Anda di halaman 1dari 7

Sindu Prasetyo_12030120130185

PPh Perusahaan (Pajak Penghasilan Perusahaan)


Pajak Penghasilan Badan atau PPh Badan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan suatu
perusahaan.
Wajib pajak dalam negeri adalah WP yang dimulai saat seseorang lahir dan berada atau berniat
tinggal di Indonesia hingga meninggalkan Indonesia untuk selamanya ataupun meninggal dunia
Orang pribadi.
 Bertempat tinggal di Indonesia
 Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bulan
 Dalam satu periode pembayaran pajak, yang bersangkutan berada di Indonesia dan
memiliki niat untuk tinggal di Indonesia
Badan
 Memiliki gedung atau kantor berada di Indonesia sesuai dengan yang tercantum dalam
akta pendirian badan
 Memiliki kantor pusat di Indonesia
 Memiliki gedung atau kantor administrasi dan keuangan di Indonesia
 Memiliki gedung atau kantor pimpinan di Indonesia sebagai pengendali
 Para pengurusnya melakukan pertemuan di Indonesia untuk membuat sebuah keputusan
ataupun kesepakatan
 Para pengurusnya berdomisili di Indonesia
 Wajib pajak luar negeri terhitung pada saat pekerja tidak tinggal di Indonesia namun
masih memperoleh penghasilan dari Indonesia.
WP luar negeri adalah orang pribadi yang tidak tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat tinggal di Indonesia.
Subjek Pajak Badan (PPh Badan)
Subjek PPh Badan adalah setiap Badan Usaha yang diberikan kewajiban untuk membayar pajak,
baik dalam periode bulan maupun tahun dan disetor ke kas negara. Berdasarkan UU KUP yang
termasuk dalam pengertian Badan adalah:
1. Perseroan Terbatas (PT)
2. Perseroan Lainnya
3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
4. Badam Usaha Milik Daerah (BUMD)
5. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
6. Firma
7. Kongsi
8. Koperasi
9. Dana Pensiun
10. Persekutuan
11. Perkumpulan
12. Yayasan
13. Organisasi Masyarakat
14. Organisasi Sosial Politik
15. Organisasi Lainnya dengan Nama dan Bentuk Apapun
16. Lembaga dan Bentuk Badan Lainnya
17. Kontrak Investasi Kolektif (KIK)
18. Bentuk Usaha Tetap
Objek PPh Badan
Objek PPh Badan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh badan. Subjek badan dalam
negeri yang menjadi objek PPh adalah semua penghasilan baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Penghasilan yang sebagai objek PPh Badan menurut pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
PPh meliputi:
1. Hadiah dari kegiatan dan penghargaan
2. Laba usaha
3. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta (selain tanah dan bangunan)
4. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
5. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
6. Dividen
7. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
8. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
9. Keuntungan karena pembebasan utang
10. Peraturan Pemerintah
11. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva tetap
13. Penghasilan dari usaha berbasis Syariah
14. Surplus BI
Bukan biaya yang tidak dikategorikan sebagai fiscal, sehingga tidak dapat dikurangi dari
penghasilan bruto adalah
 pembagian laba kepada pemegang saham (dividen), pemegang polis, SHU, untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, anggota dan pengurus koperasi
 Cadangan
 Premmi asuransi, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan beasiswa, yang dibayar sendiri oleh WP
 Natura dan kenikmatan, kecuali makanan dan minuman di daerah terpencil
 Kelebihan di atas kewajaran kepada pemegang saham atau yang punya hubungan
istimewa
 Harta hibahan, bantuan, sumbangan, warisan kecuali zakat yang dibayar WP pribadi
kepada amil yang sah
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan
 Sanksi administrative sehubungan dengan kepatuhan pelaksanaan UU pajak
Penyesuaian Fiskal Positif
Penyesuaian fiscal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial di luar unsur
penghasilan yang dikenakan PPh Final dan tidak termasuk objek pajak dalam rangka menghitung
PKPberdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya yang bersifat menambah penhasilan
dan atau mengurangii biaya-biaya komersial tersebut.
Penyesuaian pembentukan atau pemupukan dana cadangan secara fiscal tidak dapat dibebankan
sebagai biaya perusahaan. Namun, untuk jenis-jenis usaha tertentu yang secara ekonomis
memang diperlukan adanya cadangan untuk menutup beban atau kerugian yang terjadi di
kemudian hari.
Bantuan atau sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial, atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang bukan merupakan
penghasilan sepanjang tidak terdapat hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, sesuai dengan prinsip taxability dan
deductibility, bagi WP pemberi bantuan atau sumbangan dan harta hibahan tersebut tidak dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
Zakat atas penghasilan yang dibayar oleh WP badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk
agama islam dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung PKP dengan syarat:
a. penghasilan yang dikenakan zakat merupakan objek pajak yang telah dilaporkan dalam
SPT Tahunan
b. Pembayaran zakat dilakukan kepada Badan Amil Zakat (BAZ) atau lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dibentuk atau disahkan pembentukannya oleh Pemerintah pusat/daerah.
Dengan demikian zakat atas harta selain penghasilan dan zakat atas penghasilan yang tidak
memenuhi persyaratan tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan (perlakuan
pajaknya sama dengan sumbangan.
Penyesuaiaan Fiskal Negatif
Penyesuaian fiscal negative adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar
penghasilan yang dikenakan PPh final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam menghitung
penghasilan kena pajak berdasarkan UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya, yang bersifat
mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial. Penyesuaian dapat
ditetapkan saat pengakuan penghasilan dalam hal-hal tertentu dan bagi WP tertentu sesuai
dengan kebijaksanaan pemerintah. Penyesuaian dalam hal terdapat biaya-biaya perusahan
lainnya atau kerugian yang tidak diakui secara komersial akan tetapi dapat diakui secara fiscal.
Penyetoran dan Pelaporan
Penyetoran:
 Dibayarkan sebelum SPT tahunan dilaporkan
 Sanksi bunga pasal 9 KUP yaitu 2% per bulan dari kekurangan bayar
Pelaporan:
 Dilaporkan langsung ke kantor pajak atau melalui pos tercatat
 Sanksi denda Pasal 7 KUP yaitu sebesar Rp1.000.000
Perpanjangan SPT:
 Perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan adalah untuk paling lama 2
bulan sejak batas waktu penyampaian SPT tahunan diatas berakhir dengan cara
menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT tahunan
Step by Step Rekonsiliasi Fiskal Komperhensif
1. Penentuan penghasilan dan biaya fiscal secara tepat sesuai dengan ketentuan perpajakan
2. Pengelompokan penghasilan dan biaya sesuai dengan format SPT Tahunan PPh Badan
3. Data rekonsiliasi fiscal detil dan lengkap
4. Kegiatan ekualisasi: Peredaran usaha vs DPP PPN, Biaya vs Objek, PPh Output vs PPn
Masukan
Penghasilan Bukan Objek Pajak
 Penghasilan: tidak digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam
perhitungan PPh pada SPT Tahunan
 Biaya: biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan bukan obejek pajak tidak dapat dikurangkan.
Penghasilan Objek Pajak Bersifat Final
 Penghasilan: tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lain (non final) dalam
perhitungan PPh pada SPT Tahunan
 Biaya: biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan
 Pajak Penghasilan: PPh Final yang telah dibayar sendiri atau dipotong pihak lain
sehubungan dengan [enghasilan tersebut tidak dapat dikreditkan.
Pengalihan Harta
Harta yang disusutkan:
 selisih antara harga jual (nillai pasar) dengan nilai sisa bahan baku
 selisihnya negative (rugi), kerugian tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya
Harta yang tidak boleh disusutkan:
 selisih antara harga jual (nilai pasar) dengan harga perolehan
 selisih negative (rugi), kerugian tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya
Force Mejeur:
 Peenggantian asuransinya, dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya
penjualan atau diterimanya penggantian asuransi
 nilai sisa buku dari harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang
bersangkutan
 dalam hal penggantian asuransi yang diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan
pasti pada masa kemudian, WP dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak agar
jumlah sebesar kerugian tersebut dapat dibebankan dalam tahun penggantian asuransi
tersebut
Biaya Fiskal Dana Cadangan
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang dapat dikurangkan sesuai Permenkeu 1/7MK
03/2009 jo PMK 219/PMK 011/2012
 cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opau perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang
 cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
BPJS
 cadangan penjaminan untuk LPS
 cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
 cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
 cadangan biaya penutupan dan pemeliharaa tempat pembuangan limbah industri untuk
usaha pengolahan limbah industri
Biaya Fiskal Piutang Tak Tertagih
Kriteria sesuai Permenkeu 105/PMK.03/2009 jo Permenkeu 207/PMK 010/2015
 piutang yang timbul dari transaksi bisnis yang wajar sesuai dengan bidang usahanya,Iyan
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih meskipun telah dilakukan upaya-upaya penagihan
yang maksimal atau terakhir oleh WP
 tidak termasuk piutang yang berasal dari transaksi bisnis dengan pihak-pihak yang
memiliki hubungan Istimewa dengan WP
Biaya Fiskal Piutang Tak Tertagih
Syarat pembebanan:
 telah dibebankan sebagal biaya dalam laporan laba rugi komersial
 harus menyerahkan daftar piutang tsb kepada Ditjen Pajak (hardcopy/softcopy); dan
 telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atauinstansi
pemerintah yang menangani piutang negara
 terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara
kreditur dan debitur atas plutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
 telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus
 adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu
Persyaratan tidak berlaku bagi nilai piutang:
 s.d. Rp 100 Juta (Debitur Kecil): Kukesra, Kredit Usaha Tani, KPRSS, KUK, KUR dan
kredit kecil lainnya pengembangan UKM
 s.d. Rp 5 Juta (Debitur Kecil Lainnya)
Biaya Fiskal Piutang Tak Tertagih
Daftar Nominatif
identitas debitur berupa nama, NPWP (kecuali plafon utang sd Rp 50 Juta). alamat, jumlah
plafon utang yang diberikan dan jumlah piutang yang nyata nyata tidak dapat ditagih
Lampiran Daftar Nominatif (pilih salah satu)
 fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya ke Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara
 fotokopi perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang usaha yang
telah dilegalisir ole notaris
 fotokopi bukti publikasi dalam penerban umum atau penerbitan khusus
 surat yang berisi pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan yang disetujui
oleh kreditur tentang penghapusan piutang untuk jumlah utang tertentu yang disetujui
oleh kreditur
Biaya Fiskal Biaya Promosi
Biaya promosi yang dapat dikurangkan sesuai Permenkeu 02/PMK.03/2010
 bagian dari biaya penjualan
 dalam rangka memperkenalkan/menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung
maupun tidak langsung .
 untuk mempertahankan/meningkatkan penjualan
SE-9/P)/2010:
 Untuk mempertahankan/meningkatkan penjualan
 dikeluarkan secara wajar
 menurut adat kebiasan pedagang yang baik
Tidak termasuk biaya promosi:
 Pemberian kepada pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan
kegiatan promosi
 Terkait dengan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan telah dikenai PPh
Final.

Anda mungkin juga menyukai