis bentuk segi
tunagrahita kategori sedang. Skor yang di empat, menebalkan garis bentuk
peroleh setiap siswa di persentasekan segitiga, menebalkan garis bentuk
dengan menggunakan rumus: (M. Ngalim lingkaran, menebalkan garis bentuk
Purwanto, 2006: 102) bujur sangkar, dan membuka lembaran
= kertas dalam buku.
Berdasarkan hasil pengukuran yang
telah dilakukan kemampuan motorik
Keterangan : halus sebelum dilakukan tindakan
NP = nilai persen yang dicari menunjukkan bahwa kemampuan
atau diharapkan motorik halus dari kelima subjek
R = skor mentah yang diperoleh penelitian belum optimal.
siswa
SM = skor maksimum ideal Observasi Siklus 1
100 = bilangan tetap Pengamatan dilakukan oleh peneliti
(M. Ngalim Purwanto, 2006: 102) dan guru kolaborator selama proses
kegiatan pembelajaran kemampuan
HASIL PENELITIAN DAN motorik halus melalui keterampilan
PEMBAHASAN membuat paper clay.
Berdasarkan data hasil observasi
Hasil Penelitian
dapat diketahui bahwa partisipasi
Subjek dalam penelitian ini sebanyak masing-masing siswa mencapai kategori
4 siswa yang berjenis kelamin perempuan. baik, sedang, dan cukup, dengan rincian:
Kegiatan pra tindakan dilakukan sebagai subjek ERN memperoleh skor partisipasi
persiapan sebelum memulai penelitian. 68 kategori baik, SPT memperoleh skor
partisipasi 58 kategori sedang, serta
SLM dan SYL masing-masing
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)6

memperoleh skor partisipasi 44 dan 42 sedang kelas III SDLB di SLB C Wiyata
kategori cukup. Peneliti bersama dengan Dharma 2 Tempel.
guru merefleksi dari semua tindakan Keterampilan membuat paper clay
yang diberikan pada siklus 1, hasil merupakan seni keterampilan atau
refleksi tersebut yaitu semua siswa kerajinan yang dibuat dari kertas daur
dalam siklus 1 sudah menunjukkan ulang yang dijadikan bubur kemudian
partisipasi yang baik, sedang, dan cukup. adonan bubur tersebut yang di campur
dengan lem kayu. Keterampilan
Deskripsi Hasil Kemampuan Motorik membuat paper clay ini berkaitan erat
Halus Tangan Pasca Tindakan dengan peningkatan kemampuan
motorik halus siswa karena terdapat
gerakan-gerakan menggunakan jari
Hasil tes kemampuan motorik halus jemari dalam menggunting, merobek-
menunjukkan subjek ERN mendapat robek, meremas-remas, dan membentuk
skor 77 dengan kategori cukup, SPT adonan kertas serta mewarnai hasil dari
mendapat skor 75 dengan kategori objek bentuk yang di inginkan, yang
cukup, SLM mendapat nilai 61,5 dengan memerlukan koordinasi mata dan
kategori sedang, SYL mendapat nilai 58 tangan, sehingga mampu melenturkan
otot-otot pada tangan dan meningkatkan
dengan kategori sedang. Pada hasil tes
konsentrasi pada anak. Dengan demikian
pasca tindakan siklus 1 semua subjek perilaku motorik halus anak akan terlatih
telah memperoleh skor kemampuan untuk melakukan kegiatan yang
motorik halus melalui keterampilan berkaitan dengan gerak tangan.
membuat paper clay telah mengalami Pemberian tindakan kemampuan
peningkatan, dimana yang awalnya motorik halus melalui keterampilan
kategori sedang meningkat menjadi membuat paper clay dalam penelitian ini
dilakukan dalam 1 siklus yang terdiri
cukup dan kategori kurang meningkat
dari 3 pertemuan dengan waktu 3x30
menjadi sedang. Berdasarkan skor tes tiap pertemuan. Adapun dalam tiap
yang diperoleh semua siswa tunagrahita pertemuan ada tiga kegiatan yang
sedang kelas 3 SDLB dalam kemampuan dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan
motorik halus berada dalam kategori inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal
cukup dan sedang. Sehingga keempat yaitu sebelum pelatihan dimulai guru
subjek telah mencapai indikator mengajak siswa berbaris di lapangan dan
mengajak siswa untuk berdoa kemudian
keberhasilan.
siswa mengucapkan salam kepada guru
lalu siswa menjawab salam guru.
Berdasarkan hasil di atas Sedangkan apersepsi dengan guru
menunjukkan bahwa tes kemampuan mengulang sepintas gerakan pemanasan
motorik halus siswa telah mengalami Pada kegiatan inti guru menjelaskan
peningkatan kemampuan motorik halus dan memperkenalkan peralatan dalam
tangan serta partisipasi siswa dalam membuat keterampilan paper clay,
keterampilan membuat paper clay sudah misalnya kertas bekas, karton, lem, dan
cukup baik. Oleh karena itu, siklus 2 lain-lain. Guru memberi contoh cara
tidak perlu dilakukan karena siklus 1 menggunting-gunting kertas. Guru
telah berhasil sesuai dengan indikator memberi contoh cara merobek-robek
keberhasilan. kertas kemudian menaruhnya diember
Penelitian tindakan yang dilakukan yang berisi air. Guru mengajari siswa
peneliti yaitu memfokuskan pada untuk merendam kertas yang telah
peningkatan kemampuan motorik halus dirobek-robek di dalam ember yang
melalui keterampilan membuat paper berisi air selama 2 hari 3 malam. Guru
clay pada siswa tunagrahita kategori
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)7

mengajari siswa meremas-remas kertas bahwa faktor yang mempengaruhi


yang telah direndam. Guru meminta motorik halus adalah: pembawaan anak
siswa untuk memisahkan ampas kertas dan stimulai yang didapatkannya.
dengan menggunakan saringan atau Lingkungan (orang tua) mempunyai
diperas menggunakan kain katun. Guru pengaruh yang lebih besar dalam
meminta siswa untuk meletakan adonan kecerdasan motorik halus anak.
kedalam baskom. Guru mengajari siswa Lingkungan dapat meningkatkan ataupun
membentuk adonan dengan cara menurunkan taraf kecerdasan anak,
menekan-nekan adonan kedalam cetakan terutama pada masa-masa pertama
gambar 2 dimensi, seperti bentuk kehidupannya. Setiap anak mampu
binatang dan bunga. Guru mendampingi mencapai tahap perkembangan motorik
siswa menjemur hasil karyanya, halus yang optimal asal mendapatkan
kemudian setelah kering di angkat. Guru stimulasi tepat. Di setiap fase, anak
meminta siswa mewarnai hasil karya membutuhkan rangsangan untuk
paper clay yang telah kering sesuai mengembangkan kemampuan mental dan
dengan kreativitas dan imajinasi siswa. motorik halusnya. Semakin banyak yang
Kegiatan penutup guru mengajak dilihat dan didengar anak, semakin
siswa melakukan gerakan-gerakan banyak yang ingin diketahuinya.Dengan
relaksasi berupa membuka tutup tangan demikian stimulasi yang diberikan
dan membuka tutup jemari. Mata kepada siswa dapat meningkatkan
pelajaran Seni Rupa dan Keterampilan kemampuan motorik halusnya.
melalui keterampilan membuat paper
clay di tutup dengan berdoa dan Kemampuan motorik halus siswa
mengucap salam. mengalami peningkatan setelah diberikan
tindakan menggunakan keterampilan
membuat paper clay. Peningkatan
PEMBAHASAN masing-masing siswa dapat dilihat dari
nilai (pasca tindakan I), ERN
Berdasarkan hasil penelitian yang memperoleh skor 77, SPT memperoleh
telah dikemukakan sebelumnya, setelah skor 75, SLM memperoleh skor 61,5, dan
siswa diberi tindakan pada siklus 1 SYL memperoleh skor 58. Besarnya
kemampuan motorik halus melalui peningkatan kemampuan motorik halus
keterampilan membuat paper clay, dari siswa masing-masing siswa yaitu: ERN
hasil observasi partisipasi siswa dalam meningkat sebesar 48,1%, SPT
keterampilan membuat paper clay berada meningkat sebesar 50%, SLM meningkat
dalam kategori baik, sedang, dan cukup sebesar 45,5%, dan SYL meningkat
saat mengikuti pembelajaran yang sebesar 57,9%. Peningkatan kemampuan
diberikan. Sedangkan berdasarkan hasil motorik halus siswa pada siklus 1 sudah
tes setelah diberikan tindakan pada siklus optimal karena telah menunjukkan
1 menunjukkan bahwa kemampuan peningkatan dari sebelum diberikan
motorik halus siswa tunagrahita sedang tindakan dan telah mencapai indikator
kelas 3 SDLB dalam kategori cukup dan keberhasilan.
sedang. Kemampuan masing-masing
subjek ini dapat dilihat dari sebelum Hasil penelitian ini menunjukkan
diberikan tindakan dilakukan (pra bahwa kemampuan motorik halus anak
tindakan): ERN memperoleh skor 52, tunagrahita sedang dapat ditingkatkan.
SPT memperoleh skor 50, SLM Hal ini juga sesuai dengan Menurut
memperoleh skor 42, dan SYL David Brainbrige (1996) bahwa seni
memperoleh skor 36,5. kerajinan clay ini selain untuk mengasah
kemampuan otak kanan dan
Hal ini sesuai dengan pendapat meningkatkan daya kreativitas dan
menurut Mollie and Russell Smart (2010) imajinasi anak juga digunakan untuk
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)8

melatih kerja syaraf motorik anak keterampilan membuat paper clay: ERN
sehingga banyak yang menggunakan clay memperoleh skor 52, SPT memperoleh
sebagai alternatif untuk membantu anak skor 50, SLM memperoleh skor 42, dan
yang mengalami kesulitan dalam SYL memperoleh skor 36,5. Kemampuan
menggerakan jari-jemarinya dan motorik halus siswa tunagrahita sedang
mengasah konsentrasi anak dalam melalui keterampilan membuat paper
membuat bubur kertas. clay mengalami peningkatan setelah
diberikan tindakan pada siklus 1.
Keterampilan membuat paper clay Peningkatan masing-masing siswa dapat
yang telah diberikan pada siswa kelas 3 dilihat dari nilai (pasca tindakan I), ERN
SDLB dapat meningkatkan kemampuan memperoleh skor 77, SPT memperoleh
motorik halus siswa tunagrahita sedang. skor 75, SLM memperoleh skor 61,5, dan
Kelebihan keterampilan membuat paper SYL memperoleh skor 58.
clay yaitu karena terdapat gerakan-
gerakan menggunakan jari jemari dalam Saran
menggunting, merobek-robek, meremas-
remas, dan membentuk adonan kertas Berdasarkan hasil penelitian dan
serta mewarnai hasil dari objek bentuk pembahasan, peneliti memberikan
yang di inginkan, yang memerlukan beberapa saran sebagai berikut :
koordinasi mata dan tangan, sehingga
Bagi Guru
mampu melenturkan otot-otot pada
tangan dan meningkatkan konsentrasi Guru sebaiknya lebih aktif dan giat
pada anak. Dengan demikian perilaku dalam membuat media pembelajaran
motorik halus anak akan terlatih untuk untuk membantu dalam proses pemberin
melakukan kegiatan yang berkaitan materi kepada siswa
dengan gerak tangan.
Bagi Siswa
SIMPULAN DAN
Siswa sebaiknya selalu
SARAN Simpulan memperhatikan penjelasan dari guru,
ketika saat memulai pembelajaran agar
Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih mudah dan paham saat
pembahasan yang telah dilaksanakan
pembelajaran melalui keterampilan
dapat disimpulkan bahwa dengan
membuat paper clay.
keterampilan membuat paper clay
ternyata dapat meningkatkan kemampuan DAFTAR PUSTAKA
motorik halus pada siswa tunagrahita
sedang kelas 3 SDLB. Peningkatan Aqib Zainal . (2007). Penelitian
kemampuan motorik halus dikarenakan Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
dengan keterampilan membuat paper Aksara
clay, siswa diberi tindakan dengan
memperkenalkan, memberi contoh, Bainbridge, Colin . (1996) Designing
mengajari dan mendampingi siswa dalam For Change: A Practical Guide to
melakukan kegiatan menggunakan Business Transformation. New York:
kekuatan motorik halus siswa yaitu John Welly & Sons
tangan. Pada keterampilan membuat Delphie, B . (1996). Psikomotor.
paper clay siswa diajarkan menggunting, Bandung : Mitra Grafika
menyobek, dan meremas kertas. Hal ini
secara langsung dapat meningkatkan Hurlock, E. B . (1992). Psikologi
kemampuan motorik halus tangan siswa. Perkembangan. Alih bahasa oleh
Istiwidayanti dan Sujarwo. Jakarta :
Kemampuan awal motorik halus Erlangga
masing-masing siswa sebelum membuat
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)9

Mollie and Russell Smart. (2010).


Motorik Halus.
http://bintangbangsaku.com/artikel/20
10/12 . Diakses tanggal 16 Desember
2013 jam 20.30 WIB
Ngalim, Purwanto . (2006).
Psikologi Pendidikan. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto. (2002).
Prosedur Penelitian Suatu Tindakan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Wina Sanjaya. (2009), Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana

Anda mungkin juga menyukai