Anda di halaman 1dari 2

KEGIATAN BELAJAR 1

Politik Lokal dan Desentralisasi

Analisis ilmu politik dapat mengambil bentuk analisis berupa sistem pada institusi dan atau
objek ilmu politik. Dalam konteks tersebut, analisisnya difokuskan pada persoalan yang ingin
ditelaah. Misalnya saja : membahas perihal perilaku memilih dalam sebuah pemilu, membahas
konflik antara Presiden pada dan DPR pada periode tertentu, atau mebahas mengenai peran
kelompok kepentingan dalam memperjuangkan aspirasi dalam penyusunan sebuah rancangan
undang-undang. Kajian mengenai politik lokal di Indonesia mendapatkan perhatian khusus sejak
berakhirnya rezim orde baru dipertengahan tahun 1998. Sejak tahun 1999 samapai dengan saat ini
kebijakan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah beralih, dari sebelumnya berdifat
sentralisasi menjadi desentralisasi. Salah satu yang dikaji dalam studi politik lokal adalah
desentralisasi. Desentralisasi itu sendiri bermakna wewenang pengelolaan pemerintahan berada
ditangan pemerintah dibawah dari pemerintah pusat. Desentarlisasi bisa juga diharapkan untuk
memberikan konstribusi pada elemen kunci tata pemerintahan yang baik seperti: menambah
kesempatan orang untuk berpartisipasi dalam keputusan ekonomi, sosial, dan politik; membantu
dalam mengembangkan kapasitas orang; meningkatkan responsivitas, transparansi, dan
akuntabilitas pemerintah. Desentralisasi juga dapat berarti alat untuk menciptakan pemerintahan
lokal yang terbuka, responsif, dan efektif untuk meningkatkan sistem perwakilan dalam
pengambilan keputusan yang berbasis komunitas.

Daniel Treismen (2002: 5-13) membagi desentralisasi menjadi enam (6)0 jenis
desentralisasi. Pertama, desentralisasi vertikal, yaitu pemerintahan atau administrasi dibagi antara
banyak pihak. Kedua, desentralisasi pengambilan keputusan, yaitu desentralisasi yang fokus
bagaimana otoritas untuk membuat keputusan politik didistribusikan diantara pihak-pihak yang
berbeda. Ketiga, desentralisasi appointment diantara pihak yang berbeda, yang memberi perhatian
pada tingkat dimana pejabat pada pihak yang berbeda dipilih dan diberhentikan. Keempat,
desentralisasi eletoral, yaitu proporsi dari pihak dimaan pemilihan langsung diselenggarakan untuk
memilih orang-orang yang akan duduk dilembaga eksekutif. Kelima, desentralisasi fiskal, yaitu
memberi perhatian pada cara dimana penerimaan pajak dan pengeluaran publik didistribusikan.
Keenam, desentralisasi personil, yaitu fokus pada bagaimana sumber daya administratif
didistribusikan lintas pihak didalam pemerintahan.

Selain desentralisasi, dikenal pula konsep pemerintah dan pemerintahan lokal. Pemerintah
lokal mengacu pada lembaga-lembaga atau entitas khusus yang dibentuk oleh: undang-undang
nasional, konstitusi negara bagian, legislasi umum dari pemerintah pusat yang lebih tinggi,
legislasi provinsi atau negara, atau keputusan lembaga eksekutif untuk menyampaikan serangkaian
pelayanan khusus untuk area yang secara geografis relatif kecil. Sedangka konsep pemerintahan
lokal mencakup formulasi dan eksekusi dari tindakan kolektif pada tingkat lokal, dengan kata lain
aktivitas atau tidakan kolektif yang dilakukan ditingkat lokal.

Berkaitan dengan desentralisasi, terdapat pula sejumlah perspektif konsektual pada


pemerintahan lokal dan relasi pusat lokal. Pertama adalah perspektif Stigler. Kedua adalah prinsip
ekuivalensi fiskal. Ketiga, prinsip korespondensi. Keempat, prinsip desentralisasi decentralization
theorem. Kelima, prinsip subsidiaritas.

Anda mungkin juga menyukai