Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti
layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis
gempa Bumi ini jarang terjadi
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah
permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu
berbahaya.
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik.
Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit
kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi.
Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa
gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di
balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi
karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi
dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia
senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti
ini dinamakan juga seismisitas terinduks
Lempeng Tektonik
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik
besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer
yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling
berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-
tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung
berapi dan pembentukan dataran tinggi. Teori lempeng tektonik merupakan kombinasi dari teori
sebelumnya yaitu: Teori Pergerakan Benua (Continental Drift) dan Pemekaran Dasar Samudra
(Sea Floor Spreading).
Lapisan paling atas bumi, yaitu litosfir, merupakan
batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada
pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini
terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut
mantel. Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga
senantiasa dalam keadaan tidak kaku, sehingga dapat
bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas
yang kita kenal sebagai aliran konveksi. Lempeng
tektonik yang merupakan bagian dari litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya.
Ada tiga kemungkinan pergerakan satu lempeng
tektonik relatif terhadap lempeng lainnya, yaitu apabila
kedua lempeng saling menjauhi (spreading), saling mendekati(collision) dan saling geser
(transform).
Belajar dari pengalaman kejadian gempabumi dan tsunami di Aceh, Pangandaran dan daerah
lainnya yang telah mengakibatkan korban ratusan ribu jiwa serta kerugian harta benda yang tidak
sedikit, maka sangat diperlukan upaya-upaya mitigasi baik ditingkat pemerintah maupun
masyarakat untuk mengurangi resiko akibat bencana gempabumi dan tsunami.
Mengingat terdapat selang waktu antara terjadinya gempabumi dengan tsunami maka selang
waktu tersebut dapat digunakan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat sebagai
salah satu upaya mitigasi bencana tsunami dengan membangun Sistem Peringatan Dini Tsunami
Indonesia (Indonesia Tsunami Early Warning System / Ina-TEWS).
Akibat Gempabumi
Likuifaksi ( liquifaction)
Longsoran Tanah
Tsunami
Kekuatan gempabumi
Kedalaman gempabumi
Kondisi bangunan
Pada sarnya, para ahli membagi proses terjadinya gempa bumi atau asal muasal gempa ke dalam
dua kelompok besar yakni:
Menurut para ahli, gempa yang banyak terjadi disebabkan oleh pergeseran lempengan sepanjang
sesar dan terjadi secara tiba-tiba atau dikenal dengan istilah sudden slip. Hal ini terjadi pasa
lapisan kerak bumi. Lebih lanjut para ahli berpendapat bahwa penyebab utama bencana gempa
bumi prosesnya diawali dengan sebuah gaya pergerakan yang terdapay di titik interior bumi.
Gaya ini dikenal juga dengan istilah gaya konveksi mantel. Proses gempa bumi ini dimulai dari
gaya konveksi mantel yang kemudian menekan bagian kerak bumi yang dikenal juga dengan
nama outer layer. Kerak ini memiliki sifat yang rapuh, dengan demikian saat ia tak lagi bisa
menahan gaya konveksi mantel ini maka sebagai akibatnya sesar akan bergeser dan dirasakan
manusia sebagai sebuah gempa. Proses gempa bumi yang satu ini masuk ke dalam jenis gempa
tektonik. Tentu jika jenis gempanya vulkanik, buatan, tumbukan serta runtuhan, maka prosesnya
akan berbeda.
Namun, menurut para ahli, dari semua total gempa yang terjadi di seluruh dunia, jenis gempa
tektonik inilah yang mendominasi. Bahkan jenis gempa vulkanik sendiri pun hanya mencapai
7% dari semua total gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa vulkanik dimulai dari
pergerakan material yang ada di dalam saluran fluida. Gerakan ini biasanya dirasakan sesaat
sebelum sebuah gunung berapi meletus. Untuk jenis gempa buatan yang menggunakan dinamit
misalnya, prosesnya terjadi lantaran ada tekanan yang bersumber dari dinamit tersebut. Ledakan
dahsyat dari dinamit akan membuat wilayah target terguncang dan terjadilah gempa buatan.
Sementara itu, proses terjadinya gempa bumi tumbukan selalu dimulai dari adanya benda luar
angkasa yang berhasil sampai ke permukaan bumi. Benda ini datang dengan kecepatan luar biasa
sehingga saat mencapai badan bumi, tekanan akan dirasasakan dalam bentuk gerakan atau
getaran. Tingkatannya tergantung penuh pada kekuatan benda luar angkasa tersebut.
5. Klasifikasi Gempa :
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses terjadinya, gempa bumi
diklasifikasikan menjadi seperti berikut :
(1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer kulit bumi oleh tenaga
tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke
permukaan bumi.
(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu, gempa ini hanya dapat
dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan, pada saat letusan, dan beberapa saat setelah
letusan.
(3) Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di bawah lahan mengalami
runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang
runtuh.
Pakar Geologi dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Lono Satrio
mengatakan, wilayah itu secara geologis berada pada lempeng-lempeng
yang membentuk yang membentuk zona gempa bumi. "Dinamika lempeng-
lempeng tersebut membentuk zona gempa," kata dia dalam diskusi tentang
kebencanaan dengan wartawan di Hotel The Pade, Banda Aceh, Sabtu
(15/10/2011).
Wilayah yang rawan gempa adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua.
Dia menambahkan, gempa bumi terjadi berawal dari gerakan lempeng benua
yang mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi, sehingga
menyebabkan penumpukan energi di zona tumbukan (subduksi) dan zona
patahan yang menimbulkan tekanan, tarikan dan geseran.
Menurutnya, bencana gempa tidak dapat dicegah dan diprediksi namun kita
hanya bisa menghindari jatuhnya korban jiwa dengan melakukan mitigasi.
Mitigasi gempa bisa dilakukan dengan membuat bangunan tahan gempa, tak
mendirikan bangunan di atas atau bawah tebing.
Penting bagi Pemerintah juga untuk membuat Rancangan Tata Ruang dan
Wilayah yang mempertimbang aspek kebencanaan, menyelenggarakan
pendidikan dini tentang gempa, bencana dan bahayanya serta menyiapkan
jalur evakuasi.
Lempeng tektonik dapat menjelaskan bentuk dan pergerakan muka Bumi dari masa lampau
hingga masa yang akan datang, dari lautan terdalam hingga gunung tertinggi. Dikembangkan
dari tahun 1950 sampai 1970-an, lempeng tektonik adalah versi modern dari pergeseran benua
(continental drift), teori yang pertama kali diusulkan oleh ilmuwan Jerman, Alfred Wegener,
pada tahun 1912. Wegener tidak memiliki penjelasan bagaimana benua dapat bergerak di planet
ini. Sehingga tanpa ada bukti yang rinci, teori ini pun akhirnya dipinggirkan.
Lempeng tektonik merupakan sebuah teori yang menjelaskan bahwa kulit Bumi bagian luar
terbagi atas beberapa lempeng yang bergerak di atas mantel Bumi, lapisan batuan di atas inti
Bumi. Lempeng Bumi bertindak seperti kulit yang sangat keras dan kaku dibandingkan dengan
mantel Bumi.
Lapisan-Lapisan Bumi
Bagian lapisan luar Bumi berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas
dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer. Litosfer lebih dingin dan kaku
dibandingkan dengan astenosfer yang lebih panas dan secara mekanik lebih lemah. Pembagian
lapisan ini berbeda dengan pembagian secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Sebetulnya,
mantel Bumi bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda,
tergantung dari tekanan, suhu, atau kekuatan gesernya. Nah, lempeng-lempeng tektonik ini
adalah lapisan litosfer yang bergerak menumpang di atas astenosfer yang bersifat seperti fluida.
Lempeng-lempeng tektonik
Lempeng-lempeng tersebut memiliki ketebalan sekitar 100 km yang terdiri atas mantel litosferik
dan dilapisi dengan material kerak. Di setiap pertemuan antar lempeng umumnya sering terjadi
gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis, seperti gunung dan palung. Banyak
gunung berapi aktif yang berada di atas pertemuan lempeng tersebut, seperti Cincin Api (Ring of
Fire) yang mengelilingi Samudra Pasifik.
Batas-Batas Lempeng
Batas lempeng terdiri atas tiga jenis, yaitu batas konvergen (convergent boundaries), batas
divergen (divergent boundaries), dan batas transform (transform boundaries).
Batas konvergen terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain dan membentuk
zona subduksi dan tabrakan benua. Zona subduksi terjadi jika salah satu lempeng bergerak di
bawah lempeng lainnya, dan tabrakan benua terjadi jika kedua lempeng mengandung kerak
benua.
Batas divergen terjadi jika dua lempeng bergerak menjauhi satu sama lain dan membentuk zona
retakan dan punggung tengah samudra (mid oceanic ridge).
Batas transform terjadi jika terjadi gesekan menyamping antar lempeng di sepanjang sesar
transform. Contoh dari sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas.
Untuk lebih jelasnya mengenai ketiga jenis batas ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Berkat lempeng tektonik, dengan petunjuk pada batuan dan fosil, geosaintis dapat
merekonstruksi kembali sejarah masa lalu benua Bumi. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa
lempeng tektonik dimulai sekitar tiga miliar tahun yang lalu berdasarkan magma kuno dan
mineral yang terawetkan dalam batuan dari periode itu.
7. Lempeng Benua adalah bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari
dua lapisan. Di bagian atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan
bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer
terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir seperti cairan
dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah.
8. Perbedaan Lempeng Benua dan Lempang Samudera
• lempeng banua :
Lempeng benua marupakan lempeng bumi yang mempunyai sifat asam dengan berat jenis
rendah, disusun oleh jenis batuan yang banyak mengandung potassium dan sodium, lempeng
benua adalah lempeng yang menopang daratan, lempeng benua lebih tebal, kira – kira 40 km
• Lempeng samudera :
Lempeng samudera bersifat basa dengan berat jenis yang tinggi, lempeng samudera lebih
cenderung mengandung batuan dengan komposisi utama magnesium dan besi, lempeng
samudera adalah lempeng yang ada di bawah samudera, lempeng samudera lebih tipis dengan
ketebalan kira – kira 10 km
Divergen
Divergen adalah batas dua litosfer samudra bergerak terpisah dan litosfer samudra baru terbentuk
oleh magma. Batas divergen atau batas lempeng divergen merupakan ciri linear yang ada di
antara dua lempeng tektonik yang saling menjauh. Batas divergen di benua biasanya
menghasilkan celah yang kemudian menjadi lembah celah. Sebagian besar batas lempeng
divergen yang aktif ada di lempeng samudra dan menghasilkan punggung tengah samudra. Batas
divergen juga menghasilkan kepulauan vulkanik yang muncul saat lempeng menjauh sehingga
menghasilkan celah yang kemudian diisi oleh lava. Selama jutaan tahun, lempeng tektonik
mungkin telah bergerak sejauh ratusan kilometer. Akibatnya, batuan yang letaknya paling dekat
dengan batas divergen biasanya lebih muda daripada batuan yang lebih jauh.
Batas Konvergen
Konvergen adalah batas litosfer dikonsumsi dibawah mantel, terjadi zona subduksi (zona
penujaman). Dalam tektonika lempeng, batas konvergen atau batas lempeng destruktif (karena
subduksi) adalah wilayah tempat lempeng-lempeng bertumbukkan satu sama lain. Akibatnya,
ada banyak gempa bumi dan gunung berapi di dekat batas konvergen. Saat dua lempeng
bertumbukkan satu sama lain, zona subduksi atau tumbukan kontinental terbentuk. Hasilnya
tergantung kepada sifat lempeng yang saling bertumbukkan. Di zona subduksi, lempeng yang
bersubduksi, yang biasanya merupakan lempeng oseanik, bergerak di atas lempeng lain, yang
bisa bersifat oseanik maupun kontinental. Sementara itu, dalam tumbukan antara dua lempeng
kontinental, pegunungan besar seperti Himalaya terbentuk.
Batas Transform
Transform adalah batas lempeng saling bergerak menyamping sepanjang trancurrent fault /
transform fault. Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan
dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling
menumpu. Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
Lempeng Afrika, Lempeng Antartika, Lempeng Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika
Utara, Lempeng Amerika Selatan, Lempeng Pasifik, Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng
Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, Lempeng
Scotia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Sunda, Lempeng Penjelajah, Lempeng Burma,
Lempeng Yangtze