Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOFARMASI & FARMAKOKINETIK

" ABSORBSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU "

Disusun Oleh :

Teori 3 ( E )

Kelompok 6

1. Intan Retno Susetyowati Nim 26206167A


2. Ira Juliani Anwar Nim 25195870A
3. Muhammad Abizart Satya Nim 26206159A
4. Salsa Bella Kartika Putri Nim 26206101A
5. Alam Firmansyah Nim 26206150A

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIABUDI
2021/2022
I. TUJUAN
- Memahami prinsip absorbs obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi
- Mengetahui pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui difusi pasif in situ
- Melakukan uji absorbs obar secara peroral dengan model in situ

II. TEORI DASAR


Absorbsi adalah proses pergerakan obat yang sudah terlarut dari tempat pemberian ke
dalam sirkulasi darah melalui membran pada tempat pemberian obat. Obat dapat diabsorbsi
melalui ocular , sublingual , bukal , gastrointestinal , subkutan , rektal , muscular , peritoneal ,
nasal dan juga pulmonal.
Struktur bilayer membran memperlihatkan permiabilitas tinggi untuk molekul yang bersifat
hidrofobik dan permibialitas rendah untuk molekul hidrofilik. Membran sel terasosiasi dengan
protejn intrinsik dan ekstrinsik . Protein dapat berbentuk saluran , pembawa ataupun pompa
yang memungkinkan senyawa polar dapat melewati membran.
Mekanisme Absorbsi ada tiga macam yaitu :

1. Difusi pasif mekanisme menyangkut senyawa yang dapat larut daam komposisi penyusun membran.
Difusi pasif sangat tergantung kelarutan nya didalam lemak dan gradient konsentrasi. Molekul
hidrofobik memiliki koefesien partisi besar dan molekul hidrofilik memiliki koefesien partisi kecil.

2. Transport protein mekanisme molekul polar kelarutan rendah dalam mingak permiabilitas rendah.

3. Pinositosis merupakan mekanisme absorbsi untuk makromolekul. Pinositosis mirip dengan


fagositosis dimana molekul seperti “dimakan” oleh struktur yang ada dimembrane absorbsi.

Absorbsi berkaitan dengan mekanisme input obat ke dalam tubuh. Disposisi dapat dibedakan
menjadi distribusi dan Eliminasi. Setelah obat memasuki sirkulasi sistemik obat didistribusikan ke
jaringan tubuh. Penetrasi obat ke dalam jaringan bergantung pada laju aliran darah ke jaringan.

Membrane sel lebih permiabel terhadap bentuk obat yang tidak terionkan daripada bentuk
terionkan. Hal tersebut karena obat bentuk tak terion lebih larut lemak dibanding bentuk
terion . Derajat ionisasi tergantung pada pH larutan dan pKa obat.
Percobaan obat secara in situ melalui usus halus didasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat
dalam lumen usus halus setelah larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus
secara perfusi dengan kecepatan tertentu.

Cara ini dikenal dengan teknik perfusi, karena usus dilubangi untuk masuknya ujung kanul, satu kanul di
bagian ujung atas usus untuk masuknya sampel cairan percobaan dan melubangi satu kanul bagian bawah
untuk keluarnya cairan.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
• Kanula satu set
• Alat & perlengkapan operasi
• Cutter listrik
• Pompa peristaltik
• Timer/jam
• Alat-alat gelas
• Gelas piala besar (tempat untuk anestesi)
• Timbangan hewan percobaan
• Spektrofotometer

BAHAN :
 Cairan lambung buatan (CLB) tanpa enzim
 Larutan eter/kloroform
 Cairan usus buatan (CUB)tanpa enzim
 Larutan NaCl 0,9 % b/v
 Larutan Parasetamol pada CLB dan CUB tanpa enzim
 Tikus putih jantan dengan berat 150-170 gram

IV. PERCOBAAN
Cara Kerja
A. Percobaan CUB / CLB
Lakukan percobaan absorbsi in situ parasetamol per oral. Percobaan dilakukan dalam dua
kondisi uji yaitu pada kondisi asam menggunakan CLB tanpa enzim dengan pH 1,2 dan kondisi
normal-basa menggunakan CUB tanpa enzim pH 7,4. Kadar parasetamol di ukur menggunakan
metode spektrofotometeri UV.

1. Buatlah larutan CLB tanpa enzim dan CUB tanpa enzim masing masing sebanyak 1 liter

2. Buat kurva baku parasetamol dalam CLB dan CUB tanpa enzim. ( lakukan pencarian
panjang gelombang maksimum parasetamol dalam CLB & CUB tanpa enzim)
3. Larutkan 500 mg parasetamol masing masing dalam larutan CLB dan CUB tanpa
enzim 500 mL

4. Tetapkan kadar parasetamol dalam CLB dan CUB sebagai konsentrasi awal (C0).
a. Pipet masing masing-masing 2,0 mL larutan parasetamol dari larutan parasetamol
dalam CLB dan CUB tanpa enzim
b. Ukur absorbansi masing masing menggunakan panjang gelombang maksimun
yang sudah dicari
c. Hitung kadar parasetamol menggunakan persamaan kurva kaliberasi yang didapat
dari pekerjaan

5. Percobaan Absorbsi pada tikus teranastesi


a. Gunakan dua ekot tikus putih jantan, tikus pertama digunakan untuk uji
menggunakan CLB dan tikus kedua digunakan untuk uji menggunakan CUB.
b. Tikus dipuasakan selama 24 jam, hanya boleh diberi minum
c. Lakukan anastesi tikus menggunakan eter
d. Sepanjang linea medina perut tikus dibedah sampai jelas terlihat bagian ususnya.
e. Cari bagian lambung, ukur 15 cm dari lambung ke arah anal menggunakan benang,
dengan hati-hati dibuat lubang dan kanul dimasukkan dan ditali dengan benang.
Pemasangan kanul sedemikian rupa sehingga ujungnya mengarah ke bagian anal.
f.Kanul
Dari dihubungkan dengan
ujung kanul ini selang lagi
usus diukur infusdengan
menuju labu infus berisi
pertolongan benangCLB dan anal
ke arah CUB
sepanjang 20 cm, dan disitu dibuat lubang kedua, selanjutnya dipasang pula kanul kedua
dengan ujung kanul mengarah ke bagian oral dari usus dengan benang. Kanul
berhubungan dengan selang infus menuju gelas kimia
g. Buka kran infus dan biarkan CUB atau CLB mengalir melalui usus dan keluar sampai
ke gelas kimia, sampai cairan yang keluar jernih
h. Ganti labu infus menggunakan CUB atau CLB yang mengandung parasetamol
i. Aliri usus selama 30 menit j. Catat volume CUB atau CLB yang tertampung dalam
gelas kimia dan tentukan kecepatan alirnya (Q) = volume terukur / 30 menit
k. Potong usus tikus antara kedua ujung dan ukur panjangnya menggunakan penggaris.
Data yang terukur sebagai l
l. Ikat ujung usus dan masukkan aquades melalui ujung yang lain sampai usus
menggelembung
m. Ukur diameter usus menggunakan jangka sorong dan tentukan jari-jarinya (r)
6. Penetapan kadar parasetamol dalam CUB atau CLB yang tertampung sebagai
konsentrasi akhir (C1)
a. Pipet sebanyak 2,0 mL CUB atau CLB yang tertampung dalam gelas kimia
b. Ukur absorbansi masing masing menggunakan panjang gelombang maksimun
yang sudah dicari (point 2)
c. Hitung kadar parasetamol menggunakan persamaan kurva kaliberasi yang
didapat dari pekerjaan point 2

7. Perhitungan Papp
a. Hitung Papp (CUB) dan Papp (CLB) menggunakan data yang telah didapat
dengan memasukkan pada persamaan yang tertera pada teori dasar.
b. Bandingkan kedua Papp tersebut
c. Analisis data tersebut
V. PERHITUNGAN DAN HASIL
VI. PEMBAHASAN
Absorbsi Obat secara In Situ Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan
absorbsi paracetamol peroral. Percobaan dilakukan dalam dua kondisi uji yaitu pada
kondisi asam menggunakan cairan lambung buatan (CLB) tanpa enzim pH 1,2 dan
pada kondisi basa menggunakan cairan usus buatan (CUB) tanpa enzim pH 7,4.
Kadar paracetamol diukur menggunakan metode spektrofotometri. Percobaan ini
dilakukan untuk mengamati pengaruh pH terhadap absorbsi parasetamol melalui
difusi pasif dan percobaan dilakukan secara in situ. Metode in situ merupakan suatu
metode uji yang dilakukan dalam organ target tertentu yang masih berada dalam
sistem organisme hidup.

Metode in-situ memiliki kelebihan dibandingkan metode in-vitro. Walaupun hewan


percobaan sudah dianastesi dan dimanipulasi dengan pembedahan, suplai darah
mesentris, neural, endokrin, dan limpatik masih utuh sehingga mekanisme transpor
seperti yang terdapat pada mahluk hidup masih fungsional. Sebagai hasilnya, laju
dari metode ini lebih realistik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan
metode in-vitro). Metode absorbsi in situ sering disebut teknik perfusi karena usus
dilubangi satu untuk memasukkan sampel dan dilubangi satu lagi untuk keluarnya
sampel. Cara ini didasarkan asumsi bahwa hilangnya obat dari lumen usus
dikarenakan proses absorbsi, obat dianggap stabil dan tidak mengalami
metabolisme di usus. Metode in situ digunakan untuk mempelajari faktor yang
mempengaruhi

permeabilitas usus, untuk mengoptimalkan kecepatan absorbsi pada sediaan


prodrug dan pada obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorbsi. Pada
percobaan kali ini absorbsi obat melalui difusi pasif, artinya absorbsi tidak
menggunakan energi, terjadi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan tidak
melawan gradien konsentrasi.

V. KESIMPULAN
Absorbsi adalah proses pergerakan obat yang sudah terlarut dari tempat pemberian ke dalam
sirkulasi darah melalui membran pada tempat pemberian obat.
Praktikum kali ini adalah percobaan absorbsi in situ parasetamol per oral terhadap organ
dalam Tikus. Percobaan dilakukan dalam dua kondisi uji yaitu pada kondisi asam menggunakan
CLB tanpa enzim dengan pH 1,2 dan kondisi normal-basa menggunakan CUB tanpa enzim pH
7,4. Kadar parasetamol di ukur menggunakan metode spektrofotometeri UV.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil yaitu :
Identitas penelitian :
a. Tikus 1 : BB 150g , panjang usus 20cm , diameter 25cm . Lama alir 50detik dan kecepatan
alirannya 10ml / 50detik.
Larutan awal absorbansi : 2,524 sedangkan Larutan akhir absorbansinya : 0,504.
b. Tikus 2 : BB 200g , panjang usus 20cm , diameter 0,31cm . Lama alir 1menit 40detik dan
kecepatan alirannya 10ml / 100detik.
Larutan awal absorbansi : 0,524 sedangkan Larutan akhir absorbansinya : 0,572.
Jadi , dari hasil percobaan ini faktor absorbasi terbesar terjadi pada uji Tikus no. 1

DAFTAR PUSTAKA
Modul praktikum

Anda mungkin juga menyukai