Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

LAB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

BAB 19
Akuntansi Pajak Penghasilan

DOSEN PENGAMPU : CHRISTINA PANJAITAN SST. Pa, MBA.

DISUSUN OLEH :
1. Nur Amalia Putri (20302097)
2. Bahita Rahmalia (20302033)
3. Hany Azizah Hawaliya (20302138)
4. Yan Sinar Chris Telaumbanua (20302088)
5. Desy Fitrianti (21302133)
6. Tesya Azilaturahmi (21302146)
7. Ibnu Al khalifatul Husna (20302129)
8. Siti Salmah (20302029)
9. Cut Sandra Mulyani (20302141)
10. Sulastri (20302036)
11. Atin Martini (20302092)
12. Aqilah Dwi Hartina (21302150)

Program Studi Akuntansi Pajak


SEKOLAH TINGGI PERPAJAKAN INDONESIA
2021/2022
A. Dasar Akuntansi Penghasilan
 Laba Pelaporan Keuangan
Untuk mengilustrasikan bagaimana perbedaan dalam peraturan IFRS dan
peraturan pajak memengaruhi pelaporan keuangan dan laba kena pajak,
asumsikan bahwa Chelsea Inc. melaporkan pendapatan sebesar Rp130.000 dan
beban sebesar Rp60.000 untuk setiap tahun selama tiga tahun pertama operasi.

CHELSEA INC.
PELAPORAN IFRS
2011 2012 2013 Total
Pendapatan 130.000 130.000 130.000
Beban 60.000 60.000 60.000
Laba Sebelum Pajak 70.000 70.000 70.000 210.000
Beban Pajak Penghasilan (40%) 28.000 28.000 28.000 84.000

 Laba Pelaporan Pajak


Untuk tujuan perpajakan (mengikuti peraturan pajak), Chelsea
melaporkan jumlah beban yang sama ke otoritas pajak pada setiap tahunnya.
Chelsea melaporkan pendapatan kena pajak sebesar Rp100.000 pada tahun 2011,
Rp150.000 pada tahun 2012, dan Rp140.000 pada tahun 2013.
CHELSEA INC.
PELAPORAN PAJAK
2011 2012 2013 Total
Pendapatan 100.000 150.000 140.000
Beban 60.000 60.000 60.000
Laba Sebelum Pajak 40.000 90.000 80.000 210.000
Beban Pajak pengahasilan (40%) 16.000 36.000 32.000 84.000

 Perbandingan Beban Pajak Penghasilan dengan Utang Pajak Penghasilan


Beban pajak penghasilan dan utang pajak penghasilan berbeda selama tiga
tahun. Tetapi secara total sama besarnya.
CHELSEA INC.
BEBAN PAJAK PENGHASILAN DAN UTANG PAJAK PENGHASILAN
2011 2012 2013 Total
Beban Pajak Penghasilan 28.000 28.000 28.000 84.000
Utang Pajak Penghasilan 16.000 36.000 32.000 84.000
Selisih 12.000 (8.000) (4.000) 0

B. Jumlah Kena Pajak Masa Depan dan Pajak Tangguhan


PT. Mawar memiliki saldo aset pajak tangguhan sebesar 300.000 pada akhir 2012,
yang muncul karena perbedaan temporer sebesar Rp. 1.200.000 ( tarif pajak 25%) . pada
akhir tahun 2013 laba sebelum pajak Rp. 4.200.000 dan terdapat koreksi positif sehingga
penghasilan kena pajak sebesar Rp. 5.000.000 . Berdasarkan hasil review aset pajak
tangguhan sebesar Rp. 60.000 tidak dapat dipulih kan dimasa mendatang ( belum
termasuk Rp. 500.000 )

Tahun 2013
Laba sebelum pajak (PSAK) 4.200.000
Pajak kini 1.250.000
Beban (manfaat) pajak tangguhan (200.000)
Beban pajak penghasilan 1.110.000
Laba bersih 3.190.000
 Ayat Jurnal

Beban Pajak Penghasilan 1.250.000


Utang Pajak 1.250.000
Aset Pajak Tangguhan 200.000
Beban Pajak Penghasilan 200.000
 Penurunan Nilai Pajak Penghasilan

Beban Pajak Penghasilan 60.000


Aset Pajak Tangguhan 60.000

C. PERBEDAAN TEMPORER YANG MENIMBULKAN JUMLAH


YANG DAPAT DI KURANGKAMN DI MASA DEPAN
PT Krakatau selama tahun 2018 mengakui beban garansi sebesar 2% dari total
penjualan. Garansi akan dilakukan selama dua tahun. Total penjualan pada 2018 sebesar
Rp800.000.000. Beban tersebut diakui menurut akuntansi dengan basis akrual pada saat
penjualan terjadi yaitu pada tahun 2018. Menurut ketentuan pajak, beban tersebut baru
diakui jika entitas telah secara nyata memberikan garansi kepada pelanggannya.
Kenyataannya beban garansi atas penjualan 2018 dibayarkan pada tahun 2018
sebesar Rp2.000.000, 2019 sebesar Rp8.000.000, dan 2020 sebesar Rp6.000.000. tariff
pajak 25% dan tidak akan berubah untuk beberapa tahun ke depan!
Atas biaya garansi tersebut akan diakui menurut akuntansi sebesar 2% x
Rp800.000.000= Rp16.000.000. Beban tersebut akan diakru pada 2018 dan menimbulkan
liabilitas.
Beban Garansi Rp 16.000.000  
Labilitas Garansi   Rp 16.000.000
Atas garansi ini ada yang telah diberikan jasanya pada 2018 sehingga liabilitas
akan berkurang.
Labilitas Garansi Rp 2.000.000  
kas (Kredit yang Lain)   Rp 2.000.000
Pada 2019 dilakukan pembayaran garansi Rp8.000.000 sehingga liabilitas pajak
tangguhan akan berkurang sehingga bersaldo Rp6.000.000. Akibat transaksi ini aset pajak
tangguhan juga harus dikurangi karena liabilitasnya telah terselesaikan. Aus
berkurangnya perbedaan temporer yang dapat dikurangkan tersebut akan dibuat jurnal
Saldo liabilitas pajak tangguhan Rp1.500.000 pada akhir tahun 2019 akan
terselesaikan pada tahun 2020 dengan pembayaran garansi sebesar Rp6.000.000
Akun 2018 2019 2020 Total
Beban Garansi akuntansi Rp 16.000.000 Rp - Rp - Rp 16.000.000
Beban Garansi pajak Rp 2.000.000 Rp 8.000.000 Rp 6.000.000 Rp 16.000.000
Perbedaan laba akuntansi dan pajak laba Rp 14.000.000 Rp 8.000.000 Rp 6.000.000 Rp -
akuntansi lebih tinggi (rendah)
 
Aset pajak tangguhan (akhir periode) Rp 3.500.000 Rp 1.500.000 Rp -  
Beban (Pendapatan) pajak tangguhan -Rp 3.500.000 Rp 2.000.000 Rp 1.500.000  
Liabilitas garansi (akhir periode) Rp 14.000.000 Rp 6.000.000 Rp -  

D. Menjelaskan Tidak Adanya Pengakuan atas Aset Pajak Tangguhan


PT Jonru Insap (PTJI) memiliki satu item perbedaan temporer yang dapat
dikurangkan sejumlah Rp10.000.000.000 pada akhir tahun pertama beroperasi. Tarif PPh
yang berlaku untuk PTJI adalah 40%, sehingga aset pajak tangguhan berjumlah
Rp4.000.000.000. PPh terutang berjumlah Rp9.000.000.000.
PTJI membuat ayat jurnal berikut untuk merekam beban pajak penghasilan, aset
pajak tangguhan, dan PPh terutang.

Beban Pajak Penghasilan 5.000.000.000


Aset Pajak Tangguhan 4.000.000.000
PPh Terutang 9.000.000.000
PTJI melakukan review secara cermat atas seluruh bukti yang tersedia. PTJI
menetapkan sejumlah Rp1.000.000.000 dari aset pajak tangguhan di atas kemungkinan
besar tidak terealisasi. PTJI membuat ayat jurnal untuk merekam pengurangan nilai aset
sebagai berikut.
Beban Pajak Penghasilan 1.000.000.000
Aset Pajak Tangguhan 1.000.000.000
Entitas mengevaluasi aset pajak tangguhan pada setiap akhir periode akuntansi.

E. Menjelaskan Penyajian Beban Pajak Penghasilan Dalam Laporan Laba


Rugi
Dalam laporan laba rugi atau catatan atas laporan keuangan, perusahaan harus
mengungkapkan komponen signifikan dari beban pajak penghasilan yang dapat
diatribusikan kepada operasi yang dilanjutkan. Dengan menggunakan informasi terkait
Chelsea sebelumnya, Chelsea melaporkan laporan laba rugi sebagai berikut.
CHELSEA INC.
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 2011
Pendapatan Rp130.000
Beban 60.000
Laba sebelum pajak
penghasilan 70.000
Beban pajak penghasilan  
Kini Rp16.000  
Tangguhan 12.000 28.000
Laba neto Rp42.000
               
Seperti yang diilustrasikan di atas, Chelsea melaporkan bagian lancar (jumlah
utang pajak penghasilan untuk periode berjalan) dan bagian tangguhan beban pajak
penghasilan. Pilihan lainnya adalah dengan hanya melaporkan total beban pajak
penghasilan pada laporan laba rugi, dan kemudian menunjukkan bagian lancar dan
tangguhan dalam catatan atas laporan keuangan. Beban pajak penghasilan sering disebut
sebagai "Provisi pajak penghasilan." Dengan menggunakan terminologi ini, provisi
(penyisihan) kini adalah Rp16.000, dan provisi pajak tangguhan adalah Rp12.000.

F. Perbedaan Temporer dan Permanen


Bio – Tech Company melaporkan laba sebelum pajak sebesar Rp200.000 pada setiap
tahun 2009, 2010, 20122. Perusahaan dikenai tariff pajak 30 persen dan memiliki
perbedaan antara laba sebelum pajak dengan laba kena pajak sebagai berikut :
1. Bio – Tech melaporkan penjualan angsuran sebesar Rp18.000 pada tahun 2009
untuk tujuan perpajakan selama periode 18 bulan dengan jumlah konstan per
bulan mulai tanggal 1 januari 2010. Perusahaan mengakui keseluruhan penjualan
untuk tujuan pembukuan pada tahun 2009.
2. Perusahaan membayar premi asuransi jiwa untuk karyawannya sebesar Rp5.000
pada tahun 2010 dan 2011. Meskipun tidak dapat dikurangkan dari pajak, Bio –
Tech membebankan premi tersebut untuk tujuan pembukuan.

          2009   2010   2011


Laba sebelum pajak Rp200.000 Rp200.000 Rp200.000
Perbedaan permanen  
Biaya yang tidak dapat dikurangkan 5.000 5.000
Perbedaan temporer  
Penjualan angsuran -18.000 12.000 6.000
Laba kena pajak 182.000 217.000 211.000
Tarif pajak  30%  30%  30%
Utang pajak penghasilan Rp54.600 Rp65.100 Rp63.300
                   
Bio – Tech mencatat pajak penghasilan untuk tahun 2009, 2010, 2011 sebagai
berikut.
31 Desember 2009
Beban Pajak Penghasilan (54.600+5.400) 60.000
Liabilitas Pajak Tangguhan (18.000 ×30 %) 5.400
Utang Pajak Penghasilan (182.000 ×30 %) 54.600
31 Desember 2010
Beban Pajak Penghasilan (65.100−3.600) 61.500
Liabilitas Pajak Tangguhan (12.000 ×30 %) 3.600
Utang Pajak Penghasilan (217.000 ×30 %) 65.100
31 Desember 2011
Beban Pajak Penghasilan (63.300−1.800) 61.500
Liabilitas Pajak Tangguhan (6.000 ×30 % ) 1.800
Utang Pajak Penghasilan (211.000 ×30 %) 63.300
Bio-Tech memiliki satu perbedaan temporer, yang timbul pada tahun 2009 dan
dibalikkan pada tahun 2010 dan 2011. Perusahaan mengakui liabilitas pajak tangguhan
pada akhir tahun 2009 karena perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak
di masa depan. Sesuai dengan pembalikan perbedaan temporer, Bio-Tech mengurangi
liabilitas pajak tangguhan. Tidak ada jumlah pajak tangguhan yang terkait dengan selisih
yang disebabkan oleh biaya asuransi yang tidak dapat dikurangkan karena hal tersebut
merupakan perbedaan permanen.
Meskipun tarif pajak sebesar 30 persen berlaku untuk tiga tahun, tarif pajak
efektif berbeda dengan tarif yang berlaku pada tahun 2010 dan 2011. Bio-Tech
menghitung tarif pajak efektif (effective tax rate) dengan membagi total beban pajak
penghasilan untuk periode tersebut dengan laba sebelum pajak. Tarif pajak efektif adalah
30 persen untuk tahun 2009 (Rp60.000 ÷ Rp200.000 = 30%) dan 30,75 persen untuk
tahun 2010 dan 2011 (Rp61.500 ÷ Rp200.000 = 30,75%).
G. Pertimbangan Tarif Pajak
 Tarif Pajak Masa Depan
Warlen Co. pada akhir tahun 2008 memiliki perbedaan temporer kumulatif
sebesar Rp300.000.
Dasar buku aset yang dapat disusutkan Rp1.000.000
Dasar pajak aset yang dapat disusutkan 700.000
Perbedaan temporer kumulatif Rp300.000
Asumsikan bahwa Rp300.000 akan dibalikan dan akan menghasilkan
jumlah kena pajak masa depan dengan tarif pajak yang berlaku.
2009 2010 2011 2012 2013 Total
Jumlah kena
pajak di masa Rp80.000 Rp70.000 Rp60.000 Rp50.000 Rp40.000 Rp300.000
depan
Tarif pajak × 40 % × 40 % ×35 % ×30 % ×30 %
Liabilitas pajak
Rp32.000 Rp28.000 Rp21.000 Rp15.000 Rp12.000 Rp108.000
tangguhan

 Revisi Tarif Pajak Masa Depan


Asumsikan bahwa pada tanggal 10 Desember 2010 peraturan pajak
penghasilan baru ditandatangani menjadi undang – undang yang akan
menurunkan tarif pajak pajak perusahaan dari 40 persen menjadi 35 persen, yang
berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2012. Jika Hostel Co. memiliki satu
perbedaan temporer pada awal tahun 2010 yang terkait dengan kelebihan pajak
sebesar Rp3.000.000 , maka Hostel akan memiliki Akun Liabilitas Pajak
Tangguhan sebesar Rp1.200.000 (Rp3.000.000 × 40%) pada tanggal 1 Januari
2010. Jika jumlah kena pajak yang terkait dengan perbedaan ini dijadwalkan
terjadi secara merata pada tahun 2011, 2012, dan 2013 maka Liabilitas Pajak
Tangguhan pada akhir tahun 2010 adalah Rp1.100.000 yang dihitung sebagai
berikut.
2011 2012 2013 Total
Jumlah kena pajak di masa
Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp3.000.000
depan
Tarif pajak × 40 % ×35 % ×35 %
Liabilitas pajak tangguhan Rp400.000 Rp350.000 Rp350.000 Rp1.100.000
Oleh karena itu, Hostel mengakui adanya penurunan sebesar Rp100.000
(Rp1.200.000 - Rp1.100.000) pada akhir tahun 2010 dalam liabilitas pajak
tangguhan sebagai berikut.
Liabilitas Pajak Tangguhan 100.000
Beban Pajak Penghasilan 100.000

H. Akuntansi untuk Rugi Operasi Neto


 Kerugian Carryback
Groh Inc. tidak memiliki perbedaan temporer atau permanen. Groh
mengalami hal-hal berikut
Tahun Laba atau Rugi Kena Tarif Pajak Pajak yang Dibayar
Pajak
2007 50.000 35% 17.500
2008 100.000 30% 30.000
2009 200.000 40% 80.000
2010 (500.000) - -0-
Pada tahun 2010, Groh mengalami rugi operasi neto yang diputuskan
untuk dibawa kembali (carryback). Berdasarkan hukum, Groh harus menerapkan
carryback pertama ke tahun kedua sebelum tahun mengalami kerugian. Oleh
karena itu, Groh membawa kembali kerugian ke tahun 2008. Jika masih ada yang
tersisa, Groh akan membawa kerugian yang tidak terpakai ke tahun 2009. Dengan
demikian Groh mengajukan perubahan jumlah pajak pada tahum 2008 dan 2009,
dan menerima pengembalian uang pajak sebesar Rp110.000
(Rp30.000+Rp80.000) yang dibayarkan pada tahun-tahun itu.

Piutang Pengembalian PPh 110.000


Manfaat Pajak Akibat Kerugian Carryback (Beban
110.000
PPh)
Groh melaporkan akun yang didebit, yaitu Piutang Pengembalian Pajak
Penghasilan (Income Tax Refund Receivable), pada laporan posisi keuangan
sebagai aset lancar pada tanggal 31 Desember 2010. Groh melaporkan akun yang
dikreditkan pada laporan laba rugi untuk tahun 2010 sebagai berikut.

GROH INC
LAPORAN LABA RUGI (PARSIAL) UNTUK TAHUN 2010

Rugi operasi sebelum pajak penghasilan (500.000)


Manfaat pajak penghasilan
Manfaat pajak akibat keuangan carryback 110.000
Rugi neto (390.000)
Oleh karena rugi operasi neto sebesar Rp500.000 untuk tahun 2010
melebihi total laba pajak dari dua tahun sebelumnya sebesar Rp300.000, Groh
meneruskan kerugian sebesar 200.000 yang tersisa.

 Kerugian Carryforward (pengakuan)


Kembali kecontoh Groh sebelumnya. pada tahun 2010, perusahaan
mencatat pengaruh pajak atas kerugian belum dikompensasi sebesar Rp200.000
sebagai aset pajak tangguhan sebesar Rp80.000 (Rp200.000 x 40%), dengan
asumsi bahwa tarif pajak masa depan yang diberlakukan adalah 40 persen. Groh
mencatat manfaat carryback dan carryforward pada tahun 2010 adalah sebagai
berikut

Untuk mengakui manfaat dari kerugian carryback


Piutang Pengembalian Pajak Penghasilan 110.000
Manfaat Akibat Kerugian Carryback (Beban Pajak
110.000
Penghasilan)
Untuk mengakui manfaat dari kerugian carryforward
Aset Pajak Tangguhan 80.000
Akibat Kerugian Carryforward (Beban Pajak
80.000
Penghasilan)
Groh segera merealisasi Piutang Pengembalian Pajak Penghasilan sebesar
Rp110.000 sebagai pengembalian pajak yang telah dibayarkan di masa lalu.
Perusahaan mencatat Aset Pajak Tangguhan sebagai manfaat penghematan pajak
masa depan. Dua akun yang dikreditkan tersebut adalah item kontra beban pajak
penghasilan yang disajikan pada laporan laba rugi 2010.

GROH INC
LAPORAN LABA RUGI (PARSIAL) UNTUK TAHUN 2010

Kerugian operasi sebelum pajak penghasilan (500.000)


Manfaat pajak penghasilan
Manfaat akibat kerugian carryback 110.000
Manfaat akibat kerugian carryforward 80.000 190.000
Rugi neto (310.000)
Manfaat pajak kini (current tax benefit) sebesar Rp110.000 adalah pajak
penghasilan yang dapat dikembalikan pada tahun berjalan. Groh menentukan
jumlah ini dengan menerapkan ketentuan carryback terhadap rugi fiskal tahun
2010. Angka Rp80.000 adalah manfaat pajak tangguhan untuk tahun berjalan,
yang dihasilkan dari kenaikan aset pajak tangguhan.
Untuk tahun 2011, asumsikan bahwa Groh kembali ke operasi yang
menguntungkan dan memiliki laba kena pajak sebesar Rp250.000 (sebelum
penyesuaian untuk NOL, carryforward), yang dikenakan tarif 40 persen. Groh
kemudian merealisasi manfaat dari carryforward tersebut untuk tujuan akuntansi
pada tahun 2010. Groh menghitung pada tahun 2011, yang juga diakui untuk
tujuan akuntansi pada tahun 2010. Groh menghitung utang pajak penghasilan
untuk tahun 2011 seperti berikut
 Laba kena pajak sebelum kerugian carryforward 250.000
 Pengurangan kerugian carryforward (200.000)
 Laba kena pajak tahun 2011 50.000
 Tarif pajak x 40%
 Utang pajak penghasilan untuk tahun 2011 20.000

Groh mencatat pajak penghasilan tahun 2011 sebagai berikut.


Beban Pajak Penghasilan 100.000
Aset Pajak Tangguhan 80.000
Utang Pajak Penghasilan 20.000
Manfaat dari NOL carryforward yang direalisasi pada tahun 2011 akan
mengurangi akun Aset Pajak Tangguhan menjadi nol.
Laporan laba rugi 2011 yang disajikan tidak melaporkan pengaruh pajak
dari kerugian carryback atau kerugian carryforward, karena Groh telah
melaporkan keduanya pada periode sebelumnya.
GROH INC
LAPORAN LABA RUGI (PARSIAL) UNTUK TAHUN 2011

Laba sebelum pajak penghasilan 250.000


Beban pajak penghasilan
Kini 20.000
Tangguhan 80.000 100.000
Laba neto 150.00
 Carryforward (Nonpengakuan)
Asumsikan bahwa kemungkinan besar Groh tidak akan merealisasi
keseluruhan NOL yang belum dikompensasi di masa depan. Dalam situasi ini,
Groh mencatat manfaat pajak sebesar Rp110.000 yang terkait dengan NOL yang
belum dikompensasi sebesar Rp300.000, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Groh tidak mengakui aset pajak tangguhan atas kerugian yang belum
dikompensasi karena kemungkinan besar Groh tidak akan dapat merealisasi
akumulasi tersebut. Groh membuat jurnal pada tahun 2010 sebagai berikut.

Untuk mengakui manfaat dari kerugian carryback


Piutang Pengembalian Pajak Penghasilan 110.000
Manfaat Akibat Kerugian Carryback (Beban Pajak
110.000
Penghasilan)

Penyajian laporan laba rugi Groh pada tahun 2010.


GROH INC
LAPORAN LABA RUGI (PARSIAL) UNTUK TAHUN 2010

Kerugian operasi sebelum pajak penghasilan (500.000)


Manfaat pajak penghasilan
Manfaat pajak akibat kerugian carryback 110.000
Rugi neto (390.000)
Pada tahun 2011, asumsikan bahwa Groh memiliki laba
kena pajak sebesar Rp250.000 (sebelum mempertimbangkan carryforward),
dengan tarif pajak 40 persen. Groh merealisasi aset pajak tangguhan dan mencatat
jurnal sebagai berikut.
Untuk Mengakui Aset Pajak Tangguhan dan Kerugian Carryforward
Aset Pajak Tangguhan 80.000
Manfaat Akibat Kerugian Carryforward (Beban Pajak
80.000
Penghasilan)
Untuk Mencatat Pajak Penghasilan Kini dan Tangguhan
Beban Pajak Penghasilan 100.000
Aset Pajak Tangguhan 80.000
Utang Pajak Penghasilan 20.000
Groh melaporkan Manfaat Akibat Kerugian Carryforward sebesar
Rp80.000 pada laporan laba rugi 2011. Perusahaan tidak mengakuinya pada tahun
2010 kerena kemungkinan besar hal itu tidak akan terealisasi. Dengan asumsi
bahwa Groh memperoleh laba untuk tahun 2011 dari operasi dilanjutkan, ia
menyiapkan laporan laba rugi seperti yang ditunjukkan seperti berikut

GROH INC
LAPORAN LABA RUGI (PARSIAL) UNTUK TAHUN 2011

Laba sebelum pajak penghasilan 250.000


Beban pajak penghasilan
Kini 20.000
Tangguhan 80.000
Manfaat akibat kerugian carryforward (80.000) 20.000
Laba neto 230.000

M Metode lainnya adalah hanya melaporkan satu baris untuk total


beban pajak penghasilan sebesar Rp20.000 dihalaman muka laporan laba rugi dan
mengungkapkan komponen beban pajak penghasilan dalam catatan atas laporan
keuangan.

Anda mungkin juga menyukai