Anda di halaman 1dari 1

Nama : Syintia Hafiizawati

Kelas : 5SA88

MEMBACA FILM
Film bukanlah sebuah bahasa seperti halnya bahasa Inggris, Prancis, atau
matematika. Pertama-tama, tidak mungkin menjadi tidak gramatikal dalam film dan
tidak perlu untuk mempelajari kosakata. Bayi pun tampaknya memahami gambar
televisi, misalnya, sebelum mereka mulai mengembangkan kecakapan dengan
bahasa lisan. Bahkan kucing pun menonton televisi. Sudah jelas bahwa tidak
diperlukannya kompetensi intelektual dalam film untuk mengapresiasi, setidaknya
pada tingkat yang paling dasar.
Akan tetapi, film memiliki kemiripan dengan bahasa. Orang yang sangat
berpengalaman dalam film sudah pasti dapat mengerti visual (atau haruskah kita
mengatakan "bioskop"?), melihat dan mendengar lebih banyak daripada orang yang
jarang pergi ke bioskop. Pendidikan dalam kuasibahasa film membuka potensi
makna yang lebih besar bagi pengamat, sehingga berguna untuk penggunaan
metafora bahasa serta menggambarkan fenomena film. Faktanya, belum ada
penelitian ilmiah yang ekstensif tentang kemampuan kita untuk memahami suara
dan gambar buatan yang telah dilakukan, namun demikian kita tahu bahwa melalui
penelitian, ketika anak-anak dapat mengenali objek dalam gambar jauh sebelum
mereka dapat membaca, mereka sudah berusia delapan atau sepuluh tahun
sebelum mereka dapat memahami gambar film seperti yang dilakukan kebanyakan
orang dewasa. Selain itu, ada perbedaan budaya dalam persepsi gambar. Dalam
sebuah tes terkenal yang dilakukan pada tahun 1920-an, antropolog William Hudson
berangkat untuk memeriksa apakah orang Afrika pedesaan yang memiliki sedikit
kontak dengan budaya Barat, merasakan intensitas pada gambar dua dimensi
dengan cara yang sama seperti orang Eropa. Dengan tegas dia mendapati bahwa
orang Afrika tidak dapat merasakan intensitas yang dirasakan oleh orang Eropa.
Hasilnya pun bervariasi; ada beberapa individu yang menanggapi tes tersebut
dengan gaya Barat; tetapi mereka sama dalam rentang budaya dan sosiologis yang
luas.

Anda mungkin juga menyukai