TESIS
Oleh
Taufik Abdi
NIM 157041068
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas ridha-Nya sehingga saya dapat
Prediktor Mortalitas Pasien Sepsis Di ICU RSUP H.Adam Malik Medan Dan
Dihubungkan Dengan Skor SOFA”. Tesis ini disusun sebagai salah satu
untuk karya tulis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, petunjuk,
bantuan dan pengarahan serta dorongan baik moril dan material dari berbagai
pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.
yang membangun sehingga tesis ini bisa bermanfaat dimasa yang akan datang.
1. Yth, Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas
yang telah bersusah payah dan bersedia meluangkan waktu dan pikirannya
tesis ini.
5. Yth,Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK-KH, FISH, selaku Ketua
Nindia Sugih Arto, M. Ked (ClinPath), Sp.PK, dr. Dewi Indah Sari
mengikuti pendidikan.
Klinik.
13. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada seluruh teman-teman sejawat
dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas
pendidikan terutama teman seperjuangan saya dr. Rozi, dr. Edu, dr.
Sarah, dr. Andani, dr. Gita, dr. Rizka, dr. Erma, dr. Vella, dr.
14. Terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada kedua orang
semua budi baik dan kasih sayangnya. Begitu juga kepada mertua saya
Bapak H. Dadang Sukarma, SE dan Ibu Hj. Nursuciati yang juga telah
keluarga. Juga kepada adik-adik saya dr. Tasrif Hamdi M.Ked (An),
saya dan juga seluruh keluarga besar saya yang tidak dapat saya sebutkan
15. Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada istri
saya tercinta Pangayumi Mindari S.S yang telah mendampingi saya yang
ini.
16. Akhir kata sebagai manusia biasa tentunya tidak luput dari kesalahan dan
besarnya. Insya Allah tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
Penulis,
Hal
DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- i
DAFTAR GAMBAR----------------------------------------------------------------- iii
DAFTAR TABEL -------------------------------------------------------------------- iv
DAFTAR SINGKATAN ------------------------------------------------------------ v
DAFTAR LAMPIRAN -------------------------------------------------------------- vii
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------- 1
1.1 Latar Belakang --------------------------------------------------- 1
1.2 Rumusan Masalah ----------------------------------------------- 5
1.3 Hipotesis Penelitian --------------------------------------------- 6
1.4 Tujuan Penelitian ------------------------------------------------ 6
1.4.1 Tujuan Umum ---------------------------------------------- 6
1.4.2 Tujuan Khusus --------------------------------------------- 6
1.5 Manfaat Penelitian ----------------------------------------------- 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------------ 9
2.1 Sepsis --------------------------------------------------------------- 8
2.1.1 Definisi ----------------------------------------------------- 8
2.1.2 Kriteria Sepsis -------------------------------------------- 9
2.1.3 Prediksi Mortalitas --------------------------------------- 10
2.1.4 Epidemiologi ---------------------------------------------- 13
2.1.5 Etiologi ----------------------------------------------------- 14
2.1.6 Patofisiologi ------------------------------------------------ 15
2.1.7 Tahapan Perkembangan Sepsis --------------------- 24
2.1.8 Kegagalan Organ ---------------------------------------- 27
2.1.9 Diagnosis --------------------------------------------------- 29
2.1.10 Laboratorium --------------------------------------------- 30
2.2 C. Reaktive Protein ---------------------------------------------- 32
2.2.1 Definisi ------------------------------------------------------- 32
No Judul Hal
Algoritma Skrinning Kecurigaan Sepsis Dan Septik
Gambar 1. 12
Syok
Gambar 2. Pengenalan Pejamu Terhadap Komponen Mikroba 20
Gambar 3. Patogenesis Sepsis 24
Gambar 4. Imbalansi Koagulasi Pada Sepsis 27
Gambar 5. Hubungan Sepsis Dengan Kegagalan Organ 32
No Judul Hal
Tabel 2.1 Perbandingan Kriteria Diagnostik Sepsis 10
Tabel 2.2 Kriteria qSOFA 15
Sistem Penilaian Sequential Organ Failure
Tabel 2.3 15
Assessment (SOFA)
Tabel 2.4 Penyebab Umum Sepsis Pada Orang Sehat 17
Penyebab Umum Sepsis Pada Orang Yang
Tabel 2.5 18
Dirawat
Tabel 2.6 Indikator Laboratorium Sepsis 35
Sistem Penilaian Sequential Organ Failure
Tabel 2.7 49
Assessment
Tabel 2.8 Aplikasi Faktor Risiko Skor SOFA 51
CRP
: C – Reaktif Protein
SOFA
: Sequential Organ Failure Assessment Score
qSOFA
: Quick Sequential Organ Failure Assessment Score
IL Interleukin
:
LPS Lipopolisakarida
:
CD Cluster Of Differentiation
:
CpG Oligodeoxynucleotida
:
Th T Helper
:
NO Nitrat Oksida
:
IFN Interferon
:
No Judul Hal
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 76
LembarPersetujuan SetelahPenjelasan
Lampiran 2 78
(Informed Consent)
Lampiran 3 Lembar Status Pasien 80
Lampiran 4 Tabel SOFA 81
Lampiran 5 Algoritma Diagnostik Sepsis Dan Syok 82
ABSTRAK
inflamasi dari sepsis. Maka penelitian ini di tujukan untuk melihat rasio
ICU sebanyak 58 pasien. Sample diperiksa untuk CRP dan Albumin hari 1
dan 3, sekaligus di hitung skor SOFA hari 1 dan 3 dan rasio CRP/Albumin
Simpulan dan saran: Rasio CRP/ Albumin dan skor SOFA dapat
lanjut untuk melihat rasio CRP/Albumin dan skor SOFA sebagai prediktor
ABSTRACT
Organ failure is one of the causes of high mortality rates for ICU patients.
way it can reflect the concept of inflammation from sepsis. Based on that
Methods: This study took the blood samples of 58 patients who were
being treated at the ICU. Samples were checked for CRP and Albumin on
day 1 and 3. At the same time, the SOFA scores and CRP / Albumin ratios
were also calculated on day 1 and 3. Finally, the study was conducted
youngest was 16 years old and the oldest was 65 years old. The CRP /
Albumin ratio for day 1 did not have a significant relationship with day 1 of
the SOFA scores (P>0.05) and The CRP / Albumin ratio for day 3 have a
Conclusion and Suggestion: The CRP / Albumin ratio and SOFA score
see the CRP / Albumin ratio and SOFA score as a mortality predictor for
septic patients.
PENDAHULUAN
menyebabkan mortalitas dan biaya kesehatan yang tinggi. Saat ini, sepsis
dan biaya rata – rata per kasus individu adalah sekitar US$ 22.000.
SIRS sampai mencapai 82% pada syok septik. (Singer M, 2016, Donald
JM, 2013).
peningkatan resiko kematian dirumah sakit >10 % dan < 9 resiko kematian
hal ini bertujuan agar sepsis tidak dianggap ringan dan bisa diberi
Data kasus sepsis di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik
RSUP HAM, 2015). Sedangkan data yang kami peroleh dari Medical
Record ICU RSUP Haji Adam Malik periode Januari – Juli 2017, angka
mortalitas dan morbiditas pasien di ICU dan tingginya biaya yang harus
dikeluarkan. Oleh karena itu, evaluasi disfungsi organ setiap waktu selama
et al., 2013).
derajat disfungsi organ secara serial setiap waktu. Sistem penilain Skor
secara nyata sebagai respons fase akut terhadap infeksi, dan besarnya
respon inflamasi yang di picu oleh infeksi. Pada pasien sepsis terjadi
sepsis atau renjatan septik. Dan kematian yang tinggi dan prognosis yang
buruk terlihat pada pasien dengan rasio CRP / albumin > 2, hasil ini di
prospektif sebanyak 1210 pasien sepsis dari January 2005 – July 2009
Skor SOFA dan pengukuran CRP dan albumin secara kuantitatif. (Kim MH
RSUP H. Adam Malik Medan. Oleh sebab itu penelitian penggunaan rasio
pasien sepsis.
(CRP) dan albumin dapat sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis
SOFA.
skor SOFA.
3. Bagi masyarakat
4. Bagi peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sepsis
2.1.1 Definisi
2016).
memiliki kadar laktat serum > 2 mmol / L (18 mg / dL) meskipun ada
angka kesakitan dan mortalitas pada pasien ICU dan juga berkaitan
dengan tingginya biaya di ICU. (Marshall JC, 2014, Marik EP, 2017).
2013).
derajat disfungsi organ secara serial setiap waktu. Sistem penilain SOFA
Skrining ini bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Metodenya
dapat di mulai dengan quick SOFA (qSOFA). Skoring ini dirasa kuat dan
Evaluation (APACHE) II, dan Simplified Acute Physiology Score (SAPS) II.
ginjal, dan sistem saraf pusat sehingga skor SOFA memungkinkan para
resiko kematian di rumah sakit > 10 % dan jika skor SOFA < 9 maka
Marik EP 2017)
JC, 2014)
lebih banyak terjadi pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan. Ras
selain kulit putih memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar terjadinya sepsis.
(Munford, 2014).
Adam Malik (RSUP HAM), Medan, pada tahun 2015 dijumpai sebanyak
2.1.5 Etiologi
Bakteri gram negatif dan gram positif merupakan 70% dari penyebab
2.1.6 Patofisiologi
beberapa jenis sel (leukosit, sel mast, sel-sel endotel dan trombosit), dan
tergantung pada adanya protein pengikat LPS (LPB, LPS binding protein)
mengikat LPS seperti LBP dan lipoprotein serum. (Silvia E, 2013, Levy
CD14 tidak mempunyai ekor intraselular berarti bahwa masih belum jelas
yang homolog terhadap reseptor IL-1 dan IL-18. Saat ini telah
LPS, TLR2 terutama untuk mengenali struktur dinding sel gram positif,
DNA bakteri. (Wesche DE, 2014, Levy MM, 2013, Remick DG, 2016).
B. Amflikasi Sinyal
namun juga beberapa sitokin lainnya seperti IL-12, IL-15 dan IL-18 serta
sitokin, mediator lipid dan spesies oksigen reaktif serta juga meningkatkan
Factor). Limfosit Th2 akan mengepresikan IL 4, IL5. IL6. IL 10, IFN ɤ dan
dinding endothel lisis, akibatnya endothel terbuka, akibat proses ini terjadi
tempat infeksi. Signal oleh mediator ini terjadi melalui sebuah reseptor
pro-inflamasi, tumor necrosis factor α (TNF-α), dan IL-1. TNF-α dan IL-1
produksi molekul adhesi pada sel endotel dan neutrofil. Interaksi endotel
D. Kaskade Koagulasi
tiga mekanisme :
ketika sel-sel ini distimulasi oleh toksin, sitokin atau mediator lain.
trombin yang sangat cepat jalur inhibisi ini bisa fatigue sehingga
organ.(Knoebl P, 2014).
a. Sistem antitrombin
b. Sistem protein C
(APC) yang berfungsi dalam menghambat FVIII dan FV.13 Pada sepsis,
(Franchini M, 2015).
Tissue factor pathway inhibitor disekresi oleh sel endotel dan berfungsi
Stadium 1
Stadium 3
Stadium 4
dan lebih dari sekedar paralisis imun. CARS dapat menjelaskan kelainan-
ditunjukkan bahwa terapi pada pasien sepsis dengan IFNγ tidak hanya
Stadium 5
Stadium akhir pada MODS adalah apa yang disebut sebagai disonansi
persisten dan berat yang dapat timbul persisten pada pasien SIRS dan
imunologik.
kesintasan serta antara jumlah organ yang gagal dengan risiko kematian.
terhadap hipoksia, sel dapat menjadi disoksik semisal tidak mampu untuk
hal ini mungkin merupakan akibat dari kelebihan produksi oksida nitrat,
oleh karena biopsi otot skeletal dari pasien sepsis menunjukkan bukti-bukti
vasopresin timbul pada setengah dan sepertiga kasus syok sepsis, dan
pada saat sepsis tidak mempunyai mekanisme dan akibat yang jelas.
2.1.9 Diagnosis
darah, laktat arteri, profil ginjal dan hati. Pasien harus dirawat di ruang
kontinu diukur tekanan vena sentral, hemodinamik, urin output dan cardiac
output.(Singer M, 2016)
Kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar asam laktat, gas darah arteri,
2016)
curigai sepsis dan syok sepsis. Lakukan gram stain di tempat yang
Leukopenia menyebabkan
leucopenia
Penurunan jumlah
trombosit menunjukkan
DIC
dan pemanjangan PT
dan APTT
bilirubin hipoperfusi
inflamatori
infeksi
2.2.1 Definisi
Polisakarida dari dinding sel pneumokokus. Protein ini adalah protein fase
akut klasik yang dapat disintesis di hati. Protein ini dibentuk akibat proses
CRP dapat meningkat sampai 100 kali. Peningkatan sintesis CRP akan
meningkat. Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang tetap
dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam. Waktu paruh dalam plasma
adalah 19 jam dan menetap pada semua keadaan sehat dan sakit,
Kadar CRP akan menurun tajam bila proses peradangan atau kerusakan
jaringan mereda dan dalam waktu sekitar 24-48 jam telah mencapai nilai
terdiridari 206 residu asam amino, dan berikatan satu sama lain secara
berat molekul 110 – 140 kDa, setiap unit mempunyai berat molekul 23
protein :
1. Aglutinasi Lateks
(Suryaatmadja M, 2013).
2. Immunoassay
(Miyanishi S, 2013).
pengukuran turbidimetrik.
penyakit yang di sebabkan infeksi tidak diragukan lagi, tidak hanya pada
orang dewasa tapi juga pada pasien anak-anak. Dalam tinjauan ini, hanya
MB,.2013)
tingkat CRP lebih tinggi pada bakteri daripada pada infeksi virus,
puncak CRP serupa pada sepsis yang di sebabkan oleh Gram-positif dan
2.3. Albumin
2.3.1 Definisi
tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal
adalah 3,8-5,0 g/dl. Albumin terdiri dari rantai tunggal polipeptida dengan
berat molekul 66,4 kDa dan terdiri dari 585 asam amino. Kadar albumin
serum ditentukan oleh fungsi laju sintesis, laju degradasi, dan distribusi
albumin 3,5-5,0 g/kg BB atau 250-300 g pada orang dewasa sehat dengan
berat 70 kg, dari jumlah ini 42% berada di kompartemen plasma dan
adalah 194 mg/kg/hari (12-25 gram/hari). Pada keadaan normal hanya 20-
66,4 kDa lebih rendah dari globulin serum yaitu 147 kDa, tetapi rnasih
bermuatan positif. Secara detil fungsi dan peran albumin dalam tubuh
cara yaitu:
b. melalui ruang antar sel hati dan dinding sinusoid kemudian ke saluran
tubuh per hari, albumin dipecah di otot dan kulit sebesar 40-60%, di hati
meningkat
secara dramatis, dari awal masa penyakit kritis. Perubahan distribusi pada
kapiler. Hal ini terjadi pada sepsis dan setelah stress operasi besar. Hal ini
saluran kapiler dan kehilangan protein, inflamasi sel dan volume besar
mortalitas pada pasien dengan sepsis atau renjatan septik. Dan kematian
yang tinggi dan prognosis yang buruk terlihat pada pasien dengan rasio
CRP / albumin > 2 mg/dl. .(Ranzani OT, 2013, Kim HM, 2015).
Metode Biuret
tinggi intensitas cahaya yang di serap oleh alat maka semakin tinggi pula
2.4. Trombosit
2.4.1 Definisi
berkisar 7-8 fL dan trombosit memiliki diameter 2-3 µm. (Turgeon, 2015).
fluiditas darah pada keadaan normal. Pada keadaan cedera, ketiga unsur
Fungsi sel endotel dalam sistem hemostasis antara lain mensintesis tissue
factor (TF), Trombosit merupakan sel yang sangat berperan pada proses
yang terjadi melalui aktivasi trombosit oleh bakteri. (Cox et al., 2014).
DIC. (Ates et al., 2015) Selain terjadi gangguan dalam proses koagulasi
darah, mikrotrombi juga dapat terjadi sebagai akibat dari aktivasi trombosit
2.5. Kreatinin
2.5.1 Definisi
, azotemia dan sel – sel peradangan pada urinalisis. Jika gagal ginjal
2.6. Bilirubin
2.6.1 Definisi
heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal
((Sumantri, 2013).
sinusoidal yang terperfusi. Sel endotel sinusoidal (SES) dan sel kupffer
(SK) membentuk kontak garis utama untuk bakteri, produk bakterial dan
debris mikrobial yang dihantarkan oleh darah portal dan arteri hepatika.
(Sumantri, 2013).
digunakan untuk menilai pasien sepsis, namun telah divalidasi dan dapat
berdasarkan telaah dari literatur dan setiap fungsi diberi nilai dari 0 (fungsi
penilaian dari 0 sampai 4.Penilaian SOFA tidak hanya dinilai pada hari
pertama saja, namun dapat dinilai harian dengan mengambil nilai yang
(Vincent dkk,2014)
a. Objektif
e. Variabel kontinu
sistem saraf pusat, dan ginjal yang masing-masing memiliki tingkatan nilai
pada populasi rumah sakit umum yang dicurigai terkena infeksi, dan > 11
semakin tinggi skor SOFA, maka outcome pada pasien akan semakin
Respon Inflamasi
CRP
KERUSAKAN ENDOTHEL
PLASMA LEAKAGE
HIPOALBUMINEMIA
CRP
SEPSIS Mortalitas
ALBUMIN
VARIABEL BEBAS
VARIABEL TERIKAT
METODOLOGI PENELITIAN
n
Z (1 / 2 ) Po (1 Po ) Z (1 ) ) Pa (1 Pa ) 2
Po Pa 2
dimana :
Z (1 / 2) = deviat baku alpha. utk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1 ) = deviat baku betha. utk = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
sampel.
1. Sepsis
2. CRP
3. Albumin
1 Mortalitas
inklusi.
tangannya.
merah/keruh (lipemik).
disebut serum.
dan Albumin
bulan.
Prinsip Pemeriksaan
Cara Pemeriksaan :
Cara Kerja :
ke kuvet.
3. Kocok sebanyak 10 x
4. Buang 2 tetes
menit
tidak dapat divalidasi jika nilai kontrol keluar dari batas nilai yang
sifat – sifat kationik akan berikatan dengan bromcresol green (BCG), suatu
divalidasi jika nilai kontrol keluar dari batas nilai yang ditentukan. Dengan
flow cytometry. Dengan alat ini jumlah sel-sel seperti trombosit akan
dan oxazine yang spesifik terhadap asam nukleat. Pewarna ini akan
Setelah diwarnai maka sel-sel darah akan melewati flow cell dan
forward scattered dan side scattered yang akan ditangkap oleh photodiode
photodiode. Cahaya ini akan diubah menjadi aliran listrik sehingga dapat
besar dan lebih berfluoresensi dari pada trombosit dewasa akan di-gate
berbentuk cair yang sudah siap pakai yang telah diketahui nilainya, yaitu
kedaluwarsa yang ditunjukkan pada botol bila disimpan pada 2oC sampai
pereaksi dari alat dan simpan pada 2oC sampai 8oC di botol asli yang
tertutup rapat. (Architect, 2016). Nilai normal bilirubin total 0.2 – 1.2 mg/dL.
sample yang diambil melalui probe akan masuk kesetiap sample sel
Cara Kerja
Contril 9 : Level 2, 96 %
yang baik apabila test tersebut memenuhi syarat teliti, akurat dengan
divalidasi jika nilai kontrol keluar dari batas nilai yang ditentukan. Dengan
tidak dapat divalidasi jika nilai kontrol keluar dari batas nilai yang
uji korelasi Pearson bila data berdistribusi normal. Bila data tidak
PASIEN MASUK
ICU
SEPSIS 2016
ANALISA STATISTIK
PREDIKSI
MORTALITAS
HASIL PENELITIAN
selama 3 bulan sejak Mei 2018 sampai Juli 2018, terhadap 61 pasien yang
telah melalui proses inklusi dan eksklusi. Jumlah pasien yang menjadi
dari keseluruhan sampel adalah laki – laki (51,7 %) dan sisanya 28 orang
median usia 55,5 tahun. Usia termuda yaitu 16 tahun dan tertua yaitu 65
tahun. Dengan suku terbanyak adalah Batak 33 pasien (56,9%) dan Jawa
Variabel n(%)
Jenis Kelamin
Laki – laki (n%) 30 (51,7%)
Perempuan (n%) 28 (48,3%)
Suku (n%)
Batak 33 (56,9%)
pertama dengan nilai minimum 23,37 mg/dl dan maksimum 285,12 mg/dl
dengan median 70,63 mg/dl. Sedangkan kadar minimum CRP hari ketiga
dengan nilai minimum 25,29 mg/dl dan maksimum 300 mg/dl dengan
g/dl dan maksimum 3,8 g/dl dengan median 2,7 g/dl. Sedangkan kadar
minimum Albumin hari ketiga dengan nilai minimum 0,9 g/dl dan
Skor SOFA hari ketiga dengan nilai minimum 0 dan maksimum 12 dengan
median 3,00.
rasio CRP/Albumin hari ketiga dengan nilai minimum 13,31 dan maksimum
0,000).(Tabel 4.1.3)
organ, skor SOFA 1(0-1) dengan minimum 8,61 dan maksimum 8,61. 50
organ, skor SOFA 1(0-1) dengan rasio CRP/Albumin hari ketiga minimum
disfungsi organ, skor SOFA 2 (2-7) dengan rasio CRP/ Albumin hari ketiga
organ, skor SOFA 4 (>11) dengan rasio CRP/Albumin hari ketiga minimum
Kategorik_Skor_Sofa_H3
0-1 2-7 8-11 >11 Total
Kategorik_Skor_ 0-1 1 0 0 0 1
Sofa_H1 N% 100.0% .0% .0% .0% 100.0%
2-7 14 31 5 0 50
N% 28.0% 62.0% 10.0% .0% 100.0%
8-11 1 2 2 2 7
N% 14.3% 28.6% 28.6% 28.6% 100.0%
Total 16 33 7 2 58
N% 27.6% 56.9% 12.1% 3.4% 100.0%
1 (0-1) terdapat 1 pasien atau 100% yang tidak mengalami disfungsi organ
untuk beresiko jatuh ke skor 4 (>11) pada hari ketiga adalah 0%.
(2-7) pada hari ketiga adalah 31 pasien atau 62%. Kemungkinan untuk
beresiko jatuh ke skor 1(0-1) pada hari ketiga adalah 14 pasien atau 28.%.
beresiko jatuh ke skor SOFA 4 (>11) pada hari ketiga adalah 2 pasien atau
hari ketiga adalah 2 pasien atau 28,6%. Kemungkinan untuk beresiko jatuh
ke skor SOFA 2 (2-7) pada hari ketiga adalah 2 pasien atau 28,6%.
Kemungkinan untuk beresiko jatuh ke skor SOFA 1(0-1) pada hari ketiga
Medan untuk jatuh kepada kondisi disfungsi organ yang lebih berat atau
Skor SOFA.
Variabel r P value
Rasio CRP/ Albumin H-1 – PaO2 / FiO2 H-1 -0,201 0,131
Rasio CRP/ Albumin H-3 – PaO2 / FiO2 H-3 -0,352 0,007
Rasio CRP/ Albumin H-1 – GCS H-1 0,164 0,218
Rasio CRP/ Albumin H-3 – GCS H-3 -0,410 0,001
Rasio CRP/ Albumin H-1 – Trombosit H-1 -0,048 0,722
Rasio CRP/ Albumin H-3 – Trombosit H-3 -0,211 0,112
Rasio CRP/ Albumin H-1 – Bilirubin Total H-1 -0,103 0,441
Rasio CRP/ Albumin H-3 – Bilirubin Total H-3 -0,138 0,303
Rasio CRP/ Albumin H-1 – Kreatinin H-1 -0,179 0,179
Rasio CRP/ Albumin H-3 – Kreatinin H-3 0,278 0,035
Rasio CRP/ Albumin H-1 – MAP/Vasopresor H-1 -0,010 0,942
Rasio CRP/ Albumin H-3 – MAP/Vasopresor H-3 -0,214 0,106
PEMBAHASAN
ini bervariasi dengan populasi termuda 18 tahun dan tertua 65 tahun. Usia
rata 50,7 tahun. Berbeda dengan penelitian Kim HM dkk 2015 usia rata –
rata pasien sepsis yang ikut dalam penelitian dengan 65,0 tahun.
Kadar CRP pada penelitian ini, hari pertama berada pada kisaran
23,37 mg/dl - 285,12 mg/dl dengan median 70,63 mg/dl. Sedangkan Kadar
CRP hari ketiga dengan kisaran 25,29 mg/dl - 300 mg/dl dengan median
89,60 mg/dl. CRP meningkat jika ada proses inflamasi dan kadarnya
proses inflamasi pada reaksi fase akut yang dapat mengubah kadar CRP.
CRP hingga 500 mg/l. Elevasi CRP Nampak jelas terlihat pada infeksi
invasive. Pavoa dkk 2013 menyebutkan bahwa pada SIRS rata-rata kadar
CRP 70 mg/l, sepsis 98 mg/l, sepsis berat 145 mg/l dan syok septic 173
139±102,8.
1,3 g/dl-3,8 g/dl dengan median 2,7 g/dl. Sedangkan Kadar Albumin hari
ketiga dengan nilai kisaran 0,90 g/dl - 3,4 g/dl dengan median 2,5 g/dl.
Albumin serum bisa menjadi penanda jangka pendek dan jangka panjang,
kerentanan yang tinggi terhadap stressor dan hemostasis yang tidak stabil.
Berdeda dengan penelitian Farhad dkk 2016 di peroleh kadar albumin hari
pertama dengan nilai minimum 2,2 g/dl dan maximum 5,6 g/dl. Kadar
albumin hari ketiga dengan nilai minimum 2,0 g/dl dan maksimum 4,7 g/dl
Skor SOFA hari ketiga dengan nilai kisaran 0-12 dengan median 3,00.
pengkajian disfungsi / gagal organ akibat sepsis. Skor SOFA terdiri atas
risiko mortalitas pada populasi rumah sakit umum yang dicurigai terkena
rumah sakit umum yang dicurigai terkena infeksi, skor SOFA < 9
yang dicurigai terkena infeksi, dan skor SOFA > 11 mencerminkan risiko
mortalitas 95% pada populasi rumah sakit umum yang dicurigai terkena
dan skor SOFA rata-rata berhubungan dengan angka mortalitas dan dapat
di gunakan untuk menilai derajat disfungsi organ saat pertama kali masuk
ICU. Safari dkk 2016 juga menyebutkan bahwa skor SOFA > 11
mempunyai angka mortalitas > 90% dan penurunan skor ini dalam 48 jam
skor ini tidak berubah atau cendrung terjadi peningkatan maka angka
kematian meningkat 37% pada skor awal 2-7 dan 60% jika skor awal 8-11.
berikan oleh CRP dan Albumin ke dalam indeks yang berkorelasi positif
5,29 dan standard deviasi 4,25. Dan rasio CRP/Albumin 72 jam perawatan
SOFA
0,000). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ranzani dkk 2013
dimana kadar rasio CRP/ Albumin saat masuk ICU mempunyai hubungan
signifikan dengan (p= 0,005) Dan kadar rasio CRP/Albumin saat keluar
(p=0,005).
secara fisiologis CRP adalah protein fase akut yang diproduksi oleh sel
diatas 5mg/L selama 6-8 jam dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam.
yang di picu oleh infeksi. Berbeda dengan hasil penelitian Kim HM dkk
disfungsi organ. Yaitu rasio CRP/Albumin dan Skor SOFA yang tinggi akan
organ, skor SOFA 1(0-1) dengan minimum 8,61 dan maksimum 8,6. 50
Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan satu skor SOFA akan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kim HM dkk 2015 dimana
setiap peningkatan satu point CRP akan di ikuti penurunan 1 point albumin
dan peningkatan 1 point skor SOFA. Safari dkk 2016 juga menyebutkan
bahwa skor SOFA > 11 mempunyai angka mortalitas > 90% dan
mortalitas sebesar 6% dan jika skor ini tidak berubah atau cendrung terjadi
peningkatan maka angka kematian meningkat 37% pada skor awal 2-7
1 (0-1) terdapat 1 pasien atau 100% yang tidak mengalami disfungsi organ
untuk beresiko jatuh ke skor 4 (>11) pada hari ketiga adalah 0%.
(2-7) pada hari ketiga adalah 31 pasien atau 62%. Kemungkinan untuk
beresiko jatuh ke skor 1(0-1) pada hari ketiga adalah 14 pasien atau 28.%.
beresiko jatuh ke skor SOFA 4 (>11) pada hari ketiga adalah 2 pasien atau
hari ketiga adalah 2 pasien atau 28,6%. Kemungkinan untuk beresiko jatuh
ke skor SOFA 2 (2-7) pada hari ketiga adalah 2 pasien atau 28,6%.
Kemungkinan untuk beresiko jatuh ke skor SOFA 1(0-1) pada hari ketiga
adalah 1 pasien atau 14,3%. Yang Y dkk 2016 menyebutkan jika pasien
mortalitas hampir tidak ada, tetapi jika skor SOFA > 2 maka mortalitas
10%, skor SOFA <9 maka mortalitas 33% dan jika skor SOFA >10 maka
mortalitas >95%
rasio CRP/Albumin Hari pertama dan ketiga terhadap unsur – unsur Skor
SOFA yang meliputi Respirasi (PaO2/ FiO2), sistem saraf pusat (GCS),
pusat dan sistem ginjal. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang di
lakukan Yoon dkk 2018, bahwa organ yang sering mengalami disfungsi
organ adalah sistem respirasi, ginjal dan sistem saraf pusat. Hal ini di
mikrosirkulasi yang masih baik sehingga terjadi gap pO2 antara anteri dan
terjadi penurunan fungsi paru, ginjal dan sistem saraf pusat pada pasien
sepsis yang di rawat di ICU. Penurunan fungsi paru,ginjal dan saraf pusat
r = -0,201 dan p = 0,13 tetapi memiliki hubungan yang kuat pada hari
acute lung injury (ALI) atau acute respiratory distress syndrome (ARDS)
darah plasma yang tidak terkontrol ke ruang udara dan juga berfungsi
hari ketiga dengan disfungsi sistem koagulasi hari ketiga r= -0,211 dan p=
endothel.
0,103 dan p = 0,44. Tetapi rasio CRP/Albumin hari ketiga dengan disfungsi
sistem hati hari ketiga memiliki hubungan yang kuat r= -0,138 dan p=
disfungsi sistem ginjal hari ketiga memiliki hubungan yang kuat r= 0,278
dan p= 0,035. Menurut Tiwari dkk 2015 pada keadaan normal ginjal
Pada pasien sepsis dengan gagal ginjal akut dianggap karena nekrosis
ginjal. Ektraksi oksigen renal biasa terganggu pada pasien dengan sepsis.
pertama r = -0,010 dan p = 0,942 dan hari ketiga r = -0,129 dan p = 0,33.
tanpa disfungsi kardiovascular yang hanya 7,6 kali. Hal ini di sebabkan
sehingga terjadi gap po2 antara aliran arteri dan vena mikrosirkulasi. Bila
0,164 dan p = 0,218 dan hari ketiga r = -0,196 dan p = 0,141, tetapi pada
0,001. Menurut Brain J dkk 2017 pada sepsis terjadi gangguan perfusi
ICU. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang di lakukan Yoon dkk
2018, bahwa organ yang sering mengalami disfungsi organ adalah sistem
6.1 Kesimpulan
sepsis di ICU.
inflamasi
panjang memberikan data yang lebih konsisten dari pada nilai CRP
disfungsi organ.
6.2 Saran
Rasio CRP/Albumin yang dihubungkan dengan skor SOFA
4. Ates , S., Oksuz, H., Birsen, D., et al., 2015. Can mean platelet
1190.
journal.2004;2(7):1-5.
10. Cox ML, Rudd AG, Gallimore R,Hodkinson HM, Pepys MB. 2014
11. Cremer, M., Weimann, A., Szekessy, D., Hammer, H., Bührer,
13. Donald JM, Galley HF, Webster NR.Oxidative stress and gene
16. Ferreire FL, Bota DP, Bross A, Mélot C, Vincent JL. Serial
19. Gulcer SS, Bruins AN, Kingma PW, Boerma CE. Elevated
22. Ho KM, Lee KY, Dobb GJ, Webb SA. C-reactive protein
Sepsis.2014:2(4);183-188
24. Jaehun Oh, Soo HK, Kyu NP, Sang Hh, Young MK, Han JK,
25. Karlsson, M., Hara, N., Morata,S, Sjövall, F., Kilbaugh, T.,
26. Kim HM, et al. 2015. The C – Reaktive Protein / Albumin Ratio
29. LaRosa, S.P., 2013. Sepsis. In: Gordon, S., ed. Current Clinical
Mar;23(1):99-114.
33. Merik EP, Taeb MA. qSOFA and new sepsis definition. J Thorac
Sciences, 2013;5(1).pp. 9 – 12
40. Munford, R.S., 2014. Severe Sepsis and Septic Shock. In: Fauci
43. Park, S.H., Ha, S.O., Cho, Y.U., et al., 2016. Immature Platelet
Medicine, 36(1):1-8.
48. Ranzani OT, Zamperi GH, Forte ND, Azevedo PCL, Park M.
2016;170:1435-44
patients with severe sepsis and septic shock. PLoS One 2015;
58. Silva E, Passos Rda H, Ferri MB, de Figueiredo LF. Sepsis: from
Corporation.
FKUI. Jakarta.2013
Corporation.
Wilkins.
Takala, J., &Suter, P.M., 2014. Use of the SOFA score to assess
38
2017;14(4).pp. 424-430.
74. Yoon JC, Kim Y-J, Lee Y-J, Ryoo SM, Sohn CH, Seo D-W, et al.
13(4):
Care.2016;10(4);
Saya dr. Taufik. Abdi saat ini sedang menjalani pendidikan Strata (S) 2 di
adik dengan cara mengamati nilai rasio crp, albumin dan menghitung
skor sofa pada hari 1 dan hari ke 3 di ICU RSUP Haji Adam Malik Medan.
Prosedur peneltian ini adalah dengan cara mengambil darah vena pada
daerah pergelangan tangan pada hari 1 dan hari ke 3. Dan efek samping
(081282092336).
Bila masih ada hal-hal yang belum jelas menyangkut penelitian ini, setiap
Medan, 2018
Peneliti
(……………………………..)
(‘INFORMED CONSENT’)
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Klinik
STATUS PASIEN
Data Pribadi
Nama :.....................................................................................
Alamat :.....................................................................................
Pekerjaan :..................................................................................
Anamnesa
.............................................................................
.............................................................................
..............................................................................
RPT :.............................................................................
RPO :.............................................................................
Pemeriksaan Fisik
Skor SOFA
Variabel 0 1 2 3 4
RESPIRASI >400 < 400 < 300 < 200 < 100
PAO2/ FIO2
HATI < 1,2 < 1.2 – 2.0 – 5.9 6.0 – > 12.0
KARDIOVASCULAR Tidak MAP < Dop < 5/ Dop > 5 Dop >
GCS