Jurnal 2
Jurnal 2
JURNAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi
Sebagian Persyaratan guna untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Dian Maya Puspitasari
NIM 09103244025
i
ii
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
tangan anak tunagrahita kategori sedang kelas III SDLB melalui keterampilan
membuat paper clay di SLB Wiyata Dharma II Tempel, Sleman Yogyakarta.
skor 75 (kategori baik), SLM memperoleh skor 61,5 (kategori cukup), dan SYL
memperoleh skor 58 (kategori cukup). Berdasarkan skor tes yang diperoleh semua
siswa tunagrahita sedang kelas 3 SDLB dalam kemampuan motorik halus berada
dalam kategori cukup dan sedang. Sehingga keempat subjek telah mencapai
indikator keberhasilan.
Kata Kunci: Kemampuan Motorik Halus, Paper Clay, Anak Tunagrahita Sedang
ABSTRAK
This study aims to improve mentally retarded third grade student’s soft
hand motoric in middle category of SDLB through paper clay skill in SLB Wiyata
Dhrma II Tempel, Sleman, Yogyakarta
This study used quantitative approach with classroom action research type
of research. This research was done in one cycle out of three meetings. Subject
from this research was the mentally retarded third grade students of SDLB in SLB
Wiyata Dharma II Sleman Yogyakarta. The students consisted of three pupils. The
data collecting methods in this research used observational method, soft hand
motoric test, and documentation. This research used observation guideline, soft
hand motoric test, and documentation as the instruments. Data analysis used
descriptive quantitative analytical technique and comparative technique.
The results of this research showed that student’s paper clay skill can
improve mentally retarded third grade student’s soft hand motoric in middle
category in SDLB. This improvement was caused by the paper clay skill, students
were invited to cut, torn, and squeeze the paper. These activities improve the
student’s ability in soft hand motoric indirectly. It was proofed by the previous
student’s soft hand motoric ability before making paper clay: ERN get 52, SPT get
50, SLM get 42, and SYL get 36.5 for each of the score. Student’s ability in
making paper clay improved after the first cycle was given to the students. Each
of the student’s improvement could be seen from this data, ERN get 77, SPT get
75, SLM get 61.5, and SYL get 58 for each of the score. Based on test score
earned by 3rd students in smooth motoric ability, is included into mediocre and
medium category. So, the four subjects have reached success.
Keyword: Soft Hand Motoric Skill, Paper Clay, Mentally retarded Middle
Students
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)3
PENDAHULUAN
Anak tunagrahita sedang mengalami Penguasaan motorik halus pada anak
hambatan dalam perkembangan mentalnya, tunagrahita kategori sedang mengalami
sehingga berdampak pada seluruh aspek keterlambatan 2-4 tahun dibanding anak
kehidupannya yang menjadikan mereka normal pada umumnya (Delphie, 1996;3).
mengalami ketergantungan kepada Sebagai akibat dari keterlambatan yang
lingkungannya. Jika mereka tidak dialaminya, anak tunagrahita menjadi sulit
mendapatkan pendidikan yang tepat, maka ketika melakukan aktifitas yang
mereka akan sangat kesulitan untuk membutuhkan kerja motorik halus misalnya
menolong dirinya sendiri agar dapat hidup menulis, menangkap bola, menggunting,
lebih mandiri. melipat dan serta aktifitas lain yang
membutuhkan keterlibatan kerja otot-otot
Anak tunagrahita kategori sedang di kecil yang terdapat di jari tangan. Anak
dalam kehidupan sehari-hari masih tunagrahita mengalami kesulitan didalam
membutuhkan perawatan yang terus- gerak yang membutuhkan kelenturan otot-
menerus. Anak tunagrahita kategori sedang otot kecil atau motorik halus. Pada dasarnya
sangat sulit belajar secara akademik seperti kesulitan yang dialami anak tunagrahita
menulis, membaca serta berhitung, namun kategori sedang dikarenakan terdapat
anak masih dapat menulis hal-hal yang kekakuan pada otot-otot tersebut. Oleh
sederhana misalnya nama. Dengan kata lain karena itu anak tunagrahita kategori sedang
pendidikan bagi anak tunagrahita kategori membutuhkan latihan-latihan untuk
sedang lebih ditekankan pada latihan mengembangkan motorik halusnya.
keterampilan yang berhubungan dengan
aktivitas sehari-hari, seperti mengurus diri Begitu pentingnya motorik halus
sendiri, mandi, berpakaian, makan, minum didalam kehidupan sehari-hari, maka
hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga diperlukan pelatihan yang dapat
yang sederhana. meningkatkan kemampuan motorik halus
anak tunagrahita. Banyak cara yang dapat
Anak tunagrahita memiliki hambatan dilakukan guna meningkatkan kemampuan
yang sangat kompleks, namun dalam diri motorik halus anak tunagrahita sedang,
anak tunagrahita masih terdapat potensi antara lain dengan melalui permainan paper
yang dapat dikembangkan yaitu motorik clay
halusnya. Meskipun menurut Hurlock
(1992;244), kemampuan motorik halus Hasil pengamatan yang sudah
sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan, dilakukan di SLB Wiyata Dharma 2
sehingga menyebabkan anak tunagrahita Tempel ,ditemukan masalah pada siswa kelas
kategori sedang dalam bergerak menjadi 3 SDLB berupa kurangnya kemampuan dan
kaku dan tidak harmonis, akan tetapi secara kesulitan dalam motorik halusnya. Anak
potensial motorik halus anak tunagrahita tersebut masih mengalami kesulitan dalam
masih dapat dikembangkan. Menurut menggunakan pena, karena anak masih belum
Sujiono.dkk (2009:1.14) Motorik halus dapat memegang pena dengan benar. Ketika
adalah gerakan yang melibatkan bagian– anak diminta menebalkan bentuk lingkaran,
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan segitiga serta huruf-huruf dan angka , tampak
oleh otot-otot kecil, seperti ketrampilan anak masih kurang rapi dan titik garis yang
menggunakan jari jemari tangan dan dihubungkan masih kurang jelas. Berdasarkan
gerakan pergelangan tangan yang tepat. informasi dari guru kelasnya, anak tersebut
Gerakan ini tidak terlalu membutuhkan ketika mewarnai masih keluar dari gambar
tenaga, namun membutuhkan koordinasi serta tidak rapi. Dalam melakukan kegiatan ini
mata dan tangan yang cermat. anak juga masih membutuhkan waktu yang
lama, dikarenakan kelemahan pada jari-jari
tangan
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)4
memperoleh skor partisipasi 44 dan 42 sedang kelas III SDLB di SLB C Wiyata
kategori cukup. Peneliti bersama dengan Dharma 2 Tempel.
guru merefleksi dari semua tindakan Keterampilan membuat paper clay
yang diberikan pada siklus 1, hasil merupakan seni keterampilan atau
refleksi tersebut yaitu semua siswa kerajinan yang dibuat dari kertas daur
dalam siklus 1 sudah menunjukkan ulang yang dijadikan bubur kemudian
partisipasi yang baik, sedang, dan cukup. adonan bubur tersebut yang di campur
dengan lem kayu. Keterampilan
Deskripsi Hasil Kemampuan Motorik membuat paper clay ini berkaitan erat
Halus Tangan Pasca Tindakan dengan peningkatan kemampuan
motorik halus siswa karena terdapat
gerakan-gerakan menggunakan jari
Hasil tes kemampuan motorik halus jemari dalam menggunting, merobek-
menunjukkan subjek ERN mendapat robek, meremas-remas, dan membentuk
skor 77 dengan kategori cukup, SPT adonan kertas serta mewarnai hasil dari
mendapat skor 75 dengan kategori objek bentuk yang di inginkan, yang
cukup, SLM mendapat nilai 61,5 dengan memerlukan koordinasi mata dan
kategori sedang, SYL mendapat nilai 58 tangan, sehingga mampu melenturkan
otot-otot pada tangan dan meningkatkan
dengan kategori sedang. Pada hasil tes
konsentrasi pada anak. Dengan demikian
pasca tindakan siklus 1 semua subjek perilaku motorik halus anak akan terlatih
telah memperoleh skor kemampuan untuk melakukan kegiatan yang
motorik halus melalui keterampilan berkaitan dengan gerak tangan.
membuat paper clay telah mengalami Pemberian tindakan kemampuan
peningkatan, dimana yang awalnya motorik halus melalui keterampilan
kategori sedang meningkat menjadi membuat paper clay dalam penelitian ini
dilakukan dalam 1 siklus yang terdiri
cukup dan kategori kurang meningkat
dari 3 pertemuan dengan waktu 3x30
menjadi sedang. Berdasarkan skor tes tiap pertemuan. Adapun dalam tiap
yang diperoleh semua siswa tunagrahita pertemuan ada tiga kegiatan yang
sedang kelas 3 SDLB dalam kemampuan dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan
motorik halus berada dalam kategori inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal
cukup dan sedang. Sehingga keempat yaitu sebelum pelatihan dimulai guru
subjek telah mencapai indikator mengajak siswa berbaris di lapangan dan
mengajak siswa untuk berdoa kemudian
keberhasilan.
siswa mengucapkan salam kepada guru
lalu siswa menjawab salam guru.
Berdasarkan hasil di atas Sedangkan apersepsi dengan guru
menunjukkan bahwa tes kemampuan mengulang sepintas gerakan pemanasan
motorik halus siswa telah mengalami Pada kegiatan inti guru menjelaskan
peningkatan kemampuan motorik halus dan memperkenalkan peralatan dalam
tangan serta partisipasi siswa dalam membuat keterampilan paper clay,
keterampilan membuat paper clay sudah misalnya kertas bekas, karton, lem, dan
cukup baik. Oleh karena itu, siklus 2 lain-lain. Guru memberi contoh cara
tidak perlu dilakukan karena siklus 1 menggunting-gunting kertas. Guru
telah berhasil sesuai dengan indikator memberi contoh cara merobek-robek
keberhasilan. kertas kemudian menaruhnya diember
Penelitian tindakan yang dilakukan yang berisi air. Guru mengajari siswa
peneliti yaitu memfokuskan pada untuk merendam kertas yang telah
peningkatan kemampuan motorik halus dirobek-robek di dalam ember yang
melalui keterampilan membuat paper berisi air selama 2 hari 3 malam. Guru
clay pada siswa tunagrahita kategori
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)7
melatih kerja syaraf motorik anak keterampilan membuat paper clay: ERN
sehingga banyak yang menggunakan clay memperoleh skor 52, SPT memperoleh
sebagai alternatif untuk membantu anak skor 50, SLM memperoleh skor 42, dan
yang mengalami kesulitan dalam SYL memperoleh skor 36,5. Kemampuan
menggerakan jari-jemarinya dan motorik halus siswa tunagrahita sedang
mengasah konsentrasi anak dalam melalui keterampilan membuat paper
membuat bubur kertas. clay mengalami peningkatan setelah
diberikan tindakan pada siklus 1.
Keterampilan membuat paper clay Peningkatan masing-masing siswa dapat
yang telah diberikan pada siswa kelas 3 dilihat dari nilai (pasca tindakan I), ERN
SDLB dapat meningkatkan kemampuan memperoleh skor 77, SPT memperoleh
motorik halus siswa tunagrahita sedang. skor 75, SLM memperoleh skor 61,5, dan
Kelebihan keterampilan membuat paper SYL memperoleh skor 58.
clay yaitu karena terdapat gerakan-
gerakan menggunakan jari jemari dalam Saran
menggunting, merobek-robek, meremas-
remas, dan membentuk adonan kertas Berdasarkan hasil penelitian dan
serta mewarnai hasil dari objek bentuk pembahasan, peneliti memberikan
yang di inginkan, yang memerlukan beberapa saran sebagai berikut :
koordinasi mata dan tangan, sehingga
Bagi Guru
mampu melenturkan otot-otot pada
tangan dan meningkatkan konsentrasi Guru sebaiknya lebih aktif dan giat
pada anak. Dengan demikian perilaku dalam membuat media pembelajaran
motorik halus anak akan terlatih untuk untuk membantu dalam proses pemberin
melakukan kegiatan yang berkaitan materi kepada siswa
dengan gerak tangan.
Bagi Siswa
SIMPULAN DAN
Siswa sebaiknya selalu
SARAN Simpulan memperhatikan penjelasan dari guru,
ketika saat memulai pembelajaran agar
Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih mudah dan paham saat
pembahasan yang telah dilaksanakan
pembelajaran melalui keterampilan
dapat disimpulkan bahwa dengan
membuat paper clay.
keterampilan membuat paper clay
ternyata dapat meningkatkan kemampuan DAFTAR PUSTAKA
motorik halus pada siswa tunagrahita
sedang kelas 3 SDLB. Peningkatan Aqib Zainal . (2007). Penelitian
kemampuan motorik halus dikarenakan Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
dengan keterampilan membuat paper Aksara
clay, siswa diberi tindakan dengan
memperkenalkan, memberi contoh, Bainbridge, Colin . (1996) Designing
mengajari dan mendampingi siswa dalam For Change: A Practical Guide to
melakukan kegiatan menggunakan Business Transformation. New York:
kekuatan motorik halus siswa yaitu John Welly & Sons
tangan. Pada keterampilan membuat Delphie, B . (1996). Psikomotor.
paper clay siswa diajarkan menggunting, Bandung : Mitra Grafika
menyobek, dan meremas kertas. Hal ini
secara langsung dapat meningkatkan Hurlock, E. B . (1992). Psikologi
kemampuan motorik halus tangan siswa. Perkembangan. Alih bahasa oleh
Istiwidayanti dan Sujarwo. Jakarta :
Kemampuan awal motorik halus Erlangga
masing-masing siswa sebelum membuat
Peningkatan Kemampuan Motorik Halus( Dian Maya Puspitasari)9