Disusun Oleh :
Tahun 2020-2021
A. DEFINISI
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karak-
teristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-
duanya. (Henderina,2010).
Seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik
diabetes melitus seperti poliuria,polidipsi,dan polifagi disertai dengan kadar gula darah
sewaktu 200 mg/dl dan gula darah puasa 126 mg/dl. (Perkeni 2011)
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai
normal.Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan in-
sulin baik secara absolute maupun relative (Riskesdas 2013)
B. ETIOLOGI
Menurut PPNI,T.P (2017) penyebab dari penyakit ini diantaranya :
Hiperglikemia seperti Disfungsi pankreas,Resistensi insulin, Gangguan toleransi glukosa
Dm juvenile ini merupakan diabetes tipe ,sebelumnya disebut IDDM, atau Diabetes
Melitus onset anak-anak,ditandai dengan destruksi sel beta pankreas yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut.Penyakit ini diturunkan sebagai heterogen,sifat multigenik.Kembar
identik memiliki resiko 25-50% mewarisi penyakit,sementara saudara kandung memiliki
6% resiko dan anak cucu memiliki 5% resiko.Meskipun pengaruh keturunan kuat,90%
orang dengan DM tipe 1 tidak memiliki tingkat relative tingkat pertama dengan DM
(Black,2014,p. 632)
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda (Mayor dan Minor) menurut PPNI,T.P.2017
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu :
Periode Pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis belum nampak,karena baru ada proses distruksi sel
B-pankreas.Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini.
Sekresi insulin mulai berkembang ditandai dengan mulai berkurangnya sel B-pankreas
yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai
ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Periode Manifestasi Klinis
Pada periode ini geajala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi sekitar
90% kerusakan sel B-pankreas.Karena sekresi insulin sangat kurang,maka kadar gula
darah akan tinggi atau meningkat.Kadar gula darah yang melebihi 180mg/dl akan
menyebabkan diuresis osmotik.Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan
dan elektrolit melalaui urin(poliuria,dehidrasi,polidipsi).Karena gula darah tidak dapat
di-uptake kedalam sel,penderita akan merasa lapar(polifagi),tetapi berat badan akan
semakinn kurus.Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah
di-uptake kedalam sel.
Periode Honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara.Pada periode ini sisa-sisa sel
B-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh
sendiri.Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang
dari 0,5 U/kg berat badan/hari.Namun periode ini hanya berlangsung sementara,bisa
dalam hitungan hari atupun bulan,sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa
periode ini bukanlah fase remisi yang menetap.
Periode Ketergantungan Insulin yang Menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM.Pada periode ini penderita
akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
F. MANIFESTASI KLINIS
Pada Diabetes Melitus Tipe 1 yang kebanyakan diderita oleh anak-anak adalah Diabetes
Melitus Juvenile mempunyai gambaran lebih akut ,lebih berat,tergantung insulin dengan
kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena
keterlambatan diagnosis. Mayoritas penyandang DM Tipe 1 ini menunjukkan gambaran
klinik yang klasik seperti :
Pengeluaran Urin (Poliura)
Poliura adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal.Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh
relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
mengeluarkannya melalui urin.Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa. (PERKENI.2011)
Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan
(Subekti,2009).
Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan meras cepat lapar dan lemas,hal tersebut disebabkan karena glukosa
dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi
(PERKENI,2011)
Penyusutan Berat Badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti,2009)
G. PATHWAY
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Rustama DS,dkk.2010 Tatalaksana pasien dengan DM Tipe 1 tidak hanya
meliputi pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang
optimal dalm jangka pendek maupun jangka panjang,diantaranya adalah :
Penatalaksaan Medis
Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita penyakit DM
Tipe1, Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin,dosis insulin,regimen
yang digunakan,cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang digunakan.
Diet
Prinsip dari terapi ini adalah makan sehat.Pasien disarankan untuk mengkonsumsi
buah,sayur,produk susu,gandum utuh,daging rendah lemak dengan jumlah sesuai
usia dan kebutuhan energi.Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55%
karbohiodrat, 15-20% protein dan 30% lemak.Pada anak DM Tipe 1 ini asupan
kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang
diberikan selain monitoring pertumbuhannya.Kebutuhan kalori perhari
sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal.
Aktifitas Fisik/Exercise
Aktivitas fisik penting untuk meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan
keburuhan insulin.Rekomendasi aktivitas fisik pada anak dengan penyakit ini
I. KOMPLIKASI
a) Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus ini terdapat tiga macam
yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka
pendek,diantaranya :
Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul sebagai komplikasi diabetes
yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare,2008)
Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis Diabetik (KAD) disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam
darah sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia,asidosis dan ketosis
(Soewondo,2012)
Sindrom HHNK (Hiperglikemia Hiperosmoler Nonketotik)
Sindrom HHNK ini adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan
Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price &
Wilson,2012)
K. ANALISA DATA
Kerusakan Sel β
Pankreas
Defisiensi Insulin
Hiperglikemia
Ketidakseimbangan
Kadar Glukosa Darah
2 DS : Nyeri ekstremitas (klaudikasi Lipolisis Perfusi Perifer Tidak
intermiten/kelemahan otot) Efektif
DO : Warna kulit pucat,Turgor kulit
menurun,Penyembuhan luka lambat Peningkatan Asam-Asam
Lemak
Peningkatan Badan
Keton
Ketoasidosis Diabetik
Penurunan Suplai O2 Ke
Otak
Ketidakseimbangan
Perfusi Jaringan Perifer
3 Peningkatan Resiko
Glukoneogenesis Ketidakseimbangan
Cairan
Hiperglikemia
Deuresis Osmotik
Poliuria
4 DS : Mengeluh lelah,Merasa lemah. Glukosa tidak diantar Intoleransi Aktivitas
DO : Frekuensi jantung meningkat dari permukaan sel ke
¿ 20 % dari kondisi istirahat,Tekanan internal
darah berubah ¿ 20 % dari kondisi
istirahat, Gambaran EKG
menunjukkan aritmia saat/setelah Penurunan rangkaian
aktivitas(Takikardia), reaksi metabolisme
Penurunan produksi
energi
Intoleransi Aktivitas
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
O. EVALUASI
Pada diagnosa Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan Kerusakan
sel β Pankreas, Defisiensi insulin setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam diharapkan kadar glukosa darah menurun atau stabil, pasien bisa konsisten untuk
diet dalam menghindari penyebab kenaikan kadar glukosa darahnya,cairan yang
masuk dan keluar seimbang.
Pada diagnosa Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan menurunnya suplai
oksigen ke jaringan perifer dan peningkatan kekentalan darah, setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami gangguan
perfusi jaringan dengan kriteria hasil tanda-tanda vital normal terutama nadi, CRT
kurang dari 3 detik, dan sensitivitas normal.
Pada diagnosa Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan
glukoneogenesis, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
cairan yang masuk dan keluar pada pasien bisa stabil dan seimbang,
Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan rangkaian
reaksi metabolisme dan penurunan energi, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan pasien mampu mencapai kemampuan aktivitas yang
optimal, dapat beraktivitas sesuai kemampuan (duduk,berdiri,berjalan) secara
bertahap, mulai nyaman kembali dalam melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung.,
Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri
P., Subekti, I., Editor. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu bagi dokter maupun edukator dia-
betes. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diag-
nostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keper-
awatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012).Patofisiologi: konsep klinis prosesprosespenyakit, 6 ed. vol. 1.
Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC
Rustama, D.S., dkk., 2010. Diabetes Mellitus. Dalam: Jose RL. Batubara, dkk, Endokrinologi Anak,
Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth/ editor,
Soewondo, P., 2011. Pemantauan Kendali Diabetes Melitus dalam: Soegondo, S., Soewondo,
Subekti I., 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Neuropati Diabetik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta: FK UI
pp. 1948.
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Jakarta: EGC.