Anda di halaman 1dari 4

Minggu 25 april 2010

Buka-bukaan di Ruang Dingin

Gayus Halomoan tambunan menggigil menahan dingin di tempat pemeriksaan di ruang rapat
utama Markas Besar Kepolisian RI . ’’ Break dulu dong dingin cape, ’’ katanya kepada
penyelidik, seperti dituturkan penasihat hukumnya, Pia Nasution, jumat pekan lalu.

Pia Nasution menceritakan, sepanjang pekan lalu kliennya mulai tak tahan menghadapi
dinginnya ruangan. Pada pekan ketiga diperiksa polisi, menurut pia, Gayus semakin semakin
kuyu dan mulai sering batuk. Ia sempat meminjam telepon pengacara untuk mengontak
istrinya, Melina Anggraeni, meminta dibawa jaket.

Sejak dijemput dari singapura pada akhir Maret lalu, Gayus diperiksa maraton oleh tim yang
dipimpin inspektur Jendral Mathius Selempang. Pagi-pagi sekali diberangkatkan dari rumah
tahanan brimob kelapa dua, Depok Jawa barat. Pemeriksaan biasanya mulai pukul sepuluh
pagi dan baru kelar larut malam.

Tersangka kasus pencucian uang korupsi, dan gratifikasi ini dicecar soal rekening miliknya
yang berisi sekitar Rp 28 milyar. Misalnya tentang asal usul dan aliran uang yang sebagian
masuk rekening pengusaha bengkel mobil, Alif Kuncoro, dan penyelidik kepolisia ,komisaris
Mohammad Arafat Enanie.
Tahun lalu polisi menyidik Gayus karena rekeningnya itu. Pusat Pelaporan Analisis Transaksi
keuangan mencurigai duit miliaran rupiah di rekening pegawai Direktorat Jendral Pajak
golongan IIIa, yang gajinya sekitar 12juta perbulan. Diadili di pengadilan negeri Tangerang,
Banten, ia dinyatakan bebas. Belakangan mantan kepala badan reserse kriminal polri
Komisaris Jendral Susno Duadji membeberkan adanya peran makelar kasus dibalik lepasnya
gayus.

Selama pemeriksaan Gayus ‘’ nyaring bernyanyi’’. Ia menyebut nama-nama orang di


Direktorat Jendral Pajak yang ikut menikmati duit korupsi pajak. Ia pun menunjuk
perusahaan yang meyuapnya serta orang yang membantunya lepas dari jerat hukum. ‘’ Gayus
memang menyebut sejumlah nama dan institusi ‘’ kata Pia.

Sumber- sumber Tempo menyatakan pengakuan Gayus dan data percakapan teleponnya
menyeret sejumlah nama. Mereka memiliki hubungan dekat dengan sjahril Djohan mantan
diplomat yang disebut susno sebagai ‘’ makelar kasus besar ‘’. Selasa pekan lalu, dengan
didampingi pengacara Hotma Sitompoel, Sjahril terbang dari singapura dan langsung menuju
Markas Besar Kepolisian. Ia tak bisa pulang karena polisi menahannya sebagai tersangka
rekayasa kasus Gayus Tambunan. “ Akan ada banyak tersangka,’’ kata seorang sumber.
’’Sebab , kasus Gayus ternyata melibatkan perputaran uang hingga 1,5 triliun.’’

Di sela-sela pemeriksaan, Gayus didatangi Inspektur Jendral Kementrian Keuangan Hekinus


Manao, dua pekan lalu. Kepada tim Hekinus yang mememuinya setengah jam pada 5 april,
Gayus menyebutkan 13 nama pejabat Kementrian Keuangan dan satu perusahaan yang
terlibat dalam permainan kotor. “ mereka disebut ikut menikmati uang Gayus,” katanya.
Hekinus menolak menyebut nama-nama itu. Tapi sumber Tempo memberikan informasi,
salah satu nama yang disebut Gayus adalah bekas atasannya, Direktur Keberatan dan
Banding Direktorat Jendral Pajak.

Namun Direktur Keberatan dan Banding Bambang Heru Ismiarso mengatakan tidak tahu –
menahu soal sepak terjang gayus. Dalam pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan
Perwakilan Rakyat, Kamis pekan lalu, ia mengatakan baru tahu masalah ini pada Agustus
2009. Ketika itu atasan langsung gayus, kepala kepala subdirektorat keberatan dan banding
Jhony Tobing dipanggil badan reserse kriminal dan kepolisian. “ Gayus langsung saya
pindahkan ke subdirektorat peninjauan kembali dan evaluasi, jadi ia tidak bisa lagi membuka-
buka berkas,” ujarnya.
Soal asal usul rekeningnya, Gayus menyebutkan, patgulipat pajak terbesarnya didapat dari
kelompok usaha Bakrie & Brothers. Kepada seorang penegak hukum Gayus mengaku
menjadi “ perencana pajak ( tax planner ) ’’ perusahaan itu. Ia menerima imbalan US$ 8 juta
atau sekitar Rp 80 miliar.

Direktorat Jendral Pajak pernah menyebutkan daftar 149 perusahaan yang pernah ditangani
gayus kepada kepolisian. Dalam daftar itu memang ada satu perusahaan kelompok bakrie,
yakni PT Bumi Resources Tbk. Pia Nasution Pengacara Gayus menjelaskan dari daftar
tersebut Cuma 45 perusahaan yang ditangani Gayus. Pia membenarkan, PT. Bumi Resources
Tbk termasuk dalam 45 perusahaan itu.

Juru bicara PT. Bumi Resources Tbk, Dileep Srivastava, membantah pengakuan Gayus. Ia
menyatakan belum pernah mendengar adanya hubungan khusus perusahaannya dengan sang
tersangka. Menurut dia, Bumi memiliki sistem kelola perusahaan dan audit yang baik.
”Kami tidak pernah dan tidak akan terlibat aksi-aksi permainan pajak,” kata Dileep. Juru
bicara Aburizal Bakrie, Lalu Mara Satriawangsa, pun membantah. Ia menegaskan perusahaan
Bakrie selalu memakai konsultan pajak resmi dan tak pernah bermain mata dengan pegawai
pajak.

RABU pekan lalu, dua staf Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan kembali datang buat
memperoleh keterangan tambahan dari Gayus. Mereka bertemu satu jam dengan pria 30
tahun itu. Tapi tim pulang tanpa membawa hasil. ”Tadinya saya kira dengan staf dia bisa
lebih terbuka,” kata Hekinus Manao. ”Tapi ternyata dia malah lebih banyak diam.”

Alih-alih memberikan informasi, Gayus mencoba bernegosiasi. Menurut sumber, ia antara


lain menawarkan akan membuka semua jaringan mafia. Sebagai imbalan, ia minta kasusnya
dihentikan. Sumber lain menceritakan, Gayus sempat meminta perlindungan saksi. Ia pun
berencana mengajukan grasi, membayangkan hukuman berat karena ia menyeret polisi, jaksa,
dan hakim.

Anggota Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum, Mas Achmad Santosa, mengingat
pembicaraan tentang keringanan hukum dan grasi memang sempat diungkapkan Gayus ketika
bertemu satuan tugas itu, bulan lalu. ”Dia bilang, ‘Kalau saya bongkar semua, saya dapat
apa?’,” kata Achmad Santosa. ”Apa bisa saya tidak ditangkap, apa bisa saya dapat
keringanan?”
Waktu itu Achmad Sentosa dan Sekretaris Satuan Tugas, Denny Indrayana, menjelaskan
bahwa hukum Indonesia tidak mengenal prinsip perlindungan khusus kepada peniup peluit,
orang yang terlibat kejahatan dan kemudian membukanya. Keringanan hukuman seperti
dinyatakan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban merupakan kewenangan hakim.
”Jadi, kami tidak bisa memberikan janji muluk-muluk,” kata Achmad Sentosa.

Ketika dimintai keterangan penyidik, Gayus juga menceritakan duit lain simpanannya.
Awalnya ia mengaku punya Rp 10 miliar. Belakangan angka itu terus meningkat hingga Rp
50 miliar, disimpannya di delapan kotak deposit. Ia bilang semua boleh diambil penyidik, dan
hanya perlu disisakan satu buat anak dan istrinya. ”Dia beberapa kali mencoba bikin
kesepakatan,” ujar seorang sumber.

Ketika dikonfirmasi soal ini, Pia Nasution mengaku tak tahu banyak soal kotak deposit
simpanan Gayus. ”Yang dikatakan Gayus kepada kami, semuarekeningnya dan rekening
istrinya diblokir,” ujarnya. Ia juga mengatakan tidak mengetahui usaha Gayus menawar
hukumannya. Ia memastikan, tak ada permintaan kesepakatan ketika diperiksa polisi.

Oktamandjaya Wiguna, Agoeng Wijaya

Anda mungkin juga menyukai