Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS SITUASI KETAHANAN PANGAN DI WILAYA SULAWESI

SELATAN KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN

Disusun Oleh :

NUR AINI NURIYAH

P 101020066

Kelas F

Dosen Pengampu :

Aulia Rakhman S.KM, M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2022
A. Letak Geografis Kabupaten Pangkep

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merupakan Kabupaten yang terletak dipantai


barat Sulawesi Selatan atau berjarak kurang lebih 51 Km dari Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Selatan. Terletak diantara 04º 40´- 08º 00´ Lintang Selatan (LS) dan 119º
Bujur Timur (BT) dengan batas-batas administrasi :

 Sebelah Utara :Berbatasan dengan Kabupaten Barru

 Sebelah Selatan :Berbatasan dengan Kabupaten Maros

 Sebelah Timur :Berbatasan dengan Kabupaten Bone

 Sebelah Barat: Berbatasan dengan Selat Makassar

Bentuk wilayah Kabupaten Pangkep meliputi daerah dataran rendah seluas 73.721
Ha, yang membentang dari garis pantai barat ke timur yang terdiri dari area
persawahan, tambak, rawa-rawa, dan empang, sedangkan daerah pegunungan berada
pada ketinggian 100-1000 meter diataspermukajan laut (dpl).

B. Analisi Situasi Kabupaten pangkep

Perkembangan pembangunan pertanian sangat pesat dalam upaya meningkatkan


kualitas dan kuantitas produksi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan untuk
memenuhi bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang terus
bertambah. Bahan pangan diperlukan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas untuk
memenuhi kecukupan gizi dan meningkatkan kesehatan individu atau masyarakat dunia
yang semakin modern. Penerapan sistem pertanian baik dalam kegiatan prapanen
maupun pascapanen, menjadi penentu dalam mencapai kecukupan pangan baik
kuantitas maupun kualitas produksi.

Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumber daya alam yang besar . Kesadaran
akan hal itu, sebetulnya ditunjukkan oleh pemerintah daerah melalui visi pembangunan
Pangkep 2011-2015 yang berbunyi “Pangkep sebagai penghasil produk pertanian,
perkebunan, perikanan dan kelautan yang unggul di Sulawesi Selatan tahun 2015.” Visi
ini menjelaskan bahwa daerah ini sangat menyadari perlunya intervensi kebijakan
dalam memaksimalkan potensi daerah demi kesejahteraan masyarakatnya. Faktanya,
pemanfaatan sumber daya alam belum terlampau maksimal. Di sektor pangan, ancaman
ketersediaan pangan dapat menjadi masalah serius ke depan, salah satunya karena alih
fungsi lahan pertanian yang semakin sulit dibendung maupun kondisi geografi sebagai
kabupaten kepulauan.

Kabupatan Pangkep memiliki potensi Sumber Daya Alam yang sangat besar di
berbagai sektor antara lain; pertanian, tanaman pangan, perikanan, peternakan, dan
perindustrian. Di sektor perikanan, Kabupaten Pangkep sangat identik dengan ikan
bandeng. Begitu juga di sektor tanaman pangan, Pangkep terkenal dengan produksi
jeruk. Pangkep juga memiliki potensi alam berupa kars dan industri semen dan garmer .
Namun demikian, potensi dan kekayaan alam yang tersedia belum sepenuhnya
mendukung distribusi sumber daya ekonomi yang merata.

Ancaman di sektor ketahanan pangan sangat terbuka. Selain karena masalah


kapasitas produksi dan daya saing pangan daerah, kebijakan terkait ketahanan pangan
daerah belum sepenuhnya memastikan keberlanjutan ketersediaan pangan. Potret
Masalah Potensi dan Kebijakan yang Diambil (Media ini bertujuan untuk menjadi
jembatan antara penelitian dan pengambilan kebijakan di sektor ketahanan pangan).
Maka, permasalahan pangan di level kabupaten Pangkep juga mendapat ancaman
serius, disebabkan oleh beberapa hal, antara lain; soal berkurangnya areal lahan
pertanian karena derasnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian seperti industry
dan perumahan, produktivitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat,
termasuk teknologi pertanian yang belum efektif dan efisien.

Kabupaten Pangkep sebagai kawasan yang terletak di wilayah perairan dan daratan,
mempunyai potensi sumber daya darat dan laut. Potensi sumber daya alam di darat
meliputi lahan petanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan budidaya, dan
pertambangan, sedangkan potensi sumber daya alam di laut meliputi terumbu karang,
mangrove, rumput laut, dan biota laut lainnya.
C. Analisis Ketahanan Pangan Berdasarkan indikator

a. Ketersedian Sumber Daya Alam di Kabupaten Pangkep


Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumber daya alam di darat yang
sangat beragam mulai dari lahan pertanian sampai dengan pertambangan.
Komoditi tanaman pangan yang dibudidaya di Kabupaten Pangkep adalah padi
sawah/ladang, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, ketela pohon
dan ketela rambat. Luas areal pertanian tanaman pangan, khususnya sawah pada
tahun 2004 mencapai 18.248 hektar dengan produksi padi sebesar 102.116 ton.
Persawahan di Kabupaten Pangkep terbagi menjadi empat jenis, yaitu sawah
dengan pengairan teknis, pengairan setengah teknis, irigasi sederhana dan tadah
hujan. Komoditi padi tersebar di semua kecamatan daratan di Kabupaten
Pangkep. Kecamatan Labakkang merupakan kecamatan yang memberikan hasil
produski padi terbesar, mencapai 3.007 ton pada tahun 2004 setelah Kecamatan
Minasa Tene (BPS Kabupaten Pangkep, 2005).

Selain potensi sumber daya lahan untuk kegiatan pertanian pangan,


potensi pengembangan usaha peternakan juga cukup besar bagi penduduk di
kawasan pesisir dan kepulauan. Jenis hewan perternakan yang banyak
dipelihara oleh penduduk kepuluan (Desa Mattiro Bombang) adalah bebek.
Hasil produksi perternakan di Desa Mattiro Bombang adalah telur yang dijual
kepada penduduk sekitar atau untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Di
Kelurahan Pundata Baji, jenis ternak yang banyak dikembangkan oleh
penduduk pesisir adalah bebek, ayam, dan kuda. Hasil produksinya selain bisa
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga juga dapat menjadi sumber
pendapatan tambahan. Sumber daya alam lainnya di darat yang memiliki
potensi besar dengan jenis yang cukup beragam adalah lahan pertambangan.
Komoditi unggulan perikanan tambak adalah ikan bandeng. Kabupaten Pangkep
merupakan salah satu pemasok utama kebutuhan ikan bandeng di wilayah
Makassar dan daratan Sulawesi Selatan.
b. Ketersediaan pangan Kabupaten Pangkep

Ketersediaa beras merupakan aspek penting dalam pembangunan


ketahanan pangan nasional, sehingga perlu Ketersediaan suatu benda,
barang, ataupun bahan pokok makanan untuk diperhatikan Tiap-tiap
kecamatan di Kabupaten Pangkep memiliki, karakteristik wilayah yang
berbeda-beda, sehingga berpengaruh pada ketersediaan yang berbeda pula.
Jumlah ketersediaan beras di Kabupaten Pangkep mengalami perubahan
setiap tahunnya.

Adapun Ketersediaan beras di Kabupaten Pangkep 2016-2020 dapat dilihat


sebagai berikut:
Ketersediaan Beras (Ton)
NO Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Balocci 9.663 9.229 10.112 7.248 8.507
2 Minasate‟ne 29.489 25.772 26.774 22.758 21.843
3 Tondong Tallasa 7.211 9.319 8.700 5.484 6.779
4 Pangkajene 11.257 13.516 13.942 9.357 11.184
5 Bungoro 18.495 19.869 18.429 15.011 17.095
6 Labakkang 25.356 25.969 23.687 19.455 23.958
7 Ma‟rang 10.480 12.457 11.570 9.756 11.687
8 Segeri 12.814 16.679 9.243 10.499 11.957
9 Mandalle 9.935 11.943 12.016 9.896 10.070
Total 157.699 144.753 134.473 109.464 123.080

Dari tahun 2016 total ketersediaan beras di Kabupaten Pangkep yaitu

sebanyak 157.699 ton yang merupakan angka tertinggi selama lima tahun

terakhir, kemudian pada tahun 2019 sebanyak 109.464 ton yang merupakan

angka terendah. Pada tahun 2020 kembali mengalami peningkatan yaitu


sebanyak 123.080 ton. Tinggi rendahnya ketersediaan beras di pengaruhi oleh

hasil produksi padi menjadi Gabah kering giling di Kabupaten Pangkep.

c. Ketersediaan Pangan di Kabupaten Pangkep


Ketersedian suatu pangan tak terpisahkan dari jumlah penduduk yang
ada di suatu wilayah. Indonesia merupakan Negara yang mengkonsumsi besar
sebagai pokok, Tentunya ketersediaan beras ini sangat penting dalam
terpenuhinya kebutuhan pangan tiap individu semakin besar jumlah penduduk,
maka kebutuhan komsumsi beras juga semakin besar denga jumlah penduduk
pada tahun 2019 sebanyak 332.674 jiwa dan tahun 2020 350.208 jiwa.

Taabel Kebutuhan beras di Kabupaten Pangkep Tahun 2016-2020

Kebutuhan Beras (Ton)


No Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020
1 Balocci 1.315 1.329 1.326 18.662 1.594
2 Minasate‟ne 2.895 2.997 2.966 1.130 1.208
3 Tondong Tallasa 729 732 732 1.644 1.136
4 Pangkajene 3.644 3.759 3.725 948 1.466
5 Bungoro 3.486 3.659 3.495 3.759 4.028
6 Labakkang 3.749 3.825 3.804 2.997 3.224
7 Ma‟rang 2.509 2.530 2.526 1.330 1.396
8 Segeri 1.624 1.601 1.761 732. 849
9 Mandalle 1.195 1.224 1.215 3.659 3.610
10 LK Tupabbiring 1.578 1.644 1.570 3.825 4.310
11 LK Tupabbiring Utara 947 948. 949 2.530 2.847
12 LK Tangaya 1.726 1.866. 1.820 1.601 1.842
13 LK Kalmas 1.108 1.130. 1.124 1.224 1.173
Total 26.505 27.244 27.013 44.041 28.683

Dari tabel menjelaskan bahwa total kebutuhan beras pada tahun 2016 yaitu
26.505 ton, lalu pada tahun 2017 meningkat sebesar 27.244 Ton, pada tahun

2018 ketersediaan beras menurun menjadi 27.013 Ton, dan meningkat lagi pada

tahun 2019 sebesar 44.041 Ton, pada tahun 2020 kembali menurun sebanyak

28.683 Ton. hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk setiap

tahunnya.

d. Akses Pangan di Kabupaten Pangkep

Secara Administratif luas wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

sebesar 12.311,43 Km² yang terdiri dari 898.29 Km² wilayah daratan dan

11.464,44 Km² wilayah kepulauan, terbagi dalam 13 7uKecamatan, 9

Kecamatan terletak di daratan dan 4 Kecamatan terletak di Kepulauan serta

memiliki 115 pulau.

Dengan keadaan wilayah yang cukup luas dibagian kepulauan maka akses

untuk memperoleh pangan belum merata, hususnya untuk masyarakat yang

bermukim di pulau maka akses untuk memperoleh paskan pangan dari luar

pulau cukup susah khusnya beras sebagai bahan pokok.

Namun berbagai upaya telah di usahakan untuk memunuhi kebutuhan

pangan masyarakat di kabupaten hususnya yang berada di pulau, Peatihan

Pemamfaatan lahan pemukiman untuk menjadi ladang tanaman merupakan

sebuah upaya untuk menigkatkan ketersediaan pendamping pangan yang cukup

untuk tiap masyarakat.


D. Apakah Daerah Kabupatn Pangkep Provinsi Sulawesi selatan termasuk
kategori rawan pangan atau tidak, Jelaskan ?

Secara keseluruhan Kabupaten Pangkep tergolong surplus beras, jumlah kecamatan yang

surplus beras ada 9 kecamatan dan defisit beras 4 Kecamatan. Secara umum kecamatan yang

surplus beras dikarenakan kondisi alam yang mendukung serta luas lahan yang digunakan,

sedangkan kecamatan yang defisit beras dikarenakan berada daerah kepulauan yang tidak

memiliki lahan sawah yang tidak menghasilkan produksi padi.

Secara umum kecamatan yang surplus beras dikarenakan kondisi alam yang mendukung

serta luas lahan yang digunakan sedangkan kecamatan yang defisit beras dikarenakan berada di

daerah kepulauan yang tidak memiliki lahan sawah yang tidak menghasilkan produksi padi.

Kecamatan yang surplus beras yaitu Kecamatan Minasate‟ne, Kecamatan Balocci,

Kecamatan Tandong tallasa, Kecamatan Pangkajene, Kecamatan Bungoro, Kecamatan

Labakkang, Kecamatan Segeri, Kecamatan Mandalle. Sedangkan kecamatan yang defisit beras

yaitu Kecamatan LK.Tupabbiring, Kecamatan LK.Tupabbiring utara, Kecamatan LK.Tangaya,

Kecamatan LK. Kalmas.

Daerah Surplus dan Defisit memang selalu ada. Karena Surplus merupakan

wilayah sentra produksi. Sementara yang defisit tidak memiliki produksi atau

kebutuhannya lebih besar dibanding ketersediaanya. Adapun pendistribusian Beras ke

Kecamatan yang defisit beras yaitu dengan menyebarkan penjualan beras ke sekitar

daerah yang defisit beras. Empat Kecamatan yang defisit beras tersebut dapat di tutupi

oleh sembilan Kecamatan lain yang menjadi daerah Surplus beras. Pengiriman

pasokan beras dari Kecamataan yang Surplus ke Kecamatan yang defisit seharusnya

wajib diperhatikan oleh pihak pemerintah agarstabilisasi pasokan beras merata


E. NBW dan PPH di Kabupaten Pangkep

a. NBW ( Neraca Bahan Makanan )

Komoditas Utama Padi, Jagung dan Kedelai

Penigkatan produksi padi dan jagung ditunjang oleh banyanya bantuan


dan sarana produksi setiap tahunnya yang disalurkan kepada kelompok tani.
Bantuan yang di berikan berupa alat dan mesin pertanian benih yang bermutu,
pupuk dan pestisida, perbaikan jaringan irigasi,Pembuatan Embung dan
perbaikan jalan tani.

b. PPH ( Pola Pangan Harapan )


Pola Pangan Harapan (Desireable Dietary Pattern) adalah susunan beragam
pangan yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan kelompok
pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dan suatu pola ketersediaan
atau pola konsumsi pangan. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat
dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor panga Semakin tinggi skor
mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin
baik komposisi dan mutu gizinya

Anda mungkin juga menyukai